Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PRAKTIKUM METODE PENGUKURAN

INSTRUMEN

ADSORPSI METYLEN BIRU MENGGUNAKAN


KARBON AKTIF DAN PENGUKURAN KADAR
METYLEN BIRU MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

ZAHRA HANIFA ZUBIR


NRP. 5004211115

Dosen Pengampu

Suprapto, M.Si., Ph.D.


Dr. Yatim Lailun Ni’mah, M.Si.

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN ANALITIKA DATA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2023
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Percobaan


Percobaan pada praktikum Metode Pengukuran Instrumen (MPI)
ini adalah “Adsorpsi Metylen Biru Menggunakan Karbon aktif
dan Pengukuran Kadar Metylen Biru Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis”.
1.2 Latar Belakang
Berdasarkan Kementrian Perindustrian Republik Indonesia,
industri tekstil dan pakaian jadi merupakan sektor manufaktur
yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi pada triwulan III
tahun 2019 sebesar 15,08 persen. Menteri Perindustrian Agus
Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa Industri tekstil dan
pakaian sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang sedang
diprioritaskan pengembangannya terutama dalam era industri 4.0
[5]. Industri tekstil di Indonesia sudah mengalami pertumbuhan
pesat. Namun, pertumbuhan pesat industri tekstil ini juga
berdampak serius pada lingkungan, terutama melalui peningkatan
pencemaran air akibat limbah industri. Pencemaran air oleh
limbah industri, pada umumnya, melibatkan logam berat dan
senyawa pewarna sebagai penyumbang. Salah satu senyawa
pewarna yang sangat umum digunakan dalam industri tekstil
adalah metylen biru, dan kehadirannya memiliki dampak
signifikan dalam berbagai isu terkait pewarnaan tekstil.
Metylen Biru atau metilasi klorida adalah senyawa kimia
aromatik heterosiklik yang memiliki rumus kimia [C 16H18N3SCl].
Metylen biru disebut sebagai pewarna kationik dengan daya
adsorpsi yang sangat kuat dengan muatan positif pada
strukturnya. Hal tersebut membuat Metylen biru memiliki afinitas
yang tinggi terhadap serat atau permukaan yang bermuatan
negatif seperti tekstil, selulosa, dan protein [1]. Dampak
pencemaran air oleh metylen biru mencakup penghambatan
paparan matahari yang mengurangi tingkat fotosintesis tanaman
3

air serta mengganggu ekosistem perairan karena berkurangnya


kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen) [4]. Metilen biru
dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan jika tertelan,
menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika
tersentuh oleh kulit [3].
Metode alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi
bahaya dari limbah zat warna adalah dengan adsorpsi. Adsorpsi
merupakan metode yang banyak digunakan dalam pengolahan
limbah cair. Adsorpsi adalah kemampuan menempel suatu zat
pada permukaan karena adanya gaya Tarik menarik permukaan.
Bagian yang menempel disebut adsorbat dan tempat menempel
atau terikat disebut adsorben. Keunggulan dari metode adsorpsi
adalah dalam pengolahannya tidak terbentuk lumpur, mudah
diperoleh dan relatif murah karena adsorben yang digunakan
dapat diregenerasi kembali, salah satu adsorben yang digunakan
adalah karbon aktif [6]. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui adsorpsi
metilen blue menggunakan karbon aktif dan menentukan kadar
metilen biru dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan
FTIR.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana
konsep adsorpsi dan aplikasinya dalam menghilangkan metylen
biru dari larutan. Selain itu, berapa nilai konsentrasi metilen biru
dalam larutan sebelum dan setelah proses adsorpsi dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami
konsep adsorpsi dan penerapannya dalam menghilangkan metylen
biru dari larutan dan menggunakan teknik Spektrofotometer UV-
Vis untuk mengukur konsentrasi metylen biru dalam larutan
sebelum dan setelah proses adsorpsi.
1.5 Manfaat
4

Manfaat percobaan ini adalah adalah memberikan


informasi tentang konsep adsorpsi dan aplikasinya dalam
menghilangkan metilen biru dari lautan dan penggunaan teknik
Spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur konsentrasi metilen
biru dalam larutan sebelum dan setelah proses adsorpsi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Adsorpsi


Metode adsorpsi dapat menurunkan kadar logam berat
dengan menyerap logam-logam ke dalam permukaan
adsorbennya. Adsorpsi sendiri merupakan suatu metode dimana
terjadi interaksi antara permukaan adsorben dengan molekul yang
teradsorpsi dimana kation logam berat yang terkandung dalam
limbah cair dapat teradsorpsi pada permukaan adsorben, sehingga
konsentrasinya dalam larutan berkurang. Adsorpsi juga dapat
memudarkan warna limbah dan menghilangkan bau yang ada
karena dapat menyerap gas dan partikel yang terdapat pada
limbah cair [16]. Dalam konteks ini, terdapat dua metode adsorpsi
utama, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Dalam adsorpsi
fisika, interaksi antara adsorbat dan adsorben terutama
dipengaruhi oleh gaya-gaya Van der Waals dan gaya
elektrostatik antara molekul adsorbat dan atom penyusun
adsorben. Adsorpsi kimia terjadi karena adanya interaksi gaya-
gaya kimia yang akan menyebabkan terbentuknya ikatan secara
kimia disertai dengan reaksi kimianya sehingga menghasilkan
produk kimia berupa senyawa yang baru [11].
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
Dalam proses adsorpsi, terdapat faktor-faktor yang
memengaruhi kemampuan suatu bahan untuk mengadsorpsi zat,
seperti yang telah disebutkan oleh Widyanto pada tahun 2017.
Faktor-faktor ini termasuk:
1. Jenis adsorben yang digunakan
Penggunaan adsorben berbeda tiap jenisnya tergantung
dengan kemampuan adsorben tersebut, seperti adsorben
6

polar, adsorben non polar, dan adsorben basa. Adsorben


polar mempunyai daya adsorpsi yang besar terhadap asam
karboksilat, alkohol, keton, dan aldehid. Adsorben non polar
mempunyai daya serap yang kuat terhadap senyawa amin
dan yang bersifat basa. Sedangkan adsorben basa
mempunyai daya adsorpsi yang besar terhadap senyawa yang
bersifat asam seperti magnesia.

2. Jenis adsorbat yang digunakan


Jika adsorbat yang dipakai merupakan elektrolit maka
adsorpsi akan berjalan lebih cepat dan hasil adsorpsi akan
lebih banyak jika dibandingkan dengan larutan non
elektrolit. Hal ini karena larutan elektrolit dapat terionisasi
menjadi ion-ion dengan muatan yang berlawanan yang
menyebabkan gaya Van der Waals semakin besar, yang
mana daya adsorpsi semakin besar pula.

3. Konsentrasi
Jika konsentrasi besar, maka jumlah zat terlarut yang
teradsorpsi semakin besar sesuai dengan persamaan
Frendlich:
XM=k.x.Cn

Dimana X merupakan berat teradsorpsi, M berat adsorben,


dan K serta n merupakan konstanta.

4. Tekanan
Jika tekanan diperbesar, molekul adsorbat akan lebih cepat
teradsorpsi. Sehingga jumlah adsorbat yang terserap
bertambah banyak. Jadi tekanan dapat memperbesar jumlah
zat yang teradsorpsi.

5. Daya larut terhadap adsorben


7

Apabila daya larut tinggi maka proses adsorpsi akan


terhambat karena gaya untuk melarutkan solute atau adsorbat
berlawanan dengan gaya tarik adsorben terhadap adsorbat.

6. Pengadukan
Semakin cepat pengadukan maka molekul-molekul adsorbat
dan adsorben saling bertumbukan sehingga akan
mempercepat proses adsorpsi.

2.1.2 Persentasi Penurunan Metilen Biru


Proses adsorpsi tembaga pada karbon aktif terjadi
interaksi yang kompleks antara ion tembaga dalam larutan dengan
permukaan karbon aktif dengan daya adsorpsi kuat. Prosentase
penurunan kadar logam dilakukan untuk mengukur seberapa kuat
daya adsorpsi untuk mengurangi kadar logam dalam suatu
sampel. Semakin tinggi persentase pengurangan, semakin efektif
proses adsorpsi. Proses penurunan dapat dapat dihitung dengan
rumus : [9].

Kadar awal−Kadar akhir


%Penurunan = x 100
Kadar awal

2.2 Metylen Biru


Limbah dari pewarnaan dan proses industri terkait
lainnya diketahui mengandung spesies yang sangat berwarna.
Limbah ini tidak hanya tidak menyenangkan secara estetika,
tetapi juga menghambat penetrasi cahaya dan dapat mengganggu
ekosistem. Metilen biru (MB) adalah pewarna kationik yang
memiliki berbagai aplikasi dalam bidang kimia, biologi, ilmu
kedokteran, dan industri pewarnaan. Pewarna ini memiliki sifat
toksik yang dapat menyebabkan kerugian bagi kesehatan
manusia. Oleh karena itu, meskipun penggunaan metylen biru
dalam industri tekstil umumnya ekonomis dan praktis,
8

penggunaannya dapat mengakibatkan iritasi pada saluran


pencernaan jika tertelan dan merusak kulit akibat reaksi iritasi.
Metilen biru merupakan senyawa kimia aromatic
heterosiklik dengan rumus kimia dan berat molekul masing-
masing C16H18N3SCl dan 319,85 g/mol. Namun, zat ini juga
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. MB berwujud
bubuk padat, tidak berbau, berwarna hijau tua pada suhu kamar,
dan menghasilkan larutan berwarna biru jika dilarutkan dalam air.
MB dapat menyebabkan pencemaran air, mengganggu ekosistem
air, dan memiliki efek toksik yang tinggi, termasuk menyebabkan
alergi dan iritasi kulit. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
dapat mengurangi dampak negatif pencemaran metilen biru pada
lingkungan [7].

Gambar 2.2.1 Struktur Metylen Biru

2.3 Karbon Aktif


Karbon aktif dapat didefinisikan sebagai suatu substansi
karbon yang memiliki struktur amorf dan permukaan internal
yang luas, dengan tingkat porositas yang tinggi. Karbon aktif
memiliki bentuk mikrokristalin dan non-grafit, yang artinya
dalam strukturnya terdapat sejumlah kecil hidrogen atau oksigen
yang signifikan. Salah satu alasan utama penggunaan karbon aktif
adalah karena memiliki kinerja tinggi dalam hal konduktivitas
listrik, stabilitas termal yang baik, dan reaktivitas permukaan
yang kuat. Struktur karbon aktif mengandung berbagai jenis pori,
seperti mikropori, mesopori, dan makropori, yang memiliki peran
9

penting dalam menentukan kemampuan karbon aktif sebagai


adsorben [15].
Karbon aktif termasuk dalam kategori karbon nongrafit
karena memiliki kerapatan yang rendah dan struktur berpori.
Sumber bahan baku untuk pembuatan karbon aktif dapat berasal
dari berbagai limbah pertanian, seperti cangkang kelapa sawit,
kulit buah, tempurung, akar, batang, kulit kayu, bunga, daun, dan
kulit buah. Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan
saat memilih bahan baku untuk produksi karbon aktif, seperti
tingginya kandungan karbon, rendahnya kandungan zat anorganik
untuk menghasilkan sedikit abu, ketersediaan yang mencukupi
sehingga biaya produksi menjadi rendah, tingkat degradasi yang
rendah selama penyimpanan, dan potensi untuk menghasilkan
karbon aktif dengan hasil persen tinggi [15].

Gambar 2.3.1 Karbon Aktif

2.4 Adsorpsi Metilen Biru dengan Karbon Aktif


Adsorpsi dengan metilen biru menggunakan karbon aktif
adalah suatu proses penghilangan zat warna metilen biru dari
larutan dengan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben.
10

Gambar 2.4.1 Kurva Kalibrasi Metilen Biru

Pertama-tama, Metilen Biru berada dalam larutan, di mana


molekul-molekulnya terdispersi secara acak. Ketika larutan
Metilen Biru bercampur dengan karbon aktif, molekul-molekul
Metilen Biru mulai berinteraksi dengan permukaan karbon aktif.
Interaksi ini terjadi karena permukaan karbon aktif memiliki
banyak titik-titik aktif atau situs yang dapat berikatan dengan
Metilen Biru. Selanjutnya, molekul-molekul Metilen Biru akan
terpaku pada permukaan karbon aktif melalui interaksi antara
atom-atomnya dengan struktur permukaan karbon aktif. Proses
adsorpsi ini berlanjut sampai titik jenuh tercapai, di mana semua
situs-situs aktif pada permukaan karbon aktif telah terisi oleh
molekul-molekul Metilen Biru. Pada titik ini, keseimbangan
tercapai antara molekul yang terikat pada karbon aktif dan
molekul yang masih terlarut di dalam larutan. Setelah proses
adsorpsi selesai, larutan yang tersisa dipisahkan dari karbon aktif
dengan filtrasi atau sentrifugasi. Kemudian, larutan yang terpisah
ini dimasukkan ke dalam instrumen spektrofotometer UV-Vis [8].

2.5 Spektrofotometer UV-Visible


Spektrofotometri adalah metode dalam analisis kimia
yang digunakan untuk mengidentifikasi komposisi suatu sampel,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, berdasarkan interaksi
antara materi tersebut dengan Cahaya. Spektrofotometer terdiri
11

dari dua komponen utama, yaitu spektrometer dan fotometer.


Komponen utama spektrofotometer meliputi sumber cahaya
dengan spektrum kontinyu, monokromator untuk menyaring
cahaya, sel pengabsorpsi yang digunakan untuk mengukur sampel
atau blangko, dan perangkat untuk menghitung perbedaan
absorpsi antara sampel dan blangko atau pembanding. Prinsip
kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu mengukur jumlah cahaya
yang diserap atau ditransmisikan oleh molekul-molekul di dalam
larutan, sebagian energi cahaya tersebut akan diserap (diabsorpsi)
[2].
Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk
menganalisis berbagai jenis sampel, termasuk larutan, gas, dan
uap. Namun, sebelum sampel dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, perlu memenuhi beberapa persyaratan.
Pertama, pelarut yang digunakan harus mampu melarutkan
sampel dengan sempurna, sehingga sampel dapat terdispersi
dengan baik dalam larutan. Selanjutnya, pelarut yang dipilih tidak
boleh mengandung ikatan rangkap terkonjugasi dalam struktur
molekulnya, dan pelarut tersebut juga tidak boleh berwarna. Hal
ini penting agar pelarut tidak mengabsorpsi sinar yang akan
digunakan dalam analisis, yang dapat mengganggu hasil yang
akurat [13].
12

Gambar 2.5.1 Skema Spektrofotometer UV-Vis

2.6 Fourier Transform Infrared (FTIR )


Fourier transform infrared (FTIR) merupakan instrumen
yang digunakan untuk mengidentifikasi sampel organik dan
anorganik. FTIR dapat digunakan untuk mendeteksi gugus fungsi
yang terdapat pada suatu campuran dari sampel yang dianalisis
tanpa merusak sampel. Seperti pada Gambar 2.6.1, FTIR terdiri
dari sumber energi (laser), tempat sampel, interferometer,
detektor, konverter analog ke digital (A/D), amplifier, dan
komputer. Prinsip kerja dasar FTIR adalah ketika radiasi
inframerah yang melewati sampel melalui interferometer dan
akhirnya mencapai deterktor. Hal ini memungkinkan sampel
untuk secara selektif menyerap radiasi IR dengan panjang
gelombang tertentu (Antara 4000 dan 400 cm-1) mengakibatkan
perubahan momen dipol molekul sampel yang akan mengubah
tingkat energi vibrasi. Sehingga, molekul akan pindah ke keadaan
tereksitasi yang kemudian ditentukan oleh frekuensi puncak
serapan sebagai perbedaan (gap) energi vibrasi. Sinyal analog
13

kemudian diperkuat dan diubah menjadi sinyal digital oleh


amplifier dan converter A/D [12]

