a. Kompetensi umum:
Pengantar kearsipan
Secara etimologis istilah arsip dalam bahasa Belanda yaitu "archief", dan dalam bahasa Ingris
disebut "arcihive", berasal dari kata "arche" bahasa Yunani yang berarti permulaan.
Kemudian dari kata “arche" berkembang menjadi kata "ta archia" yang berarti catatan.
Selanjutnya kata "ta archia" berubah lagi menjadi kata "archeon" yang berarti "gedung
pernerintahan". Gedung yang dimaksud tersebut, juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan secara teratur bahan-bahan arsip seperti: catatan-catatan, bahan-bahan
tertulis, piagam-piagam, surat-surat, keputusankeputusan, akte-akte, daftar-daftar,
dokumen-dokumen, peta-peta, dsb
Dalam bahasa Ingris, arsip juga sering dinyatakan dengan istilah file yang artinya simpanan,
yaitu berupa wadah, tempat, map, ordner, kotak, almari kabinet, dan sebagainya yang
dipergunakan untuk menyimpan bahan-bahan arsip, yang sering di sebut sebagai berkas.
Ada juga istilah lain yang sering digunakan untuk menyatakan arsip, yaitu record dan warkat.
Records adalah setiap lembaran (catatan, bahan tertulis, daftar, rekaman, dsb.), dalam
bentuk atau dalam wujud apa pun yang berisi informasi atau keterangan untuk disimpan
sebagai bahan pembuktian atau pertangungjawaban atas suatu peristiwa/kejadian.
Sedangkan warkat berasal dari bahasa Arab yang berarti surat; akan tetapi dalam
perkembangan lebih lanjut diartikan lebih luas, yaitu berupa setiap lembaran yang berisi
keterangan yang mempunyai arti dan kegunaan.
Jenis-Jenis Arsip :
1. Berdasarkan Fungsi.
Menurut fungsi dan kegunaanya, arsip dapat dibedakan menjadi:
(a) Arsip dinamis, yakni arsip yang masih dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan atau penyelenggaraan administrasi perkantoran.
(b) Arsip statis, yaitu arsip yang tidak dipergunakan lagi secara langsung dalam perencanaan,
pelaKSanaan, aan atau penyelenggaraan aDmlnlstrasl perkantoran, atau sudah tidak dipakai
lagi dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.
b. Kompetensi khusus:
1. Menyiangi arsip.
Arsip tidak teratur harus terlebih dahulu disiangi dari non arsip atau
membuang sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan arsip seperti; map
kosong, amplop, blanko, kardus berkas, plastik-plastik dan lain sebagainya,
hal ini dimaksudkan agar arsip menjadi bersih dan dapat diber diberkaskan
dengan baik.
2. Memilah arsip
Arsip-arsip yang telah terkumpul harus dipilah-pilah berdasarkan tahun
terbitnya dan dipilah berdasarkan Unit kerja pencipta arsip.
3. Menyatukan berkas
Berkas adalah kumpulan surat-surat yang mempunyai kesamaan masalah
atau kegiatan yang saling berhubungan. Berkas ada yang berkelompok dan
pula yang tuggal. Berkas yang berkelompok terdiri dari beberapa item seperti
arsip pendukung yang berkaitan yang mempunyai kesamaan masalah atau
kegiatan dan lampiran-lampirannya. Apabila arsip yang berkelompok tidak
menyatu atau terpisah dengan item yang lain maka harus dicari dan satukan
sehingga menjadi berkas yang utuh.
4. Memasukkan berkas kedalam folder arsip
Folder adalah maf arsip yang mempunyai tab / telinga di sebelah kakan atas
pada sisi belakang folder. Pada tab ini di tulis judul / nama berkas. Folder ini
hanya diisi dengan satu berkas meskipun berkas tunggal (hanya satu lembar).
5. Mencatat / membuat daftar arsip
Berkas yang telah dimasukkan ke dalam folder dicatat dalam Daftar Arsip
secara berurutan sesuai dengan tahun arsip dan klasifikasi masalah. Daftar
arsip terdiri dari beberapa kelompok arsip. Daftar Arsip Aktif, Daftar arsip in
aktif atau daftar arsip yang diserahkan.
Daftar arsip aktif adalah daftar catatan arsip-arsip yang masih aktif yaitu
arsip yang masih digunakan secara langsung dan terus menerus dan masih
dalam proses tindak lanjut.
Daftar arsip in aktif adalah daftar catatan arsip yang frekuensi
penggunaannya sudah menurun, daftar ini digunakan sebagai acuan untuk
melakuakan penyusutan arip. Sedangkan daftar arsip yang akan diserahkan
adalah daftar arsip statis yang akan diserahkan ke Arsip Nasional sebagai
lembaga kearsipan nasional yang menyimpan arsip statis yang mengandung
nilai guna skunder.
– Judul Daftar
– Unit Pengolah
– Nomor urut
– Kode Klasifikasi
– Uraian singkat
– Tahun arsip
– Jumlah berkas
– Keterangan
Berkas-berkas yang telah menyatu disimpan dan ditata dalam lemari arsip /
filling kabinet yang dapat menyimpan folder dengan posisi tergantung dalam
kotak / laci arsip. Posisi folder disusun berurutan dari depan kebelakang
dengan sesuai klasifikasi maslah arsip. Penataan ini hanya khusus untuk
arsip aktif sedangkan arsip in aktif akan ditata dengan cara yang berbeda di
Unit Kearsipan (record center). Folder Arsip in aktif tidak disimpan dalam maf
gantung dalam filing kabinet tetapi dimasukkan kedalam box arsip dan
diletakkan pada rak terbuka.
PERMASALAHAN KEARSIPAN
1. Temu kembali arsip secara cepat dan tepat jika diperlukan kembali, baik
oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan maupun oleh organisasi lainnya
seringkali belum dapat dilakukan dengan baik.
2. Banyak lembaga yang kehilangan arsip sebagai akibat dari sistem
penyimpanan yang kurang sistematis, sistem pemeliharaan dan pengamanan
yang kurang sempurna, serta peminjaman atau pemakaian arsip oleh
pimpinan atau oleh satuan organisasi lainnya, yang jangka waktunya lama,
sehingga arsip lupa dikembalikan kepada unit kearsipan.
3. Arsip selalu berkembang secara terus-menerus ke dalam bagian
kearsipan tanpa diikuti dengan penyusutan sehingga tempat penyimpanan
arsip tidak mencukupi .
4. Tatakerja kearsipan yang tidak mengikuti perkembangan ilmu kearsipan
terkini karena para pegawai kearsipan yang tidak cakap dan kurangnya
bimbingan yang teratur dari pihak pimpinan dan para ahli kearsipan.
5. Peralatan atau fasilitas pengelolaan arsip yang tidak memadai, tidak
mengikuti perkembangan teknologi informasi, karena kurangnya dana yang
tersedia, serta pegawai kearsipan yang tidak profesional.
6. Kurangnya kesadaran para pegawai terhadap peran penting arsip bagi
organisasi atau lembaga, sehingga sistem penyimpanan, pemeliharaan dan
perawatan arsip kurang mendapat perhatian yang semestinya.
Dalam pengelolaan arsip dikenal tiga azas yitu azas sentralisasi, azas
desentralisasi dan azas kombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi.
1. Sentralisasi
a. Azas ini hanya efisien dan efektif untuk organisasi yang kecil
b. Tidak semua jenis arsip dapat disimpan dengan satu sistem penyimpanan
yang seragam
c. Unit kerja yang memerlukan arsip akan memakan waktu lebih lama untuk
memperoleh arsip yang diperlukan.
2. Azas Desentralisasi
Penggunaan media otomasi arsip bukan saja menjamin efisiensi, tetapi juga
mampu mengurangi atau mengembangkan kebutuhan duplikasi apabila hal itu
diperlukan. Pengiriman, pemrosesan, penyimpanan dan penemuannya kembali
informasi dapat dilakukan melalui sistem yang bekerja secara cepat. Bila
kesemuanya telah diperhitungkan dengan masak dan kemudian secara teknis
dapat memenuhi kebutuhan otomasi, maka berbagai kemudahan akan dapat
diberikan kepada pengguna informasi baik dalam jumlah besar maupun
sedikit. Bahkan kebutuhan akan jenis informasi tertentu yang sangat rinci
akan dapat dipenuhi dan juga layanan sistem manual dapat diganti dengan
sistem otomasi tersebut. Pada sistem kearsipan yang sudah otomasi, semua
pengelompokkan atau klasifikasi arsip dapat disatukan ke dalam satu
database dan dapat dapt ditempuh “jalan pintas” untuk meningkatkan
kecepatan dalam memperoleh informasi. Otomasi memungkinkan informasi
disusun dalam berbagai macam pola sesuai dengan berbagai kebutuhan calon
pengguna. Otomasi dapat mengumpulkan secara cepat berbagai informasi
yang penyimpanannya terpisah melalui indexing yang tepat dan canggih.
