Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA JURNALISTIK

PENULISAN GABUNGAN KATA, PARTIKEL DAN SINGAKATAN

Dosen Pengampu: Hera Chairunnisa S. Sos, M. Si

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Annisya Putri Soraya (2213210030)
Ardina Therecia Sitepu (2213210015)
Nurazmi Zelita Putri (2211210015)
Suri Rizki (2212210003)

PRODI SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah Swt yang dengan rahmat dan
idayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang mengulas tentang Pengulangan Kata,
Partikel dan Singkatan dimana ini adalah mata kuliah “Bahasa Jurnalistik”. Kami sadari
bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari segi teknik penyajian maupun
dari segi penyusunan.

Oleh karena itu demi penyempurnaan makalah ini, penyusun siap menerima kritik dan
saran dari pembaca yang dapat menunjang perbaikan makalah ini lebih baik kedepannya.
Terima kasih kepada Ibu Hera Chairunnisa selaku dosen yang telah membimbing kami
sehingga kami dapat lebih mengerti tentang kepenulisan yang di ulas dalam mata kuliah
Bahasa Jurnalistik, dan tidak lupa terima kasih kami bagi teman-teman kampus dan keluarga
yang memberikan masukan saran terbaik bagi kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik walau jauh dari kata sempurna. Demikian makalah ini dibuat semoga
bermanfaat, Terima kasih.

Medan, 4 April 2023

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB 2...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Gabungan Kata......................................................................................................2
2.1.2 Ciri-Ciri Penggabungan Kata............................................................................................2
2.3 Pengertian Penulisan Partikel..................................................................................................2
2.1.3 Ciri-ciri Penggunaan Partikel............................................................................................2
2.4 Pengertian Singkatan................................................................................................................2
BAB 3...................................................................................................................................................2
PENUTUP............................................................................................................................................2
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................2

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penulisan gabungan kata, partikel, dan singkatan merupakan masalah yang sering ditemui
dalam bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

Pengaruh bahasa daerah atau asing. Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan tata bahasa, tetapi juga pengaruh bahasa daerah
atau asing yang sering dipakai sehari-hari. Beberapa kata atau frasa yang digunakan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing kemudian dipakai dalam bahasa Indonesia tanpa
memperhatikan aturan tata bahasa yang berlaku.

Perubahan bentuk dan makna. Beberapa kata dalam bahasa Indonesia dapat mengalami
perubahan bentuk dan makna ketika digabungkan dengan kata lain atau partikel. Hal ini dapat
membuat penulisan menjadi salah jika tidak memahami aturan yang berlaku.

Penggunaan yang tidak konsisten. Penulisan gabungan kata, partikel, dan singkatan yang
tidak konsisten dapat terjadi karena tidak adanya kesepakatan atau panduan yang jelas
mengenai penggunaannya.

Pengaruh media sosial. Dalam era digital seperti sekarang, pengaruh media sosial dalam
penggunaan bahasa Indonesia semakin besar. Beberapa kata atau frasa yang sering digunakan
dalam media sosial kemudian dipakai dalam bahasa sehari-hari tanpa memperhatikan aturan
tata bahasa yang benar.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan aturan tata bahasa yang berlaku dalam
penulisan gabungan kata, partikel, dan singkatan agar tidak terjadi kesalahan dalam
penulisan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja aturan tata bahasa yang berlaku dalam penulisan gabungan kata, partikel,
dan singkatan dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh bahasa daerah atau asing dalam penggunaan gabungan kata,
partikel, dan singkatan dalam bahasa Indonesia?

3. Bagaimana perubahan bentuk dan makna dapat mempengaruhi penulisan gabungan


kata, partikel, dan singkatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan mengenai gabungan kata, partikel, dan singkatan dalam bahasa Indonesia
adalah untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai aturan tata
bahasa yang berlaku dalam penulisan. Selain itu, tujuan penulisan ini juga untuk memberikan
pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan gabungan kata, partikel,
dan singkatan, seperti pengaruh bahasa daerah atau asing, perubahan bentuk dan makna,
penggunaan yang tidak konsisten, dan pengaruh media sosial.

Dengan demikian, diharapkan penulisan ini dapat membantu pembaca untuk memahami dan
mempraktikkan aturan tata bahasa yang benar dalam penulisan gabungan kata, partikel, dan
singkatan dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat menghasilkan tulisan yang lebih jelas,
mudah dipahami, dan tidak menimbulkan salah pengertian.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gabungan Kata
Gabungan kata merupakan salah satu bentuk penyusunan kata dalam bahasa Indonesia yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang digabungkan menjadi satu kata baru. Aturan penulisan
gabungan kata yang berlaku adalah tidak ada spasi antara kata-kata yang digabungkan.
Contoh gabungan kata adalah "mata uang", "teknologi informasi", "makanan ringan", dan
sebagainya.

Penggunaan gabungan kata dalam bahasa Indonesia dapat membantu memperkaya kosakata
dan menjadikan bahasa lebih padat dan ekonomis. Namun, dalam penggunaannya, terkadang
aturan penulisan gabungan kata seringkali diabaikan sehingga menimbulkan kebingungan
dalam pemahaman.

Gabungan kata dapat membentuk kata, kata majemuk, dan frasa. Gabungan kata yang
membentuk kata adalah gabungan antara bentuk terikat dan kata dasar, misalnya: ekstra–
+ kurikuler, pra- + sejarah, swa- + layan. Gabungan kata yang membentuk kata majemuk
adalah gabungan antara kata dasar dengan kata dasar yang membentuk makna baru,
misalnya: rumah sakit, meja makan, tanda tangan, anak tiri, buku halus, dan tumpang tindih.
Gabungan kata yang berupa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang tidak bersifat
predikatif, misalnya gadis cantik, gunung tinggi, rambut pendek, bubur ayam, dan rumah
besar. Penulisan gabungan kata tersebut memiliki ketentuan masing-masing. Berikut ini
ketentuan penulisan gabungan kata.

1. Penulisan gabungan kata disambung jika gabungan kata tersebut berupa gabungan
bentuk terikat dan kata dasar. Bentuk terikat dapat berupa partikel, klitik, dan
imbuhan. Contoh: tuna + wisma ? tunawisma; antar- + benua ? antarbenua; multi- +
dimensi ? multidimensi; di- + jual ? dijual; men- + cari ?mencari

2. Penulisan gabungan kata dipisah jika gabungan kata membentuk kata majemuk dan
frasa tidak berimbuhan. Contoh: kampung batik, kerja sama, gotong royong, rumah
sehat, budi daya, padu padan, tanggung jawab, kembang biak, aneka ragam, kambing
hitam, rumah kaca, dan ambil alih. Adapun penulisan bentuk
terikat maha dan peri ditulis serangkai dengan kata berikutnya jika kata tersebut

6
berupa kata dasar, contoh Mahatahu, Mahakuasa, Mahabesar, Mahabijaksana.
Penulisannya dipisah jika bentuk maha dan peri bertemu dengan kata berimbuhan,
contoh: Maha Pemurah, Maha Pengasih, peri kemanusiaan, dan peri keadilan.
Namun, ada satu perkecualian jika maha bertemu dengan kata esa, penulisannya tetap
dipisah menjadi Maha Esa.

3. Penulisan gabungan kata dipisah jika mendapat awalan atau akhiran saja. Contoh:
tanda tangani, bekerja sama, kerja samakan, bergotong royong, berterima kasih,
pemotong rumput, menganak sungai, dan memadu padan.

4. Penulisan gabungan kata disambung jika mendapat awalan dan akhiran. Contoh:
keanekaragaman, mengambinghitamkan, menandatangani, memejahijaukan,
mempertanggungjawabkan, menganaktirikan, mengembangbiakkan,
kewarganegaraan, dibebastugaskan, dan mendayagunakan.

Beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam penulisan gabungan kata adalah sebagai
berikut:

 Konsistensi penulisan

Gabungan kata harus dituliskan secara konsisten, artinya jika sudah memilih satu cara
penulisan, maka penulisan tersebut harus diikuti secara konsisten.

 Kemudahan pengucapan
Gabungan kata sebaiknya mudah diucapkan sehingga tidak menyulitkan orang dalam
membaca atau mengucapkannya. Contoh gabungan kata yang tidak mudah diucapkan
adalah "perempuan pekerja".
 Kekeliruan makna

Pemilihan kata dalam gabungan kata harus benar dan tidak menimbulkan kesalahan
makna. Contoh gabungan kata yang keliru adalah "pemegang kunci", yang seharusnya
"pemilik kunci".

 Keterbacaan
Penulisan gabungan kata sebaiknya mudah dibaca dan tidak membingungkan. Contoh
gabungan kata yang tidak keterbacaan adalah "lampu sign" yang seharusnya "lampu
isyarat".

7
Oleh karena itu, dalam penggunaan gabungan kata, kita harus memperhatikan aturan
penulisan yang berlaku dan memastikan kata-kata yang digabungkan benar dan tidak
menimbulkan kesalahan pemahaman.

2.1.2 Ciri-Ciri Penggabungan Kata


Beberapa ciri-ciri penggabungan kata dalam bahasa Indonesia antara lain:

1. Tidak ada spasi antara kata-kata yang digabungkan Gabungan kata harus dituliskan
secara lengkap dan tidak dipisahkan oleh spasi atau tanda baca. Contoh: "rumah
sakit", "sekolah menengah", "pembayaran tagihan".

2. Pemilihan kata yang tepat Gabungan kata harus terdiri dari kata-kata yang tepat dan
benar sehingga tidak menimbulkan kesalahan pemahaman. Contoh: "makanan
ringan", "mobil listrik", "anak perempuan".

3. Memiliki makna yang spesifik Gabungan kata harus memiliki makna yang spesifik
dan dapat diartikan dengan jelas oleh pembaca atau pendengar. Contoh: "keamanan
jaringan", "teknologi informasi", "kendaraan bermotor".

4. Memudahkan komunikasi Penggunaan gabungan kata dapat memudahkan komunikasi


dan menjadikan bahasa lebih padat serta ekonomis. Contoh: "pembayaran online",
"pemasaran digital", "sepeda motor".

5. Berkembang seiring waktu Penggunaan gabungan kata dalam bahasa Indonesia terus
berkembang seiring waktu dan bergantung pada kebutuhan masyarakat serta
perkembangan zaman. Contoh: "internet banking", "transportasi online", "vaksinasi
mandiri".

2.3 Pengertian Penulisan Partikel


Pertikel merupakan kata yang digunakan untuk memberikan nuansa atau memberikan
penekanan pada kata atau kalimat yang diucapkan. Pertikel sendiri terbagi menjadi dua jenis,
yaitu pertikel kata dan pertikel kalimat. Pertikel kata digunakan untuk memberikan nuansa
pada kata tertentu dalam suatu kalimat, sedangkan pertikel kalimat digunakan untuk
memberikan penekanan pada keseluruhan kalimat.

8
Dalam bahasa Indonesia, partikel menjadi salah satu unsur linguistik yang perlu diperhatikan
penulisannya. Partikel dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi lima jenis, yakni ‘-lah’, ‘-kah’,
‘-tah’, ‘-pun’, dan ‘-per’. Kelima partikel ini mempunyai cara dan aturan penulisan yang agak
berbeda. Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), partikel adalah kata yang
biasanya tidak dapat diinfleksikan (perubahan bentuk kata), mengandung makna gramatikal
dan tidak mengandung makna leksikal. Menurut Syihaabul Hudaa dalam buku Estetika
Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia (2018), partikel dalam bahasa Indonesia, ada
yang ditulis serangkai, namun ada pula yang ditulis terpisah. Semuanya bergantung pada
konteks kata yang ditulis. Contohnya partikel ‘-pun’ yang bisa ditulis serangkai, namun ada
pula yang ditulis terpisah, serta partikel ‘-per’ yang biasanya ditulis terpisah. Untuk partikel
‘-per’, terkadang ada kesalahan penulisan, seperti menggunakan tanda hubung (-) atau
penulisannya digabung.

Penulisan pertikel sebaiknya mengikuti aturan-aturan berikut ini:

1. Tidak dipisahkan dengan spasi Pertikel sebaiknya ditulis bersama dengan kata atau
kalimat yang diberikan nuansa atau penekanan tanpa adanya spasi. Contoh: "saya
tidak tahu" (bukan "saya tidak tahu ?").

2. Tidak berlebihan. Pertikel sebaiknya digunakan dengan bijak dan tidak berlebihan.
Penggunaan pertikel yang berlebihan justru dapat membuat kalimat menjadi kurang
jelas dan sulit dipahami.

3. Mengikuti tata bahasa yang berlaku. Pertikel sebaiknya mengikuti tata bahasa yang
berlaku dalam bahasa Indonesia, seperti penggunaan "dong" untuk memberikan
permintaan atau permohonan, "kah" untuk memberikan pertanyaan, dan sebagainya.

4. Dipengaruhi oleh dialek daerah. Pertikel dalam bahasa Indonesia dapat dipengaruhi
oleh dialek atau bahasa daerah, seperti penggunaan "kan" dalam bahasa Jawa, "lah"
dalam bahasa Betawi, dan sebagainya.

Dalam penggunaan pertikel, kita perlu memperhatikan aturan penulisan yang berlaku dan
memastikan pertikel yang digunakan tepat dan sesuai dengan maksud yang ingin
disampaikan.

2.1.3 Ciri-ciri Penggunaan Partikel


Berikut adalah beberapa ciri-ciri penggunaan pertikel dalam bahasa Indonesia:

1. Dapat memberikan nuansa pada kata atau kalimat

9
Pertikel digunakan untuk memberikan nuansa atau penekanan pada kata atau
kalimat yang diucapkan. Misalnya, "kan" pada kalimat "Dia pasti datang kan?"
memberikan nuansa percaya atau yakin.

2. Tidak dapat berdiri sendiri

Pertikel tidak dapat digunakan secara mandiri, melainkan harus digunakan


bersama dengan kata atau kalimat lain. Misalnya, "lah" pada kalimat "Sudahlah,
jangan diperpanjang" harus digunakan bersama dengan kata "sudah".

3. Beragam jenisnya

Pertikel terdiri dari berbagai jenis, seperti "lah", "kok", "ya", "dong", "kan", dan
lain-lain. Masing-masing jenis pertikel memiliki fungsi dan makna yang berbeda-
beda.

4. Terpengaruh oleh budaya dan dialek

Penggunaan pertikel dalam bahasa Indonesia dapat dipengaruhi oleh budaya dan
dialek yang berbeda di Indonesia. Sebagai contoh, penggunaan "nong" pada
kalimat "Kita nongkrong dulu yuk!" adalah penggunaan yang umum di daerah
Jawa.

5. Berpengaruh pada nada suara

Penggunaan pertikel dapat mempengaruhi nada suara atau intonasi saat berbicara.
Misalnya, penggunaan "kan" pada kalimat "Sudah makan kan?" biasanya
diucapkan dengan nada yang naik pada akhir kata "kan".

Penggunaan pertikel dapat membuat komunikasi dalam bahasa Indonesia menjadi lebih
variatif dan esensial dalam mengungkapkan maksud dan tujuan pembicaraan. Namun, kita
perlu memperhatikan aturan penggunaan yang berlaku agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam penggunaannya.

2.4 Pengertian Singkatan


Singkatan adalah bentuk singkat dari kata atau frasa tertentu yang terdiri dari beberapa huruf
pertama kata atau frasa tersebut. Singkatan umumnya digunakan untuk mempersingkat

10
penulisan atau pengucapan suatu kata atau frasa yang panjang dan sulit diucapkan. Singkatan
dapat digunakan dalam berbagai konteks, seperti dalam bahasa resmi, jargon, atau istilah
teknis dalam bidang tertentu. Contoh singkatan yang umum digunakan antara lain: UN (Ujian
Nasional), ASAP (As Soon As Possible), ATM (Automated Teller Machine), dan BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

Penggunaan singkatan harus memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Menggunakan singkatan yang baku Singkatan yang digunakan sebaiknya baku dan
sudah umum digunakan di kalangan orang banyak. Penggunaan singkatan yang
kurang dikenal atau tidak umum justru dapat membingungkan pembaca atau
pendengar.

2. Menggunakan singkatan yang tepat Singkatan yang digunakan harus tepat dan sesuai
dengan maksud yang ingin disampaikan. Misalnya, "BPS" digunakan untuk
menyebutkan Badan Pusat Statistik, bukan "BKP" yang sebenarnya tidak ada.

3. Menuliskan singkatan dengan benar Singkatan yang digunakan sebaiknya dituliskan


dengan benar dan sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku. Misalnya, "UN"
digunakan untuk menyebutkan Ujian Nasional, bukan "UJN" atau "UNAS" yang
sebenarnya sudah tidak digunakan lagi.

4. Menjelaskan singkatan yang kurang dikenal Jika singkatan yang digunakan kurang
dikenal atau tidak umum, sebaiknya diberikan penjelasan atau keterangan tambahan
agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

5. Menghindari penggunaan singkatan yang ambigu Penggunaan singkatan yang ambigu


dapat menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan dapat menyinggung perasaan orang
lain. Sebagai contoh, penggunaan singkatan "ABG" yang sebenarnya merupakan
kependekan dari Anak Baru Gede namun seringkali disalahartikan sebagai Anak Baru
Gaul.

6. Memperhatikan konteks penggunaan Penggunaan singkatan sebaiknya


memperhatikan konteks penggunaannya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

11
Misalnya, "RS" yang dapat merujuk pada Rumah Sakit atau Radio Swasta,
bergantung pada konteks penggunaannya.

Dalam penulisan singkatan, kita perlu memperhatikan beberapa hal yang telah disebutkan di
atas agar penggunaannya dapat dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengar.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penulisan gabungan kata, partikel, dan singkatan adalah bagian penting dalam penggunaan
bahasa yang baik dan benar. Penulisan yang tepat dapat membantu dalam memperjelas
makna dan menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi. Beberapa ciri-ciri yang perlu
diperhatikan dalam penulisan gabungan kata adalah tidak mengulang kata yang sama, tidak
memakai kata yang bertentangan, dan tidak memakai kata yang tidak lazim atau jargon.
Sedangkan untuk penulisan partikel, perlu memperhatikan konteks kalimat, aturan tata
bahasa, dan menghindari penggunaan partikel yang berlebihan atau tidak perlu. Untuk
penulisan singkatan, perlu memperhatikan penggunaan singkatan yang baku dan umum
digunakan serta menghindari penggunaan singkatan yang ambigu. Dengan memperhatikan
ciri-ciri tersebut, penulisan gabungan kata, partikel, dan singkatan dapat menjadi lebih jelas
dan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar, sehingga dapat membantu dalam
menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan efisien.

12
DAFTAR PUSTAKA
Hudaa, Syihaabul. "Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia." Sukabumi: CV
Jejak Publisher (2018).

13

Anda mungkin juga menyukai