Anda di halaman 1dari 10

MEMELIHARA AKAL DALAM MAQASIDU AL-SYARI'AH

(Suatu Solusi Preventif Terhadap Kejahatan)

Muh. Haras Rasyid


Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM)
DPK. Universitas Islam Makassar (UIM).
E-mail:muhammadharas1234@gmail.com

Abstract:
The title of this paper is "Maintaining reason in Maqasidu al-Syari'ah (Solution to
Prevent Against Crime)". Intellect is a valuable self-potential given by Allah swt.. One
differentiator from other collections. Reason can make someone noble, while at the same
time causing someone to despise in the eyes of Allah swt.. From the title gives an overview
of exciting actions in the community because it represents a person or party who does not
use their minds properly. It could be, because they are not allowed through the
instructions of the Syari'ah. Therefore, the challenge of reason as discussed in Maqasidu
al-Syari’ah (the purpose of Allah swt. Creating the Syari'ah) is something that is
daruriyah or primary and becomes a solution in efforts to correct crime in society.
Keywords: Akal, Maqasidu Al-Shari'ah, Crime
Abstrak:
Judul dari tulisan ini adalah “Mememelihara akal dalam Maqasidu al-Syari’ah (Suatu
Solusi Preventif Terhadap Kejahatan)”. Akal adalah potensi diri yang sangat berharga
diberikan Allah swt. kepada manusia sebab merupakan salah satu pembeda dari makhluk-
makhluk yang lain. Akal dapat menjadikan seseorang mulia, sekaligus bisa menyebabkan
seseorang hina di mata Allah swt. Dari judul tersebut memberikan gambaran bahwa
terjadinya tindakan kejahatan dalam masyarakat karena adanya oknum atau pihak yang
tidak menggunakan akalnya dengan baik. Boleh jadi, karena mereka tidak memelihara
akalnya melalui petunjuk-petunjuk syariat. Olehnya itu, memelihara akal seperti yang
dimaksudkan dalam Maqasidu al-Syariah (tujuan Allah swt. menciptakan syariat)
merupakan hal yang daruriyah atau primer dan menjadi solusi dalam mencegah
terjadinya kejahatan dalam masyarakat.
Kata Kunci: Akal, Maqasidu Al-Shari'ah, Kejahatan
disebut makhluk sebaik-baik ciptaan (QS.
I. PENDAHULUAN attin/95: 4). Demikian pula dengan perpaduan
Allah Swt. menciptakan manusia potensi rohani dan jasmani tersebut,
dibekali berbagai macam potensi, baik potensi selanjutnya Allah swt. memberi amanah
rohani maupun potensi jasmani. Bekal potensi kepada manusia untuk menjadi “khalifah” 1
rohani antara lain, iman, hati akal dan nafsu. dimuka bumi (QS. al-Baqarah/2: 30).
Potensi jasmani diantaranya adalah panca Untuk melaksanakan amanah sebagai
indra (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit). khalifah, salahsatu diantara potensi yang
Dengan bekal potensi itu, sehingga manusia

1Salah satu dari makna khalifah dalam surah al-baqarah sebagai khalifah tidak akan ada artinya kalau tidak disertai
ayat 30 adalah: bahwa kekhalifahan yang diberikan pada dengan penugasan atau istihklaf, yang menugaskan adalah
manusia mempunyai tiga unsur, yaitu: 1. Manusia, yang Allah swt. dan yang diberi tugas harus memperhatikan dan
dalam hal ini dinamai khalifah. 2. Alam raya, yang di dalam melaksanakan kehendak yang member penugasan. Lihat M.
ayat tersebut dinamai ardh. 3. Hubungan antara manusia Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran
dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia. Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Cet. XIV; Bandung:
Hubungan ini, walaupun tidak disebutkan secara tersurat Mizan, 1997), h, 158-159.
dalam ayat tersebut, tetapi tersirat karena penunjukkan

