2. Syarat Arsip
a. Merupakan kumpulan warkat
b. Mempunyai nilai guna
c. Disimpan menurut sistem tertentu
d. Apabila diperlukan dapat ditemukan secara tepat dan cepat
4. Fungsi Arsip
a. Arsip Dinamis: arsip yang masih dipergunakan dalam pelaksanaan, perencanaan,
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara
langsung dalam penyelenggaraan administrasi negara.
b. Arsip Statis: arsip yang sudah tidak dipergunakan secara langsung dalam
penyelenggaraan negara.
5. Jenis-Jenis Arsip
Ditinjau dari Kepentingannya:
a. Arsip vital, yaitu arsip yang mempunyai nilai sangat penting bagi suatu organisasi
atau instansi, untuk itu arsip jenis ini harus disimpan secara terus menerus selama
organisasi itu masih berdiri. Misalnya akta pendirian suatu organisasi.
b. Arsip penting, yaitu arsip yang dapat membantu kelancaran jalannya suatu
pekerjaan. Arsip ini habis kegunaannya dalam jangka waktu yang lama (3 tahun
keatas). Misalnya surat keputusan, peraturan tertulis, naskah kejadian, surat
perjanjian sewa menyewa.
c. Arsip berguna/biasa, yaitu arsip yang bernilai guna hanya untuk sementara waktu
saja, setelah batas waktu tertentu sudah tidak berguna lagi. Misalnya surat-surat
kantor pada umumnya.
d. Arsip tidak penting, yaitu arsip yang habis nilai gunanya setelah dibaca. Arsip
semacam ini tidak perlu disimpan. Misalnya surat undangan, memo, koran.
2. Fungsi Kearsipan:
a. Aktifitas kantor/organisasi akan berjalan dengan lancar.
b. Dapat dijadikan bukti-bukti tertulis apabila terjadi masalah.
c. Dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi secara tertulis
d. Dapat dijadikan bahan dokumentasi
e. Dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya
f. Sebagai alat pengingat
g. Sebagai alat penyimpanan warkat
h. Sebagai alat bantu perpustakaan di organisasi apabila memiliki perpustakaan
i. Merupakan bantuan yang berguna bagi pimpinan dalam menentukan kebijaksanaan
organisasi
j. Kearsipan berarti penyimpanan secara tetap dan teratur warkat-warkat penting
mengenai kemajuan organisasi.
3. Tujuan Kearsipan:
a. Menjaga keselamatan bahan (dokumen/warkat) pertanggungjawaban
b. Menyimpan warkat secara sistematis
c. Mempermudah menemukan warkat pada saat diperlukan
d. Menjaga/memelihara kelestarian dan kerahasiaan arsip
e. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
4. Asas-Asas Kearsipan
a. Asas Sentralisasi
Asas Sentralisasi adalah pengurusan arsip yang penyelenggaraannya dilakukan
satu bagian khusus atau unit tersendiri.
Kelebihannya:
1) Mudah menyeragamkan cara kerja.
2) Pengawasan yang efektif dapat ditingkatkan.
3) Penghematan biaya dan penggunaan perabot serta alat-alat kantor lainnya.
4) Penggunaan tenaga kerja lebih fleksibel.
5) Mudah mengatur dan meratakan beban kerja kegiatan kantor.
Kelemahannya:
1) Dapat menimbulkan keterlambatan di dalam pemenuhan kebutuhan arsip untuk
masing-masing unit lainnya, mengingat pada waktu yang bersamaan, beberapa
unit kemungkinan meminta arsip.
2) Petugas arsip yang kurang terampil dan kurang memahami masalah yang ada di
unit lain, mengakibatkan penyusunan arsip mungkin kurang sistematik.
b. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah pengurusan arsip yang penyelenggaraannya
dilakukan oleh setiap unit dalam organisasi tersebut.
Kelebihannya:
1) Memperlancar proses kerja organisasi.
2) Adanya beberapa pekerjaan yang memang harus didesentralisasikan.
Kelemahan-kelemahannya:
1) Pemborosan biaya.
2) Sulit mengadakan pengawasan pekerjaan kantor yang terpisah-pisah
ruangannya.
c. Asas Gabungan
Asas gabungan ini diselenggarakan berdasarkan pertimbangan akan kebutuhan
dan kondisi organisasi yang bersangkutan dengan syarat penyeragaman klasifikasi
antara pusat dan daerah, ruang arsip pusat tidak jauh dari masing-masing.
b. Cara Pemecahannya
1) Menggunakan sistem penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat kegiatan
instansi yang bersangkutan sehingga arsip mudah ditemukan kembali.
2) Menyediakan tempat dan sarana perlengkapan arsip yang memadai serta
mengikuti perkembangan teknologi.
3) Menyeleksi pegawai yang akan ditempatkan di bagian arsip, baik dari segi
kompetensi maupun mental serta etos kerjanya.
4) Menciptakan prosedur peminjaman dan pengembalian arsip yang memadai.
5) Adanya perhatian dan dukungan dari pimpinan terhadap pegawai dalam rangka
pengelolaan arsip.
6) Adanya pembinaan dan pendidikan dalam meningkatkan kemampuan pegawai.
7) Perlu dibakukannya pedoman tata kerja kearsipan di kantor sehingga mampu
memberikan arah yang jelas.
8) Adanya pengadaan penyusutan baik di unit operasional maupun di pusat.
9) Adanya pengawasan oleh unit.
6. Petugas Kearsipan
Petugas kearsipan disebut arsiparis. Arsiparis adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan kearsipan pada instansi pemerintah, tidak
termasuk kegiatan mengurus, memberkaskan dan mengelola arsip-arsip aktif.
Syarat-syarat Arsiparis:
a. Memiliki pengetahuan umum
b. Memiliki pengetahuan organisasi dan administrasi
c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kearsipan
d. Memiliki kepribadian yang baik
e. Memiliki syarat-syarat kepemimpinan
b. Pendistribusian Arsip
Pendistribusian warkat merupakan kegiatan kedua setelah penciptaan warkat.
Pendistribusian warkat adalah rangkaian kegiatan-kegiatan penyampaian atau
penerimaan, pengarahan, pencatatan, pengendalian, dan penyimpanan warkat
yang masih tergolong aktif. Semua proses pengurusan surat atau naskah di dalam
suatu organisasi ditangani oleh Sekretariat atau Biro, persisinya di Unit
Kearsipan. Jadi, di Unit Kearsipan atau Unit Ketatausahaan setiap unit kerja
organisasi dilakukanlah kegiatan pendistribusian warkat. Penerapan asas
pengorganisasian pengurusan arsip di dalam organisasi mempunyai konsekuensi
yang berbeda-beda terhadap kegiatan pendistribusian warkat yaitu :
1) Kalau suatu organisasi memilih menerapkan asas sentralisasi, maka
pengurusan pendistribusian warkat ditangani oleh hanya satu Unit Kearsipan.
Kebijakan maupun implementasi operasional dilakukan di Unit Kearsipan.
2) Kalau suatu organisasi memilih menerapkan asas desentralisasi, maka
pengurusan pendistribusian warkat diurusi oleh setiap Unit Pengolah (Unit
Kerja). Kebijakan maupun implementasi operasionalnya dilakukan di Unit
Tata Usaha setiap Unit Pengolah (Unit Kerja).
3) Kalau suatu organisasi memilih menerapkan asas gabungan sentralisasi dan
desentralisasi, maka pengurusan pendistribusian warkat dilakukan oleh Pusat
Unit Kearsipan, dan Unit Tata Usaha di setiap Unit Kerja bertanggung jawab.
c. Penyimpanan Arsip
a. Pengumpulan warkat
Warkat-warkat yang berasal dari berbagai unit organisasi dikumpulkan
pada satu bagian yang bertugas untuk mengurus arsip.
b. Memeriksa tanda-tanda pelepasan
Suatu warkat baru boleh disimpan setelah mendapat tanda pelepas dari
pimpinan. Tanda pelepas itu berupa kata-kata seperti; simpan, arsipkan, file,
deeponer / disingkat dep = simpan/paraf dan sejenisnya yang biasa digunakan
oleh pimpinan sebagai bukti tanda pelepas.
c. Penetapan Indeks
Warkat yang telah mendapat tanda pelepas harus diindeks berdasarkan
peraturan yang berlaku.
d. Pemberian Kode Warkat
Kode warkat diperlukan sebagai dasar penempatan di dalam laci, di
belakang guide dan di dalam folder mana suatu warkat akan disimpan.
e. Penyortiran / Pengklasifikasian
Penyortiran adalah kegiatan memisah-misahkan warkat berdasarkan kode
yang telah ditetapkan.
f. Penyimpanan dan Penataan Warkat
Menaruh/menyimpan warkat ke dalam folder masing-masing berdasarkan
kode yang telah ditetapkan dan menyusunnya sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Pengaturan Kebersihan
a) Kebersihan ruangan
Sekurang-kurangnya seminggu sekali dibersihkan dengan alat penyedot
debu.
Dilarang merokok dan makan di dalam ruangan penyimpanan arsip.
b) Kebersihan arsip
Arsip-arsip dibersihkan dengan menggunakan vacuum cleaner.
Arsip-arsip yang ditemukan sudah rusak hendaknya dipisah dengan arsip
lainnya.
Arsip-arsip juga harus bersih dari karat.
f. Penyusutan Arsip
Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara
pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip
yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis ke lembaga kearsipan.
(UU Nomor 43/2009 Psl 1 No.23)
Retensi arsip adalah penentuan jangka waktu simpan suatu arsip atas dasar
nilai guna yang terkandung di dalamnya.
Jadwal Retensi Arsip adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya jangka
waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi
rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali,
atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan
penyelamatan arsip.
Pemindahan Arsip
Apabila di suatu kantor pengelolaan arsipnya berdasarkan asas kombinasi
sentralisasi-desentralisasi berarti selama arsip tersebut masih aktif maka arsip
tersebut dikelola dan disimpan pada unit kerja masing-masing, dan apabila arsip
tersebut inaktif maka dikelola diarsip pusat. Waktu pemindahan arsip berdasarkan
jadwal retensi arsip.
Adapun cara pemindahannya adalah sebagai berikut:
- Petugas membuat Berita Acara Pemindahan Arsip dan Daftar Jenis Arsip yang
akan diserahkan (Daftar Pertelaan, yaitu suatu daftar berupa catatan susunan
berkas yang akan dipindahkan/dimusnahkan)
- Berita acara tersebut ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan dan pihak
yang menerima.
Penyerahan Arsip
Apabila sudah waktunya untuk memusnahkan arsip maka arsip segera
dimusnahkan. Arsip inaktif yang mempunyai nilai nasional tidak dimusnahkan
tetapi diserahkan kepada Arsip Nasional untuk disimpan dan dilestarikan selama-
lamanya. Arsip ini disebut arsip statis, yaitu arsip yang masih memiliki nilai guna
bagi penyelenggaraan nasional, tetapi tidak digunakan dalam kegiatan
administratif sehari-hari.
Penyerahan arsip statis oleh unit kearsipan ke Arsip Nasional, ditetapkan
dalam PP No. 34 tahun 1976 tentang penyusutan arsip, sebagai berikut:
“Arsip yang disimpan oleh lembaga-lembaga negara atau badan-badan
pemerintah di tingkat pusat harus diserahkan kepada Arsip Nasional Pusat.”
“Arsip yang disimpan oleh badan-badan nasional daerah harus diserahkan kepada
Badan Kearsipan Daerah.”
“Penyerahan arsip dilakukan sekurang-kurangnnya sekali dalam 10 tahun, serta
dilaksankan dengan membuat berita acara penyerahan arsip yang disertai daftar
pertelaan arsip dari arsip-arsip yang diserahkan.”
BERITA ACARA PENYERAHAN ARSIP STATIS
Nomor :
2. Nama : ……………………
NIP : ……………………
Jabatan : ……………………
Dalam hal ini bertidak atas nama Pimpinan ANRI yang selanjutnya disebut
sebagai PIHAK KEDUA.
Menyatakan telah mengadakan serah terima arsip instansi ………………
yang memiliki nilai guna nasional seperti yang tercantum dalam Daftar Pertelaan
Arsip terlampir untuk disimpan di ANRI.
Yogyakarta,.............................
Pihak Kedua Pihak Pertama
Kepala ANRI, Kepala SKPD,
………………………. ……………………….
NIP. NIP.
g. Pemusnahan Arsip
Pemusnahan arsip adalah kegiatan memusnahkan arsip yang tidak
mempunyai nilai kegunaan dan telah melampaui jangka waktu penyimpanan
(Perka ANRI Nomor 25 tahun 2012 tentang pedoman pemusnahan arsip).
Tujuan Pemusnahan Arsip
1) Efisiensi dan efektifitas kerja
2) Penyelamatan informasi dari pihak yang tidak berhak untuk mengetahuinya
Kewenangan Pemusnahan
Pemusnahan arsip di lingkungan Pemerintah Daerah di bedakan menjadi dua
yaitu pemusnahan arsip yang retensinya kurang dari 10 (sepuluh) tahun, dan
pemusnahan arsip yang retensinya sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
Arsip yang retensinya dibawah 10 tahun pemusnahannya menjadi kewenangan
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yaitu badan, dinas, kantor, dan lain-lain
yang secara teknis dilaksanakan oleh Unit Kearsipan yaitu sekretariat atau Bagian
Tata Usaha. Pemusnahan arsip di Satuan Kerja Perangkat Daerah baru boleh
dilakukan oleh pimpinan SKPD setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang yaitu Gubernur atau Bupati/Walikota.
Sedangkan arsip yang retensinya 10 tahun ke atas pemusnahannya menjadi
kewenangan LKD (Lembaga Kearsipan Daerah) yaitu instansi yang memiliki
fungsi pembinaan kearsipan dan pengelolaan arsip inaktif yang memiliki retensi
minimal 10 (sepuluh) tahun. Pemusnahan arsip oleh Kepala LKD apabila telah
mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang yaitu Kepala Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI).
Prosedur Pemusnahan Arsip
1) Pembentukan Panitia Penilai Arsip
Tugas Panitia Penilai Arsip yang paling pokok adalah melakukan
penilaian terhadap arsip yang diusulkan musnah berdasarkan nilai guna
maupun JRA sebagai referensi dalam menentukan suatu arsip boleh
dimusnahkan atau tidak.
Panitia Pemusnahan Arsip, sekurang-kurangnya memenuhi unsur sebagai
berikut:
a) Pimpinan unit kearsipan sebagai ketua merangkap anggota
b) Pimpinan unit pengolah pemilik arsip yang arsipnya akan dimusnahkan
sebagai anggota
c) Arsiparis sebagai anggota.
2) Penyeleksian Arsip
Kegiatan penilaian untuk memastikan bahwa arsip yang diusulkan musnah
tersebut sudah tidak memiliki nilai guna, telah habis retensinya dan
berketerangan dimusnahkan berdasarkan JRA, tidak ada peraturan yang
melarang dan tidak berkaitan dengan penyelesaiaan proses suatu perkara.
7) Pelaksanaan Pemusnahan
a) Disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 pejabat dari unit hukum dan/atau
pengawasan dari lingkungan pencipta arsip yang bersangkutan.
b) Penandatanganan berita acara yang memuat daftar arsip yang dimusnahkan
(dilampirkan).
c) Dilakukan secara total sehingga fisik dan informasi arsip MUSNAH dan
TIDAK dapat dikenali, dengan cara :
Pembakaran
Cara pemusnahan dengan pembakaran dapat dilakukan apabila jumlah
arsip yang dimusnahkan tidak banyak. Pembakaran harus dilakukan
dengan sempurna (sudah jadi abu).
Pencacahan
Arsip yang sudah dicacah berwujud potongan-potongan kertas yang
sama sekali tidak dapat dikenal lagi identitas arsip yang bersangkutan.
Cara pemusnahan dengan mencacah arsip dapat dilakukan secara
bertahap, tidak harus selesai pada saat itu.
Penggunaan Bahan Kimia
Pemusnahan dengan cara ini adalah memusnahkan arsip dengan
menuangkan bahan kimia yang digunakan (biasanya soda api) di atas
tumpukan arsip.
Pembuburan atau Pulping
Merupakan metode pemusnahan dokumen yang ekonomis, aman dan
nyaman. Dokumen yang akan dimusnahkan dicampur dengan air,
kemudian dicacah, dan disaring yang akan menghasilkan lapisan bubur
kertas. Dengan menjadi bubur kertas, maka wujud asli dokumen dan isi
dokumen tidak dapat dikenali lagi. Pembuburan banyak dilakukan oleh
bank dan organisasi yang menuntut pengamanan yang tinggi.
Cara lain yang memenuhi kriteria yang disebut dengan istilah musnah
Dengan cara:
a. Pembakaran
b. Pencacahan
c. Peleburan secara kimia
d. Pembuburan (Pulping)
Saksi-saksi:
ttd ttd
……………………….. …………………………..
NIP. NIP.
2. Jabatan
ttd
………………………
NIP.
1. Angka Kecermatan Arsip
Angka kecermatan arsip dikatakan tinggi apabila >= 3%. Apabila Angka
Kecermatan < 3% berarti sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang
digunakan oleh organisasi yang bersangkutan sudah cukup baik. Apabila Angka
Kecermatan = 3% berarti penyelenggaraan penyimpanan dan penemuan kembali
arsip berada pada titik batas. Apabila Angka Kecermatan > 3% berarti sistem
penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang digunakan perlu ditinjau kembali
untuk diadakan penyempurnaan lebih lanjut.
Rumus:
Contoh kasus:
Dalam suatu periode kearsipan terjadi permintaan arsip sebanyak 358 kali.
Namun, arsip yang mampu ditemukan oleh petugas hanya 321 lembar. Hitunglah
angka kecermatannya!
358 - 321 = 37 (jumlah arsip yang tidak ditemukan)
Contoh kasus:
Kita memiliki koleksi arsip yang disimpan sebanyak 6746 lembar.
Sepanjang 1 periode karsipan terjadi peminjaman sebanyak 352 kali terhadap
arsip yang berbeda. Hitunglah angka pemakaiannya!
C. FILING SISTEM
Filing sistem adalah suatu rangkaian kerja yang teratur yang dapat dijadikan
pedoman untuk penyimpanan arsip sehingga saat diperlukan dapat ditemukan kembali
dengan cepat dan tepat. Filing sistem (penyimpanan/penataan arsip), merupakan salah
satu kegiatan pengurusan arsip yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan penemuan
kembali (finding).
