Anda di halaman 1dari 65

Materi 2.

2
MENDESKRIPSIKAN
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP
PENJAJAHAN BANGSA EROPA
12 x 45 Menit (6 x Pertemuan)
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan latar belakang munculnya perlawanan bangsa Indonesia terhadap
penjajahan Eropa.
2. Menjelaskan 2 kondisi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Eropa.
3. Mendeskripsikan perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Eropa
sebelum Revolusi Industri.
4. Mendeskripsikan perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Eropa
setelah Revolusi Industri.
5. Menjelaskan dampak perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Eropa.

MANFAAT YANG DIHARAPKAN DARI PEMBELAJARAN MATERI INI


Siswa dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman-pengalaman dan ketrampilan
tentang bagaimana kolonialisme dan imperialisme itu dapat terjadi, sehingga punya
ide bagaimana untuk dapat mencegahnya.

Metode :
Kata Kunci :
Explicit Instruction dengan metode
Penjajahan Eropa, Revolusi Industri,
ceramah bervariasi
Perlawanan bangsa Indonesia
(tanya jawab dan diskusi langsung).
1. Latar Belakang
Munculnya Perlawanan
Bangsa Indonesia Terhadap
Penjajahan Eropa
Sengketa dominasi di jalur
perdagangan rempah
setelah ditemukan jalan
lain ke dunia timur
Rebutan jalur
perdagangan
1.
Mempertahankan
kekuasaan di
jalur
Rebutan pasokan
perdagangan
rempah-rempah
2.
Menentang
Tiga latar belakang monopoli
perlawanan bangsa Indonesia perdagangan
terhadap penjajahan Eropa
rempah-
rempah
Rebutan hak
milik
3.
Mempertahankan
kepemilikan
rempah-rempah
Rakyat tidak dapat
Bangsawan/keluarga raja memenuhi kebutuhan
kehilangan kekuasaan atas pokok hidupnya
rakyatnya sendiri

EKONOM
POLITIK
I

Sebagian bangsawan/keluarga raja dan


rakyat jelata bersatu membangun kekuatan

Melakukan perlawanan
terhadap penjajah
2. Kondisi perlawanan
bangsa Indonesia terhadap
penjajahan Eropa
Memperbaiki kondisi ekonomi
bangsa Eropa dan membalas
kekalahan dalam perang salib
Sebelum
Revolusi
Blokade ekonomi
Industri
Menyebarkan agama (Gospel),
oleh Turki Usmani mendapatkan kekayaan untuk
memperbaiki ekonomi dan menyusun
kekuatan kembali (Gold) dan meraih
kembali kejayaan Eropa (Glory)
Penjajahan
bangsa
Eropa
Mencari modal untuk
mengembangkan industri dan
membangun negara moderen
menggantikan sistem kerajaan
Setelah
Revolusi
Industri Mendapatkan bahan baku industri dan
tempat pemasaran untuk mencari untung
sebanyak-banyaknya (Gold)
Menggangu perekonomian
dan mengambil alih
kekuasaan perdagangan
Sebelum kerajaan Nusantara
Revolusi
Perlawanan kerajaan Nusantara
Industri
menentang monopoli jalur pelayaran
dan perdagangan

1. Kesultanan Demak 3. Kerajaan Mataram Islam


melawan Portugis melawan VOC
(1513-1527) (1628-1629)

2. Kesultanan Aceh melawan 4. Kerajaan Banten melawan


Portugis dan VOC VOC
(1523-1607) (1651-1683)

5. Kesultanan Gowa Makasar


melawan VOC
(1666-1669)
Memecah belah keluarga
kerajaan dengan ikut campur
Setelah dalam urusan kerajaan untuk
Revolusi memeras rakyat
Industri
Perlawanan rakyat menentang monopoli
hasil bumi yang akan diperdagangkan

1. PERLAWANAN 5. PERANG JAWA 1825-1830


BANGSAWAN JAWA 1752-1757 (Dipimpin Pangeran Diponegoro
(Dipimpin Pangeran Sambernyawa /R.M. Ontowiryo)
/R.M. Said)
6. PERANG BALI 1849-1849
2. PERANG PADRI 1803-1838
7. PERANG BANJAR 1859–1906
3. PERANG MALUKU 1817

8. PERANG ACEH 1873-1912


4. PERANG MENTENG 1819-1821

9. PERANG BATAK 1878-1907


3. Perlawanan bangsa Indonesia
terhadap penjajahan Eropa
sebelum Revolusi Industri
1. Kesultanan Demak
melawan Portugis
(1513-1527)

PORTUGIS

MALUKU

PAJAJARAN

DEMAK
Kesultanan
DEMAK
Didirikan oleh Raden Patah sebagai Kerajaan
Islam di Jawa menggantikan Majapahit

Latarbelakang Kesultanan Demak melawan Portugis (1513-1527)


Portugis ingin melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah
di selat Malaka setelah berhasil merebut Malaka thn. 1511

Menghalangi perdagangan Menyebarkan agama Katolik, sehingga


Demak dengan Malaka menghalangi perkembangan Islam di
Nusantara.

Mematikan perdagangan
kaum Muslim Indonesia.

Melakukan perlawanan terhadap


Portugis lebih dari satu kali.
Perlawanan 1

Dilakukan pada masa kekuasaan Raden Patah.


Pasukan Demak dengan kekuatan 100 kapal dan 5.000 pasukan dari Jawa, serta
tambahan tentara dari Palembang, hingga jumlahnya menjadi 12.000 pasukan
dipimpin oleh Pati Unus. Serangan dilakukan pada 1513 akan tetapi, kekuatan
yang sangat besar tersebut dapat dipatahkan oleh Portugis, sehingga Pati Unus
terpaksa kembali ke Jawa dengan kekalahan.

Perlawanan 2

Dilakukan pada 1521, yaitu setelah Raden Patah wafat pada 1518 dan takhta
Kesultanan Demak diteruskan oleh Pati Unus, namun Portugis menyambut
serangan ke 2 pasukan Demak ini dengan pertahanan yang lebih baik, sehingga
Kesultanan Demak mengalami kekalahan kembali, bahkan Pati Unus gugur di
medan perang, sehingga Pati Unus disebut oleh masyarakatnya dengan gelar
Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran (yang gugur) di seberang utara.
Takut akan ekspansi Demak dan merasa terancam dengan kekuatan Islam di pesisir
Pulau Jawa, yaitu Banten, Cirebon, dan Demak, Pajajaran sebagai pusat perdagangan
lada terbesar di Jawa, pada Thn 1522 bersekutu dengan Portugis dan mengizinkan
Portugis membangun benteng di Sunda Kelapa dan hal ini akan memperkuat
kedudukan Portugis dan dianggap sebagai ancaman bagi Demak, maka Demak
melakukan perlawanan berikutnya ..

Perlawanan 3

Dilakukan pada 1527 saat Demak dipimpin oleh Sultan Trenggono yang telah berhasil
menaklukkan Banten dan Pajajaran. Perlawanan ke 3 terhadap Portugis dilakukan
dengan strategi mengerahkan pasukan gabungan Demak, Cirebon dan Banten di
bawah pimpinan Fatahillah (nama aslinya Faddillah Khan atau Faletahan, atau Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati). Perlawanan ke 3 ini berhasil dengan baik yaitu
dengan merebut Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527 dan diganti namanya menjadi
Jayakarta yang berarti kemenangan yang gemilang.

“TEKAD KONSISTEN
BERHASIL”
2. Kesultanan Aceh melawan
Portugis dan VOC
(1523-1607)

ACEH
Kesultanan Didirikan oleh Sultan Ali
ACEH Mughayat Syah pada tahun 1496

Pada awal berdirinya wilayahnya hanya Lamuri, namun setelah berhasil


menundukkan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan di sekitarnya, seperti
Daya, Pedir, Lidie, dan Nakur berkembang menjadi sebuah kesultanan

1511 Malaka dikuasai Portugis, Aceh berkembang menjadi bandar


pedagang Islam mengalihkan pusat perdagangan dan menguasai
perdagangannya ke Aceh perdagangan di pantai timur Sumut

Dianggap
sebagai Thn. 1537-1568 Sultan Alauddin Ri’ayat al-Kahar
ancaman oleh berhasil mengacehkan seluruh Pantai Barat Sumatra
Portugis yang Aceh menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang
berkuasa di
disegani oleh pedagang-pedagang asing.
Malaka
Tahun 1523 Aceh mempersiapkan diri untuk tetap mempertahankan
Portugis kedaulatan dengan:
menyerang 1. Melengkapi kapal-kapal dagangnya dgn meriam dan prajurit
Aceh namun 2. Mendatangkan bantuan dari Turki pada 1567
gagal 3. Mendatangkan bantuan dari Kalikut dan Jepara

Terbujuk oleh surat Pangeran Maurit dari Belanda


Pada tahun 1607 mengizinkan VOC membuka loji di Tiku,
Pantai Barat Sumatra dan mulai berdagang di Aceh

1. Memutuskan hubungan dan menolak


kehadiran VOC di Pantai Barat Sumatra 1607-1639 Sultan Iskandar
2. Berusaha mengusir Portugis dari Malaka Muda berkuasa di Aceh
pada tahun 1629 namun gagal

Tahun 1641 VOC bersekutu dengan


kesultanan Johor dan berhasil mengusir “STRATEGI KURANG
Portugis dari Malaka dan menguasai TERUJI”
perdagangan di selat Malaka
3. Kerajaan Mataram Islam
melawan VOC
(1628-1629)

MATARAM
Didirikan oleh Sutawijaya atau Panembahan Kerajaan
Senopati pada tahun 1586. Ia merupakan putra Ki
Gede Pamanahan dengan Nyai Sabinah
MATARAM
ISLAM
Kerajaan Mataram Islam sebelumnya hanya
sebuah kadipaten dari kerajaan Pajang.

Pada tahun 1613-1645 dipimpin oleh Sultan Agung. Ia seorang sultan sekaligus
senapati ing ngalaga (panglima perang) yang terampil, sehingga berhasil
membangun Mataram menjadi kesultanan yang memiliki kekuatan teritorial
dan militer yang besar di P. Jawa.