133 Volume 6, Nomor 2, Juli 2020


dimiliki manusia tersebut adalah “akal”. Akal Gambaran problema kehidupan yang
adalah hal yang sangat berharga bagi manusia, nyata dalam maasyarakat saat ini seperti yang
karena dengan akalnya dan didukung oleh dicontohkan di atas, menunjukkan adanya
potensi-potensi yang lain manusia mampu sebahagian masyarakat yang memiliki akal
melaksanakan dan mewujud-kan sesuatu yang rapuh atau tidak sehat. Olehnya itu, para
dalam kehidupannya. Kalau akal digunakan ulama merumuskan tentang apa dan
kepada yang baik, maka akan melahirkan bagaimana maksud Allah swt. menurunkan
kemaslahatan. Sebaliknya jika seseorang syariat, dan salah satu di antaranya adalah
menngunakan akalnya kepada hal-hal yang pentingnya “memelihara akal”.
tidak baik, maka akan menciptakan sesuatu
II. PEMBAHASAN
yang tidak baik atau bencana, baik bagi
dirinya maupun orang lain secara umum. Akal bagaikan dua mata pisau,
Dalam aspek apa saja dalam kehidupan dengan akal hidup seseorang bisa menjadi
manusia, akal sangat penting. Dengan akal, mulia, tetapi sebaliknya dengan akal juga
manusia dapat berfikir tentang hal-hal yang hidup seseorang bisa menjadi hina, baik di sisi
berkaitan dengan Allah swt dan alam smesta. Allah swt. maupun di mata manusia. Hal
Dengan akal, manusia mampu menjadi tersebut sangat tergantung pada bagaimana
perencana dan pelaksana dalam menciptakan, akal tersebut digunakan dalam kehidupan
mengembangkan ilmu pengeta-huan dan seseorang. Menggunakan akal, apakah kepada
teknologi, mengatur kehidupan ekonomi, yang positif atau kepada yang negatif juga
politik dan sosialnya. Oleh karena itu betapa dipengaruhi oleh perangkat-peangkat lain
pentingnya memelihara akal, sehingga yang diberikan Allah swt. kepada manusia
menjadi salah satu hal dari beberapa hal yang yang bersifat rohani dan jasmani. Terdapat
penting di dalam maqasidu al-Syariah (tujuan beberapa pembahasan berkaitan dengan akal
Allah swt menurunkan Syariat).2 yang mempengaruhi kehidupan manusia.
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, A. Makna dan Dasar-dasar Pengunaan
banyak disaksikan aktifitas manusia yang Akal
kontradiktif. Misalnya, pada satu sisi
seseorang secara lahiriyah dapat dinilai Akal satu kata yang akrab dan masyhur
memiliki akal yang sehat, yaitu aktifitasnya, digunakan, karena bukan hanya digunakan
cara bicaranya, tingkah laku dan wujud cara dalam berucap dan berkomunikasi, juga
berfikirnya secara umum sama dengan menjadi unsur utama dalam berpikir untuk
kebanyakan orang. Namun pada sisi lain menciptakan sesuatu dan memenuhi kebutu-
seseorang tersebut melakukan kejahatan berat han hidup manusia. Akal berasal dari bahasa
yang merugikan dirinya dan orang banyak, Arab, kata dasarnya “’aqala” yang memiliki
dimana kalau diukur dengan akal sehat dia arti yang bervariasi, di antaranya berarti
tidak akan melakukan kejahatan itu. Kenapa “mengikat, menahan dan mencegah”.3
dikatakan tidak akan melakukannya, sebab ‘Aqala masdarnya “al-‘Aqlu” berarti
diduga kuat dengan akalnya dia sangat terkungkung, terbelenggu, terpenjara. 4
mengetahui akibatnya yang sangat diartikan juga sebagai fikiran dan faham. 5
merugikan. Bahkan yang bersangkutan Kata akal yang sudah diadopsi ke dalam
sendiri yang melarang untuk melakukan Bahasa Indonesia, mempunyai beberapa
kejahatan itu. Itulah sebabnya, sehingga makna. Selain berarti pikiran dan intelek, juga
terkadang muncul bahasa sederhana “tidak
masuk akal” kalau dia melakukannya.

2Lihat 4
H.Mohammad Daud Ali. Hukum Islam Ahmad bin Faris bin Zakariah al-Qawaini al-Razi.
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia Mu’jam Maqayis al-Lughah (Cet. I; Bairut Dar al-Kutub al-
(Cet. VI; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), h. 63- Ilmiah, 1999), h.
5Lihat Ahmad Warson Munawwir. Kamus Arab
64.
3 Lihat Ahmad Warson Munawwir. Kamus Arab Indonesia, 957.
Indonesia (Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), h.
956-957.

Muh. Haras Rasyid, Memelihara Akal Dalam Maqasidu Al-Syari'ah 134


berarti sesuatu yang mengikatkan manusia yang tidak dapat menggunakan akalnya
dengan Allah swt.. Adanya pengertian seperti dengan baik. Menurut al-Qur’an, runtuhnya
ini, sebab terambil dari pengertian akal dalam iman tidak sama dengan timbulnya kehendak
bahasa arab,yaitu ikatan. 6 Selanjutnya kata yang buruk, tetapi karena tidak adanya atau
akal yang sudah dibakukan dan tercantum tidak dipergunakannya akal dengan baik.10
dalam kamus bahasa Indonesia serta menjadi Potensi akal yang Allah swt. berikan
bahasa sehari-hari yang berarti “daya pikir terhadap manusia merupakan hal yang
untuk memahami sesuatu. Akal digunakan penting digunakan. Itulah sebabnya kata akal
untuk usaha, untuk cerdas, licik, tipu daya dalam al-Qur’an banyak disebutkan dengan
dsb”.7 berbagai macam makna sesuai konteksnya
Pengertian akal menurut bahasa di atas yang pada dasarnya menyuruh manusia untuk
dapat dipahami bahwa akal dapat bermakna berfikir dalam memahami sesuatu yang ada
positif yang mendorong manusia kepada hal disekitarnya. Di antara ayat-ayat al-Qur’an
yang positif, tapi dapat juga berarti negatif yang menyebutkan kata akal adalah Q.S. al-
yang menjerumuskan manusia kepada hal Baqarah/2: 44, Q.S. al-Haj/22: 46, Q.S. al-
yang negatif. Manusia yang menggunakan Furqan/25:44.
akal pikirannyanya dengan baik, maka akal Ketiga ayat dalam tiga surah tersebut,
tetap pada makna sebenarnya, yaitu menahan semuanya bermakna betapa pentingnya
dan mencegah manusia melakukan yang tidak memelihara dan menggunakan akal dengan
baik. Kemudian dengan akal semakin men- baik agar manusia memahami dan mengerti
dorongnya untuk mendekatkan dan meng- keadaan yang ada dalam kehidupannya. Oleh
ikatkan dirinya kepada Allah swt. Sebaliknya karena itu, segala bentuk kewajiban agama
bagi manusia yang akalnya banyak yang dibebankan kepada hamba seperti
dipengaruhi nafsu syahwatnya, maka akalnya kewajiban shalat selalu terdapat salah satu
akan digunakan kepada yang tidak baik sesuai syaratnya berakal atau sehat akalnya.
dengan keinginan nafsu syahwatnya. Demikian pula, bagi seseorang yang
Para ulama memberikan pengertian akal melakukan kejahatan, jika akalnya tidak sehat
menurut istilah, diantaranya akal adalah atau dianggap belum sempurna fungsi akalnya
bahagian terkecil dari sebuah benda yang seperti orang gila dan anak-anak, maka
tidak bersifat materi, diciptakan Allah swt. menjadi pertimbangan hukum untuk tidak
yang keberadaannya ada dalam jasad dikenakan sangsi pidana.
manusia. 8 Akal adalah menentukan baik Tentu saja manusia akan memiliki
buruknya perbuatan manusia. Hal yang derajat yang lebih tinggi di sisi Allah swt bagi
dianggap baik oleh akal manusia, maka itu yang memilik akal yang sehat, memeliahara
adalah kebaikan, dan apa yang dianggap tidak dan menggunakan dengan baik, sehingga bisa
baik oleh akal manusia maka itu adalah hal berfikir, memahami dan mengerti keber-
yang buruk.9 adaannya sebagai manusia dan keberadaan
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan makhluk-makhluk lain kemudian menjadi
perubahan kata dari kata dasar ‘aqlu, misalnya sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada
kata ya’qilun artinya mereka berakal, ta’qilun Allah swt.
artinya kamu (yang) berakal dan ayat-ayat
yang menyuruh manusia menggunakan B. Akal dalam Maqashidu al-Syariah
akalnya. Mereka yang ingkar, yakni orang- Allah Swt. menciptakan makhluk-Nya
orang yang tidak bisa berfikir disebut dalam khususnya manusia dibekali tata aturan yang
al-Qur’an sebagai la ya’qilun, artinya mereka

6 S.H. Nasr. Islam dalam Cita dan Fakta (Jakarta: 8 Lihat Ali bin Muhammad al-Jurjani. Al-Ta’rifat

Leppenas, 1981), h. 6 (Bairut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1405H), h. 151.


7Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus 9 Lihat Ali Abdul Fattah al-Magribi. Al-Firaq al-

Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, Cet. II; Jakarta: Pusat Kalamiah al-Islamiah (Cet. II; Kairo: Maktabah Wahbah,
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 1995), h. 196.
10 Lihat S.H. Nasr. Islam dalam Cita dan Fakta, h. 6.
2002), h. 18.

135 Volume 6, Nomor 2, Juli 2020


menjadi pedoman agar dapat hidup dan sikap hidup dan kehidupan manusia selain
berinteraksi dengan baik antar sesama wahyu dan ilham. 14 Akal tidak dapat
manusia khususnya dan antar manusia dengan dipisahkan dengan ilmu pengetahuan, tetapi
makhluk-makhluk yang lain. Dalam bahasa akal dan ilmu juga tidak dapat dipisahkan oleh
hukum Islam, tata aturan yang dimaksud pengaruh-pengaruh watak kemnusiaan, hawa
adalah syariah (syari’at). Syariah adalah nafsu dan berbagai macam kecendrungan,
hukum-hukum yang ditetapkan Allah Swt. baik kecendrungan terhadap pribadi, keluarga,
atau ditetapkan pokok-pokoknya supaya tempat, status sosial komunitas bangsa dan
manusia dapat mempergunakannya dalam lain-lain.15
hubungannya dengan Allah Swt. hubungan- Pemeliharaan akal sangat penting dan
nya dengan sesama manusia khususnya, dijadikan tolok ukur utama dalam syariat
hubungannya dengan saudaranya sesama Islam, karena dengan akal yang sehat manusia
muslim, hubungannya dengan alam dan dapat menggunakannya untuk berpikir
hubungannya dengan kehidupan.11 tentang Allah Swt., alam dan dirinya sendiri.
Syariah yang ditetapkan Allah Swt. Selain itu, pemeliharaan akal diposisikan
terdapat dalam al-Qur’an dan hadis dalam kategori dharuriyat, karena untuk
Rasulullah saw., baik yang bersifat perintah dijadikan sebagai sarana atau wadah
maupun larangan untuk dijalankan oleh pengembangan ilmu pengetahuan. Begitu
hamba-hambaNya. Kemudian oleh para juga tanpa akal, manusia tidak mungkin bisa
ulama mujtahid menjabarkannya melalui mengembangkan amanah sebagai pelaku
penetapan hukum-hukum wajib, haram, syariah. Oleh karena itu, cara memelihara akal
sunnah, mubah dan makruh. Sehubungan dalam maqasisu al-Syari’ah adalah dengan
dengan hal itu, yang perlu dipahami bahwa tidak memakan dan minum yang memabuk-
Allah swt. menetapkan syariah tersebut kan seperti khamar dan sejenisnya Q.S. al-
mengandung maksud atau tujuan untuk Ma’idah/5:90, serta menghukum setiap orang
kepentingan dan kemaslahatan hidup hamba- yang melakukan perbuatan dan dapat merusak
hamba-Nya di dunia dan di akhirat. Maksud akal.16
atau tujuan Allah Swt. menetapkan syariah Dengan strategi dan substansinya akal
diketahui dengan istilah Maqasidu al- pada diri manusia, sehingga memelihara akal
Syari’ah dan pembahasannya. dimasukkan oleh para ulama pada masalah
Salah satu pembahasan dalam dharuriyat dalam Maqasidu al-Syariah.
Maqasidu al-Syari’ah, berkaitan dengan Menempatkan pemeliharaan akal sebagai
masalah memelihara akal (hifdzu al-‘aqlu). masalah pokok dalam tujuan Allah swt.
Memelihara akal adalah hal yang sangat menetapkan syariah, sebab merupakan salah
penting/primer (dharuriyat), 12 yang didalm satu landasan dan sarana utama dalam
daruriyat ini terdapat juga beberapa hal menentukan tujuan-tujuan syariat yang lain.
penting dipelihara.13 Memelihara akal adalah Betapa pentingnya akal dipelihara,
sangat penting karena merupakan salah satu sebab dalam persoalan pemeliharaan agama-
sumber ilmu pengetahuan yang menentukan