Gambar 2.5.1 FTIR


14

*halaman ini sengaja dikosongkan*


15

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan Adsorpsi
Metylen Biru Menggunakan Karbon aktif dan Pengukuran Kadar
Metylen Biru Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis ini adalah
pipet tetes, buret, labu ukur, gelas beker, labu Erlenmeyer,
Spektrofotometer UV-Vis dan neraca analitik.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan Adsorpsi
Metylen Biru Menggunakan Karbon Aktif dan Pengukuran Kadar
Metylen Biru Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis ini adalah
larutan metilen biru (MB), karbon aktif, aqua DM (pelarut), dan
larutan standar metylen biru (untuk pembuatan kurva kalibrasi).

3.3 Material Safety Data Sheet


Berdasarkan PubChem tahun 2023, karakteristik dari
bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: [10]

3.3.1 Metylen Biru (C16H18ClN3S)

Sifat Fisik: Methylene biru merupakan padatan kristal dan hidrat


yang berwarna biru dengan berat molekul sebesar 319,86 g/mol,
titik leleh 105°C, dan densitas sebesar 0,05 g/cm3

Sifat Kimia: Methylene biru larut dalam air, beracun, berbahaya


jika tertelan, dan dapat menyebabkan iritasi.
16

Bahaya dan Penanganan: Tembaga dapat membahayakan jika


tertelan, dan dapat menyebabkan iritasi apabila terkena mata dan
kulit. Jika terkena kulit atau mata, segera periksa dan cuci dengan
jumlah air yang cukup.

3.3.2 Karbon Aktif


Sifat Fisik : Karbon aktif memiliki struktur poros yang sangat
berpori dan luas. Salah satu sifat paling mencolok dari karbon
aktif adalah luas permukaan yang sangat besar. Karbon aktif
memiliki kemampuan adsorpsi yang tinggi karena luas
permukaan yang besar dan struktur porosnya. Karbon aktif
memiliki kepadatan yang rendah, yaitu massa per unit volume
yang rendah. Ini membuatnya menjadi material yang ringan dan
mudah untuk diangkut dan digunakan dalam aplikasi tertentu.

Sifat Kimia : Karbon aktif mempunyai kemampuan untuk


adsorpsi dengan menarik dan mengikat molekul, ion, dan zat
lainnya pada permukaannya melalui gaya-gaya Van der Waals
atau interaksi kimia yang lebih kuat. Karbon aktif juga dapat
melepaskan kembali zat yang telah diadsorpsi ketika terjadi
perubahan kondisi lingkungan, seperti perubahan pH atau suhu.
Sifat kimia permukaan karbon aktif yang khas adalah adanya
berbagai jenis gugus fungsional pada permukaannya, seperti
gugus hidroksil, karboksil, dan lainnya. Gugus-gugus ini dapat
berinteraksi dengan zat kimia tertentu, memengaruhi selektivitas
adsorpsi.

Bahaya dan Penanganan : Debu karbon aktif dapat mengiritasi


saluran pernapasan jika terhirup dalam jumlah besar. Debu
halusnya juga bisa berpotensi bersifat mudah terbakar. Karbon
17

aktif yang kering juga dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi
kulit pada kontak yang berkepanjangan. Gunakan sarung tangan
pelindung saat menangani karbon aktif kering untuk melindungi
tangan dari kekeringan dan iritasi serta peralatan pelindung diri
(PPE) yang sesuai seperti masker debu dan lindungi mata Anda
dengan kacamata perlindungan[15].

3.3.3 Aquades (H2O)


Sifat Fisik : aquades merupakan air destilasi merupakan larutan
tidak berwarna dan tidak berbau dengan berat molekul sebesar 18
g/mol, titik didih 100°C dan titik leleh 0°C, serta memiliki
densitas sebesar 1 g/cm3.

Bahaya dan Penanganan : Tidak berbahaya [15].

3.3.4 Larutan standar Methylene Blue

Sifat Fisik : Larutan standar tembaga merupakan larutan berwarna


biru muda dengan konsentrasi berbeda-beda sekitar 1 ppm, 10
ppm, 100 ppm, dll. berat molekul sebesar 319,86 g/mol, titik leleh
105°C, dan memiliki densitas sebesar 0,05 g/cm3.

Sifat Kimia : larutan standar methylene blue larut dalam air dan
beracun.

Bahaya dan Penanganan : mampu menyebabkan iritasi, maupun


alergi pada kulit sehingga wajib menggunakan sarung tangan dan
apabila terpapar segera membilas kulit dengan air mengalir, dapat
menyebabkan iritasi pada mata apabila terkena segera bilas
dengan air mengalir, dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan sehingga perlu segera menuju ruang terbuka untuk
menghirup udara segar.
18

3.4 Skema Kerja


3.4.1 Persiapan Larutan Metilen Biru

Metilen Biru(s) H2O(l)


 Ditimbang untuk dibuat
larutan dengan
konsentrasi tertentu

 Dilarutkan dalam air dan


dipindahkan ke labu ukur yang
sesuai
 Ditambahan larutan penyangga jika
diperlukan
Metilen biru(aq)19 ppm
19

3.4.2 Persiapan Karbon Aktif

Karbon Aktif(s) 0,10 g Metilen biru(aq)19 ppm


 Ditimbang dan
diletakkan dalam labu
erlenmeyer

 Ditambahkan larutan metylen biru


yang telah disiapkan ke dalam labu
erelenmeyer berisi karbon aktif
 Diaduk secaa merata dan dibiarkan
bereaksi selama beberapa waktu

Metilen Biru(aq) + Karbon Aktif(s)


20

3.4.3 Pengujian Adsorpsi Metilen Biru

Metilen Biru(aq) + Karbon Aktif(s)

 Disaring campuran karbon aktif dan


larutan Metylen Biru dengan filter
kertasuntuk karbon aktif yang telah
mengadsorpsi Metylen Biru terpisah

Metilen Biru(aq) Karbon Aktif(s)

Konsentrasi Terukur Metilen Biru(aq)

3.4.4 Kalibrasi Spektrofotometer UV-VIS

Larutan Standar Metilen Biru(aq)


21

 Digunakan untuk kalibrasi Spektrofotometer


UV-Vis
 Diukur absorbansi larutan standar metylen biru
oada beberapa konsentrasi untuk kalibrasi
 Diplot kurva kalibrasi berdasarkan data yang
dihasilkan
Kurva Kalibrasi Larutan Standar Metilen Biru(aq)

3.4.5 Analisis Data


22

Adsorpsi Metilen Biru(aq)

 Hitung persentase adsorpsi Metylen Biru pada


karbon aktif dengan menggunakan rumus: ([(C0-
C) / C0] x 100, dimana C0 adalah konsentrasi
Metylen Biru setelah adsorpsi
 Bandingkan hasil persentase adsorpsi dengan
data kalibrasi Spektrofotometer UV-Vis untuk
mengevaluasi efektivitas karbon aktif dalam
menghilangkan Metylen Biru dari larutan

Hasil

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bere, M. L., Sibarani, J. and Manurung, M. 2019. Sintesis


Nanopartikel Perak (NPAg) Menggunakan Ekstrak Air Daun
23

Kemangi (Ocimum Sanctum Linn.)


