Anda di halaman 1dari 4

Diskusi 1 Kriminologi

Soal :

Dalam perkembangannya ilmu tentang kriminologi tidak dapat berdiri


sendiri dan memerlukan ilmu lain salah satunya adalah sosiologi

Diskusikan:

Menurut saudara jelaskan hubungan/keterkaitan antara kriminologi


dengan sosiologi.

Jawaban :

Konsep Teori Anomie menurut robert k.merton didedefinisi sebagai ketidaksesuaian atau
timbulnya diskrepansi/perbedaan antara cultural goals dan institutional means sebagai
akibat cara masyarakat diatur (struktur masyarakat) karena adanya pembagian kelas.
5 contoh faktor kriminogen dari kejahatan korupsi akibat pengaruh globalisasi yaitu :
1. Ketidakseimbangan antara tujuan dan sarana.

Dalam masyarakat yang terpengaruh oleh globalisasi, tujuan yang diinginkan oleh individu
seringkali terkait
dengan kekayaan, keberhasilan material, dan status sosial yang tinggi. Namun, akses
terhadap sarana legal
untuk mencapai tujuan tersebut sering kali terbatas, khususnya bagi individu yang merasa
terpinggirkan atau
tidak memiliki kesempatan yang sama. Hal tersebut dapat menciptakan tekanan atau tekad
yang kuat serta
mendorong individu untuk ikut terlibat dalam upaya kejahatan korupsi sebagai sarana untuk
mencapai tujuan
yang diinginkannya.

2. Ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya.

Globalisasi dapat mengintensifkan ketidaksetaraan akses


terhadap sumber daya ekonomi dan politik di antara negara-negara dan kelompok-kelompok
sosial.
Ketimpangan ini menciptakan kesempatan bagi individu atau kelompok yang memiliki
kekuasaan atau
koneksi untuk menyalahgunakan kewenangan mereka demi memperoleh keuntungan
pribadi. Kesenjangan
sosial dan ekonomi yang melebar dapat menciptakan anomie atau ketidakadilan yang
memicu terjadinya
kejahatan korupsi.

3. Budaya materialistik dan orientasi pada bergaya hidup mewah.

Globalisasi juga berdampak pada budaya dan


nilai-nilai masyarakat. Pengaruh globalisasi sering kali mengarah pada penyebaran budaya
materialistik dan
orientasi yang bergaya hidup mewah, di mana keberhasilan dan kebahagiaan diukur
berdasarkan
kepemilikan pada benda-benda material dan kekayaan. Nilai-nilai yang menekankan pada
keserakahan dan
dorongan untuk memperoleh keuntungan materi dapat memicu individu untuk terlibat dalam
tindakan
korupsi demi memperoleh kekayaan dan status sosial yang diidamkan.

4. Perubahan sosial dan ketidakpastian.

Globalisasi membawa perubahan sosial yang signifikan, seperti


pertumbuhan ekonomi yang cepat, migrasi masal, dan perubahan struktur sosial. Perubahan
ini dapat
menciptakan ketidakpastian sosial dan ekonomi di antara masyarakat. Ketidakpastian ini
dapat menghasilkan
tekanan dan frustrasi yang meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan kecenderungan
individu untuk
mencari jalan pintas atau solusi cepat dalam bentuk kejahatan korupsi.

5. Perluasan kesempatan dan kegagalan sosial.

Globalisasi dapat membuka peluang ekonomi yang luas,


terutama dalam bentuk investasi asing dan perdagangan internasional. Namun, perluasan
kesempatan ini
tidak selalu diikuti dengan kesetaraan dan redistribusi yang dalam konteks globalisasi
adalah untuk
mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial yang sering kali diperkuat oleh efek globalisasi
yang tidak
merata. Globalisasi dapat menciptakan kesenjangan yang semakin besar antara negara-
negara dan dalam
masyarakat, dan redistribusi menjadi penting untuk memperbaiki ketimpangan tersebut dan
memastikan
manfaat globalisasi didistribusikan secara adil

Berikut adalah lima contoh faktor kriminogen dari kejahatan korupsi yang dapat dikaitkan
dengan pengaruh globalisasi, dengan mengacu pada Teori Anomie yang diadopsi oleh
Robert K. Merton:

Ketidakseimbangan nilai dan tujuan sosial: Globalisasi membawa perubahan besar dalam
struktur nilai dan tujuan sosial masyarakat. Dalam konteks globalisasi, nilai-nilai
materialisme, kekayaan, dan kesuksesan seringkali ditekankan secara berlebihan. Hal ini
menciptakan tekanan bagi individu-individu untuk mencapai kesuksesan material dengan
segala cara, termasuk melalui tindakan korupsi. Dalam Teori Anomie, Merton menyatakan
bahwa ketidakseimbangan antara tujuan yang ditekankan oleh masyarakat dan cara-cara
yang sah untuk mencapainya dapat memicu tindakan kriminal.
Disjungsi antara nilai-nilai budaya lokal dan global: Globalisasi membawa budaya dan nilai-
nilai dari berbagai negara dan menyebabkan adanya disjungsi antara nilai-nilai lokal dan
global. Nilai-nilai budaya lokal yang menghargai integritas, kejujuran, dan pelayanan publik
dapat terkikis oleh nilai-nilai global yang mementingkan keuntungan pribadi dan
individualisme. Ketika individu-individu mengalami ketegangan antara nilai-nilai lokal dan
global, mereka cenderung melanggar aturan dan terlibat dalam tindakan korupsi.

Tekanan ekonomi dan persaingan global: Globalisasi ekonomi menciptakan persaingan


yang ketat antara negara-negara dan perusahaan-perusahaan dalam mencari sumber daya,
pasar, dan keuntungan ekonomi. Tekanan ini dapat menciptakan situasi di mana individu
atau organisasi merasa terdesak untuk melanggar hukum atau melibatkan diri dalam
tindakan korupsi demi mempertahankan atau meningkatkan keuntungan mereka dalam
persaingan global.

Perkembangan teknologi dan kompleksitas keuangan: Globalisasi juga berhubungan


dengan kemajuan teknologi dan kompleksitas keuangan. Kemajuan teknologi memudahkan
pelaku korupsi untuk melakukan tindakan yang kompleks dan menyembunyikan jejak
kejahatan mereka. Selain itu, kompleksitas keuangan yang terkait dengan transaksi global
dan arus modal memungkinkan koruptor untuk melakukan kejahatan keuangan dengan
lebih sulit terdeteksi. Kedua faktor ini meningkatkan risiko korupsi dan memungkinkan para
pelaku korupsi untuk melakukan kejahatan dengan lebih lancar dan efektif.

Interaksi global yang terfragmentasi: Globalisasi juga membawa perubahan dalam cara
individu dan organisasi berinteraksi di tingkat global. Pertemuan dan interaksi antara
budaya, negara, dan organisasi yang berbeda dapat menciptakan kesempatan bagi koruptor
untuk mengambil keuntungan dari perbedaan regulasi, kurangnya koordinasi penegakan
hukum antarnegara, atau celah dalam sistem hukum internasional. Ketidakkompakan

Teori Durkheim tentang Anomie telah diadopsi oleh Merton untuk menjelaskan perilaku
menyimpang di dalam masyarakat. Tipologi Merton tentang adaptasi pada Anomie dikenal
sebagai Teori Ketegangan. Teori ini menganggap bahwa kejahatan tercipta apabila individu
tidak dapat mencapai tujuan mereka melalui saluran legal. Menurut Merton, konsep anomie
didedefinisi sebagai ketidaksesuaian atau timbulnya diskrepansi/perbedaan antara cultural
goals dan institutional means sebagai akibat cara masyarakat diatur (struktur masyarakat)
karena adanya pembagian kelas. Karena itu, menurut John Hagan, teori anomie Robert K.
Merton berorientasi pada kelas (“Merton is in exploring variations in crime and deviance by
social class”).

Adapun contoh faktor kriminogen dari kejahatan korupsi akibat pengaruh globalisasi adalah
sebagai berikut:

1. Kelas Masyarakat
Di dalam lingkungan masyarakat terdapat struktur sosial (bentuk-bentuk Kelas) dari
masyarakat yang atas sampai masyarakat yang rendah, kelas ini yang menyebabkan
perbedaan kesempatan dalam mencapai tujuan.
2. Ukuran Kesuksesan adalah Kekayaan
Karena Di dalam lingkungan masyarakat terdapat kelas-kelas. Dan kelas-kelas itu diukur
dari kekayaan. Biasanya pelaku kejahatan korupsi, berangkat dari Kelas Bawah masyarakat,
dimana mempunyai tujuan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan bertujuan untuk
menjadi kaya. Dimana, dilingkungan masyarakat tingkat kesuksesan diukur dari kekayaan.
3. Tujuan untuk memperoleh kekayaan
Para Pelaku Kejahatan Korupsi yang berangkat dari Kelas Bawah, demi menaikkan
kelasnya dan mencapai tujuannya, Para Pelaku Kejahatan Korupsi berani untuk melakukan
pelanggaran peraturan dan bahkan berinovasi dalam mencapai tujuannya dengan cara yang
tidak legal.
4. Budaya Korupsi
Di dalam lingkungan pekerjaan, khususnya pada Instansi Pemerintah, korupsi sudah
dianggap seperti suatu budaya. Sehingga apabila melakukannya, maka tidak akan ada
pengucilan dalam lingkungan.
5. Tekanan dari Struktur Sosial
Merton, mengatakan suatu tindakan terjadi bukan saja karena individu itu dia merupakan
orang yang Kelas Bawah (Lower Class), namun ia juga mendapat tekanan dari Struktur
sosial kepada suatu individu sehingga dia melakukan suatu penyimpangan perilaku karena
ia mendapatkan tekanan dari struktur sosial, yang lebih dikenal dengan (Social Pleasure).
Selain adanya struktur kelas dalam masyarakat, kejahatan korupsi juga karena tekanan dari
lingkungan, seperti budaya korupsi pada instansi pemerintah, dimana bila tidak melakukan
korupsi bisa dikucilkan di lingkungan kantor dan terhambatnya karir jabatan. Hal ini terlihat
dengan ditangkapnya pelaku kejahatan korupsi dari Instansi Pemerintah yang sama.

Anda mungkin juga menyukai