11 Lihat Mahmud Syaltout. al-Islam Aqidah wa al- Memelihara jiwa (hifdzu al-nafs), 3. Memelihara keturunan
Syari’ah (Cet. V; Mesir: Dar al-Syuruq li al Nasyr, t.th.), h. (hifdzu al-nasab/al-nasl), 4. memelihara Harta (hifdzu al-
22. mal), 5. Memelihara akal (hifdzu al-‘aqlu). Lihat Abi Ishak
12 Dharuriyat adalah syari’at yang menjadi tiang untuk al-Syatibi. Al-Muwafaqat fi Usuli al-Syari’ah (Juz. II, Bairut
menegakkan berbagai kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Libanon: Dar al-Ma’rifah, t.th.), h. 324-325..
14Lihat Abdurrahman bin Zaid al-Zubaidy. Masadir al-
Jika tiang-tiang syariat tersebut tidak ditegakkan dan
dilaksanakan, maka kemaslahatan dunia dan akhirat itu akan Ma’rifah fi al-Fikri al-Diyniy wa al-Falasafy (Cet. I; Riyadh:
hilang dan tidak akan terwujud. Bahkan kerugian dan Maktabah al-Muayyad, 1992), h.99.
15Lihat Yusuf al-Qardawi. Al-Madkhal fi Dirasat Asy-
kerusakanlah yang terjadi. Lihat Yusuf al-Qardawi. Al-
Madkhal fi Dirasat Asy-Syari’ah Al-Islamiyah, Syariiah al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Muhammad Zakki
diterjemahkan oleh Muhammad Zakki dan Yasir Tajid, dan Yasir Tajid, Membumikan Syariat Islam, h. 62.
16 Lihat H.Mohammad Daud Ali. Hukum Islam
Membumikan Syariat Islam (Cet. I; Surabaya: Dunia Ilmu,
1997), h. 58. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia
13 Lima hal pokok dalam dharuriyat yang perlu (Cet. VI; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), h. 63-64.
dipelihara, yaitu: 1. Memelihara agama, (hifdzu al-Din), 2.

Muh. Haras Rasyid, Memelihara Akal Dalam Maqasidu Al-Syari'ah 136


pun sebagai salah satu bahagian dharuriyah, kannya sebagai makhluk yang juga mem-
memerlukan penggunaan akal di dalamnya. butuhkan pemeliharaan. Akal dipelihara tidak
Akal adalah kunci dalam memehami agama, seperti memelihara makhluk yang berwujud.
agama tidak akan dapat dipahami dan dilak- Itulah sebabnya Allah swt. memberikan
sanakan dengan baik tanpa menggunakan petunjuk keimanan kepada Allah swt. dan
akal. Oleh karena itu Rasulullah saw. rasul-Nya untuk memelihara akal. Petunjuk
menyatakan dengan jelas bahwa “agama keimanan kepada Allah swt. yang “terdapat
adalah akal, tidak ada agama bagi yang tidak dalam al-Qur’an dan hadis dan apabila
berakal”. Jika pernyataan ini dihubungkan berpegang teguh kepada keduanya, manusia
dengan hukum, berarti hukum dan hukuman tidak akan sesat untuk selama-lamanya”.19
itu berkaitan dengan akal. Artinya, tidak ada Ajaran Islam banyak memberikan
hukuman bagi orang yang tidak berakal atau petunjuk tentang bagaimana cara hidup yang
gila. Dengan demikian, akal mempunyai Islami yang bertujuan memihara potensi diri
kedudukan yang tinggi dalam syariat dan agar selalu melakukan perbuatn yang diridhai
sistem ajaran agama Islam, karena akal adalah Allah swt. dan menjaga diri agar potensi-
wadah yang menampung persoalan aqidah, potensi yang diberikan Allah swt., khususnya
syariah dan akhlak.17 akal tidak digunakan pada perbuatan-
Pemeliharaan akal dimasukkan dalam perbuatan keji dan mungkar, tetapi digunakan
kategori dharuriyat atau hal yang penting pada kebaikan, seperti di antaranya melak-
dalam Maqasidu al-Syari’ah, sebab akal sanakan shalat Q.S. al-‘Ankabut/29: 45.
adalah ciptaan Allah Swt. untuk dikem- Selain itu, banyak berzikir kepada Allah Swt.,
bangkan dan menyempurnakan kehidupan sebab dengan berzikir akan menenangkan hati
manusia. Kemajuan, kemaslahatan dan dan akal Q.S Ar-Ra’ad/13: 28. 20 Hati yang
kebahagian hidup manusia dapat terwujud sehat dan tenang akan berpengaruh pada
dunia dan akhirat, karena manusia memper- seluruh komponen yang ada dalam diri
gunakan akalnya. Itulah sebabnya dalam manusia termasuk akal.
ajaran Islam terdapat ungkapan yang Memelihara akal lewat ibadah-ibadah
mengatakan: al-‘aqlu huwa al-hayat, wa ritual adalah penting. Tetapi juga tidak bisa
faqdu huwa al-maut (akal adalah kehidupan, dilalaikan pola-pola hidup fisik, kalau tidak
kalau akal hilang terjadilah kematian). Ada diperhatikan sesuai dengan tuntunan syariat,
akal berarti hidup, tidak berakal berarti mati.18 maka juga dapat menimbulkan kerusakan
Dengan pernyataan ini, dapat dipahami bahwa akal. Itulah sebabnya Allah swt.
empat yang wajib dipelihara dalam dharu- memerintahkan makan dan minum yang halal
riyah pada Maqasidu al-Syari’ah, semuanya dan baik Q.S. al-Baqarah/2: 168, al-
terkait dengan unsur pemeliharaan dan peran Ma’idah/5:88. Kedua ayat ini mengisyaratkan
akal di dalamnya. agar manusia mengkonsumsi makanan yang
Sebagaimana diketahui bahwa akal dihalalkan atau dibolehkan oleh agama
adalah unsur terpenting yang diciptakan Allah sebagai sarana unuk menyehatkan batin atau
swt. dalam diri manusia sebagai bekal dalam akal dan mengandung gizi sebagai konstribusi
kehidupannya, tetapi bukan berarti akal unsur kesehatan fisik.
ditempatkan pada kedudukan yang sama
dengan Allah swt. Akal tetap dalam kedudu-

