Anda di halaman 1dari 7

RESUME TOKOH JULIA KRISTEVA

Tugas ini disusun untuk memenuhi UTS Mata Kuliah “Wacana Komunikasi”

Dosen Pengampu : Dr. Mayasari, S.S., M.Hum.

Disusun Oleh :

Kelompok 5 Wacana Komunikasi 6A

Erlin Alysia Salma 2010631190048


Muhamad Alfian Khairul Alam 2010631190068
Nabila Syifa Apriliana 2010631190076
Ririn Herlina 2010631190092
Tahsinul Fadlah Salsabila 2010631190104

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2023
1. SEJARAH

Julia Kristeva

Julia Kristeva adalah seorang ahli teori sastra dan filsafat Bulgaria yang terkenal
dengan konsep "objek". Teori paradigma titik-temu Julia Kristeva tumbuh dari
pemikirannya tentang bahasa dan budaya, yang ia sajikan dalam bukunya (1966) Word,
Dialogue and the Novel.
Kristeva menekankan bahwa bahasa adalah ciri utama yang membedakan manusia
dari hewan, dan bahwa proses penggunaan bahasa melibatkan unsur-unsur non-linguis tik
seperti emosi dan impuls. Kristeva juga menjelaskan bahwa bahasa dipengaruhi oleh
budaya dan sejarah sehingga penggunaan bahasa merupakan hasil interaksi antara budaya
dan bahasa.
Melalui teori paradigma intertekstualitasnya, Kristeva menyatakan bahwa setiap
aktivitas atau ekspresi bahasa dipengaruhi oleh perbedaan budaya dan sejarah. Oleh karena
itu, ia berpendapat bahwa budaya dan sejarah harus dipelajari bersama untuk lebih
memahami bahasa.
Kristeva juga menunjukkan bahwa teori paradigma intertekstualitasnya dapat
digunakan untuk memahami konflik dalam masyarakat dan budaya. Dia menyaranka n
bahwa konflik ini hasil dari perbedaan bahasa, nilai, norma, dan cara berpikir yang
dihasilkan dari interaksi antara budaya yang berbeda.
Oleh karena itu, teori paradigma intertekstualitas Julia Kristeva mendorong kita
untuk mempertimbangkan perbedaan antara budaya dan sejarah ketika kita memaha mi
bahasa dan fenomena budaya lainnya. Secara keseluruhan, kontribusinya pada teori itu
memiliki nilai penting dalam perkembangan teori sastra dan budaya.

2. LATAR BELAKANG
Teori merupakan serangkaian variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubunga n
dan membangun pandangan sistematis dari sebuah tujuan yang menjelaskan berbagai
gejala alamiah yang terjadi. Jadi sederhana nya teori merupakan sebuah landasan yang
dimaksudkan untuk tujuan tertentu.
Teori paradigma intertekstualitas ini bertujuan untuk memberikan pemaknaan pada
sebuah karya. Ketika sebuah teks di ciptakan, teks tersebut pasti hasil dari mutasi teks
lainnya. Disinilah tugas teori ini untuk memberikan pemaknaan lebih terhadap teks tersebut
agar signifikan terhadap pembahasan di dalamnya. Setiap teks memiliki pemaknaan nya
masing masing sehingga menjadikan teks tersebut memiliki ciri khas nya tanpa menghap us
hasil mutasi dari teks lainnya.
Teori intertekstual yang dikemukakan Kristevapun bukan untuk melihat hubunga n
satu karya dengan karya yang lain.Dia menjelaskan bahwa interteks tidak berarti kumpula n
karya sastra yang mungkin telah mempengaruhi teks atau teks itu mungkin ditiru.
Penelitian intertekstualnya berbeda dengan penelitian intertekstual yang lain karena
menekankan pada mengungkapan ideologeme. dianggap berbeda karena tidak mengakui
adanya hipogram. Karya terdahulu tidak dianggap sebagai hipogram dari karya
sesudahnya. Intertekstual (Kristeva) menganggap bahwa lahirnya suatu karya akibat dari
pengaruh sosial dan sejarah suatu tempat. Teks yang dianggap menjadi hipogram dalam
penelitian intertekstual Julia Kristeva, hanya menjadi metriks, yang digunakan sebagai
sumber acuan untuk membenarkan suatu sejarah yang dituliskan pada karya setelahnya.
Konsep intertekstual bukanlah berbicara pengaruh dari satu pengarang atas
pengarang yang lain atau pengaruh dari karya sastra yang dibaca. Konsep intertekstual juga
tidak menyinggung persamaan dan perbedaan antarkarya sastra dan juga tidak untuk
menemukan hipogram dari teks tersebut, sebagaimana ditemukan pada penelitia n
terdahulu. Namun, intertekstual yang digagaskan oleh Kristeva adalah dalam sebuah ruang
teks terdapat berbagai ujaran atau tuturan, yang diambil dari teks lain dan tekstersebut
silang- menyilang dan menetralisir satu sama lain.

3. PENGGUNAAN TEORI
Julia Kisteva juga sebagai pencetus munculnya semiotika ekspansif. Ciri aliran ini,
ialah adanya sasaran akhir untuk kelak mengambil alih kedudukan filsafat, karena begitu
terarahnya pada sasaran, semiotika jenis ini terkadang disebut ilmu total baru. Dalam
semiotika jenis ini, pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya. Tempat itu diduduki
oleh pengertian produksi arti. Penelitian yang menilai tanda terlalu statis, terlalu non
historis, dan terlalu reduksionistis, diganti oleh penelitian yang disebut praktik arti.
simbolik merupakan keteraturan lapisan atas dari semiotika. la mengontrol beragam
proses-proses semiosis yang bagaimana pun, bersifat rapuh dan bisa rusak atau pudar pada
momen-momen penting historis, linguistis, dan psikologis tertentu. Hasilnya adalah teks
yang bisa dipahami (understandable text) yang lahir dari pergolakan norma-norma halus.
Yang semiotik jadinya meluapi batas-batas teks-teks tersebut dalam momen-mo me n
istimewa yang khas Kristeva, yakni tiga serangkai kekuatan subversif yaitu kegilaan,
kekudusan, dan puisi.
Makna Julia Kristeva dibagi menjadi 2 bagian, yakni makna significance dan
signifying. Penjelasannya tentang significance atau signifikansi merupakan proses yang
membawa konotasi makna terselubung yang terdapat dalam kondisi tertentu yang tidak
terlihat dalam teks atau hanya sebagai penanda atas suatu hal. Sedangkan signifying atau
praktik penandaan merupakan bagian dari pembentukan dan penyeimbangan sistem tanda
yang membutuhkan identitas subjek yang berbicara dalam kerangka sosial, yang diterima
dalam sistem tanda sebagai identitasnya sendiri yang secara tidak langsung hal tersebut
dipertanyakan adanya (Kristeva 1941:18).
Teori dari Julia Kristeva merupakan sebuah langkah untuk melihat makna-makna
yang muncul pada sebuah fenomena yang bisa dilihat secara keseluruhan baik itu dalam
ranah teks maupun sebuah media, bahkan dalam sebuah tindakan dari manusia itu sendiri.
Dapat digunakan untuk mengalisis bahasa, puisi dan lainnya.
Intertekstualitas Julia Kristeva tidak hanya melihat teks melalui kemuncula nnya
dari teks sosial saja tetapi juga kelanjutan keberadaannya di dalam masyarakat dan sejarah.
Sebagai konsekwensi atas pandangan tersebut, struktur dan makna teks tidak dapat lagi di
anggap melulu sebagai ciri spesifik teks yang bersangkutan. Pernyataan Kristeva tersebut
menjelaskan bahwa teks tidak memiliki kesatuan makna dalam dirinya.

4. KEKURANGAN & KELEBIHAN TEORI


Beberapa kelebihan dan kekurangan teori intertekstual Julia Kristeva adalah sebagai
berikut:
Kelebihan:

1. Menekankan pentingnya konteks budaya dan sejarah dalam memahami teks : Teori
intertekstual Julia Kristeva menekankan pentingnya memahami konteks budaya
dan sejarah dalam memahami teks. Hal ini memungkinkan pembaca untuk
memahami lebih baik bagaimana suatu karya sastra terbentuk dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang lebih besar.

2. Memberikan cara baru untuk memahami hubungan antara teks : Teori ini
memberikan cara baru untuk memahami hubungan antara teks satu dengan yang
lain, sehingga memungkinkan kita untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas
tentang bagaimana karya sastra saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama lain.

3. Memperluas cara kita memahami karya sastra : Teori intertekstual Julia Kristeva
memperluas cara kita memahami karya sastra, sehingga tidak hanya terbatas pada
makna yang eksplisit, tetapi juga melibatkan aspek yang lebih tersirat dan
kompleks.

Kekurangan:

1. Kompleks dan sulit dipahami : Teori ini cenderung abstrak dan sulit dipahami,
karena memerlukan pemahaman yang mendalam tentang sejarah, budaya, dan
bahasa. Hal ini dapat membuat analisis menjadi rumit dan sulit diaplikasikan dalam
praktik.
2. Subjektif : Terkadang analisis intertekstual dapat menjadi terlalu subjektif, dan sulit
untuk diukur secara objektif atau diuji secara empiris. Hal ini dapat membuat
interpretasi sastra menjadi ambigu dan memungkinkan adanya banyak interpretas i
yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Ainun, Nur, Sudarmoko, & Zurmailis (2022). Intertekstualitas Puisi “Negeri Para Bedebah” Karya
(Adhie Massardi) Terhadap Novel Negeri Para Bedebah Karya (Tere Liye): Telaah
Intertekstual Julia Kristeva. Puitika, 18(1), 49-60.

Septiyani, V. I., & Sayuti, S. A. (2019). Oposisi dalam Novel Rahuvana Tattwa karya Agus
Sunyoto: Analisis Intertekstual Julia Kristeva. Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan,
dan Budaya, 9(2), 174-186.

Abdullah, S. N. A. (2020). ANALISIS SEMIOTIKA JULIA KRISTEVA DALAM FILM “SEXY


KILLERS”(Pendekatan Semanalisis hingga Intertektualitas). Al-Tadabbur, 5(2), 287-313.

Firdausiyah, U. W. (2021). Kajian Semanalisis Hingga Intertekstualitas Julia Kristeva: Analis is


atas Teks Al-Quran tentang Eksistensi Hujan. Journal of Islamic Civilization, 3(1), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai