Disusun oleh :
2022
Sejarah Perkembangan Aliran Kopenhaggen
Para ahli bahasa Skandinavia (J.N. Madvig, A. Noreen, H.G. Wiwel, O. Jespersen, danRasmus
Rask) banyak menghasilkan kajian dalam bidang linguistik umum seperti hasil kajianmereka
yang menunjukkan terdapat kekhasan dalam mengembangkan teori
kebahasaan(Samsuri, 1988: 41). Setelah terjadi kekhasan yang menarik akhirnya terdapat sebuah
aliran yangbernama aliran Kopenhagen berkat sekelompok ahli linguistik yang
menamakan dirinyaLinguistic of Copenhagen. Dua tokoh utama dalam aliran Kopenhagen
adalah Brondal danHjemslev yang dalam perkembangannya menunjukkan beberapa
perbedaan meskipunmempunyai wawasan dasar yang sama.
Hjelmslev dan Brondal sedikit banyak dipengaruhi oleh wawasan Ferdinand de Saussure.
Pengaruh de Saussure dalam Hjelmslev tampak pada pemilihan expression-form dan content-
form yang menjadi bagian dari sign function sedangkan dalam Brondal pengaruh de
Saussuretampak pada pemilihan kajian kebahasaan secara diakronis dan sinkronis (Samsuri,
1988: 42).
Dari kedua tokoh utama aliran kopenhagen, Hjelmslev lebih mempunyai pengaruh yangbesar
terutama setelah Hjelmslev mengembangkan wawasan prolegomena
dalammengembangkan teori linguistik, dan bersama dengan Uldall mengembangkan teori
Glosematik yang disebut sebagai aliran Glosematik setelah Hjelmslev mempublikasikan buku
pertamanya Principles de Grammaire Generale pada tahun 1928 (Samsuri, 1988: 42-43).
Adanya kajianfonologi antara Hjelmslev dan Uldall pada tahun 1931 melahirkan Glosematik
yang dikenaldunia luar pada tahun 1935 pada saat kongres internasional ilmu fonetik di London
(Samsuri,1988: 43).
Pemikiran Hjemslev bahwa bahasa sebagai objek kajian linguistik harus didudukkansebagai
struktur sui-generis yg memiliki totalitas dan otonominya sendiri membuat
aliranKopenhagen ini juga berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya. Disini bahasa dibagi
menjadi duafungsi yaitu:
1. eksternal yang meliputi unsur non linguistik dan struktur internal itu sendiri.
Terakhir ia memberi konsep tentang tata tingkat hubungan dan hubungan fungsional
antartingkatan secara asosiatif dengan cara menjelaskan ciri hubungan fungsional antar kelas
yangdibagi menjadi 3 yaitu interdependensi, determinasi dan konstelasi, ketiga ciri ini masih
dapatdiklasifikasikan lagi.
Baik Fungsi eksternal maupun fungsi internal, seperti dalam aliran Glosematik bahasamemiliki 4
strata yang harus dimiliki yaitu rangka forma (hubungan gramatikal intern), substansi(kategori
ekstern dari obyek material), ungkapan (baik berupa wahana verbal maupun grafis) danisi atau
makna. Keempat strata tersebut akan sejalan dengan prinsip yang dikemukakan olehHjemslev
yakni linguistik berkaitan dengan pengetahuan yang tersenden, esensi bahasa ada pada“sistem
dalam”, dan teori merupakan dedukasi murni yg harus dibebaskan dari kabut realitas.
Analisis merupakan pemerian objek kajian yang mengandung sejumlah unsur dalamberbagai
tingkatannya, yang memiliki ketergantungan hubungan yang satu dengan lainnya. Butirawal
yang memiliki ketergantungan dinamakan kelas. Jika kelas mempunyai kesatuan yang luasmaka
akan tercipta komponen kelas. Dalam kelas ini dapat diklarifikasikan berdasarkan prosesdan
sistem. Kelas sebagai bagian dari proses disebut chain, dengan memiliki komponen
berupabagian dan penganalisasinya berupa partition. sedangkan kelas sebagai bagian dari
systemdisebut paradigm, dengan mempunyai komponen berupa anggota dan menganalisisnya
berupaarticulation.
Prosedurnya dapat berupa Induktif maupun deduktif. Jika dalam induktif dilakukandengan
sintesis untuk memperoleh pemerian tentang kelas, komponen, hubungan masing-masingdalam
keutuhan maupun pada ciri totalitas itu sendiri. Bila dilakuakan secara deduktif caranyadengan
menggunakan metode analitis. metode tersebut bertujuan untuk menyelaraskan konsepyang
bukan hanya berlaku pada segmen tetapi berlaku bagi segmen, antar segmen
dantotalitasnya.
Dalam metode ini kita juga akan menemukan sebuah cara yaitu melalui komutasi antarsegmen,
tetapi hal ini mempunyai dampak yang negatif. Dampak tersebut berupa gejalasin
kretisme dan gejala oplosning. sejala sinkretisme yakni paradigma yang dapat memiliki
hubungan tumpang-tindih antara satu dengan lainnya, meskipun mereka sebenarnya tunggal.
Sedangkan gejala oplosning adalah timbulnya varian sinkretisme atau syncretism-variety
yangjustru dapat dijadikan pangkal tolak dalam memberikan ciri penanda elemen-elemen
tertentu.Akhirnya dapat dikatakan, sebagaimana de Saussure maka Hjemslev juga menganggap
bahasasebagai suatu sistem hubungan; dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan
paradigmatik.
Baik Fungsi eksternal maupun fungsi internal, bahasa memiliki 4 strata yang harusdimiliki yaitu
rangka forma (hubungan gramatikal intern), substansi (kategori ekstern dari obyekmaterial),
ungkapan (baik berupa wahana verbal maupun grafis) dan isi atau makna. Keempatstrata tersebut
akan sejalan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Hjelmslev yakni linguistikberkaitan dengan
pengetahuan yang tersenden, esensi bahasa ada pada “sistem dalam”, dan teorimerupakan
dedukasi murni yg harus dibebaskan dari kabut realitas.
Analisis merupakan pemerian objek kajian yang mengandung sejumlah unsur dalamberbagai
tingkatannya, yang memiliki ketergantungan hubungan yang satu dengan lainnya. Butirawal
yang memiliki ketergantungan dinamakan kelas. Jika kelas mempunyai kesatuan yang luas maka
akan tercipta komponen kelas. Dalam kelas ini dapat diklarifikasikan berdasarkan prosesdan
sistem. Kelas sebagai bagian dari proses disebut chain, dengan memiliki komponen
berupabagian dan penganalisasinya berupa partition. sedangkan kelas sebagai bagian dari
systemdisebut paradigm, dengan mempunyai komponen berupa anggota dan menganalisisnya
berupaarticulation.
Prosedurnya dapat berupa Induktif maupun deduktif. Jika dalam induktif dilakukandengan
sintesis untuk memperoleh pemerian tentang kelas, komponen, hubungan masing-masingdalam
keutuhan maupun pada ciri totalitas itu sendiri. Bila dilakukan secara deduktif caranyadengan
menggunakan metode analitis. metode tersebut bertujuan untuk menyelaraskan konsepyang
bukan hanya berlaku pada segmen tetapi berlaku bagi segmen, antar segmen
dantotalitasnya.
Dalam metode ini kita juga akan menemukan sebuah cara yaitu melalui komutasi antarsegmen,
tetapi hal ini mempunyai dampak yang negatif. Dampak tersebut berupa
gejalasinkretisme dan gejala oplosning. sejala sinkretisme yakni paradigma yang dapat
memilikihubungan tumpang-tindih antara satu dengan lainnya, meskipun mereka sebenarnya
tunggal.Sedangkan gejala oplosning adalah timbulnya varian sinkretisme atau syncretism-variety
yangjustru dapat dijadikan pangkal tolak dalam memberikan ciri penanda elemen-elemen
tertentu