Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmonisasi Sosial Dalam Organisasi
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
OLEH:
1. Chaterine Kaligis 2. Rebecca Pongbulaan
Guru Pendamping: Fitriani Jaya Garatta, B. Ed, S.P
Tahun Ajaran 2023/2024
Organisasi adalah kesatuan yang terbentuk oleh beberapa orang yang memiliki sedikit atau semua kesamaan tentang latar belakang, identitas, harapan, dan berbagai hal lainnya untuk mencapai tujuan bersama secara bersama-sama (Duha, 2018). Ketika berorganisasi, seperti bergabung atau aktif dalam sebuah organisasi maupun komunitas. Seringkali ditemukan berbagai perbedaan didalamnya. Karena setiap manusia tentunya memiliki ciri fisik, latar belakang, dan sifat atau perilaku yang berbeda. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, selanjutnya di singkat PKK, sebagaimana dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013, adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan (Pathony, 2019). Menurut sejarahnya, PKK semula merupakan akronim dari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang bertujuan untuk melibatkan partisipasi perempuan melalui program pendidikan perempuan. Kemudian, pada tanggal 27 Desember 1972 organisasi tersebut berubah nama menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga yang bertujuan untuk membina dan membangun keluarga di bidang mental, spiritual dan fisik seta peningkatan mutu pangan, sandang, kesehatan, dan lingkungan hidup. Anggotanya adalah tokoh/pemuka masyarakat, para isteri Kepala Dinas/Jawatan dan isteri Kepala Daerah sampai dengan tingkat Desa dan Kelurahan yang kegiatannya didukung dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Selanjutnya dengan adanya reformasi serta paradigma baru dan semangat otonomi daerah, sejak tahun 1999 akronim PKK berubah lagi menjadi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (Sejarah PKK, 2007), (Alischati, 2011), yaitu sebuah organisasi yang melibatkan partisipasi perempuan dan laki-laki dalam upaya mewujudkan keluarga sejahtera. Didalamnya terdapat, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP.PKK) adalah mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, yang berfungsi sebagai fasilisator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang untuk terlaksananya program PKK. Selanjutnya ada, Anggota Tim Penggerak PKK adalah warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, perorangan, bersifat sukarela, tidak mewakili organisasi, golongan, partai politik, lembaga atau instansi, dan berfungsi sebagai perencana, pelaksana, pengendali Gerakan PKK. Dan Kelompok PKK adalah kelompok-kelompok yang berada di bawah Tim Penggerak PKK Desa/kelurahan yang dapat dibentuk berdasarkan kewilayahan atau kegiatan (sukoharjo, 2017). Pemberdayaan Keluarga adalah segala upaya bimbingan dan pembinaan agar keluarga dapat hidup sehat sejahtera, maju dan mandiri. Kesejahteraan Keluarga yang menjadi tujuan utama PKK, merupakan kondisi tentang terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota keluarga secara material, sosial, mental dan spiritual sehingga dapat hidup layak sebagai manusia yang bermanfaat. Karena keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Yang akan berpengaruh besar terhadap kinerja pembangunan dalam mendukung program-program pemerintah. Dari keluarga yang sejahtera ini, maka tata kehidupan berbangsa dan bernegara akan dapat melahirkan ketentraman, keamanan, keharmonisan, dan kedamaian. Perbedaan berdasarkan KBBI berarti, be·da /béda/ sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama) antara benda yang satu dan benda yang lain; ketidaksamaan (KBBI, 2021). Dari organisasi PKK, terdapat banyak perbedaan dari setiap anggota. Seperti pekerjaan, usia, jenis kelamin, ras, dan lainnya. Jika dilihat dari perbedaan stratifikasi sosial, atau perbedaan yang adanya strata atau tingkatan dari setiap anggota. Seperti kasta (merupakan sifat stratifikasi tertutup, atau tidak semua orang bisa mendapatkannya), kekuasaan, kelas sosial, dan pendidikan (merupakan sifat stratifikasi yang terbuka, yaitu semua orang bisa mendapatkannya). Sebagaimana dari setiap anggota dalam organisasi PKK, ada yang merupakan tokoh/pemuka masyarakat. Juga dapat diketahui letak perbedaan stratifikasi