Menyatukan sebagian besar pulau Jawa, yakni sebagian besar wilayah Jawa
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah kecuali Banten, selain itu juga menguasai
daerah Madura, dan Sukadana (Kalimantan Barat), Makasar, serta Pulau
Sumatra (Palembang dan Jambi).
Sultan Agung mempunyai Untuk menguasai Banten Sultan
keinginan mempersatukan seluruh Agung mengklaim Banten secara
tanah Jawa, hanya Banten dan historis sebagai daerah
Batavia yang belum dikuasai bawahan Demak dan Cirebon

Terancam oleh kedatangan Belanda (VOC) yang menduduki ujung


barat Jawa, sepanjang Banten, dan membangun pemukiman
di Batavia yang memang merupakan wilayah di luar kendali Sultan Agung

Menentang kebaradaan VOC di Batavia yang melakukan


monopoli perdagangan dan selalu menghalangi kapal dagang
Mataram yang akan ke Malaka

2x
Menyerang
VOC di
Batavia
Serangan ke 1
22 Agustus Tahun 1628

Dipimpin oleh Bupati Kendal, Tumenggung Baureksa dan Pangeran Mandureja


Strategi yang dilakukan adalah membendung Sungai Ciliwung yang menjadi
sumber air bagi benteng VOC di Batavia

Gagal karena ...


1. Kalah persenjataan,
2. Jarak dari Mataram ke Batavia yang cukup jauh stamina pasukan terkuras,
3. Kekurangan bahan makanan,
4. Terserang wabah kolera yang meluas akibat membendung sungai
Ciliwung

Sultan Agung menghukum mati


tentaranya yang tersisa termasuk
Tumenggung Bahureksa dan
Pangeran Mandureja yang menjadi
pemimpin pasukannya.
Serangan ke 2
Mei Tahun 1629

Dipimpin oleh Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah dan Dipati Purbaya
Strategi yang dilakukan adalah menyerang lansung benteng Belanda di Batavia
dengan terlebih dahulu mendirikan lumbung-lumbung padi sebagai gudang
bahan makanan untuk pasukannya di Tegal dan Cirebon

Gagal karena ...


Ada penghianat di pasukan Mataram yang membocorkan lokasi lumbung-
lumbung padi yang menjadi gudang makanan bagi pasukan Mataram yang
akan menyerang Batavia

“SEMANGAT YANG
TERBIASKAN”
4. Kerajaan Banten melawan
VOC
(1651-1683)
BANTEN
Didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada
Kerajaan abad ke-16 dan mencapai masa kejayaannya pada masa
BANTEN pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa

Dengan posisinya yang strategis, yaitu


Posisi strategis Banten sebagai di ujung barat Pulau Jawa (depan
bandar perdagangan pintu masuk selat Malaka), membuat
internasioanl mendorongVOC Banten dapat berkembang menjadi
membanguan bandar di Batavia kerajaan yang maju di pulau jawa dan
untuk menyaingi Banten pada menjadi penguasa jalur pelayaran dan
tahun 1619 perdagangan

Pada tahun 1651 Pangeran Surya alias


Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta, untuk
menandingi perkembangan bandar VOC
di Batavia, ia menjalin hubungan dengan
pedagang-pedagan Eropa, Asia, dan Persia
VOC berusaha melemahkan Banten dengan cara
melakukan blokade dengan melarang kapal-kapal
dagang Cina dan kapal dagang dari Maluku untuk
meneruskan perjalanan ke Banten

Banten membalas dengan mengirim pasukan untuk


mengganggu kapal-kapal dagang VOC di Batavia dan
rakyat Banten merusak tanaman tebu milik VOC
Hubungan
VOC dengan
Banten makin
memburuk Sultan Ageng
VOC
membangun
membangun
saluran irigasi
benteng-
dari sungai
benteng
Ujung Jawa -
pertahanan
Pontang
Pada 1652 Sultan Ageng Tirtayasa Pada 1656 melakukan sabotase dan perusakan
mengirimkan tentaranya untuk kebun tebu serta pabrik-pabrik penggilingan VOC
menyerang VOC di Batavia. dan membakar kampung-kampung yang dijadikan
sebagai pertahanan Belanda

Sultan Haji tidak menyetujui dan Pada tahun 1671 mengankat putranya yang
menentang apa yang dilakukan oleh bernama Sultan Abdul Nazar Abdul Kahar alias
Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC Sultan Haji sebagai raja pembantu yang
bertanggung jawab terhadap urusan dalam negeri

Belanda mengetahui hal tersebut dan VOC menghasut Sultan Haji berkaitan dengan
segera mengirim W. Caeff untuk jabatan yang diberikan kepadanya dengan jabatan
berusaha mendekati Sultan Haji, yang yang diberikan kepada saudaranya, yaitu P. Arya
dianggapnya mudah dihasut Purbaya oleh Sultan Ageng

