Anda di halaman 1dari 1

Aliran Kopenhagen

Ahli bahasa Skandinavia seperti J.N Madvig, A Noreen, H,G Wiwel, O. Jespersen hingga
tokoh yang tertua Rasmus Rask sering menunjukkan kekhasan dalam mengembangkan teori
kebahasaann di setiap kajiannya. Setelah terjadi kekhasan yang menarik akhirnya munculnya
sebuah aliran bernama aliran Kopenhagen berkat sekelompok ahli linguistik yang menamai
dirinya Linguistic of Copenhagen. Tokoh yang terkenal yaitu Brondal dan Hjelmslev. Kedua
tokoh tersebut menganut paham dari Saussure yakni mengembangkan teori linguistik yang
begitu formal dan abstrak karena kedalaman pelibatan filsafat.

Louis Hjelmslev terkenal dalam lingiustik karena usahanya menjadikan ilmu bahasa sebagai
ilmu yang berdiri sendiri. Hjelmslev beranggapan bahwa teori bahasa harusnya bersifat
arbitrer. Hjelmselv mengikuti pendapat Saussure yang menganggap bahasa memiliki dua
segi, yakni segi ekspresi (signifiant) dan segi isi (signifie). Masing-masing segi mengandung
forma (form) dan substansi (substance).
Forma dan substansi menghasilkan forma ekspresi, substansi ekspresi, forma isi, dan
substansi isi. Pembedaan forma dari substansi berlaku untuk semua hal yang ditelaah secara
ilmiah; sedangkan pembedaan ekspresi dari isi hanya berlaku bagi telaah bahasa saja.
Hjelmslev memandang bahasa sebagai sistem hubungan dan mengakui adanya hubungan
sintagmatik dan hubungan asosiatif. Dari kedua tokoh utama aliran Kopenhagen, Hjemslev
lebih mempunyai pengaruh yang besar, dan bersama dengan Uldall mengembangkan teori
Glosematik yang disebut aliran Glosematik setelah Hjelmslev mempublikasikan buku
pertamanya Principles de Grammaire Generale pada tahun 1931 melahirkan Glosematik
yang dikenal dunia luar pada tahun 1935 pada saat kongres internasional ilmu fonetik di
London.
Hjelmslev telah mengembangkan wawasan prolegomena dalam mengembangkan teori
linguistik dan mengembangkan teori yang disebut glosematik. Selain hal tersebut beberapa
pemikirannya juga membuat aliran Kopenhagen ini juga berbeda dengan aliran-aliran
sebelumnya, bahasa sebagai objek kajian linguistik harus didudukkan sebagai struktur sui-
generis yang memiliki totalitas dan otonominya sendiri. Disini bahasa dibagi menjadi dua
fungsi yaitu eksternal yang meliputi unsur nonlinguistik dan struktur internal itu sendiri.
Kedua, ia mendeskripsikan bahwa teori merupakan hasil abstraksi yang berkaitan dengan
dunia ideasi dan bukan deskriptif. Terakhir ia memberi konsep tentang tata tingkat hubungan
dan hubungan fungsional antartingkatan secara asosiatif dengan cara menjelaskan ciri
hubungan fungsional antar kelas yang dibagi menjadi 3 yaitu interpedensi, determinasi dan
konstelasi, ketiga ciri ini masih dapat diklasifikasi lagi.

konsep dan kontribusi tokokh-tokoh linguistik | Icha Clmana - Academia.edu

buku linguistik umum abdul chaer hal 354-355

Anda mungkin juga menyukai