17Mohammad Daud Ali. Hukum Islam Pengantar Ilmu 20 Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua makna,

Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, h. 113. yaitu akal dan hati. Kedua unsur dalam tubuh ini dapat
18 dihinngapi penyakit yang disebut maradh. Makna maradh
Lihat Osman Raliby. Akal dan Wahyu dalam Media
Dakwah (Jakarta: t.p., 1981), h. 30. diartikan sebagai segala sesuatu yang mengakibatkan
19 Dari Imam Malik, Rasulullah saw. bersabda: Telah manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan
aku tinggalkan untuk dua perkara (pedoman), kamu tidak mengantar kepada terganggunya fisik, mental, bahkan kepada
akan sesat selama-lamanya kalau engkau berpegang teguh tidak sempurnanya amal seseorang. Lihat selengkapnya
kepadanya, yaitu Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnah Nabi Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I Atas
saw. (hadis). Lihat al-Imam Muhammad al-Zauqany. Syarah Pelbagai Persoalan Umat (Cet. V; Bandung: Mizan, 1997),
al-Zauqany ‘ala Muwattha al-Imam Malik (Jilid IV, t.tp. Dar h. 189.
al-Fikri, t.th.), h. 246.

137 Volume 6, Nomor 2, Juli 2020


Makan dan minum yang berlebih- perbuatan itu baik dan buruk atau melanggar
lebihan tidak disukai oleh Allah swt. karena syariat dan tidak, baik yang dilakukan oleh
dapat menganggu akal dan kesadaran Q.S. al- diri sendiri maupun orang lain. Akal
An’am/6:141. Makan dan minum sesuatu memberikan penilaian pada suatu perbuatan
yang mengandung unsur yang memabukkan, yang dilakukan seseorang adalah sesuai
seprti khamar dan sejenisnya, narkotika dan dengan realitas yang terjadi pada diri
obat-obat terlarang diharamkan Allah swt. seseorang tersebut, baik yang bersifat
Q.S. al-Ma’idah/5:90, karena dapat merusak menguntungkan maupun yang merugikan.
akal yang berdampak pada kelalaian taat pada Penilaian akal terhadap suatu perbuatan
perintah Allah Swt. (hablun min Allah) dan bukan hanya terbatas pada hal-hal yang
berpengaruh kepada harmonisasi hubungan kongkrit dalam kehidupan sosial sesorang
kepada sesama manusia (hablun min al-nas). (ibadah ghairu mahdhah), tetapi juga dapat
berkaitan dengan kehidupan ibadah mahdhah
C. Analisis Akal sebagai Solusi Preventif
seseorang. Jika sesorang melakukan suatu
Terhadap Kejahatan
perbuatan sosial yang kongkrit, tidak
Islam adalah agama yang universal yang melanggar syariat dan aturan-aturan yang lain,
biasa juga disebt agama rahmatan li al-alamin kemudian mendatangkan keuntungan untuk
(rahmat bagi seluruh alam). Pokok-pokok dirinya dan orang lain, maka siapapun yang
syariatnya dapat diterapkan pada semua masa, memiliki akal sehat akan menilai dan
untuk semua bangsa, karena di dalamnya mengatakan bahwa perbuatan yang dilakukan
terdapat cakupan yang luas dan elastisitas bagi itu baik.
segala zaman dan tempat. 21 Selain mebahas Seseorang yang melakukan ibadah
persoalan akhirat, syariat Islam juga mahdhah seperti shalat walaupun dirinya
membicarakan persoalan dunia dari berbagai tidak tahu, kenapa harus lima kali sehari
aspeknya, seperti aspek kehidupan pen- semalam dan sekian rakaat yang berbeda-
didikan, ekonomi, sosial budaya, hukum dan beda, jika dirinya merasakan kedamaian,
kriminal. maka akalnya akan menilai bahwa shalat itu
Maqasidu al-syariah dimaknai sebagai baik. Demikian pula jika seseorang yang rajin
tujuan syariat atau tujuan Allah swt. dan rasul- shalat kemudian memilki akhlak yang baik,
Nya dalam membuat syariat atau hukum berbeda dengan orang yang tidak shalat yang
Islam. Artinya semua hal yang disyariatkan prilakunya buruk dalam masyarakat, maka
dalam bentuk perintah dan larangan akal orang lain akan menilai bahwa
mempunyai tujuan. Sebahagian ulama melaksanakan shalat lebih baik dari pada yang
berpendapat bahwa tujuan syariat itu dapat tidak melaksanakan shalat. Olehnya itu, akal
dipahami atau dapat diterima dan dinilai oleh yang sehat akan selalu menilai suatu tindakan
akal pikiran manusia, kecuali yang bersifat dari dampak yang nyata terjadi pada orang
ta’abbudi dan sesuatu yang hikmahnya tidak yang melakukan perbuatan itu sendiri dan
dima’qul (tidak dapat dipahami oleh akal). pada orang-orang yang ada disekitarnya,
Sebahagian ulama lain mengatakan bahwa tanpa melihat sebab perbuatan itu diperin-
semua hukum perintah dan larangan yang tahkan dan dilarang untuk dilakukan.
tertuang dalam syariat Islam mempunyai Suatu kejahatan yang dilakukan oleh
tujuan, sekalipun yang bersifat ta’abbudi dan seseorang yang berakibat buruk pada dirinya
ma’qul.22 dan orang lain, bagi seseorang yang berakal
Untuk dapat menilai perintah dan sehat tidak akan mengulangi perbuatan itu,
larangan Allah swt., dalam suatu perbuatan sebab “hati nurani atau naluri manusia tidak
salah satu saranyanya adalah akal. Akal dapat ada yang mau pada keburukan”. Jika ada
menilai apa hikmah dan tujuan Allah orang lain yang meniru perbuatan seseorang
menurunkan syariat, akal dapat menilai suatu yang sudah jelas berdampak tidak baik pada

21 Lihat Abd. Shomad. Hukum Islam Penormaan 22 Lihat Yusuf Qardawi. Al-Madkhal fi Dirasah al-

Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia (Cet.I; Jakarta: Syari’ah al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Muhammad Zakki
Kencana Prenada Media Grouf, 2010), 57. dan Yasir Tajid, Membumikan Syariat Islam, h. 55.