1. Tujuan Filing Sistem:
a. Menghemat waktu
b. Menghemat tenaga
c. Menghemat tempat
2. Sarana Filing Sistem:
a. Indeks adalah tanda pengenal yang merupakan alat bantu sebagai petunjuk untuk
menyimpan dan menemukan kembali arsip yang diperlukan.
b. Kode arsip adalah tanda pengenal pengganti (nama/masalah/wilayah) dari daftar
klasifikasi. Kode arsip dapat berupa huruf, angka atau gabungan huruf dan angka
yang disusun secara sistematis.
c. Daftar Klasifikasi adalah suatu daftar yang berisi pengelompokan arsip secara
sistematis berdasarkan kegiatan, sifat dan tujuan organisasi.
d. Tunjuk silang adalah alat untuk menunjukkan apabila ada arsip yang mempunyai
dua nama atau dua permasalahan atau lebih yang saling berhubungan.
B
A : Pembatas
A B : Tab
c. Folder adalah map berupa lipatan karton atau plastik yang dipergunakan untuk
menyimpan warkat, ditempatkan di belakang guide. Ada 4 macam folder, yaitu:
1) Brief Ordner, yaitu map besar terbuat dari karton tebal di dalamnya terdapat
penjepit arsip yang terbuat dari logam dan dapat menampung warkat dalam
jumlah banyak dan biasanya disusun secara vertikal di atas rak.
2) Stopmap yaitu berkas lipatan berdaun yang terbuat dari kertas tebal atau
plastik.
3) Snelhechter yaitu map yang terbuat dari kertas tebal atau plastik yang di
dalamnya terdapat alat penjepit arsip yang terbuat dari logam.
4) Hanging map/map menggantung yaitu map tanpa jepitan yang digantung pada
gawang filing cabinet. Gawang adalah alat yang terdapat pada kedua sisi laci
filing cabinet.
e. Kartu Indeks, yaitu kartu yang berukuran 15x10 cm yang di dalamnya memuat data
tentang warkat yang akan disimpan, digunakan sebagai alat bantu untuk
memudahkan penemuan kembali arsip.
Contoh:
MU
Indeks : Muara Jaya, PT – Bandung
Kode/Tgl. Simpanan : M-3, 8 Januari 2017
Masalah : Pesanan 3 Unit Komputer Merk IBM
No./Tgl. Surat : 131/Ps/I/17, 2 Januari 2017
f. Laci kartu indeks, adalah laci tempat menyimpan kartu indeks sesuai urutan abjad,
contoh kartu indeks di atas, disimpan di dalam laci “M” sesuai dengan huruf yang
terdapat pada “Tab” (bagian yang menonjol pada kartu indek). Pada contoh
tersebut tab berisi huruf “MU”.
D. Filing Sistem Abjad
1. Istilah-Istilah dalam Filing Sistem Abjad
a. Mengindeks, adalah kegiatan membagi nama/judul terhadap beberapa unit.
Syarat-syarat dalam mengindeks antara lain:
1) Singkat, jelas dan mudah diingat.
2) Berorientasi pada kebutuhan pemakai.
3) Merupakan kata yang mudah dimengerti.
b. Unit, adalah bagian terkecil dari suatu nama/judul.
c. Caption, adalah nama yang sudah diindeks yang kemudian dijadikan tanda
pengenal.
d. Mengkode (kodifikasi), adalah kegiatan menentukan kode dari nama yang sudah
diindeks. Kode diambil dari huruf pertama dari nama/judul yang sudah diindeks.
e. Mengabjad adalah kegiatan menyusun kode menurut urutan abjad dari nama/judul
yang sudah diindeks.
2) Nama Ganda, terdiri dari lebih dari satu suku kata, diindeks berdasarkan suku
kata nama terakhir.
No Nama Unit I Unit II Unit III Kode
.
1. Ine Wijayanti Wijayanti Ine - Wi
2. Muhammad Mahardika Janutama Muhammad Mahardik Ja
Janutama a
6) Nama yang memakai gelar, yang diutamakan adalah nama asli atau marga dan
gelar tidak diindeks, ditempatkan pada unit dalam tanda kurung. Namun
apabila gelar tersebut diikuti nama tunggal maka gelar tersebut turut diindeks.
No Nama Unit I Unit II Unit III Kode
.
1. Dra. Hj. Dewi Laraswati, Laraswati Dewi (Dra, Hj, Msi) La
M.Si
2. K.H. Abdullah Gymnastyar Abdullah (K.H) Gy
Gymnastyar
3. Kapten Pierre Tendean Tendean Pierre (Kapten) Te
4. Andi Meriem Mattalata Mattalata Meriem (Andi) Ma
9) Nama wanita yang diikuti nama suami atau ayahnya, diindeks dengan
menampilkan nama suami/ayahnya dahulu.
No Nama Unit I Unit II Unit Kode
. III
1. Ny. Kartika Ibrahim Ibrahim Kartika (Ny.) Ib
2. Yohanna Kartadipoetra Kartadipoetra Yohanna - Ka
10) Nama yang memakai kata bin, binti, diindeks dengan cara menuliskan terlebih
dahulu nama yang mengikuti nama yang bertalian.
Unit
No. Nama Unit I Unit II Kode
III
1. Fatimah binti Abdullah Abdullah Fatimah binti - Ab
2. Arifin bin Sulaiman Sulaiman Arifin bin - Su
11) Nama orang yang masih menggunakan Ejaan lama, diindeks sebagaimana
nama itu ditulis.
No. Nama Unit I Unit II Unit III Kode
1. Drs. H. Djajalaras Djajalaras Drs H Dj
2. Dra. Astuti Oemaruddin Oemaruddin Astuti (Dra) Oe
2) Nama orang Eropa yang memakai tanda penghubung, diindeks nama yang
menggunakan tanda penghubung tersebut diindeks sebagai satu kata.
No. Nama Unit I Unit II Unit III Kode
1. John Frank Smith-Jones Smith-Jones John Frank Sm
2. Sylvia Lopez-Tiana Lopez-Tiana Sylvia - Lo
3) Nama orang Eropa yang menggunakan awalan, hendaknya tidak dianggap
sebagai suatu unit tersendiri, tetapi merupakan dari nama keluarga.
Pengindekan dilakukan dengan cara menempatkan nama yang didepannya
diberi awalan, misalnya Va, Vander, Von, Da, Di, de, De la, Mc, el, dan Al, dll.
No Nama Unit I Unit II Unit III Kode
.
1. Marco Van Basten Van Basten Marco - Va
2. Oscar De La Hoya De La Hoya Oscar - De
4) Nama orang Cina, Korea, diindeks dengan cara menuliskan sebagaimana nama
tersebut ditulis, karena baik orang Cina, maupun orang Korea nama keluarga
selalu dicantumkan di depan.
No. Nama Unit I Unit II Unit III Kode
1. Liem Swi King Liem Swie King Li
2. Kim Jong Soen Kim Jong Soen Ki
4) Nama perusahaan yang terdiri dari angka sebagai bagian dari nama perusahaan
tersebut, diindeks dengan cara menulis angka tersebut sebagai suatu unit dengan
yang lainnya.
No. Nama Unit I Unit II Kode
1. Restaurant 499 Empat sembilan-sembilan Restoran Em
2. Hotel 727 Tujuh dua tujuh Hotel Tu
5) Nama perusahaan yang menggunakan huruf dan bukan merupakan singkatan
diindeks dengan cara sbb:
No. Nama Unit I Unit II Kode
1. Toko Xyz Xyz Toko Xy
2. Firma ABC ABC Firma Ab
6) Nama perusahaan yang menggunakan kata penghubung dari, dan, &, tidak
dianggap sebagai bagian tersendiri dari nama tersebut, diindeks dengan cara:
No. Nama Unit I Unit II Kode
1. Beauty Fashion & Beauty Fashion & Make Up Be
Make Up
2. Metty & Shopie Metty & Shopie Salon Me
Salon
4) Nama pemerintah negara asing, diindek adalah unit politik dari negara tersebut.
No. Nama Unit I Unit II Kode
1. CIA America Central Intelegence (of) Am
2. AAA American Accounting Association Am
5. Membuat Daftar Klasifikasi
Daftar klasifikasi adalah suatu daftar yang berisi pengelompokan arsip secara
sistematis, berdasarkan urutan abjad dari nama perorangan/organisasi. Untuk
menyusun daftar klasifikasi, prosedur yang pertama dilakukan adalah kegiatan
mengindeks, kemudian mengkode, dan selanjutnya mengabjad.
Contoh:
Cara menyusun daftar klasifikasi dari nama-nama berikut ini:
a. Maharani Dewi Pramudhita
b. PO Purnama
c. Panti Asuhan Kasih Ibu
d. PT Berdikari
e. Apotik Kimia Farma
f. Hotel Kedaton
g. Rumah Makan 488
h. ITB
i. BCA
j. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Kode Caption
B
Be Berdikari, Perseroan Terbatas
C
Ce Central Asia, Bank
Ci Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit
E
Em Empat Delapan-Delapan, Rumah Makan
d. Setelah warkat/surat diberi kode arsip, warkat/surat disimpan pada laci berkode, di
belakang Guide, di dalam Folder.
Contoh: Surat berkode Pr disimpan di dalam laci M-S, di belakang Guide P, di
dalam Folder Pr.
Kode Laci: A-F, G-L, M-S, dan T-Z
e. Kartu indeks disimpan pada lemari kartu indeks pada laci, sesuai dengan huruf
yang tertera pada tab kartu indek.
Contoh: Kartu Indeks disimpan pada Lemari Kartu Indeks pada Laci P
2. Ketatausahaan a. Izin/Dispensasi
b. Data/Keterangan
7. Pemberhentian a. Pensiun
b. Atas Permintaan Sendiri
c. Meninggal Dunia
Prosedur Penyimpanan:
1. Memberi kode surat
2. Mengisi kartu indeks
Contoh:
Pr
Indeks : Pramudhita, Maharani Dewi
Kode/Tgl. Simpanan : KP. 1. B / 20 Oktober 2017
Masalah : Lamaran Pekerjaan
No./Tgl. Surat : -/ 19 Oktober 2017
SA (Sarana)
4. Kartu indeks disimpan di lemari kartu indeks pada laci P, sesuai
dengan huruf Pr yang tertera pada Tab kartu indeks.
A B C D E F G
PD (Pendidikan)
H I J K L M N
O P Q R S T U
V W X Y Z
JW-BALI JAWA
JB 1 JAKARTA
A Jakarta Pusat
B Jakarta Barat
C Jakarta Selatan
D Jakarta Timur
E Jakarta Utara
2 JAWA BARAT
A Bandung
B Bogor
C Cirebon
D Merak
3 JAWA TENGAH
A Pekalongan
B Rembang
C Semarang
D Solo
E Tegal
4 YOGYAKARTA
A Bantul
B Sleman
5 BALI
A Amplapura
B Denpasar
C Klungkung
D Singaraja
Prosedur Penyimpanan:
1. Memberi kode surat
2. Mengisi kartu indeks
Contoh:
Pr
Indeks : Pramudhita, Maharani Dewi
Kode/Tgl. Simpanan : JB. 4. B / 20 Oktober 2017
Masalah : Lamaran Pekerjaan
No./Tgl. Surat : -/ 19 Oktober 2017
Jawa-Bali (JB)
Sumatra (SM)
4. Kartu indeks disimpan di lemari kartu indeks pada laci P, sesuai dengan huruf Pr yang
tertera pada Tab kartu indeks.
A B C D E F G
H I J K L M N
O P Q R S T U
V W X Y Z
Pr
Indeks : Pramudhita, Maharani Dewi
Kode/Tgl. Simpanan : 2017.10.19 / 20 Oktober 2017
Masalah : Lamaran Pekerjaan
No./Tgl. Surat : -/ 19 Oktober 2017
2015
2016
4. Kartu indeks disimpan di lemari kartu indeks pada laci P, sesuai dengan huruf Pr yang
tertera pada Tab kartu indeks.
A B C D E F G
H I J K L M N
O P Q R S T U
V W X Y Z
Kode Uraian
000 Humas
100 Keuangan
200 Kepegawaian
300 Pembangunan
400 Koperasi
500 Produksi
600 Pemasaran
700 Penelitian dan Laboratorium
800 Perlengkapan
900 Pengangkutan dan perbekalan
Kode Uraian
201 Formasi
202 Seleksi
203 Tata tertib
204 Ujian
205 Kenaikan pangkat
206 Cuti
207 Mutasi
208 Promosi jabatan
209 Kesejahteraan
210 Pemberhentian
Kode Uraian
210 Iklan
220 Lamaran
230 Panggilan
240 Seleksi
250 Wawancara
260 Psikotes
270 Pendidikan dan Latihan
280 Percobaan
290 Pengangkatan
300 Penempatan
Prosedur Penyimpanan:
1. Memberi kode surat
2. Mengisi kartu indeks
Contoh:
Pr
Indeks : Pramudhita, Maharani Dewi
Kode/Tgl. Simpanan : 220 / 20 Oktober 2017
Masalah : Lamaran Pekerjaan
No./Tgl. Surat : -/ 19 Oktober 2017
000
100
4. Kartu indeks disimpan di lemari kartu indeks pada laci P, sesuai dengan huruf Pr yang
tertera pada Tab kartu indeks.
A B C D E F G
H I J K L M N
O P Q R S T U
V W X Y Z
c. Pencatatan surat
1) Menyiapkan dan mengisi buku agenda
2) Menyiapkan dan mengisi lembar disposisi
3) Menyiapkan dan mengisi routing slip
4) Menyerahkan surat ke pengarah
d. Pendistribusian surat
1) Surat yang berdisposisi terlebih dahulu dicatat dalam buku ekspedisi intern
2) Menyampaikan surat tersebut melalui buku ekspedisi kepada pejabat yang
bersangkutan.
3) Petugas pengarahan atau ekspedisi mengembalikannya kepada urusan agenda
untuk dicatat dalam buku pengarahan
e. Penyimpanan surat
1) Meneliti tanda pada lembar disposisi, apakah surat tersebut boleh disimpan
2) Mengindeks atau memberi kode pada surat tersebut
3) Menyortir atau memisah-misahkan surat sesuai dengan bagian dan tujuan surat
4) Menyimpan ke dalam map (folder)
5) Menata arsip dengan baik sesuai dengan sistem yang digunakan
ROUTING SLIP
Harap dibaca bahan-bahan yang terlampir dan meneruskannya kepada pejabat-pejabat yang
tersebut dalam daftar ini:
.................
................
Contoh Lembar Disposisi:
NAMA INSTANSI
No. Agenda :
Pengolah
Tanggal terima :
Kode
Klasifikasi
Paraf:
Hal/Isi Ringkas
Surat: ................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
:............................................ .......................................
Dari .............................................. Kepada : .......................................
......... Lampiran : .......................................
Nomor Surat :............................................ Tgl. Surat : ............
....
Disposisi:
1. Untuk diproses 11. Direspon dan ditindaklanjuti
2. Untuk perhatian 12. Dimanfaatkan di unit kerja
3. Mohon saran/pendapat Saudara
4. Mohon petunjuk 13. Buatkan konsep surat
5. Edarkan balasan
6. Gandakan 14. Buatkan laporan
7. Arsip 15. Mewakili kepala
8. Agendakan 16. Tidak berpartisipasi
9. ..........................................................................
10. ..........................................................................
2. Pengurusan Surat Masuk Sistem Kartu Kendali
Kartu kendali adalah lembar isian yang digunakan untuk pencatatan,
penyampaian, dan penyimpanan surat yang sifatnya penting, sehingga bila surat
diperlukan dapat dengan mudah ditemukan kembali.
a. Jika surat rutin atau biasa pengurusannya menggunakan lembar pengantar
b. Jika surat penting menggunakan kartu kendali, yang terdiri dari 3 lembar:
1) Lembar I berwarna putih
2) Lembar II berwarna kuning
3) Lembar III berwarna merah
Fungsi kartu kendali:
Sebagai pengendali surat masuk dan keluar
Sebagai alat pelacak lokasi surat
Sebagai arsip pengganti bagi surat-surat yang masih dalam proses
Sebagai pengganti buku agenda dan ekspedisi
Jumlah : .....................................
Diterima jam : ..................................... Tanggal: .............................
Tanda tangan penerima : .....................................
Nama terang : .....................................
No. Urut : K
Perihal :
Isi Ringkas :
Lampiran :
Dari / :
Kepada
Tanggal : No. Surat :
Pengolah : Paraf :
Catatan :
b. Pencatat Surat
1) Mencatat surat penting ke dalam kartu kendali III (kolom indeks atau subjek,
kode, dan pengolah yang tercantum pada kartu kendali dapat dikosongkan untuk
diisi oleh pengarah).
2) Menyatukan kartu kendali dengan surat menggunakan klip kertas dan
meneruskannya kepada pengarah.
e. Penata Arsip
1) Menerima kartu kendali II yang telah diparaf oleh TU unit pengolah dan
disimpan di kotak kartu kendali (sebagai bukti bahwa surat sedang diproses di
unit pengolah).
2) Menerima surat yang selesai diproses oleh unit pengolah dari TU unit pengolah
dan menukar kartu kendali II dengan kartu kendali III.
3) Menyimpan surat dengan sistem tertentu.
d. Mengagendakan Surat
Setelah konsep surat disetujui, kemudian dicatat ke dalam buku agenda keluar
atau buku verbal untuk memberi kode atau nomor surat.
f. Pemeriksaan Konsep
1) Pengetik Surat (Juru Tik)
Pemeriksaan dilakukan sebelum diturunkan dari mesin atau setelah dicetak
dengan komputer sebelum diserahkan kepada pimpinan.
2) Konseptor
Setelah diperiksa juru tik, konsep diserahkan kembali kepada konseptor
untuk diperiksa.
3) Penanggung jawab surat
Sebelum menandatangani surat, penanggung jawab surat harus membaca
dan memeriksa surat terlebih dahulu.
4) Agendaris
Surat yang akan dibukukan harus pula diperiksa oleh agendaris.
g. Penandatangan Surat
Apabila tidak terdapat lagi kejanggalan atau kesalahan, kemudian usrat jadi
(net surat) disampaikan kepada pimpinan, atau pejabat yang berwenang untuk
ditandatangani. Surat yang akan ditandatangani oleh pimpinan sebaiknya
diletakkan pada map khusus (signature folder).
i. Melipat Surat
Surat-surat yang telah ditandatangani dan telah diberi stempel harus
dipisahkan. Surat yang asli dikirim ke alamat yang dituju dan tindasan atau lembar
kedua disimpan sebagai arsip. Untuk surat yang adan dikirim harus dilipat dengan
rapi ke dalam bentuk tertentu.
j. Penyampulan Surat
Setelah selesai dilipat, surat-surat yang akan dikirim harus diberi sampul atau
amplop. Pada sampul surat harus dilengkapi:
1) Alamat pengirim bila tidak memaki kop surat
2) Nomor surat diketik di kiri atas di bawah kop surat
3) Cap dinas diterapkan pada amplop di bawah nomor
4) Stempel bebas bea atau perangko secukupnya
k. Pengiriman Surat
Setelah penyampulan surat dan pencatatan kembali dalam buku verbal, surat
siap untuk dikirim.
Pengiriman surat dapat dilakukan dengan cara:
1) Dikirim langsung
2) Dikirim melalui pos, pengiriman surat-surat melalui pos harus memakai buku
pos tercatat.
l. Penyimpanan Surat
Surat asli dikirim ke alamat yang dituju. Sedangkan tindasan (lembar kedua)
disimpan menggunakan sistem kearsipan yang dipakai oleh suatu organisasi.
c. Pengarah Surat
1) Menerima surat dari pencatat surat.
2) Mengisi kolom indeks atau subjek, kode pada lembar kartu kendali.
3) Mengambil satu lembar kartu kendali I disimpan pada kotak KK.
4) Meneruskan surat asli, tindasan, kartu kendali II dan III kepada pengirim surat.
e. Penata Arsip
1) Menerima kartu kendali II yang telah diparaf oleh unit pengolah dan
menyimpannya pada kotak kartu kendali sebagai bukti bahwa tindasan surat
masih berada di unit pengolah.
2) Jika tindasan yang berada di unit pengolah telah inaktif maka tindasan surat dan
kartu kendali III diserahkan kepada penata arsip dan kartu kendali II yang
berada pada penata arsip dikembalikan kepada unit pengolah sebagai bukti
bahwa arsip telah diserahkan kepada penata arsip di unit kearsipan.
Alur Pengurusan Surat Penting Masuk
KK I KK I KK II KK
III
KK
KK II KK II
III LD I
KK III KK III LD I
LD II
Surat Surat Surat
LD II Surat
Penting Penting Penting Penting
KK
KK I KK II KK II III
LD I
LD II
Surat
Penting
LD I
KK KK LD
III III II
LD
I
Surat
Penting
Surat Surat Penting
Penting
KK II
Alur Pengurusan Surat Penting Keluar
Unit Kearsipan
Unit Pengolah Ekspedisi
Pencatat Pengarah Penata Arsip
KK I KK I KK II
KK II KK II KK III
KK III KK III
KK I KK II
KK III KK III
Surat Asli
Dikirim
Tembusan
Tembusan
KK II
J. Pemanfaatan Teknologi Modern Untuk Sarana Pengelolaan Arsip
1. Pengelolaan Arsip Dengan Menggunakan Sistem Otomasi
Pengelolaan arsip menggunakan sistem otomasi merupakan sistem kearsipan
yang menggunakan sarana pengolahan data secara elektronik dengan memanfaatkan
fasilitas komputer dan teknologi informasi lainnya. Potensi teknologi yang serba
canggih telah memberikan peluang untuk melakukan kegiatan otomasi arsip. Melalui
otomasi kearsipan ini mengandung konsekuensi bahwa klasifikasi atau
pengelompokkan arsip menjadi kompleks. Arsip elektronik dapat terjadi atas
bermacam-macam pengelompokkan dalam berbagai format dan berbagai media
penyimpanan.
Penggunaan media otomasi arsip bukan saja menjamin efisiensi, tetapi juga
mampu atau mengembangkan kebutuhan duplikasi apabila hal itu diperlukan.
Pengiriman, pemrosesan, penyimpanan dan penemuannya kembali informasi dapat
dilakukan melalui sistem yang bekerja secara cepat. Bila kesemuanya telah
diperhitungkan dengan masak dan kemudian secara teknis dapat memenuhi kebutuhan
otomasi, maka berbagai kemudahan akan dapat diberikan kepada pengguna informasi
baik dalam jumlah besar maupun sedikit. Bahkan kebutuhan akan jenis informasi
tertentu yang sangat rinci akan dapat dipenuhi dan juga layanan sistem manual dapat
diganti dengan sistem otomasi tersebut. Pada sistem kearsipan yang sudah otomasi,
semua pengelompokkan atau klasifikasi arsip dapat disatukan ke dalam satu database
dan dapat dapt ditempuh “jalan pintas” untuk meningkatkan kecepatan dalam
memperoleh informasi. Otomasi memungkinkan informasi disusun dalam berbagai
macam pola sesuai dengan berbagai kebutuhan calon pengguna. Otomasi dapat
mengumpulkan secara cepat berbagai informasi yang penyimpanannya terpisah
melalui indexing yang tepat dan canggih.
Sistem pengarsipan otomatis telah berkembang sehingga mempunyai banyak
variasi dan membawa kemudahan dalam melaksanakan tugas-tugas kearsipan. Untuk
kantor-kantor yang memerlukan pelayanan yang cepat dengan volume arsip yang
tinggi, penggunaan alat modern tentu akan meringankan atau mempermudah
pengelolaan arsip.
2. Document Imaging
Pemanfaatan teknologi modern dalam mengelola arsip di berbagai negara maju
telah dimulai sejak lama. Salah satu teknik yang digunakan oleh mereka di antaranya
adalah dengan sistem document imaging. Pengertian istilah ini dalam bahasa Inggris
adalah sebagai berikut.
Document imaging is the process of scanning pages or importing files into a
database that will display the scanned page and ASCII text on the sreen for later
viewing.
Dalam kaitan ini, pengguna database mesti men-scan atau “mengimpor” file yang
nantinya diharapkan dapat ditelusur dan ditemukan kembali dalam database tersebut
pada saat diperlukan kemudian. Dengan demikian, hal itu sangat memudahkan dan
mempercepat pengelolaan kearsipan. Program ini memungkinkan pengguna dapat
mengindeks, menelusur dan menemukan kembali (retrieval) secara full-text dokumen
yang dikelolanya. Contoh merk document imaging yang telah beredar di pasaran,
antara lain Adaptec, Canon, Fujitsu, JVC, Laserfiche, Liberty, Panasonic, Plextor,
Ricoh, Sony, UMAX, Yamaha, dan lain-lain.
Berikut ini dikemukakan beberapa alasan, mengapa document imaging perlu
dilakukan dalam pengelolaan arsip secara modern. Pada prinsipnya dengan teknik
tersebut dapat menghemat anggaran yang cukup besar bila dibandingkan dengan
pengelolaan arsip dengan sistem filing yang tradisional (traditional paper filing
system). Di antara alasannya adalah :
a. Jika diperhitungkan dari segi biaya maka biaya langsung terbesar yang diperlukan
pada pengelolaan arsip secara konvensional adalah biaya pekerja/petugas arsip
yang harus menangani pencarian/penelusuran, pengiriman dan penempatan
kembali arsip di tempat penyimpanan semula. Paling tidak kegiatan tersebut juga
memerlukan waktu yang tidak sedikit. Bila untuk mencari sebuah arsip saja
memerlukan 15 menit, berarti akan dibutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk
melakukan kegiatan pengelolaan arsip berikutnya (mengirimkan, menggandakan,
menempatkan kembali, dst). Pendeknya bisa dibayangkan jika seorang petugas
arsip harus mengelola jumlah arsip yang cukup banyak maka mereka tentu akan
menghabiskan biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
b. Biaya untuk mengindeks dokumen ketika pertama kali dokumen tersebut ditangani
sebagai arsip yang akan disimpan masih lebih kecil bila dibanding dengan biaya
untuk membayar aktifitas penyimpanan (mem-file) arsip secara fisik pada tempat
penyimpanan yang memadai dan mendistribusikannya.
c. Cukup besar biaya yang dapat dihemat karena semua orang yang bertugas dalam
unit kearsipan dapat menempatkan dokumen tanpa bantuan atau dukungan
pengetahuan individual yang terlalu rumit. Dalam unit kearsipan, biasanya
seseorang dianggap penting atau bernilai (valuable) karena yang bersangkutan
mengetahui segala sesuatu tentang arsip yang dikelolanya. Ketika orang tersebut
tidak bekerja lagi disitu, maka perusahaan akan kerepotan mencari penggantinya
atau harus melatih orang baru yang akan menangani arsip tersebut. Terkadang
waktu yang diperlukan (sebagai masa transisi) untuk itu tidak sebentar, yakni bisa
berbulan-bulan. Dengan sistem document imaging memungkinkan seseorang
mampu menangani arsip secara cepat meskipun ia baru mencoba dalam
kesempatan yang pertama kalinya.
d. Sistem document imaging memiliki kemampuan pengendalian akses yang lebih
aman dibanding dengan menyimpan dokumen pada filling cabinet. Seseorang tidak
dapat mengakses suatu dokumen kecuali yang bersangkutan mempunyai hak akses
ke pangkalan data atau tercantum pada direktori yang ada di dalamnya. Sistem
penyimpanan dokumen (the repository) dalam program tersebut dapat mengontrol
setiap penelusuran dan temu kembali yang dilakukan oleh user address dan nama
tertentu.
e. Dengan sistem document imaging memungkinkan banyak orang mengakses suatu
dokumen yang sama secara cepat dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dapat
untuk mendukung kegiatan konferensi pada suatu ruangan yang sama ataupun
dapat digunakan banyak pihak yang sedang berpartisipasi dalam pertemuan tingkat
dunia sekaligus.
f. Sistem penyimpanan dokumen memungkinkan lembaga atau perwakilannya
melalui orang yang ditunjuk atau yang diberi hak untuk dapat mengakses
dokumen/file dari luar kantornya (tempat yang jauh).
g. Perwakilan lembaga atau pemerintah dapat menelusur secara simultan dari
berbagai server tempat penyimpan dokumen di setiap lokasi yang dikehendakinya.
h. Banyak keuntungan lain yang dapat diperoleh dari penggunaan sistem tersebut
4. Komputerisasi Arsip
Penggunaan kertas dalam pelaksanaan kegiatan administrasi yang dilakukan oleh
setiap kantor atau oganisasi setiap hari mengakibatkan volume dan jumlah arsip yang
dikelola oleh organisasi semakin meningkat. Messkipun peningkatan ini masih dapat
diimbangi dengan menggunakn sistem kearsipan manual namun seiring dengan
tingkat pertumbuhan arsip kertas akan menjadi dokumen yang sulit untuk ditemukan.
Dengan kondisi seperti di atas maka diperlukan antisipasi dengan menggunakan
teknologi yang memudahkan pengolaan arsip yang dimilikinya. Komputerisai
dokumen/arsip telah mengubah cara pengarsipan informasi dengan memberikan
kecepatan dan ketepatan dalam penyimpanan, pencarian, penemuan kembali hingga
pendistribusian arsip dalam oganisasi, sihingga fungsi arsip sebagai sumber informasi
dalam pengambilan keputusan dapat dioptimalkan.
Dalam usaha efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan kerarsipan, para pegawai
kearsipan saat ini telah menggunakan komputer. Komputer juga mempengaruhi tugas
para pegawai kearsipan, karena kini banyak pegawai kearsipan menggunakan
komputer untuk melaksakan tugasnya sehingga menghasilkan arsip dalam bentuk
terbacakan mesin (mesin readable) atau dikenal juga dengan arsip elektronik
(Sulistyo-Basuki,2003:1)
a. Tugas Administrasi Umum
1) Program olah kata untuk menyusun surat, laporan, formulir, dan dokumen lain.
2) Program terbitan di atas meja untuk membantu pegawai kearsipan membuat
panduan, newsletter dan bahan publisitas lainnya.
3) Program grafis untuk membuat tanda atau caption untuk pameran.
4) Program spreadsheet untuk membuat anggaran belanja dan membantu
membuat statistic dan spreadsheet.