TERJADI PERANG
BANTEN 1681-1683 Pada tahun 1681 Sultan Haji
Antara Sultan Ageng membuat persekongkolan dengan
Tirtayasa dengan VOC untuk merebut tahta karena
putranya sendiri,
khawatir akan jatuh ketangan
yaitu Sultan Haji
yang dihasut dan P. Arya Purbaya
dibantu oleh VOC
Sultan Ageng Tirtayasa dapat dikalahkan,
yaitu dengan cara ditipu dan kemudian
dipenjara di Batavia dan akhirnya wafat di
Batavia pada tahun 1692

Sebagai imbalan telah membantu Sultan Haji mendapatkan kekuasaan Banten, Belanda
mengajukan empat permintaan, yaitu:
1. Cirebon diserahkan kepada VOC
2. VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan lada di Banten dan pedagang lain harus diusir
3. Jika perjanjian dilanggar, Banten harus membayar 600.000 ringgit kepada VOC
4. Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan harus ditarik
Belanda berhasil menguasai Banten.

Pada saat Inggris mengambil alih Indonesia dari Belanda berdasarkan isi
Perjanjian Tungtang tahun 1811 oleh Thomas Stamford Raffles Kesultanan
Banten resmi dihapus pada 1813 dan Sultan Muhammad Syafiuddin, yang
diangkat menggantikan Sultan Haji yang telah wafat pada tahun 1809,
menjadi raja terakhir dari Kerajaan Banten.

“KEUNGGULAN YANG SIRNA


KARENA KEBODOHAN”
5. Kesultanan Gowa Makasar
melawan VOC
(1666-1669)

MALAKA

MALUKU

GOWA

BATAVIA
Didirikan oleh bangsawan-bangsawan Bate Salapanga di
Kerajaan
Gowa sekitar tahun 1320 Masehi
GOWA
Merupakan kumpulan sejenis suku yang kemudian MAKASAR
menunjuk satu pasang suami-istri dari golongan bangsawan
tertinggi yang ada untuk menjadi pemimpin utama

Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaannya bersama Kerajaan Tallo sekitar


tahun 1511 hingga 1669, saat itu kerajaan ini memegang hegemoni militer dan
perdagangan atas wilayah timur Nusantara, termasuk di antaranya sebagian
besar Sulawesi, beberapa bagian dari Maluku dan Nusa Tenggara, pesisir timur
Kalimantan hingga Wilayah Utara.

Pada tahun 1666, VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman,


berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi dengan tujuan
untuk memonopoli jalur perdagngan rempah-rempah di tiga pusat penjualan
rempah-rempah, yaitu Malaka – Batavia – Maluku
Monopoli tiga Mengganggu posisi strategis Makasar, karena
jalur pusat dengan adanya jalur monopoli tersebut sering
penjualan terjadi kapal-kapal dagang Makasar melawati
rempah-rempah, batas jalur monopoli dianggap sebagai
yaitu Malaka – pelanggaran
Batavia –
Maluku
Sultan Hasanuddin naik tahta, ia berusaha menggabungkan
kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur
untuk melawan VOC (Kompeni).

Terjadi pemberontakan rakyat Maluku melawan monopoli perdagangan


VOC, Makasar membantu dengan melucuti dan merampas armada VOC
yang ada di Maluku

Terjadi pemberontakan rakyat Maluku melawan monopoli perdagangan


VOC, Makasar membantu

Terjadilah Perang Makasar


(1666-1669).
Perang Makassar hanya berlangsung 3 tahun, namun merupakan salah satu perang
yang paling berat dihadapi VOC di Nusantara pada abad ke XVII M. VOC harus
melakukan serangan beberapa kali untuk menduduki Makasar

Pada 7 Juli 1667 , VOC mundur dan mencari aliansi dengan Raja Buton, Ternate, dan
Bone, lalu bersama Aru Palaka dari Bugis , yang pernah menjadi tahanan bagi Kerajaan
Gowa-Tallo pada 9 Juli 1667 VOC mencoba menyerang Makassar kembali, namun,
serangan tersebut berhasil dipatahkan kembali oleh pasukan Sultan Hasanuddin

Pada 22 Oktober 1667, VOC kembali melakukan penyerangan terhadap Makasar, VOC dengan
bantuan pasukan dari Batavia mengirim pasukan ekspedisi yang terdiri atas tentara VOC di
bawah pimpinan Cornelis Janszoon Spelman, orang-orang Ambon yang dipimpin Jonker van
Manipa, dan pasukan Bugis Bone yang dipimpin oleh Aru Palaka.

Makasar diserang dari berbagai penjuru oleh Benteng pertahanan tentara Gowa di
pasukan aliansi VOC, meski telah berjuang Barombang akhirnya diduduki Aru
sekuat tenaga, Sultan Hasanuddin tetap Palaka, Sultan Hasanuddin ditangkap
kewalahan menghadapi pasukan aliansi menandai kemenangan pihak VOC.
VOC yang dilengkapi dengan peralatan
senjata yang lebih lengkap.
Peperangan antara Kesultanan Makassar
yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin
melawan Belanda, berakhir pada 18
November 1667 melalui Perjanjian
Bongaya.

Isi Perjajian Bongaya tahun 1667 :


1. Gowa mengakui monopoli perdagangan oleh VOC
2. Pedagang barat selain VOC harus meninggalkan Gowa
3. Gowa membayar kerugian perang 250.000 ringgit
4. VOC membangun benteng-benteng di Makasar
5. Gowa harus mengakui kedaulatan kesultanan Bone

““KEKUATAN YANG
TERHIANATI”
1. PERLAWANAN
BANGSAWAN JAWA 1752-1757
(Dipimpin Pangeran Sambernyawa/R.M. Said)
Mataram setelah ditinggal Sultan Agung menjadi kerajaan lemah dan BANGSAWAN
penggantinya bersekutu dan mau diatur oleh VOC JAWA
(Para priyayi atau
keluarga kerajaan
Atas saran dari VOC, bangsawan2 kerajaan yang ada dijadikan yang ada di
sebagai pegawai rendahan di istana, yang tugasnya membantu Kerajaan Mataram
Gubernur Jendral Belanda sebagai mitra raja Islam)

Raden Mas Said dihina dan dicerca saat


VOC berani menekan mengajukan permohonan kenaikan pangkat
dan mengintervensi karena dituduh membantu pemberontakan
jalannya orang-orang Cina
pemerintahan di
Kerajaan Mataram Raden Mas Said melakukan pemberontakan
yang menimbulkan dan diangkat oleh pengikutnya menjadi raja
kekecewaan dari baru dengan gelar Pangeran Adipati Anom atau
beberapa bangsawan lebih dikenal dengan sebutan
“Pangeran Sambernyowo”
Untuk menghentikan pemberontakan Raden Mas Said/Pangeran Sambernyowo,
pada tahun 1745, Pakubuono II (Raja Mataram setelah Sultan Agung) membuat
sayembara akan memberikan sebidang tanah di Sukowati/Sragen kepada siapa
yang dapat memadamkan pemberontakan tersebut

Pangeran Mangkubumi adik dari Pakubuono II tertarik untuk mengikuti


sayembara tersebut dan berhasil, namun Pakubuono II mengingkari janjinya dan
Gubernur Jendral Van Imhoff ikut campur dengan menuduh Pangeran
Mangkubumi terlalu berambisi mencari kekuasaan

Pangeran Wilayah perjuangan dibagi dua, Raden Mas Said


Mangkubumi bergerak ke bagian timur sedangkan Pangeran
bersatu dengan Mangkubumi konsentrasi di bagian barat
Raden Mas Surakarta, hasilnhya Perlawanan Pangeran
Said melawan Mangkubumi dan Raden Mas Said meluas hampir
VOC keseluruh Jawa Timur dan Jawa Tengah
Pakubuono II sakit keras dan dimanfaatkan oleh Van Imhoff untuk meminta
Gubernur VOC di Semarang, yaitu Gijsbert Karel Van Hogendorp segera
menyodorkan perjajian yang isinya menyerahkan Kerajaan Mataram kepada VOC

Dengan memanfaatkan seorang ulama besar, yaitu Syeikh Ibrahim, Pangeran


Mangkubumi bersedia berunding dengan VOC dan menghentikan
perlawanannya melalui sebuah perjanjian, yaitu Perjanjian Giyanti yang isinya
membagi dua Mataram
Perlawanan terhadap
VOC berakhir Kekecewaan bangsawan
Jawa muncul kembali dan
menimbulkan “Perang Jawa”
Bagian barat
(Yogyakarta) Bagian Timur
diberikan kepada (Surakarta) tetap
Pangeran diperintah oleh
Mangkubumi yang Pakubuono III yang
berkuasa sebagai berkuasa dengan
Sultan dengan sebutan sebutan Kasunanan
Sultan Surakarta
Hamengkubuwono I Belanda semakin
berani campur tangan
urusan kerajaan
Pakubuono dan
Mangkubumi saling
mengutamakan
kepentingan pribadi Semangat
untuk berkuasa, mengusir VOC
sehingga Mataram hilang oleh
terpecah menjadi ambisi untuk
kerajaan2 kecil mendapatkan
kekuasaan

“AMBISI YANG MEMBUAT JADI


TAK BERARTI”
2. PERANG PADRI 1803-1838
(Perlawanan rakyat Sumatra Barat yang
dipimpin oleh kaum agama yang
disebut Kaum Padri)
PADRI Setelah berhasil menguasai tiga daerah penting monopoli
(Sebutan untuk jalur perdagangan (Malaka, Batavia dan Maluku)
sekelompok
masyarakat
pendukung utama
penegakan syariat Belanda ingin mewujudkan Pax
agama Islam dalam Netherlandica
tatanan masyarakat di
Minangkabau)

Memanfaatkan
Terjadi konflik internal antara kaum adat yang tetap konflik-
melakukan kebiasaan yang melanggar ajaran agama konflik
dengan golongan agama (Kaum Padri) yang ingin internal yang
menegakan syariat islam ada

Belanda melancarkan politik “Devide et Belanda kesulitan membantu


Impera” dengan membantu Kaum Adat kaum adat karena sedang
untuk melawan Kaum Padri menghadapi Perang Jawa
Belanda mengulur waktu dengan
membuat Perjanjian Gencatan senjata untuk
antara Kaum Adat dan Kaum Agama