Dalam kaitan ini, pengguna database mesti men-scan atau “mengimpor” file
yang nantinya diharapkan dapat ditelusur dan ditemukan kembali dalam
database tersebut pada saat diperlukan kemudian. Dengan demikian, hal itu
sangat memudahkan dan mempercepat pengelolaan kearsipan. Program ini
memungkinkan pengguna dapat mengindeks, menelusur dan menemukan
kembali (retrieval) secara full-text dokumen yang dikelolanya. Contoh merk
document imaging yang telah beredar di pasaran, antara lain Adaptec, Canon,
Fujitsu, JVC, Laserfiche, Liberty, Panasonic, Plextor, Ricoh, Sony, UMAX,
Yamaha, dan lain-lain.
1. Jika diperhitungkan dari segi biaya maka biaya langsung terbesar yang
diperlukan pada pengelolaan arsip secara konvensional adalah biaya
pekerja/petugas arsip yang harus menangani pencarian/penelusuran,
pengiriman dan penempatan kembali arsip di tempat penyimpanan semula.
Paling tidak kegiatan tersebut juga memerlukan waktu yang tidak sedikit. Bila
untuk mencari sebuah arsip saja memerlukan 15 menit, berarti akan
dibutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk melakukan kegiatan pengelolaan
arsip berikutnya (mengirimkan, menggandakan, menempatkan kembali, dst).
Pendeknya bisa dibayangkan jika seorang petugas arsip harus mengelola
jumlah arsip yang cukup banyak maka mereka tentu akan menghabiskan
biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
2. Biaya untuk mengindeks dokumen ketika pertama kali dokumen tersebut
ditangani sebagai arsip yang akan disimpan masih lebih kecil bila dibanding
dengan biaya untuk membayar aktifitas penyimpanan (mem-file) arsip secara
fisik pada tempat penyimpanan yang memadai dan mendistribusikannya.
3. Cukup besar biaya yang dapat dihemat karena semua orang yang
bertugas dalam unit kearsipan dapat menempatkan dokumen tanpa bantuan
atau dukungan pengetahuan individual yang terlalu rumit. Dalam unit
kearsipan, biasanya seseorang dianggap penting atau bernilai (valuable)
karena yang bersangkutan mengetahui segala sesuatu tentang arsip yang
dikelolanya. Ketika orang tersebut tidak bekerja lagi disitu, maka perusahaan
akan kerepotan mencari penggantinya atau harus melatih orang baru yang
akan menangani arsip tersebut. Terkadang waktu yang diperlukan (sebagai
masa transisi) untuk itu tidak sebentar, yakni bisa berbulan-bulan. Dengan
sistem document imaging memungkinkan seseorang mampu menangani arsip
secara cepat meskipun ia baru mencoba dalam kesempatan yang pertama
kalinya.
4. Sistem document imaging memiliki kemampuan pengendalian akses yang
lebih aman dibanding dengan menyimpan dokumen pada filling cabinet.
Seseorang tidak dapat mengakses suatu dokumen kecuali yang bersangkutan
mempunyai hak akses ke pangkalan data atau tercantum pada direktori yang
ada di dalamnya. Sistem penyimpanan dokumen (the repository) dalam
program tersebut dapat mengontrol setiap penelusuran dan temu kembali
yang dilakukan oleh user address dan nama tertentu.
KESIMPULAN
Kemudian sebagai penutup, bahwa saat ini sudah saatnya tiap arsip memiliki
dokumen dalam bentuk image atau gambar sebagai pengganti arsip yang
akan disimpan dalam almari arsip, dalam rangka kemudahan dalam temu
kembali arsip. Sistem otomasi memungkinkan dokumen gambar dapat
disimpan dalam database sistem otomasi, sehingga meringankan tugas
arsiparis dalam mengelola arsip dan juga temu kembali secara cepat, tepat
dan efektif.