dan Aplikasinya Dalam Fotofdegradasi Zat Warna Metilen Biru,7,
pp. 155–164.
[2] Fahmi, M.A., 2015. Metode Spektrofotometri untuk Pengukuran
Hipoklorit Menggunakan Rhodamin B. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
[3] Handayani, et al., 2015. Adsorpsi Pewarna Metilen Biru
Menggunakan Senyawa Xanthat Pulpa Kopi. Jurnal Teknik Kimia,
11(1). Hal. 19-23.
[4] Hatimah, H., Indah, D.R., Wardani, I.K., 2022. Efisiensi Adsorpsi
Metilen Biru Menggunakan Karbon Baggase Teraktivasi. Hydrogen:
Jurnal Kependidikan Kimia 10, 2.
[5] Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (7 November 2019).
Industri Tekstil dan Pakaian Tumbuh Paling Tinggi. Diakses tanggal
12 Oktober 2023, dari https://kemenperin.go.id/.
[6] Munawaroh, L., 2012. Pemanfaatan Bonggol Jagung Sebagai
Adsorben Rhodamin B dan Metanil Yellow, Skripsi, Yogyakarta :
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga.
[7] N. Belachew, M. H. Kahsay, A. Tadesse, and K. Basavaiah. 2020.
Green synthesis of reduced graphene oxide grafted Ag/ZnO for
photocatalytic abatement of methylene blue and antibacterial
activities, Journal of Environmental Chemical Engineering, vol. 8,
no. 5, p. 104106.
[8] N. E.-A. El-Naggar and N. H. Rabei. 2020. Bioprocessing
optimization for efficient simultaneous removal of methylene blue
and nickel by Gracilaria seaweed biomass,Sci Rep, vol. 10, no. 1, p.
17439.
[9] Nurlida, et al., 2015. Adsorpsi Logam Tembaga (Cu), Besi (Fe), dan
Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Buatan menggunakan Nanopartikel
cobalt Ferrite (CoFe2O4). Jurnal Fisika Indonesia, 19(55).
24

[10] PubChem Compound Database. National Center for Biotechnology


Information. URL https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/ (diakses
12.10.23)
[11] Ramadhani, F. D. 2013. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kulit Buah
Karet (Hevea Brasilliensis) Sebagai Adsorben Logam Besi Pada Air
Gambut Sebagai Bahan Ajar Kimia Sekolah Menengah Atas Kelas
XII. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
[12] R. Govindan, P. Banerjee, N. K. Dhania, and S. Senapati. 2021.
FTIR based approach to study EnaC mechanosensory functions,
Progress in Biophysics and Molecular Biology, vol. 167, pp. 79–86.
[13] Suhartati, T., 2017. DASAR-DASAR SPEKTROFOTOMETRI UV-
VIS DAN SPEKTROMETRI MASSA UNTUK PENENTUAN
STRUKTUR SENYAWA ORGANIK. AURA CV. Anugrah Utama
Raharja Anggota IKAPI No.003/LPU/2013, Bandar Lampung.
[14] Widayanto, et al., 2017. Adsorpsi Logam Berat (Pb) dari Limbah
Cair dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi Bahan
Alam. 1(1).
[15] Yahya, M.A., Mansor, M.H., Zolkarnaini, W.A.A.W., Rusli, N.S.,
Aminuddin, A., Mohamad, K., Sabhan, F.A.M., Atik, A.A.A., Ozair,
L.N., 2018. A Brief Review on Activated Carbon Derived From
Agriculture By-Product. Presented at the RECENT
ADVANCEMENT ON APPLIED PHYSICS, INDUSTRIAL
CHEMISTRY AND CHEMICALTECHNOLOGY: Proceedings of
the International Conference on Recent Advancements in Science
and Technology 2017 (ICoRAST2017), Melaka, Malaysia, p.
030023. https://doi.org/10.1063/1.5041244.

[16] Zustriani, A.K. 2019. Desorpsi Ion Logam Besi (Fe) Dan Tembaga
(Cu) Dari Adsorben Biji Pepaya Dengan Larutan Pendesorpsi
Asam Dan BasA. Integrated Lab Journal. 7(2), 106-118.
25

Anda mungkin juga menyukai