Pada tanggal 15 November 1825, Belanda membuat


“Perjanjian Masang/Padang” yang disepakat Kaum Padri
yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol

Perjanjian tersebut berisi : Tuanku Imam Bonjol mencoba


1. Belanda mengakui kekuasaan memulihkan kekuatan dan
pemimpin Padri di Batusangkar, mencoba merangkul kembali
Saruaso, Padang Guguk, Sigandang, Kaum Adat.
Agam, Bukittinggi.
2. Menjamin pelaksanaan sistem agama Terjadi kompromi Kaum Adat
di daerah yang dikuasai Kaum Padri. dan Kaum Padri yang dikenal
3. Kedua belah pihak tidak akan saling dengan nama "Plakat Puncak
menyerang. Pato" di Bukit Marapalam.
Poin utama Plakat Puncak Pato
adalah konsensus bersama dengan pernyataan
“Adat basandi syarak, syarak basandi Kaum Adat dan kaum Padri sepakat
kitabullah”, yang artinya adalah adat untuk bedamai dan bergabung
Minangkabau berlandaskan agama Islam, dan untuk melawan Belanda
agama Islam berlandaskan Al-qur'an.

Menyadari hal itu, maka Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1833 mengeluarkan
pengumuman yang disebut "Plakat Panjang" yang berisi sebuah pernyataan bahwa
kedatangan Belanda ke Minangkabau tidaklah bermaksud untuk menguasai negeri tersebut,
mereka hanya datang untuk berdagang dan menjaga keamanan, penduduk Minangkabau
akan tetap diperintah oleh para penghulu mereka dan tidak pula diharuskan
membayar pajak

Kemudian Belanda berdalih bahwa untuk menjaga keamanan, membuat jalan,


membuka sekolah, dan sebagainya memerlukan biaya, maka penduduk diwajibkan
menanam kopi dan mesti menjualnya kepada Belanda.
Tahun 1830 Perang Jawa dapat dipadamkan, sehingga Belanda
bisa fokus terhadap masalah kaum Padri.

Dengan bantuan pasukan dari berbagai daerah, dibawah pimpinan Jendral Cochius akhirnya
pada tanggal 16 Agustus 1837 Belanda berhasil menaklukkan Benteng Bonjol secara
keseluruhan, sebagian keluarga Imam Bonjol terbunuh dan Tuanku Imam Bonjol
mengundurkan diri keluar dari benteng dengan didampingi oleh beberapa pengikutnya
menuju daerah Marapak.

Tuanku Imam Bonjol menyerah kepada Belanda pada bulan Oktober 1837, dengan
kesepakatan, bahwa anaknya yang ikut bertempur selama ini, Naali Sutan Chaniago,
diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda

Setelah menjalani masa pembuangan selama 27 tahun lamanya. Pada tanggal 8


November 1864, Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia di tempat pengasingannya di
Lotta, Minahasa, dekat Manado.

“PERTAHANAN YANG
DIKALAHKAN”
3. PERANG MALUKU 1817
(Perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin oleh
Thomas Matulessy seorang mantan tentara Korps
Ambon dengan sebutan Kapiten Pattimura )

MALUKU

BATAVIA
MALUKU
Sejak abad 16-17 M, bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Belanda, MALUKU
Spanyol dan Portugis datang ke Maluku untuk mencoba merebut (Merupakan surga
kekuasaan perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut. rempah-rempah
yang kerap
didatangi para
pedagang dari Cina,
Pada awalnya Maluku berada di bawah kekuasaan Inggris, namun
India, Arab, hingga
setelah Inggris menandatangani perjanjian traktat London wilayah bangsa Eropa)
kekuasaan atas Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda

Rakyat Maluku menolak kedatangan kembali Belanda karena pada masa VOC dulu selalu
mengingkari perjajian dagang yang sudah disepakati, seperti melakukan monopoli perdagangan
cengkeh dan melakukan kerja Rodi

Terjadi tindakan sewenang-wenang dari Residen Saparua, Van den Berg diantaranya :
1. Rakyat Maluku diwajibkan kerja paksa yang sebelumnya telah dihapus oleh pem. Inggris
2. Rakyat Maluku diwajibkan untuk menyediakan perahu (orambai) guna memenuhi keperluan
administrasi dan militer Belanda tanpa diberi bayaran.
3. Rakyat Maluku di tempat lain diharuskan untuk menyerahkan ikan asin, kopi, dan hasil laut
lainnya kepada Belanda.
4. Belanda melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah melalui pelayaran Hongi.
Dalam pertemuan 14 Mei 1817, rakyat Maluku mengangkat Thomas Matulessy,
mantan tentara Korps Ambon sebagai pemimpin pergerakan rakyat Maluku
melawan Belnada dengan sebutan Kapiten Pattimura

Pada 15 Mei 1817, melakukan Perang Pada tanggal 4 Juli 1817 Belanda mengirim
Saparua , yaitu operasi penyerangan pos- armada laut yang kuat ke Saparua dibawah
pos dan benteng Belanda di Saparua pimpinan Overste de Groot dengan tugas
dimulai oleh Kapiten Pattimura bersama menjalankan vandalisme.
Philips Latumahina, Lucas Selano dan
pasukannya.
Operasi ini berhasil merebut benteng Wilayah Hatawano dibumihanguskan dan
Duurstede dan menewaskan kepala Belanda melakukan berbagai siasat termasuk
residen Saparua bernama Van den Berg berunding, serang mendadak, aksi
beserta pasukannya. vandalisme, dan adu domba yang dijalankan
secara silih berganti untuk merebut kembali
daerah-daerah yang diambil kembali oleh
Pasukan Patimura

Pada tanggal 11 November 1817 dengan didampingi beberapa orang


pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Kapiten Pattimura dan
Philips Latumahina saat berada di Siri Sori
Pattimura dikhianati oleh raja Booi dari Saparua dengan cara membocorkan
informasi tentang strategi Perang Pattimura dan rakyat Maluku sehingga
Belanda dengan mudah mampu merebut kembali Saparua.

Tidak disebutkan apakah raja Lilibooi mendapat imbalan atas


pengkhianatannya itu. Namun I.O. Nanulaitta dalam Kapitan Pattimura
menyebut alasan raja Lilibooi menjual informasi kepada Belanda karena
dendam setelah Pattimura menurunkan posisinya sebagai pemimpin rakyat.

Pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dengan


para tokoh pejuang Maluku lainnya yaitu, Anthony
Rhebok, Philip Latumahina, dan Said Parintah yang
ditangkap oleh Belanda dan digantung di depan Benteng
Nieuw Victoria, Kota Ambon.

“DENDAM PENGHIANAT
YANG MENGHANCURKAN”
4. PERANG MENTENG 1819-1821
(Perang Menteng adalah perang rakyat Palembang
mengusir orang-orang Belanda di bawah pimpinan
Herman Warner Muntinghe pada 12 Juni 1819 di
bawah pimpinan Sultan Mahmud Badaruddin II. )

PALEMBANG
Daerah penemuan timah di Bangka pada pertengahan abad
ke-18, sehingga menjadi rebutan Inggris dan Belanda sebagai
negara yang sedang mengembangkan Revolusi Industri
PALEMBANG
(Daerah sasaran
penjajahan pertama Inggris dan Belanda mendirikan Loji atau
setelah terjadinya kantor dagang di Palembang
Revolusi Industri)
Thomas Stamford Raffles, sebagai perwakilan Inggris,
berusaha membujuk Sultan Badaruddin II agar
mengusir Belanda dari Palembang

Kesultanan Palembang dengan tegas mengatakan bahwa mereka


tidak ingin terlibat dalam konflik antara Inggris dan Belanda.

Ditanda tangani Perjanjian London antara Belanda dan Inggris


pada 13 Agustus 1814. Inggris terpaksa harus menyerahkan
Palembang kepada Belanda.
3. Perlawanan Daerah Di Indonesia
Terhadap Penjajahan Eropa

1. Persaingan menguasai jalur


perdagangan
2. Mempertahankan kedaulatan
2) PERANG ACEH 1873-1912 Latar Belakang terjadinya

Belanda menggeledah dan


Aceh menyergap kapal-
menangkap para pelaut
kapal Belanda
Aceh

Belanda ingin mewujudkan Pax Neerlandica, terbentur oleh Traktat OF London 17


Maret 1824 (Perjanjian dengan Inggris untuk tetap menjaga kedaulatan Aceh), hal
ini menguntungkan Aceh namun merugikan Belanda

Thn. 1858 Belanda Belanda membuat Belanda


mengadakan perjanjian perjanjian kerjasama menduduki Baros
dengan Sultan Siak (Sultan dengan Sultan Deli dan Singkil
Ismail) dan memaksa agar dan Belanda dengan alasan
Siak menyerahkan daerah diizinkan untuk untuk menjaga
Deli Serdang, Asahan, dan membuka keamanan kapal
Langkat kepada Belanda, perkebunan dagangnya dari
yang mana itu adalah tembakau secara bajak laut di
daerah Aceh sejak masa besar-besaran di perairan Aceh dan
Sultan Iskandar Muda. Deli, Selat Malaka,
Terusan Suez
dibuka,
Untuk memperkuat kedudukannya, Aceh
menjadikan Aceh
menjalin kerjasama dengan Kesultanan Turki,
semakin strategis
Itali, dan Amerika Serikat.
sebagai pusat
perdagangan
rempah-rempah
Inggris dan Belanda membuat Traktat baru, yaitu
Traktat Sumatra diakhir Nopember 1871 untuk
membatalkan Traktat London 1824.