Muh. Haras Rasyid, Memelihara Akal Dalam Maqasidu Al-Syari'ah 138


diri yang melakukan perbuatan itu, melanggar sehat menilai bahwa hal seperti adalah
hukum negara dan agama serta merusak hukuman yang tidak menyenangkan bagi
keadaan masyarakat, maka orang lain yang pelaku dan keluarganya. Namun kenyataan-
meniru termasuk tidak sehat akalnya. nya, pelaku kejahatan seperti itu masih
Seseorang yang sudah tahu jelas suatu melakukan juga kejahatan yang sama dalam
perbuatan merugikan dan berbahaya bagi penjara atau setelah bebas dari penjara.
pelakunya dan banyak orang, tetapi nekat Bukannya menyesali dan taubat atas per-
melakukan perbuatan itu, maka disebut buatan yang dilakukannya, tetapi kembali
sebagai orang yang menganiaya dirinya dan melakukan kejahatan yang menjadikannya
orang lain. masuk dipenjara. Contoh seperti ini juga dapat
Suatu illustrasi bagi yang dianggap dikatakan bahwa oknum tersebut akalnya
tidak terpelihara atau tidak sehat akalnya terganngu atau berpenyakit.
adalah seorang pemimpin/pejabat yang Gambaran singkat di atas menjadi
melakukan kejahatan tindak pidana korupsi. petunjuk yang jelas bahwa memelihara akal
Seseorang yang melakukan kejahatan tersbut, sebagaimana yang dimaksud dalam Maqasidu
kemudian dimasukkan dipenjara dan menjadi al-Syari’ah adalah sesuatu yang urgen.
terhina dimata masyarakat dan di sisi Allah Memelihara akal, bukan hanya dilakukan
swt., maka akal yang sehat akan menilai dengan metode pendekatan duniawi tetapi
bahwa oknum seperti itu akhlaknya buruk dan lebih-lebih dilakukan dengan pendekatan
merugikan dirinya, keluarganya dan masyara- agama. Agama yang di dalamnya mengan-
kat secara umum. Hanya yang menjadi dung pendekatan iman adalah cara yang
persoalan adalah, kenapa masih terdapat ampuh dalam memelihara akal sekaligus
seorang pemimpin/pejabat yang lain juga mencegah kejahatan pada diri manusia.
melakukan kejahatan yang sama? Padahal Pendekatan iman bisa ditempatkan pada
diduga kuat dengan akalnya dia tahu bahwa langkah awal dan langkah terakhir dalam
perbuatan itu merugikan secara fisik (masuk memelihara akal. Ketika anak baru lahir,
penjara) dan juga tahu merugikan non fisik maka yang diperkenalkan adalah kalimat
(pandangan umum negatif) masyarakat. Hal tahid, kemdian disusul contoh-contoh
itu menjadi bukti masih banyak pemim- keimanan kepada Allah Swt., seperti melak-
pin/pejabat yang tidak terpelihara akalnya sanakan shalat, puasa dan dzkir kepada Allah
dengan baik. Swt. oleh orang yang ada disekitarnya.
Seorang pelaku kejahatan dengan cara Setelah anak beranjak remaja dan dewasa,
menghina atau memfitnah orang lain, apakah akalnya akan berfungsi memikirkan sesuatu
terhadap pejabat atau bukan, kemudian yang ada disekitarnya khususnya pada
dengan perbuatannya itu yang bersangkutan persoalan ibadah dan keTuhanan. Suatu saat
dihukum dipenjara. Akal yang sehat akan akal terbentur pada suatu titik, maka pada saat
berfikir bahwa orang yang menghina atau itulah pendekatan imana akan berperan.
menfitnah selain melanggar hukum juga tidak Pendekatan iman akan berperan dengan baik,
baik dan orang yang dihukum penjara adalah sebab pada diri seseorang sejak lahir sudah
sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi ditanamkan dengan baik nilai-nilai keimanan.
persoalannya adalah masih banyak juga orang Pendekatan iman dan akal terkadang atau
yang melakukan bahkan senang melakukan dapat berjalan seiring, tergantung pada
perbuatan yang sama, padahal sudah diketahui kondisi pribadi seseorang dan pengaruh
perbuatan itu tidak baik dan mendapatkan kehidupan sekitarnya. Namun iman lebih
sanksi yang tidak menyenangkan. Olehnya itu dominan digunakan untuk mengontrol
diduga kuat bahwa oknum seperti itu akalnya penggunaan akal dan nafsu manusia, sehingga
tidak terpelihara dengan baik. akal tetap sehat dan nafsu tetap pada fungsi
Seorang penjahat kasus narkoba yang yang positif.
sudah dalam penjara dengan hukuman Allah swt. memberikan Akal pada
misalnya 5, 10, 20 tahun, seumur hidup, manusia tidak berada pada satu level, tetapi
bahkan hukuman mati, secara umum akal

