Anda di halaman 1dari 22

RESUME KELOMPOK SATU FILSAFAT BAHASA

FILSAFAT ATOMISME LOGIS

Dosen Pengampu : Nasrullah lamadi S.Pd.,MPd

Oleh :

Nama : Zulkifli Muntaha


Npm : 03051911057
Kelas : V/B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2021
PENDAHULUAN
Hubungan bahasa dengan masalah filsafat telah lama menjadi perhatian para Filosof bahkan
sejak zaman Yunani. Para Filosof mengetahui bahwa berbagai macam problema filsafat dapat
dijelaskan melalui suatu analisis bahasa. Sebagai contoh: problema filsafat yang menyangkut
pertanyaan, keadilan, kebaikan, kebenaran, kewajiban, hakekat ada (Metafisika) dan pertanyaan-
pertanyaan fundamental lainnya dapat dijelaskan dengan menggunakan metode analisis bahasa.
Tradisi inilah oleh para ahli sejarah filsafat disebut sebagai “Filsafat Analitik” yang berkembang
di Eropa terutama di Inggris abad XXI.
Analitika bahasa adalah suatu metode yang khas dalam filsafat untuk menjelaskan,
menguraikan dan menguji kebenaran ungkapan-ungkapan filosofis. Secara garis besar, filsafat
bahasa ini terbagi dalam tiga aliran yang pokok, yaitu: Atomisme logis, Positivisme logis, dan
filsafat bahasa biasa.
Didalam pembahasan pada makalah kami ini, pembahasan difokuskan kepada aliran filsafat
bahasa yang bercorak Atomisme logis, untuk lebih jelasnya tentang atomisme logis, mari kita
seksama membahas pada makalah ini.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Atomisme Logis

Kata Atom mempunyai arti “benda terkecil, satuan bangunan yang tidak dapat
dimusnahkan”(Aristoteles). Kata Atomisme merupakan turunan dari kata Yunani Atomos yang
berarti tidak dapat dipenggal, A adalah tidak sedangkan Tomos merupakan sekawanan dari
bahasa Yunani Themnein yang artinya memenggal. Atomisme Logis, merupakan suatu faham
atau ajaran yang berpandangan bahwa bahasa itu dapat dipecah menjadi proposisi-proposisi
atomik atau proposisi- proposisi elementer, melalui teknik analisa logik atau analisa bahasa.
Setiap proposisi atomik atau proposisi elementer itu tadi mengacu pada atau mengungkapkan
keperibadian suatu fakta atomik yaitu bagian terkecil dari realitas. Dengan pandangan yang
demikian itu, kaum Atomisme Logis bermaksud menunjukkan adanya hubungan yang mutlak
antara bahasa dengan realitas.

Atomisme logis yang berpusat di Cambridge, Inggris dirintis oleh ‘tiga serangkai’ G.E.
Moore (1873-1958), Bertrand Russell (1872-1979), dan Ludwid Wittgenstein (1889-1951).
Walaupun pemikiran atomisme logis sebenarnya telah dikembangkan oleh Ludwig Wittgenstein
dalam karyanya “Tractatus Logico Philosophicus”, namun nama dari aliran ‘atomisme logis’ ini
pertama kali dikemukakan oleh Bertrand Russell dalam suatu artikelnya yang dimuat dalam
“Contemporary British Philosophy” yang terbit pada tahun 1924. Nama atomisme logis yang
digunakan oleh Bertrand Russell menunjukkan pengaruh dari David Hume dalam karyanya “An
Enguiry Concerning Human Understanding”.

Pemikiran filsafat di Inggris sebelum Bertrand Russell dikuasasi oleh tradisi idealisme
sehingga dapat pula dikatakan bahwa filsafat atomisme yang dikembangkan oleh Bertrand
Russell seorang penganut empirisme yang pikirannya sangat dipengaruhi oleh John Lock dan
David Hume merupakan reaksi keras terhadap aliran idealisme. Bagi kalangan empirisme,
seperti David Hume misalnya, mengungkapkan bahwa semua ide yang kompleks itu terdiri atas
ide-ide yang sederhana atau ide yang atomis (atomic ideas) yang merupakan ide yang sederhana.
Menurut Hume, seorang filsuf itu hendaknya melaksanakan analisis psikologi terhadap ide. Dari
sinilah bermula perbedaan pemikiran antara Bertrand Russell dan David Hume. Menurut
Bertrand Russell, analisis itu bukan pada aspek psikologis namun dilakukan terhadap proposisi-
proposisi.
B. Filsafat Atomisme Logis Bertrand Russell 

Betrand William Russellahir di Monmouthshire, Inggris, 18 mei 1972, dari keluarga


bangsawan. Sedengkan meninggalnya ialah di wilayah Penrhyndeudraeth, Inggris pada tahun
197akibat dari influenza parah yang dideritanya.

Pada mulanya Russell mengikuti garis pemikiran Moore sebagai upaya untuk menentang
pengaruh kaum Hegelian di Inggris dengan bertitik tolak pada akal sehat (common sense).
Namun dalam perkembangan pemikiran selanjutnya, Russel mengambil jalan yang berbeda
dengan jalan yang ditempuh Moore. Bagi Russell penggunaan bahasa biasa bagi maksud filsafat
sebagaimana yang diinginkan Moore, tidaklah tepat. Sebab Russell tidak sekedar bermaksud
mengarahkan teknik analisa yang diajukan oleh Moore itu untuk menentang ungkapan kosong
dari kaum Hegelian, akan tetapi Russell dengan mencoba untuk membentuk filsafat yang
bercorak ilmiah dengan cara “menerapkan metode ilmiah pada filsafat” oleh karena itu ia
menegaskan: 

“Dalam percobaan yang dilakukan secara serius, tidaklah selayaknya kita tempuh dengan
menggunakan bahasa biasa, sebab susunan bahasa biasa itu selain buruk, juga bermakna ganda
arti. Oleh karena itu saya bermaksud meyakinkan bahwa sikap bersikeras atau kepala batu
untuk tetap menggunakan bahasa biasa dalam mengungkapkan pemikiran kita adalah
penghalang besar bagi kemajuan filsafat.’’

Oleh sebab itu, tidak heran jika Russell menentukan titik tolak pemikirannya berdasarkan
bahasa logika. Sebab ia berkeyakinan bahwa teknik analisa yang didasarkan pada bahasa logika
itu dapat menjelaskan struktur bahasa dan struktur realitas. Bahasa logika, menurut Russell, akan
sangat membantu terhadap aktivitas analisis bahasa. Sebab ia berkeyakinan bahwa teknik analisis
bahasa yang di dasarkan pada bahasa logika akan mampu melukiskan hubungan antara struktur
bahasa dan struktur realita.
SIMPULAN

Atomisme logis russell merupakan salah satu teori yang ada dalam aliran filsafat analitik.
Istilah ini di nisbatkan kepada dua filosof Anglo-Saxon, yaitu Bertrand Russell ( 1872-1972) dan
Ludwig Wittgesnstein (1899-1951). Atomisme logis ini adalah suatu faham atau ajaran yang
berpandangan bahwa bahasa itu dapat dipecah menjadi proposisi-proposisi atomik atau
proposisi-proposisi elementer, melalui teknik analisis logis atau analisis bahasa.
Hakikat realitas dunia seyogyanya dianalisis melalui analisis logis. Agar ilmiah, filsafat
mesti mengandalkan analisis logis. Analisis logis berdasarkan pada kebenaran aprioritas yang
sifatnya universal dan bersumber pada rasio.
Russell dan moor sependapat bahwa tugas filsuf adalah memberikan analisis proposisi-
proposisi, tetapi keduanya berbeda dalam hal bahasa yang digunakan. Moor mendasarkan
analisisnya pada akal sedangkan Russell mencari kebenaran itu melalui bahasa berdasarkan
formulasi logika. Bahasa sehari –hari tidak cukup canggih untuk menganalisis karena
memperlihatkan kekaburan, makna ganda, dan tergantung pada konteks.
Menurut Russell , kebenaran atau ketidakbenaran suatu proposisi molekuler atau proposisi
majemuk ini tergantung pada kebenaran atau ketidak benaran proposisi atomis yang terdapat
didalamnya. Atau dengan kata lain proposisi majemuk itu merupakan, “fungsi kebenaran” dari
proposisi-proposisi atomis. Sebab tidak ada fakta majemuk yang ada hanya dengan fakta atomis.
DAFTAR PUSTAKA