Inggris memberikan
26 Maret 1873 kelonggaran kepada Belanda
Belanda Kedaulatan untuk bertindak terhadap
mengumumkan Aceh tidak Aceh dan sebaliknya Inggris
perang lagi diakui diberikan kebebasan oleh
terhadap Aceh Belanda untuk berdagang
secara bebas di Siak.
Jalannya Perang Aceh
a) Mengobarkan Perang Sahid dengan
(1873-1904)
semboyan “Syahid atau Menang”

Belanda dibawah pimpinan Mayjen Kohler terpengaruh oleh


laporan spionase yang mengatakan Aceh dalam kondisi lemah
baik secara politik maupun ekonomi

Berusaha ingin merebut masjid Baitul Rahman yang dipertahankan oleh rakyat
Aceh dibawah pimpinan Teuku Imam Lueng Bata, Kohler terbunuh oleh sniper
Aceh dan tewas dibawah pohon dekat Masjid Baitulrahman yang kemudian
pohon tersebut diberi nama “KOHLER BOOM”

9 Des 1873 J. Van Masjid Sultan Mahmud II


Swieten Baiturahman meninggal kena kolera
menggantikan dibakar dan istana dan anaknya, Muhammad
Kohler melakukan kesultanan Aceh Daud Syah diangkat
serangan ke 2 diduduki menjadi Sultan
Jalannya Perang Aceh
(1873-1904)

J. Van Swieten membuat strategi mengambil hati rakyat Aceh


dengan berjanji akan membangun kembali Masjid
Baiturahman yang telah dibakar

Thn. 1877 Habib Abdurrahman pulang dari Turki dan kemudian bersama
Tengku Cik Di Tiro mengadakan serangan-serangan ke Belanda namun
dapat dipatahkan oleh Belanda dibawah pimpinan Van Der Heijden

Habib Abdurrahman menyerah dan Cik Di Tiro mundur ke arah Sigli, kemudian
bergabung dengan Tuanku Hasyim, Panglima Polim dan saat penobatan
Muhammad Daud Syah yang telah dewasa menjadi Sultan dengan gelar Sultan
Alauddin Muhammad Daud Syah, memproklamirkam ikrar “PERANG SABIL”
melawan Belanda
b) Mengobarkan Perang Sabil dengan
semangat “Perang Jihad”

Sultan M. Daud Syah menyerukan gerakan amal untuk


membiayai perang melawan penjajah > perlawanan rakyat
Aceh semakin meluas dan lebih semangat.

Pasukan Teuku Umar berhasil merebut beberapa pos pertahanan Belanda >
Belanda menerapkan strategi Konsentrasi Stelsel, yaitu strategi perang yang
dilaksanakan dengan cara memusatkan pasukan dibenteng-benteng kota raja
dengan tujuan untuk menjaga garis pertahanan dan menjaga wilayah kekuasaan
agar tidak disusupi pasukan Aceh dan juga untuk memusatkan perhatian dan
kekuatan pertahanan > namun gagal oleh kegigihan jihad pejuang Aceh

Tahun 1891 Tengku Cik Di Tiro Tahun 1893 Teuku Umar menyerah
meninggal digantikan oleh kepada Belanda dan dijadikan
putranya yang bernama Tengku panglima tentara Belanda dengan
Ma Amin Di Tiro gelar Teuku Johan
Setelah diberi izin membentuk pasukan sendiri dengan jumlah anggiota 250 orang
dan diberi banyak senjata dan dipercaya membawa dana 800.000 gulden, Teuku
Umar dan pasukannya berbalik kembali melawan Belanda

Belanda menyusupkan Snouck


Horgronye selama dua tahun untuk
menyamar mencari kelemahan perjungan
1. Memecah belah persatuan kaum rakyat Aceh
bangsawan, ulama dan rakyat
Snouck Horgronye berhasil diakui
2. Hadapi kaum ulama dengan sebagai tokoh masyarakat dengan nama
kekerasan dan kekuatan senjata samaran Abdul Gafar dan mengetahui
kekuatan perjungan rakyat Aceh terletak
pada semangat jihad yang diikat oleh tali
3. Bersikap lunak dengan kaum ukhuwah Islamiyah
bangsawan dan masukan sebagai
korp pamong praja dalam
pemerintahan kolonial Belanda Mengusulkan beberapa strategi untuk
mengalahkan perjungan Rakyat Aceh
Strategi Snouck Horgronye dilaksanakan oleh Gubernur Militer Belanda yang
bernama Van Heutsz dan melakukan penculikan-penculikan terhadap anggota
keluarga para pejuang Aceh > Perang Aceh berdarah selama 10 tahun (1899-1909)

Banyak pejuang-pejuang Aceh


suami istri yang gugur
Teuku Umar Teuku Cik Tinong
dengan dengan
Cut Nya Dien Cut Nyak Mutia

Teungku
Muhyidin Tiro
dengan
Teungku Di
Bukeit Tiro
Perang Aceh menjadi
perang terlama
Belanda menaklukan
Semangat
Nusantara, mulai
perjuangannya
Tahun 1873-1904 dan
bukan untuk tujuan
baru selesai tahun 1942
pribadi duniawi,
saat Jepang masuk
namun karena
menggantikan
tekad berlandaskan
Belanada
keyakinan agama
yang kuat

“Tekad berlandas kiblat”


“Selamat, anda sudah menyelesaikan Tujuan
Pembelajaran materi 2, silahkan untuk mengikuti
Capaian Pembelajaran berikutnya” ! ...

Anda mungkin juga menyukai