139 Volume 6, Nomor 2, Juli 2020


bervariasi dan memiliki bobot dan label yang pengalaman, baik ngatif maupun positif yang
berbeda-beda. terjadi dalam kehidpan adalah menjadi soko
1. Orang yang tidak memahami keber- guru yang berharga bagi orang yang mengerti
adaannya sebagai manusia dan hamba dan mengambil pelajaran darinya. Berbagai
Allah swt. tidak mengimani keberadaan- macam kejahatan yang berulang-ulang terjadi
Nya, sehingga orang tersebut tidak taat dalam masyarakat adalah karena oknum
dalam menjalankan syariat serta tidak pelakunya tidak memiliki akal yang sehat
mengikuti segala bentukajaran Tuhan, oleh untuk digunakan belajar dari kerugian dan
al-Qur’an manusia seperti itu manusia kerusakan yang terjadi akibat dari kejahatan
yang tidak sehat dan memfungsikan itu.
akanlnay, bagaikan seekor binatang Akal seseorang yang terpelihara lewat
keledai (Q.S. al-Jumu’ah/62: 5). siraman-siraman kebaikan berdasarkan
2. Orang yang senang menganngu hamba- petuunjuk-petunjuk syariat akan terjaga dari
hamba Allah swt. yang mengabdikan pengaruh-pengaruh negatif dan terhindar dari
dirinya kepada Tuhannya. Oleh al-Qur’an prilaku-prilaku kejahatan yang merugikan
dianggap sebagai orang yang jahil (Q.S. al- dirinya dan orang lain. Sebab mereka yang
Furqan/25: 63). memiliki akal dan sampai pada tingkat
3. Orang yang memfungsikan akalnya golongan ullul absar dan ulul albab, “mereka
dengan selalu mngambil hikmah dan akan selalu berfikir positif dan mendalam
pelajaran secara bijaksana pada suatu tentang syariat dan ciptaaan Allah Swt. dan
peristiwa disekitarnya. Oleh Allah swt. hikmah-hikmah diciptakannya. Mereka
disebut dengan ulul absar (Q.S. al-Nur/24: memiliki kesadaran tujuan dan makna hidup
44 dan al-Hasyr/59: 2). yang tinggi, yaitu untuk kemaslahatan
4. Kelompok yang memfungsikan akalnya manusia dunia dan akhirat. Mereka menyadari
dengan sebaik-baiknya dimana, kapan dan penciptaan alam raya sebagai wujud
dalam keadaan apapun dia. Oleh Allah swt. transendental dan kekuasaan Tuhan. Mereka
diberikan penamaan ulul albab (Q.S. Ali berpandangan positif dan optimis terhadap
Imran/3: 190, 191).23 alam raya, menyadari bahwa kebahagiaan
Tingkatan-tingkatan akal yang dimiliki tidak akan ada karena berpandangan negatif
manusia, tergantung pada pemeliaharaan akal terhadap alam sebagai ciptaan Allah swt yang
itu sendiri. Kalau akal tidak diarahkan atau diperuntukkan untuk manusia.24
tidak selalu diasah kepada hal-hal posiitif Kejahatan-kejahatan yang selalu disak-
dalam rangka pengabdian kepada Allah Swt., sikan di dunia khususnya di Indonesia
maka kecendrungannya terarah kepada sekarang ini, di antaranya terjadi karena
perbuatan-perbuatan negatit atau tindak ketidak tahuan dan ketidak patuhannya
kejahatan. Sebaliknya jika akal yang dimiliki tehrhadap perintah memelihara akal seperti
seseorang selalu berada pada lingkungan yang dimaksud dalam maqasidu al-syari’ah.
kebaikan, maka dengan sendirinya atau Tidak terpeliharanya akal mereka yang
kemungkinan besar akal atau cara berfikir melakukan kejahatan, antara lain disebabkan
orang tersebut selalu pada koridor positif atau kurangnya siraman-siraman keagamaan yang
sesuai dengan syariat. menjadikan iamannya idak bercahaya dan
Akal yang memang tidak berada pada menerangi akalnya. Namun justru sebaliknya,
lingkaran kebaikan sehingga tidak dapat membiarkan dirinya, selalu berada pada
memahami nilai-nilai syariat dari Allah swt. lingkungan yang berpotensi dan men-
akan sulit mengambil hikmah atau pelajaran dorongnya untuk melakukan kejahatan,
dari apa yang terjadinya pada dirinya, orang sehingga dengan mudah syaitan beraksi dan
lain dan lingkungan sekitarnya. Padahal mengikuti langkah-langkahnya yang men-
menjadi teori kehidupan bahwa pengalaman- jerumuskan dirinya ke dalam dosa.

23 Lihat Andi Aderus dan Muammar Bakry. Aqidah 24 Lihat Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok.

Aswaja (Ahlussunnah wal Jama’ah) (Cet. II; Makassar: UIM Metodologi Studi Islam (Cet. VIII; Bandung: PT Remaja
Algazali University Press, 2018), h. 86. Rosdakarya, 2006), h. 19-20.