http://id,m,wikipedia, 0rg/ wiki/ atomisme- 2014/04

myusuf, baru, atomisme logis ,Tulungagung:

http://muhammadbaru.blogspot.co.id/2015/05/atomisme-logis.html, 2015

mahmud, Ayin, atomisme logis Bertrand Russel, Gorontalo:

http://ayinfisafat.blogspot.co.id/2015/06/atomisme-logis-bertrand-russel.html, 2015
RESUME KELOMPOK DUA FILSAFAT BAHASA

POSITIVISME LOGIS

Dosen Pengampu : Nasrullah lamadi S.Pd.,MPd

Oleh :

Nama : Zulkifli Muntaha


Npm : 03051911057
Kelas : V/B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2021
PENDAHULUAN
Kehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan
oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis
yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri
kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga kompenen relasional hidup kita sudah
terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan
berlangsung harmonis dengan alam.

Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat Bahasa, dengan sub
bahasan “ POSITIVISME LOGIS ”. Makalah ini dititikberatkan pada pemikiran-pemikiran para
filosofis aliran positivisme.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Positivisme logis

Secara umum pengertian positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan
dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Istilah positivisme logis merujuk pada pengertian-pengertian : empirisme ilmiah,


neopositivisme, dan empirisme logis. Akan teteapi lebih lazim dengan sebutan “ neopositivisme
atau positivisme logis”

Positivisme Logis atau neo-positivisme merupakan Aliran pemikiran yang membatasi pikiran
pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi
antara istilah-istilah.

 Menurut Alwasilah (2008: 28), positivisme logis menggunakan teknik analisis untuk
mencapai dua tujuan, yaitu (1) menghilangkan atau menolak metafisika, dan (2) demi
penjelasan bahasa ilmiah dan bukan untuk menganalisis pernyataan-pernyataan fakta
ilmiah.

Aliran filsafat neopositivisme ini dikembangakan secara khusus oleh kelompok yang
menamakan dirinya dengan Wiener Kries. Tokohnya terdiri dari ahli sains, matematika dan
orang-orang yang bertugas dalam bidang logika simbolik dan metode ilmiah. Dengan demikian
corak dan metode yang dikembangkan oleh kelompok ini dapat diraba secara jelas dan umum.
Corak pemikirannya yang utama yang bersifat positif, pasti dan dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah.

Corak dan cara berfikir yang dikembangkan oleh lingkaran wiener ini mengapa disebut
dengan sebutan “neopisitivisme” atau “ positivisme logis”. Kedua terma ini merupakan
penegasan tentang kesamaan dan sekaligus perbedaannya dengan positivisme comto dan Stuart
Mill, seraya mempertahankan gagasan empiristik, positivisme logis yang sekaligus hendak
memulihkan logika ke kedudukannya yang terhormat. Tidak seperti pada pandangan Stuart Mill,
logika itu tidak boleh dikembalikan kepada pengalaman empirirk, logika mempunyai realitas
sendiri, yang dibahas dalam logika modern.
Hans Hans salah seorang tokoh positivisme menegaskan bahwa “ kita mengumumkan diri
sebagai pelanjut aliran empiris dalam filsafat”. Dengan demikian aliran filsafat itu disuatu pihak
berpijak diatas empirisme dan dipihak lain pada logika modern. Penggabungan antara tekhnik
logis dan empirik (pengalaman) ini melahirkan empirisme logis dan selanjutnya lebih dikenal
dengn sebutan positivisme logis. Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Wittgenstein. Menurut teori
ini, semua kalimat yang bermakna harus bersifat analitik maupun bersifat sintetik.

Menurut positivisme logis, sejauh ia mengungkapkan emosi seseorang misal seperti


ungkapan “neraka itu menyakitkan”. Pernyataan apakah ungkapan itu benar atau tidak benar juga
tidak ada artinya, sama seperti sebuah perintah baris-berbaris (mislanya : majuuu) tidak ada
hubungannya dengan kebenaran atau dusta.

Bagi para tokoh positivisme logis bagian besar dari filsafat tradisional dikesampingkan
sebagai suatu “jeritan emosional” yang ada artinya sebagai suatu metafisis, tetapi sebagai suatu
sistem yang mau menyampaikan kebenaran kepada manusia justru melilitnya sengan ilusi-ilusi.
Singkatnya, ia menolak secara lantang tentang metafisika.

Terdapat tiga asumsi yang dijadikan dasar pijakan bagi konstruksi positivisme logis. Kelima
asumsi itu adalah : realitas objektif, reduksionisme, asumsi bebas nilai, determinisme, dan logko-
empirisme.

1) Realitas Objektif, yang dimaksudkan oleh positivisme logis adalah bahwa hanya ada satu
realitas yang dapat diketahui sepenuhnya melalui pengalaman. Dunia kita kita terlepas
ada jarak dari kita, subjek atau pengamat.
2) Reduksionosme, adalah asumsi yang menyatakan bahwa kita dapat mengetahui dunia
dengan cara mereduksi (memecah – mecah ) kedalam bagian – bagian kecil. Melalui
pengetahuan – pengetahuan kita, hasil reduksi itu digeneralisasi kedalam dunia yang
lebih besar. Fenomena yang komplek dapat dianalisis menjadi bagian – bagian yang
kecil.
3) Asumsi bebas nilai, adalah asumsi yang ada dalam sains. Bebas ini menyatakan, bahwa
antara pengamat (subjek), dan yang diamati (realitas objektif) memiliki jarak, terpisah
oleh karena itu setiap penelitian ilmiah bebas nilai. Nilai adalah bersifat objektif, seperti
halnya estetika, sedangkan dunia pengamat bersifat subjektif.
a) Asumsi pertama, realitas objektif, disebut juga realitas naif menyatakan bahwa hanya ada
satu realitas yang dapat diketahui oelh pengalaman. Realitas fisikal, temporal dan sosial
dapat diketahui melalui studi individual, walaupun hanya bersifat perkiraan. Bila cukup
waktu dengan menggunakan metode yang benar penelitian dapat menggabungkan realitas
perkiraan tersebut.
b) kedua, reduksionisme, menyatakan bahwa kita dapat mengetahui dengan memecah-
mecah dunia itu kepada satuan-satuan kecil. Melalui pengetahuan kita pada satuan-satuan
kecil ini. secara induktif, kita dapat menggeneralisasikan kepada dunia lebih besar.
Fenomena yang kompleks dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur yang kecil.
c) Tiga , asumsi bebas nilai, menyatakan bahwa karena peneliti dan yang diteliti terpisah
maka setiap penelitian ilmiah selalu bebas nilai. Nilai bersifat subjektif, sedangkan dunia
pengamatan bersifat objektif.

Seluruh pengikut aliran posotivisme logis pada dasarnya membatasi filsafat pada
epistimologi dan logika. Sebagai konsekuensinya mereka sepakat menolak gagasan bahwa
filsafat itu mempersoalkan tentang realitas sebagai keseluruhan, atau, bahkan menolak usaha
filsafat untuk memberikan gambaran yang sistematik tentang realita. Penolakan ini dilakukan
dengan dua jalan, yaitu 1) dengan berusaha mengembalikan semua persoalan menjadi masalah
pengalaman inderawi; 2) dengan menganalisis bahasa, dan berusaha menunjukkan betapa kita
dapat terperdaya oleh struktur bahasa.

Selain itu, para penganut positivisme logis juga tidak menghiraukan suatu ucapan (preposisi)
yang diungkapkan. Menurut mereka, itu merupakan tugas ilmu pengetahuan. Mereka hanya
memperhatikan makna ucapan-ucapan, tidak pada benar atau dustanya suatu ucapan.yang
penting bagi mereka adalah menentukan suatu norma yang dapat membedakan ucapan-ucapan
(preposisi) yang bermakna dari ucapan-ucapan (preposisi) yang tidak bermakna.

Tekhnik positivisme logis menggunakan tekhnik analisis untuk dua macam tujuan :

1. Pertama : bertujuan untuk menghilangkan metafisika. Ungkapan-ungkapan metafisis itu


ditolak oleh kaum positivisme logis bukan karena bersifat emotive, melainkan pada
dirinya sendiri tak dapat ditolak, namun karena berpura-pura sebagai ungkapan atau hal
yang bersifat kognitif. Oleh karena itu ungkapan- ungkapan metafisis itu pada hakikatnya
tidak menyatakan apa-apa sehingga bersifat”nirarti” atau tidak bermakna
(poerwowidagdo : 52).

Penekanan pada pengalaman menunjukkan aspek empirisme yang kuat dalam positivisme logis.
Oleh karena itulah maka positivisme sering disebut juga empirisme logis.

Penolakan terhadap metafisika oleh positivisme logis tidak boleh diartikan bahwa
positivisme logis itu menolak atau mengingkari keberadaan dunia luar atau dunia yang
transenden, menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan metafisika itu nirarti tidaklah berarti suatu
pengingkaran atasnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Moritz Schlick sebagai berikut:“
pengingkaran tentang keberadaan dunia luar yang transenden itu akan sama saja dengan suatu
pernyataan metafisis tentang pengakuan, keberadaan dunia luar yang transenden itu. Dengan
demikian seorang empirisis yang konsisten tidak mengingkari dunia transenden, tapi
menunjukkan bahwa baik pengingkaran maupun pengakuan kedua-duanya adalah nirart.

Jadi kaum positivisme logis atau empirisme logis itu tidak menyatakan bahwa apa yang
dikatakan oleh kaum metafisika itu salah, akan tetapi bahwa apa yang dikatakan kaum metafisika
itu tidak menyatakan sesuatu sama sekali. Positivisme logis tidak melawan metafisika, hanya
dinyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh kaum metafisikus itu tidak dapat dipahami, atau tidak
menyatakan sesuatu sama sekali ( poerwowidagdo, 55)

2. Kedua : positivisme logis menggunakan tekhnik analisis demi penjelasan bahasa ilmiah
dan bukan untuk menganalisis pernyataan- pernyataan fakta ilmiah. Sebab dengan
analisis filsafati kita tak dapat menentukan apakah sesuatu itu nyata (real), tetapi hanya
apa artinya apabila kita menyatakan bahwa sesuatu itu nyata. Demikian juga apakah hal
itu memang demikian atau tidak hal itu hanya dapat diputuskan melalui metode
umumnya dalam kehidupan sehari-hari dan dari ilmu pengetahuan, yaitu melalui
pengalaman. Jadi menurut positivisme logis tugas filsafat itu memperhatikan analisis-
analis dan penjelasan tentang pernyataan-pernyataan dan proposisi-proposisi terutama
dari ilmu pengetahuan.

Wittgenstein dalam Tractatus mengatakan “what we cannot speak about we must pass
over in silence” dengan demikian dapat dikatakan bahwa metafisika tidak mendapat tempat sama
sekali. Akan tetapi dalam perkembangannya, asas verifikasi yang dirimuskan oleh Lingkaran
Wina mendapat kritik keras dari Karl Popper. Oleh karena itulah ia menawarkan prinsip baru
yang bernama falsifikasi yang pada akhirnya membuka perspektif baru bagi ilmu pengetahuan.
Berbanding terbalik dengan neo-positivisme, Popper berpendapat bahwa filsafat tidak boleh
membatasi diri pada penjelasan kata-kata saja. Filsafat harus berbicara tentang realitas, tentang
dunia.

B. Analis logis terhadap bahasa.

Secara prinsip positivisme logis menerima konsep-konsep atomisme logis terutama dalam hal
analisis logis melalui bahasa, walaupun mereka menolak visi dan dasar metafisinya.positivisme
logis terutama memperhatikan dua masalah yaitu : 1) Analis pengetahuan, 2) Pendasaran
matematika dan ilmu pengetahuan alam demikian juga terhadap psikologi dan sosiologi.

Filsafat tidak menyoroti problema-problema yang berbeda dari problema-problema ilmu


pengetahuan. Tugas filsafat adalah analis logis terhadap pengetahuan ilmiah. Oleh karena itu
tidak dapat diharapkan bahwa filsafat akan memecahkan problema-problema ilmu pengatahuan
ilmiah, kecuali hanya menganalisis masalah-masalah dan diusul dengan menjelaskannya.

Atas dasar pemikiran tersebut maka kaum positivisme logis menentukan sikap bahwa agar
tidak terjadi kekacauan maka analisis terhadap bahasa yang digunakan dalam ilmu pengetahuan
dan filsafat merupakan langkah-langkah yang paling tepat.

a. Prinsip Verifikasi

Positivisme logis yang konsep-konsep dasarnya sangat diwarnai oleh logika, matematika
serta ilmu pengetahuan alam yang bersifat positif dan empiris, maka sudah dapat dipastikan
analisis logis tentang pernyataan- pernyataan ilmiah maupun pernyataan filsafat sangat
ditentukan oleh metode ilmu pengetahuan positif dan empiris tersebut.Dalam pengertian inilah
maka positivisme logis mengembangkan prinsip verifikasi.
SIMPULAN

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika.
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan
logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

 http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-perkembangannya/
 (2)http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-perkembangannya/
RESUME KELOMPOK TIGA FILSAFAT BAHASA

EMPIRISME LOGIS

Dosen Pengampu : Nasrullah lamadi S.Pd.,MPd

Oleh :

Nama : Zulkifli Muntaha


Npm : 03051911057
Kelas : V/B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2021
PENDAHULUAN
Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk mengetahui apa yang disebut
filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya ialah: bagaimana ia tahu, bahwa ia
berfilsafat? Mungkin ia mengira sudah berfilsafat dan mengira tahu pula apa filsafat itu, akan
tetapi sebenarnya tidak berfilsafat, jadi kelirulah ia dan dengan sendirinya salah pula sangkanya
tentang filsafat itu.

Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat modern, dan
kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu:
Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme,
Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-
Thomisme. Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran Empirisme (Francius
Bacon, Thomas Hobbes. John lecke David Hume).

Filsafat pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar dari kekangan pemikiran kaum
agamawan di zaman skolastik. Salah satu orang yang berjasa dalam membangun landasan
pemikiran baru di dunia barat adalah Rene Descartes. Descartes menawarkan sebuah prosedur
yang disebut keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk kepada
kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika lahir kesadaran akan eksisitensi
diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Teori pengetahuan
yang dikembangkan Rene Descartes ini dikenal dengan nama rasionalosme karena alur pikir
yang dikemukakan Rene Descartes bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia. Sebagai
reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang
kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu
bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme, di antaranya
yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume. Dalam makalah ini tidak
akan membahas semua tokoh empirisme, akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume yang
dianggap sebagai puncak empirisme.
PEMBAHASAN

A.Kajian Filsafat Empirisme

Dalam ilmu pengetahuan yang paling berguna, pasti dan benar itu deperoleh orang melalui
inderanya. Empirislah yang memegang peranan amat penting bagi pengetahuan, malahan
barangkali satu-satunya dasar pendapat di atas itu disebut empirisme..

