Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KRIMINOLOGI

“STRAIN THEORY”

Disusun Oleh :
Nama : Maharani
NIM : 02011282025186
Kelas :D
DPNA : 18

Dosen Pembimbing :
• DR.Hj. Nashriana, S.H., M. Hum.
• DR.H. Ruben Achmad, S.H., M.H.
• Dr. Henny Yuningsih, S.H., M.H.
• Isma Nurillah, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN
2021/2022
A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya Social Structure Theory atau Teori Struktur Sosial menjelaskan
kejahatan atau kriminalitas dengan memperhatikan pada pengaturan atau struktur
ekonomi dan sosial dalam masyarakat. Teori ini melihat berbagai pengaturan baik
formal maupun nonformal antara kelompok-kelompok sosial, yaitu struktur
masyarakat sebagai akar dari penyebab kejahatan atau penyimpangan. Teori struktur
sosial memprediksi bahwa aspek negatif dari struktur masyarakat, seperti
disorganisasi dalam keluarga, kemiskinan atau ketimpangan pendapatan dalam
pengaturan ekonomi masyarakat, dan kurangnya keberhasilan dalam proses
pendidikan ini lah yang menghasilkan perilaku kriminal. Ada beberapa jenis Teori
Struktur Sosial, salah satunya adalah Strain Theory atau Teori Ketegangan yang
dikemukakan oleh Robert K. Merton.
Robert K. Merton pada tahun 1938, mengaitkan masalah kejahatan dengan
anomie (yang dalam bahasa Prancis berarti “ketidakberaturan”) yang dikembangkan
oleh Emile Durkheim. Akan tetapi, konsep Merton tentang anomie sedikit berbeda.
Menurut Merton, masalah yang sebenarnya tidak diciptakan oleh sudden social
change (perubahan sosial yang cepat) tetapi karena social structure (struktur sosial)
yang menawarkan tujuan yang sama dengan sarana yang tidak merata.
Kekurangpaduan apa yang diminta oleh budaya (kesuksesan) dengan apa yang
diperbolehkan oleh struktur (yang mencegahnya), dapat meruntuhkan norma karena
tidak lagi efektif untuk membatasi tingkah laku.
Konsep Merton menekankan pentingnya dua unsur di setiap masyarakat, yaitu
(1) cultural aspiration atau culture goal dan (2) institutionalised means atau accepted
ways. Kedua unsur tersebut dapat terintegrasi apabila suatu masyarakat stabil, dengan
kata lain sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan berharga bagi mereka,
haruslah ada bagi setiap individunya. Strain theory ini berasumsi bahwa setiap orang
taat hukum, tetapi saat berada di bawah tekanan besar, mereka akan melakukan
kejahatan. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan besar antara tujuan dan sarana
yang ada.

B. ISI
1. Dasar Pemikiran
Menurut Robert K. Merton, suatu masyarakat menanamkan suatu hasrat untuk
mencapai cita-cita tertentu pada anggotanya, dan kemudian menggariskan cara-
cara yang sah untuk mencapainya. Apabila seseorang dihalangi dalam usahanya,
maka beralasan ia berusaha untuk mencapainya melalui berbagai manuver atau
cara yang tidak legal. Individu dari kelas sosial rendah menjadi frustrasi oleh
ketidakmampuannya untuk berpartisipasi dalam anugerah ekonomi masyarakat
yang lebih luas, akan mengarahkan kembali energi mereka ke dalam kegiatan
kriminal sebagai suatu cara untuk memperoleh anugerah ini. Pada umumnya
mereka yang melakukan cara yang illegitimate means atau bertentangan dengan
undang-undang tersebut berasal dari masyarakat kelas bawah dan golongan
minoritas. Ketidaksamaan kondisi sosial yang ada di masyarakat adalah
disebabkan proses terbentuknya masyarakat itu sendiri.

2. Tokoh Penggagas dan Riwayat Hidupnya

Robert K Merton adalah seorang Sosiolog yang mengembangkan konsep


keseimbangan bersih. Robert K Merton lahir pada tanggal 4 Juli 1910 di
pemukiman kumuh di Philadelphia. Merton banyak menimba ilmu dari guru-
gurunya selama menempuh pendidikan Sarjana seperti P.A Sorokin, yang
mengorientasikan lebih luas pada pemikiran sosial Eropa. Disamping itu Merton
juja banyak dipengaruhi oleh pemikiran gurunya Talcott Parson, yang terkenal
dengan idenya Structure of Social Action. L.J Hendersonmengajarkan Merton
tentang bagaimana melakukan penyelidikan berdisiplin terhadap sesuatu yang
terasa sebagai ide yang menarik. Guru lainnya yang juga sangat berpengaruh
terhadap pola pemikiran Merton adalah E. F Gay seorang sejarawan ekonomi.

3. Inti Dasar Teori

Strain Theory atau teori ketegangan menekankan konflik antara tujuan dan cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Struktur sosial merupakan akar
dari masalah kriminal, oleh karena itu pendekatan Strain Theory kadang-kadang
disebut sebagai interpretasi struktural. Strain Theory mengasumsikan bahwa orang
pada dasarnya taat hukum, tetapi di bawah tekanan yang kuat, mereka melakukan
kejahatan ini adalah perbedaan antara ujung dan dimaksudkan untuk menciptakan
tekanan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam distribusi
kekayaan dan kekuasaan (power). Kondisi seperti ini menyebabkan frustasi bagi
beberapa kelompok karena mereka berusaha mencari cara lain untuk mencapai
tujuan mereka.
4. Kritik Teori
1) Terlalu berkonsentrasi pada kejahatan di tingkat bawah secara hierarki
ekonomi, teori ini melalaikan kejahatan yang dilakukan oleh kalangan
menengah dan atas
2) Bagaimana mungkin suatu masyarakat yang bersifat heterogen seperti
Amerika Serikat memiliki tujuan-tujuan yang disepakati setiap orang?
3) Banyak juga orang-orang di masyarakat lain di luar Amerika Serikat yang
mempunyai sarana terbatas dalam mencapai tujuan-tujuan material tetapi
mempunyai angka kejahatan yang rendah, contohnya dua negara berkembang
dan negara industri Jepang dan Swiss.
5. Contoh Pengambaran atas Teori ini
Salah satu contoh dari penggambaran teori Strain terjadi akibat Pandemi
COVID-19. Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi
banyak aspek, seperti diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)
serta PHK maupun pemotongan gaji yang akhirnya berimbas pada terjadinya
krisis ekonomi bagi sebagian besar masyarakat. Dilansir dari Merdeka.com,
Kabagpenum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan, Senin (18/05)
menyatakan adanya peningkatan kasus kriminalitas selama pandemi COVID-19
terhitung sejak awal bulan Mei 2020. Kenaikan tersebut terjadi pada Minggu ke-
19 dan Minggu ke-20. Kejahatan yang tercatat mengalami kenaikan di antaranya
yaitu pencurian dengan pemberatan, kasus begal dan penjambretan.
Robert K. Merton melaui teorinya menyatakan bahwa pada dasarnya manusia
itu baik, namun karena adanya kondisi sosial yang mengakibatkan tekanan atau
stres, maka terjadi ketegangan (strain) yang bersumber dari 4 faktor, yaitu gagal
mencapai tujuan yang bernilai positif, hilangnya stimulus positif dalam diri dan
hadirnya stimulus negatif, serta adanya perbedaan antara ekspektasi dan harapan.
Teori ini sesuai dengan keadaan di masa pandemi saat ini di mana mayoritas
masyarakat mulai dari kelas ekonomi yang tinggi hingga kelas ekonomi yang
rendah mengalami krisis ekonomi yang parah, kebutuhan-kebutuhan primer
maupun sekunder sulit untuk terpenuhi hingga menimbulkan perasaan tertekan
dan stres. Jika individu tidak memiliki stimulus positif dalam dirinya –dalam
konteks ini; akal sehat, maka tekanan tersebut akan bermuara pada terjadinya
kejahatan seperti pencurian, perampokan, dan pembegalan demi mengurangi
tekanan yang dirasakan serta memenuhi kebutuhan mereka tanpa
mempertimbangkan hukum yang berlaku.
Salah satu kejahatan yang akan dibahas kali ini yaitu pencurian dengan
pemberatan. Kasus-kasus pencurian dengan pemberatan yang sering terjadi saat
ini di antaranya pencurian di dalam minimarket dan pencurian kendaraan
bermotor (curanmor). Dilansir dari m.mediaindonesia.com, Kabid Humas Polda
Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, Senin (20/4) mengungkapkan, “Pencurian
dengan pemberatan sekarang agak meningkat, baik itu curanmor maupun tempat-
tempat seperti minimarket”. Saat pelaku mengidentifikasi bahwa rumah-rumah
warga sulit untuk dieksekusi, maka ia akan mencari cara lain agar tujuan mereka
tetap tercapai, salah satunya minimarket. Oleh karena itu, pencurian yang mulanya
banyak terjadi di rumah-rumah, kini pindah ke minimarket karena setelah
diberlakukannya PSBB, minimarket tutup lebih awal dan masyarakat lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah, sehingga mudah bagi para pelaku untuk
membobol minimarket yang sudah tutup.

Anda mungkin juga menyukai