Disusun oleh:
2022
ALIRAN LINGUISTIK TRANSFORMASI
PENGANTAR
Aliran yang dipelopori oleh N. Chomsky ini merupakan reaksi dari paham strukturalisme.
Konsep strukturalisme yang paling ditentang oleh aliran ini ialah konsep bahwa bahasa sebagai
faktor kebiasaan (habit)
Aliran yang dipelopori oleh N. Chomsky ini merupakan reaksi dari paham strukturalisme.
Konsep strukturalisme yang paling ditentang oleh aliran ini ialah konsep bahwa bahasa sebagai
faktor kebiasaan (habit). Adapun cirri-ciri aliran transformasional yang dikemukakan oleh
Soeparno (2003: 41) secara lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan paham mentalistik
Aliran ini beranggapan bahwa proses berbahasa bukan sekedar proses rangsang-tanggap semata-
mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiawaan. Proses berbahasa bukan sekedar
proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh alat auditoris, akan
tetapi berupa proses kejiawan di dalam diri peserta bicara. Oleh karena itu, aliran linguistik ini
sangat erat kaitannya dengan subdisiplin psikolinguistik.
2. Bahasa merupakan innate
Kaum trensformasi menertawakan anggapan kaum struktural bahwa bahasa merupakan faktor
kebiasaan (habit). Mereka beranggapan dengan penuh keyakinan bahwa bahasa merupakan
faktor innate (warisan keturunan). Apabila kaum struktural dapat memberikan bukti bahwa
bahasa merupakan habit, maka kaum trasformasi pun menunjuakn bahwa bahasa bukan habit.
Dalam kasus ini Chomsky perna minta bantuan seorang rekannya ahli bedah otak. Berkat
bantuan rekannya itu dapat dibuktikan bahwa struktur otak manusia dengan struktur otak
simpanse persis sama, kecuali satu simpul syaraf yang ada pada struktur otak manusiatidak
terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicarawalaupun
kadang-kadang ada simpanse yang keterampilan dan kecerdasannya mendekati/sama dengan
manusia. Walaupun dilatih dengan metode dril dan practica seribu kali sehari tidak akan
mungkin seekor simpanse dapat berbicara, sebab dapat atau tidaknya berbicara itu bukana
adanya faktor latihan atau kebiasaan melainkan karena faktor warisan atau innate. Menurut
kenyataan dan memang telah dikodratkan bahwa simpanse memang tidak mempunyai innate itu.
Jika tidak mungkin seekor simpanse dapat berbahasa.
3. Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
Teoritransformasional memisahkan bahasa atas dua lapis yakni lapis dalam (deep structure,
struktur dalam, struktur batin) dan lapis permukaan (surface structure, struktur luar, struktur
permukaan). Lapis batin adalah tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/secara
mentalistik, dan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasikan dari lapis batin.
Aku tresno marang kowe, aku cinta padamu, I love you, dan wo ai ni merupakan empat struktur
permukaan yang ditranformasikan dari satu struktur dalam.
4. Bahasa terdiri atas unsur competent atau performance
Linguistic compotent atau kemampuan linguistik adalah pengetahuan seseorang tentang
bahasanya, termasuk juga di sini kemampuan seseorang untuk menguasai kaidah-kaidah yang
berlaku bagi bahasanya. Sedangkan linguistic performance atau performasi linguistik adalah
keterampilan seseorang menggunakan bahasa. Kedua unsur tersebut sama-sama penting
kedudukannya. Yang satu tidak lebih penting dari yang lain. Namun kenyataannya ada orang
yang kompetensinya baik akan tetapi performansinya tidak baik. Sebaliknya ada pula orang yang
kompetensi linguistiknya kurang baik akan tetapi performansinya ternyata cukup baik. Yang
paling ideal adalah kompetensi dan performansi kedua-duanya baik.
4. Analisis bahasa bertolak dari kalimat
Kaum transformasional beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran gramatikal tertinggi.
Dari kalimat analisisnya turun kef rasa dan kemudian dari frasa turun ke kata. Keistimewaan
teori transformasional ini ialah tidak diakuinya eksistensi klausa. Itulah sebabnya mengapa
analisisnya dari kalimat langsung turun kef rasa, nelalui klausa. Pengingkaran terhadap
keberadaan tataran klausa ini oleh aliran lain dianggap sebagai perlakuan yang semena-mena.
5. Bahasa bersifat kreatif
Ciri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum struktural yang fanatic terhadap standar
keumuman. Bagi kaum transformasional masalah umum atau tidak umum bukan persoalan.
Yang paling penting adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk bahasa tersebut belum umum
asalkan pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada halangan untuk
mengakuinya sebagai bentuk yang gramatikal. Bentuk kata menggunung ‘menyerupai gunung’
pada konteks ‘sampah telah menggunung di tepi jalan’terbentuk oleh penggabungan bentuk
dasar gunung dan prefix meN-. Hal tersebut terjadi pula pada bentukmenganak sungai yang
artinya ‘menyerupai anak sungai’ pada konteks ‘peluhna menganak sungai’. Dengan kaidah
semacam itu, maka kita dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif, misalnya: