Anda di halaman 1dari 5

ALIRAN LINGUISTIK TRANSFORMASI

Disusun oleh:

Nama : Nurazmi Zelita Putri


NIM : 2211210015
Mata Kuliah : Aliran Linguistik
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Surip, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI S1 SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
ALIRAN LINGUISTIK TRANSFORMASI

PENGANTAR

Aliran yang dipelopori oleh N. Chomsky ini merupakan reaksi dari paham strukturalisme.
Konsep strukturalisme yang paling ditentang oleh aliran ini ialah konsep bahwa bahasa sebagai
faktor kebiasaan (habit)

 Berdasarkan Paham Mentalistik ; proses berbahasa bukan sekedar proses rangsang-


tanggap semata-mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiawaan. Proses
berbahasa bukan sekedar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang
diterima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiawan di dalam diri peserta
bicara.
 Bahasa Merupakan Innate ; Kaum trensformasi menertawakan anggapan kaum
struktural bahwa bahasa merupakan faktor kebiasaan (habit). Mereka beranggapan
dengan penuh keyakinan bahwa bahasa merupakan faktor innate (warisan keturunan).
 Bahasa Terdiri Atas Lapis Dalam dan Lapis Permukaan ; eoritransformasional
memisahkan bahasa atas dua lapis yakni lapis dalam (deep structure, struktur dalam,
struktur batin) dan lapis permukaan (surface structure, struktur luar, struktur permukaan).
Lapis batin adalah tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/secara
mentalistik, dan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasikan dari lapis
batin. Aku tresno marang kowe, aku cinta padamu, I love you, dan wo ai ni merupakan
empat struktur permukaan yang ditranformasikan dari satu struktur dalam.
 Bahasa Terdiri Atas Unsur Competent atau Performance ; Linguistic compotent atau
kemampuan linguistik adalah pengetahuan seseorang tentang bahasanya, termasuk juga
di sini kemampuan seseorang untuk menguasai kaidah-kaidah yang berlaku bagi
bahasanya. Sedangkan linguistic performance atau performasi linguistik adalah
keterampilan seseorang menggunakan bahasa.
 Analisis Bahasa Bertolak dari Kalimat ; Kaum transformasional beranggapan bahwa
kalimat merupakan tataran gramatikal tertinggi. Dari kalimat analisisnya turun kef rasa
dan kemudian dari frasa turun ke kata. Keistimewaan teori transformasional ini ialah
tidak diakuinya eksistensi klausa. Itulah sebabnya mengapa analisisnya dari kalimat
langsung turun kef rasa, nelalui klausa.
 Bahasa Bersifat Kreatif ; Ciri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum struktural yang
fanatic terhadap standar keumuman. Bagi kaum transformasional masalah umum atau
tidak umum bukan persoalan. Yang paling penting adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk
bahasa tersebut belum umum asalkan pembentukannya sesuai dengan kaidah yang
berlaku, maka tidak ada halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk yang gramatikal.
Seperti majas, metafora dll
 Membedakan Kalimat ini dengan Kalimat Transformasi ; Aliran ini membedakan
dua macam kalimat yaiyu kalimat inti dan kalimat transformasi. Kalimat inti adalah
kalimat yang belum dikenai kaidah trasformasi, sedangkan kalimat transformasi adalah
kalimat yang dikenai kaidah transformasi. Adapun cirri-ciri kalimat inti itu ialah: a)
lengkap, b) simple, c) statemen, d) aktif, e) positif, dan f) runtut.
 Gramatikanya Bersifat Generatif ; Tatabahasa yang bertolak dari teori dinamakan tata
bahasa generative transformasi (TGT). Di dalam teori ini ada anggapan bahwa aturan
gramatika memberikan mekanisme dalam otak yang membangkitkan kalimat-kalimat.
Dengan satu kaidah (atau dengan sedikit kaidah) kita dapat menghasilkan kalimat yang
tidak terhingga banyaknya

Aliran yang dipelopori oleh N. Chomsky ini merupakan reaksi dari paham strukturalisme.
Konsep strukturalisme yang paling ditentang oleh aliran ini ialah konsep bahwa bahasa sebagai
faktor kebiasaan (habit). Adapun cirri-ciri aliran transformasional yang dikemukakan oleh
Soeparno (2003: 41) secara lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan paham mentalistik
Aliran ini beranggapan bahwa proses berbahasa bukan sekedar proses rangsang-tanggap semata-
mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiawaan. Proses berbahasa bukan sekedar
proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh alat auditoris, akan
tetapi berupa proses kejiawan di dalam diri peserta bicara. Oleh karena itu, aliran linguistik ini
sangat erat kaitannya dengan subdisiplin psikolinguistik.
2. Bahasa merupakan innate
Kaum trensformasi menertawakan anggapan kaum struktural bahwa bahasa merupakan faktor
kebiasaan (habit). Mereka beranggapan dengan penuh keyakinan bahwa bahasa merupakan
faktor innate (warisan keturunan). Apabila kaum struktural dapat memberikan bukti bahwa
bahasa merupakan habit, maka kaum trasformasi pun menunjuakn bahwa bahasa bukan habit.
Dalam kasus ini Chomsky perna minta bantuan seorang rekannya ahli bedah otak. Berkat
bantuan rekannya itu dapat dibuktikan bahwa struktur otak manusia dengan struktur otak
simpanse persis sama, kecuali satu simpul syaraf yang ada pada struktur otak manusiatidak
terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicarawalaupun
kadang-kadang ada simpanse yang keterampilan dan kecerdasannya mendekati/sama dengan
manusia. Walaupun dilatih dengan metode dril dan practica seribu kali sehari tidak akan
mungkin seekor simpanse dapat berbicara, sebab dapat atau tidaknya berbicara itu bukana
adanya faktor latihan atau kebiasaan melainkan karena faktor warisan atau innate. Menurut
kenyataan dan memang telah dikodratkan bahwa simpanse memang tidak mempunyai innate itu.
Jika tidak mungkin seekor simpanse dapat berbahasa.
3. Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
Teoritransformasional memisahkan bahasa atas dua lapis yakni lapis dalam (deep structure,
struktur dalam, struktur batin) dan lapis permukaan (surface structure, struktur luar, struktur
permukaan). Lapis batin adalah tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/secara
mentalistik, dan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasikan dari lapis batin.
Aku tresno marang kowe, aku cinta padamu, I love you, dan wo ai ni merupakan empat struktur
permukaan yang ditranformasikan dari satu struktur dalam.
4. Bahasa terdiri atas unsur competent atau performance
Linguistic compotent atau kemampuan linguistik adalah pengetahuan seseorang tentang
bahasanya, termasuk juga di sini kemampuan seseorang untuk menguasai kaidah-kaidah yang
berlaku bagi bahasanya. Sedangkan linguistic performance atau performasi linguistik adalah
keterampilan seseorang menggunakan bahasa. Kedua unsur tersebut sama-sama penting
kedudukannya. Yang satu tidak lebih penting dari yang lain. Namun kenyataannya ada orang
yang kompetensinya baik akan tetapi performansinya tidak baik. Sebaliknya ada pula orang yang
kompetensi linguistiknya kurang baik akan tetapi performansinya ternyata cukup baik. Yang
paling ideal adalah kompetensi dan performansi kedua-duanya baik.
4. Analisis bahasa bertolak dari kalimat
Kaum transformasional beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran gramatikal tertinggi.
Dari kalimat analisisnya turun kef rasa dan kemudian dari frasa turun ke kata. Keistimewaan
teori transformasional ini ialah tidak diakuinya eksistensi klausa. Itulah sebabnya mengapa
analisisnya dari kalimat langsung turun kef rasa, nelalui klausa. Pengingkaran terhadap
keberadaan tataran klausa ini oleh aliran lain dianggap sebagai perlakuan yang semena-mena.
5. Bahasa bersifat kreatif
Ciri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum struktural yang fanatic terhadap standar
keumuman. Bagi kaum transformasional masalah umum atau tidak umum bukan persoalan.
Yang paling penting adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk bahasa tersebut belum umum
asalkan pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada halangan untuk
mengakuinya sebagai bentuk yang gramatikal. Bentuk kata menggunung ‘menyerupai gunung’
pada konteks ‘sampah telah menggunung di tepi jalan’terbentuk oleh penggabungan bentuk
dasar gunung dan prefix meN-. Hal tersebut terjadi pula pada bentukmenganak sungai yang
artinya ‘menyerupai anak sungai’ pada konteks ‘peluhna menganak sungai’. Dengan kaidah
semacam itu, maka kita dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif, misalnya:

 Bajunya robek membibir ‘menyerupai bibir’


 Pohon itu memayung ‘menyerupai payung’
 Larinya mengejet ‘menyerupai jet’
 Batu itu mengursi ‘menyerupai kursi’
 Buah jeruk itu membola ‘menyerupai bola’

6. Membedakan kalimat ini dengan kalimat transformasi


Aliran ini membedakan dua macam kalimat yaiyu kalimat inti dan kalimat transformasi. Kalimat
inti adalah kalimat yang belum dikenai kaidah trasformasi, sedangkan kalimat transformasi
adalah kalimat yang dikenai kaidah transformasi. Adapun cirri-ciri kalimat inti itu ialah: a)
lengkap, b) simple, c) statemen, d) aktif, e) positif, dan f) runtut.
Secara skematis dapat dikemukakan sebagai berikut:
Analisis diwujudkan dalam bentuk rumus dan diagram pohonDi dalam buku tata bahasa dan
buku pelajaran bahasa Indonesia kalimat inti diartikan sebagai kalimat yang terdiri atas dua kata,
misalnya KB + KK, KB + KB, KB + KS, KB + KBil. Hal ini merupakan suatu kesalahan besar.
Kalimat “Hunter menangkap penyelundup itu” dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Diagram pohon (tree diagram)
b. Rumus:
S → NP + VP
NP1 → N
NP2 → N + Det
VP → V + NP2
N → Hunter, penyelundup
V → Menangkap
Det → Itu
9. Gramatikanya bersifat generatif
Tatabahasa yang bertolak dari teori dinamakan tata bahasa generative transformasi (TGT). Di
dalam teori ini ada anggapan bahwa aturan gramatika memberikan mekanisme dalam otak yang
membangkitkan kalimat-kalimat. Dengan satu kaidah (atau dengan sedikit kaidah) kita dapat
menghasilkan kalimat yang tidak terhingga banyaknya.
Teori transformasional ini pada garis besarnya terdiri atas dua generasi, yaitu generasi pertama
dan generasi kedua. Generasi pertama ini biasanya disebut generasi “Syntactic Structures”,
sedangkan generasi ke dua biasanya disebut generasi “Aspects of The Theory of Syntax”.
Generasi pertama berangkat tahun monumental 1957 dan generasi kedua 1965. Perbedaan
prinsip kedua generasi itu ialah pada generasi pertama komponen semantic belum
diintegratsikan, sedangkan pada generasi ke dua komponen semantic sudah diintegrasikan
bersama dengan komponen sintaksis dan fonologi.

Anda mungkin juga menyukai