Muh. Haras Rasyid, Memelihara Akal Dalam Maqasidu Al-Syari'ah 140


Solusi preventif yang ampuh dalam preventif utama dalam mencegah sese-
memerangi kejahatan adalah paling tidak orang melakukan tindak kejahatan. Banyak
dimulai sejak sesorang keluar dari perut orang melekukan kejahatan, karena
ibunya dengan cara memperkenalkan nilai- akalnya tidak terpelihara dengan baik,
nilai syariat Allah Swt. Secara kontinu sehingga akalnya terganggu atau tidak
dilanjutkan penanaman syariat secara teori berfungsi. Dalam realitas, selalu didengar
dan praktik seiring dengan pertumbuhan fisik orang melakukan kejhatan berulang-ulang,
dan perkembangan psicis seseorang. Akal padahal menurut pandangan akal sehat,
akan terbina, tertuntun dan terpelihara dengan perbuatan itu sangat merugikan bagi
baik melalui dasar-dasar syariat yang sudah dirinya dan orang lain. Ditambah lagi,
tertanam pada diri seseorang. Ketika akal tindak kejahatan itu tidak sediki orang
mendapatkan pengaruh-pengaruh negatif dari mencontohnya, padahal secara akal yang
derasnya arus kehidupan, nilai-nilai syariat berfungsi baik orang yang meniru itu
yang di dalamnya terdapat nilai iman akan mengetahui jelas adalah suatu perbuatan
mengontrol dan menjaga ke mana akal fikiran yang sudah menyiksa di dunia dan di
itu terarah. Tentu saja, sangat dipahami bahwa akhirat.
sebagai manusia biasa tidak ada yang luput 4. Dengan demikian, memelihara akal dalam
dari kesalahan, tetapi jika nilai syariat sudah Maqasidu al-Syari’ah bukan bersifat
tertanam dengan baik dan kokoh, maka akan imbauan, tetapi merupakan kewajiban
menjadi perisai dan benteng yang kuat untuk sebagai sarana ibadah dalam mendekatkan
tidak melakukan kesalahan yang besar yang diri kepada Allah swt. Demikian pula
berdampak pada kerugian dirinya dan orang dengan memeliahara akal dengan sungguh-
lain dunia dan akhirat. Wallahu a’lam. sungguh sesuai dengan petunjuk-petunjuk
agama dan aturan-aturan dunia juga
III. KESIMPULAN
merupakan kewajiban yang tidak bisa
1. Allah Swt. sebagi pembuat syariat (syari’), dianggap sebagai sesuatu yang sekunder.
selain atas kekuasaannya juga untuk untuk tetapi menjadi priortotas utama atau
kepentingan hamba-Nya sebagai pelaksana primer. Semua itu dipentingkan dalam
syariat. Syariat dalam ajaran Islam adalah gerak langkah kehidupan seseorang agar
peraturan-peraturan yang pokok-pokoknya terhindar dari perbuatan jahat yang
ditetapkan Allah Swt. dalam al-Qur’an dan membahayakan, merugikan dan merusak
sunnah Rasulullah saw. memiliki tujuan diri sendiri dan orang banyak.
untuk kemaslahatan kehidupan hamba-
hamba-Nya di dunia dan diakhirat. Tujuan DAFTAR PUSTAKA
ditetatpkannya syariat anatara lain dibahas
dalam istilah Maqasidu al-Syariah. Al-Qur’an al-Karim
2. Dalam pembahasan Maqasidu al-Syari’ah Aderus, Andi dan Muammar Bakri. Aqidah
terdapat istilah dharuriyah, yaitu sesuatu Aswaja (Ahlussunnah wal Jama’ah)
yang pokok dan penting dipelihara yang Cet. II; Makassar: UIM Algazali
terdiri dari 5 hal, salah satu di antaranya University Press, 2018.
adalah memelihara akal (hifdz al-‘aql).
Ali, H. Mohammad Daud. Hukum Islam
Akal adalah sesuatu yang diciptakan Allah
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Swt. dalam diri manusia yang tidak
Hukum Islam di Indonesia, Cet. VI;
berbentuk materi. Memelihara akal dalam
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Maqasidu al-Syari’ah merupakan hal yang
1998.
penting dilakukan, sebab merupakan unsur
yang substansi dalam diri manusia yang al-Jurjani, Ali bin Muhammad. Al-Ta’rifat,
menentukan eksistensi, bermaknanya dan Bairut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1405 H.
baik-buruknya kehidupan seseorang. Hakim, Atang Abd. dan Jaih Mubarok,
3. Memelihara akal sangat urgen bagi Metodologi Studi Islam, Cet. VIII;
seseorang, karena merupakan sarana

141 Volume 6, Nomor 2, Juli 2020


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Indonesia, Cet. I; Jakarta: Kencana
2006. Prenada media Grouf, 2010.
al-Magribi, Ali Abdul Fattah. Al-Firaq al- Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an
Kalamiah al-Islamiah, Cet. II; Kairo: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Maktabah Wahbah, 1995. Kehidupan Masyarakat, Cet. XIV;
Bandung: Mizan, 1997.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-
Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, _______. Wawasan Al-Qur’an Tafsir
Cet. XIV; Surabaya: Pustaka Progressif, Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
1997. Umat, Cet. V; Bandung: Mizan, 1997.
Nasr, H. Islam dalam Cita dan Fakta, Jakarta: Syaltout, Mahmud. Al-Islam Aqidah wa al-
Lappenas, 1981. Syari’ah, Cet. V; Mesir: Dar al-Syuruq
li al-Nasyr, t.th.
al-Qardawi, Yusuf. Al-Madkhal fi Dirasaat
Asy-Syari’ah al-Islamiyah, al-Syatibi, Abi Ishak. Al-Muwafaqat fi Ushuli
diterjemahkan oleh: Muhammad Zakki al-Syari’ah, Juz. II; Bairut Libanon: Dar
dan Yasir Tajid, Membumikan Syariat al-Ma’rifah, t.th.
Islam, Cet. I; Surabaya: Dunia Ilmu, Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia.
1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Raliby, Osman. Akal dan Wahyu dalam III, Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
dakwah, Jakarta: t.p., 1981. al-Zauqany, Al-Imam Muhammad. Syarah al-
al-Razi, Ahmad bin Faris Zakariah al- Zauqany ‘ala Muwattha’ al-Imam
Qazwaini, Mu’jam Maqayis al-Lugah, Malik, Jilid IV, t.t.p. Dar al-Fikri, t.th.
Cet. I; Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, al-Zubaidy, Abdurrahman bin Zaid. Masadir
1999. al-Ma’rifah al-Fikri al-Diny wa al-
Shomad, Abd.. Hukum Islam Penormaan Falasafy, Cet. I; Riyadh: Maktabah al-
Prinsip Syari’ah dalam Hukum Muayyad, 1992.

Muh. Haras Rasyid, Memelihara Akal Dalam Maqasidu Al-Syari'ah 142

Anda mungkin juga menyukai