sosial dalam organisasi PKK pada struktur organisasinya. Mulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, hingga anggota-anggotanya. Selain Stratifikasi Sosial, terdapat diferensiasi sosial atau perbedaan secara horizontal, dimana perbedaan ini tidak mempunyai tingkatan atau yang sejenis atau setara. Seperti agama, ras, etnis, suku bangsa, dan lainnya. Terlihat jelas dalam organisasi PKK dari setiap anggota yang mempunyai perbedaan diferensiasi sosial. Baik perbedaan dalam agama, pekerjaan (dimana setiap orang mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda), ras, suku bangsa, dan jenis kelamin (yaitu laki-laki dan perempuan). Kesetaraan, yaitu setiap individu bebas dari ancaman diskriminasi, kesenjangan, dan menikmati keuntungan yang sama. Berhubungan dengan kategori kesetaraan moral, yaitu setiap individu sama-sama punya nilai yang sama. Dalam organisasi PKK, yaitu saling bekerjasama dalam membawa kesejahteraan dalam keluarga. Selanjutnya dalam kategori kesetaraan sosial, yaitu tidak ada perbedaan antara keluarga yang berekonomi besar dan kecil mereka sama-sama punya tujuan dalam membentuk kesejahteraan dan kedamaian dalam keluarga. Sebagaimana dalam tujuan organisasi PKK, yaitu untuk mewujudkan keluarga sejahtera. Berhubungan dengan konsep kesetaraan kesempatan, dimana semua orang memiliki peluang atau kesempatan. Baiklah dalam organisasi PKK, setiap ibu-ibu (perempuan) maupun bapak-bapak (laki-laki) dapat bergabung dalam dalam organisasi tersebut karena mereka punya tujuan yang sama dalam kehidupan dalam membangun keluarga sejahtera. Juga kesempatan bagi setiap anggota memiliki kesempatan untuk memberikan atau mengemukakan pendapatnya. Namun konflik akan timbul ketika sebuah pendapat diabaikan karena hanya mendengarkan pendapat seseorang yang memiliki strata atau kelas lebih tinggi dari yang lain (ketua hanya mendengar pendapat wakil ketua, tapi tidak dengan anggota), disitulah muncul ketidaksetaraan. Untuk mewujudkan harmonisasi sosial dalam organisasi, yaitu kondisi hidup seseorang atau sebuah organisasi sejalan, serasi, sesuai dengan tujuannya. Dibutuhkan prinsip kesetaraan, setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang sama. Sebagaimana dalam program pokok PKK, yaitu gotong royong. Setiap individu yang ada didalam organisasi turut bekerjasama, mulai dari ketua hingga anggota untuk membangun dan mewujudkan kesejahteraan keluarga, tanpa memandang perbedaan. Sebagaimana dalam menerapkan Sila ke- 1 yang sesuai dengan pengertian dari Gerakan PKK yaitu, terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta dengan menerapkan Sila ke-3, untuk bersatu mewujudkan kesejahteraan dalam keluarga dan Sila ke-5, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Lewat organisasi PKK yang memiliki tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, kami menyimpulkan bahwa dengan bekerjasama, gotong royong, bersikap adil dan menerapkan prinsip kesetaraan maka muncullah harmonisasi sosial didalamnya dan mencapai tujuan bersama. Berdasarkan firman Tuhan, yang terdapat pada Roma 14:19 (TB) “Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun”. Allah telah menegaskan bagi setiap manusia bahwa "Marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera" maka itu, mari menjadikan keluarga yang memiliki damai sejahtera, sehingga terwujudlah harmonisasi sosial baik dalam lingkungan keluarga hingga masyarakat. Sumber: Alischati, L. (2011). Organisasi pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga sebagai sarana pemberdayaan perempuan. Jurnal organisasi dan manajemen. Duha, T. (2018). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish. KBBI. (2021). kamus besar bahasa indonesia (KBBI). Retrieved from kbbi.web.id: https://kbbi.web.id/beda.html Pathony, T. (2019). proses pemberdayaan masyarakat melalui gerakan PKK di kabupaten subang. volume 1 issue 2. Shalfiah, R. (2017). Peran pemberdayaan dan kesejahteraan (PKK) dalam mendukung program-program pemerintah kota bontang. eJournal Ilmu Pemerintahan. sukoharjo, D. k. (2017). PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga). Retrieved from sukoharjo.desa.id: http://wonorejo-sukoharjo.desa.id/pkk/ Suryawati, K. M. (2016). Sosiologi untuk SMA/MA kurikulum 2013 revisi. Esis.