1.Pengertian Empirisme

Beberapa pemahaman tentang pengertian empirisme cukup beragam, namun intinya adalah
pengalaman. Di antara pemahaman tersebut antara lain:

a).Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa
fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga
eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.

b).Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa Inggris empiricism dan experience.
Kata-kata ini berakar dari kata bahasa Yunani έμπειρία (empeiria) yang berarti pengalaman.
Sementara menurut A.R. Lacey berdasarkan akar katanya Empirisme adalah aliran dalam filsafat
yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada
pengalaman yang menggunakan indera.

Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:

a.Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.

b.Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.

c.Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.

d.Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data
inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).

e.Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada
pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk
mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.

f.Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya


sumber pengetahuan.
Beberapa Jenis Empirisme

1).Empirio-Kritisisme

Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini
didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian
pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian
apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-
elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai
kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut
oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.

2).Empirisme Logis

Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan
ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut:

a).Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan
induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.

b).Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi


mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika

3).Empiris Radikal

Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada
pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan
pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan
kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat
menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu
pengetahuan yang belum pasti (Probable).
B.Tokoh-Tokoh Empirisme

Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1561-1626) dan Thomas Hobes (1588-1679),
namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke (1632-1704) Berkeley
(1685-1753) dan David Hume (1711-1776).

Pada pembahasan ini akan kita fokuskan pada pemikiran Hume yang dianggap merupakan
pemikiran puncak dari aliran empirisme.

1.Pemikiran David Hume (1711-1776)

Ia menganalisis pengertian substansi, seluruh pengetahuan itu tak lain dari jumlah pengalaman
kita. Dalam budi kita tak ada suatu idea yang tidak sesuai dengan impression yang disebabkan
“hal” di luar kita. Adapun yang bersentuhan dengan indera kita itu sifat-sifat atau gejala-gejala
dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai pengertian sesuatu yang tetap–substansi–
itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian acapkalinya. Subtansi itu hanya
anggapan, khayal, yang sebenarnya tak ada.

Manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah
pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal yaitu kesan-kesan (impressions) dan pengertian-
pengertian atau idea-idea (ideas).

Yang dimaksud dengan impressions atau kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang
diterima dari pengalaman baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah yang
menampakkan diri dengan jelas, hidup dan kuat seperti merasakan tangan terbakar. Adapun ideas
adalah gambaran tentang pengamatan yang hidup, samar-samar yang dihasikan dengan
merenungkan kembali atau ter-refleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.
SIMPULAN

Di dalam era filsafat modern terdapat beberapa aliran pemikiran, di antaranya: Rasionalisme,
Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.

Aliran Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan
pengalaman dalam memeroleh pengetahuan, dan mengecilkan akal. Aliran emperisme
berpendapat bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewan indera
(empiri) dan empirilah satu-satutnya sumber pengetahuan aliran Emperis, bahwa pada dasarnya
budi dan empiri saling berkaitan.

Peletak dasar empiris pertama adalah Francis bacon, bapak empirisnya Jhon Locke dan beberapa
filsuf lainya seperti Thomas Hobbes, Berkeley, David Hume dan lainnya.Meskipun aliran
empirisme sangat berpengaruh atas pemikiran-pemikiran filsafat selanjutnya namun banyak
dijumpai kelemahan baik metode, obyek tentang empiris.

Empirisme menganggap agama, mukjizat, bahkan Tuhan sebagai keyakinan yang tidak logis dan
tidak bisa dibuktikan secara ilmiah hanya karena empirisme tidak mampu membuktikan
eksistensi immateri.
DAFTAR PUSTAKA

Donny Gahral, Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan dari David Hume Sampai
Thomas Kuhn, (Jakarta: Teraju, 2002).

Tafsir Ahmad, Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).

Muslih Mohammad , Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasarparadigma Dan Kerangka Teori
ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004).

http://ferryroen.wordpress.com/2011/09/23/teori-filsafat-empirisme/ di akses pada tanggal 04


Oktober 20011 pukul 13.09 WIB

http://masdiloreng.wordpress.com/2009/03/22/empiriseme/ diakses pada tanggal 04 Oktober


2011, pukul 13.03

http://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme diakses pada tanggal 04 oktober 2011 pukul13.02

Anda mungkin juga menyukai