Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA

DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI


• Salah satu persoalan yang sering muncul ke permukaan dalam kehidupan
masyarakat ialah tentang kejahatan. Masalah kejahatan merupakan masalah
abadi dalam kehidupan umat manusia, karena ia berkembang sejalan dengan
perkembangan tingkat peradaban umat manusia. Dalam hal ini, kriminologi
menjadi suatu cabang ilmu yang membahas lebih jauh berkenaan dengan
masalah kejahatan. Oleh karenanya, muncul suatu pertanyaan “sejauh manakah
suatu tindakan dapat disebut kejahatan ?” Kriminologi adalah ilmu pengetahuan
tentang kejahatan dan penjahat. Menurut Sutherland, Ruang lingkup kriminologi
terbagi atas tiga bagian, yaitu Sociology of Low (sosiologi hukum) mencari secara
analisa ilmiah kondisi-kondisi terjadinya atau terbentuknya hukum, Etiologi
kriminil, mencari secara analisa ilmiah sebab-sebab daripada kejahatan serta
Penologi ilmu pengetahuan tentang terjadinya atauterbentuknya hukum, Etiologi
kriminil, mencari secara analisa ilmiah sebabsebab daripada kejahatan serta
Penologi ilmu pengetahuan tentang terjadinya atau berkembangnya hukuman,
artinya dan manfaatnya berhubungan dengan "control of crime".
• Dalam mempelajari kriminologi, dikenal
adanya beberapa teori yang dapat
dipergunakan untuk menganalisis
permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan kejahatan. Teori tersebut pada
hakikatnya berusaha untuk mengkaji dan
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan penjahat dan kejahatan. Yaitu ;
• Teori Asosiasi Deferensial (Edwin H. Sutherland)
• Teori ini dikemas dalam dua versi, Pertama pada tahun
1939 dan yang kedua pada tahun 1947. Pada versi
pertama, Sutherland dalam bukunya “Principles” edisi
ketiga, memfokuskan pada konflik budaya dan
disorganisasi sosial serta asosiasi diferensial. Pengertian
asosiasi diferensial, oleh Sutherland dimaksudkan bahwa,
tidak berarti bahwa hanya kelompok pergaulan dengan
penjahat akan menyebabkan perilaku criminal, tetapi yang
terpenting adalah 2 sisi dari proses komunikasi dengan
orang lain.
• Teori Anomi (Emile Durkheim dan Robert K. Merton)
• Durkheim dalam bukunya yang berjudul the Duvisuon
of Labor In Society (1893), menggunakan istilah
anomie untuk menggambarkan keadaan deregulation
di dalam masyarakat.Keadaan deregulasi oleh
Durkheim diartikan sebagai tidak ditaatinya aturan-
aturanyang terdapat dalam masyarakat dan orang 14
tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain.
Keadaan deregulation atau normlessness inilah yang
menimbulkan perilaku deviasi.
• Menurut Merton, dalam setiap masyarakat terdapat tujuan-
tujuan tertentu yang ditanamkan kepada seluruh warganya.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sarana-sarana yang
dapat dipergunakan. Tetapi dalam kenyataan tidak setiap
orang dapat menggunakan sarana-sarana yang tersedia. Hal ini
menyebabkan penggunaan cara yang tidak sah dalam
mencapai tujuan. Dengan demikian akan timbul
penyimpangan-penyimpangan dalam mencapai tujuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, Merton tidak lagi menekankan
pada tidak meratanya sarana-sarana yang tersedia, tetapi lebih
menekankan pada perbedaan-perbedaan struktur
kesempatan.
• Dalam setiap masyarakat selalu terdapat struktur sosial. Struktur
sosial, yang berbentuk kelas-kelas, menyebabkan adanya
perbedaan-perbedaan kesempatan dalam mencapai tujuan.
Keadaan-keadaan tersebut (tidak meratanya sarana-sarana serta
perbedaan perbadaan struktur kesempatan) akan menimbulkan
frustasi di kalangan para warga yang tidak mempunyai kesempatan
dalam mencapai tujuan. Dengan demikian ketidakpuasan, konflik,
frustasi dan penyimpangan muncul karena tidak adanya
kesempatan bagi mereka dalam mencapai tujuan. Situasi ini akan
menimbulkan keadaan di mana para warga tidak lagi mempunyai
ikatan yang kuat terhadap tujuanserta sarana-sarana atau
kesempatan-kesempatan yang terdapat dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai