Anda di halaman 1dari 2

Modul 6

CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang epistemologi menurut para filsuf Muslim
Materi
Epistemologi menurut filsuf Muslim:
1. Al-Kindi
2. Al Farab
3. Ibnu Sina

Bahan Kuliah
Psikologi dalam Epistemilogi Islam

EPISTEMOLOGI AL-KINDI
A. Epistemologi Al-Kindi telah mengadopsi ilmu-ilmu filsafat dari pemikiran tokoh
filsafat Yunani, namun sebagai seorang filosuf Muslim, ia mempunyai kepribadian
seorang Muslim sejati yang tak tergoda dan tetap mayakini prinsip-prinsip di dalam
Islam. Al-Kindi mempunyai pandangan tersendiri tentang pengetahuan, menurutnya
pengetahuan manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
1. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut pengetahuan
nderawi,
2. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut pengetahuan
rasional,
3. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan pengetahuan
isyraqi atau iluminatif

EPISTEMOLOGI AL- FARABI


Epistemologi Konsep epistimologi Al-Farabi tidak lepas dari pemikiran metafisika dan gagasan
emanasinya. Menurutnya, pengetahuan tidak bersumber dari rasio atau realitas, baik realitas empirik
maupun nonempirik. Tetapi dari intelek aktif. Intelek aktif adalah intelek terpisah dan tertinggi dari
semua intelegensi.Intelek ini merupakan perantara adi kodrati yang memberdayakan intelek manusia
agar dapat mengaktualkan pemahamannya.

Dalam hubungan dengan intelek manusia. Al-Farabi menganalogkan intelek aktif ini dengan
matahari pada mata dalam kegelapan. Mata hanyalah penglihatan potensial selama dalam
kegelapan. Mataharilah yang memberikan penyinaran pada mata yang menyebabkan mata menjadi
penglihatan yang actual sehingga objek-objek yang berpotensi untuk dilihat mata menjadi benar-
benar tampak. Selanjutnya cahaya matahari memungkinkan mata melihat bukan hanya objek-objek
penglihatan belaka, melainkan juga cahaya itu sendiri, dan juga matahari yang merupakan sumber
cahaya tersebut. Dengan cara yang kurang lebih sama”cahaya intelek” aktif menyebabkan intelek
potensial yang ada pada manusia meningkat menjadi intelektual aktual, menangkap “cahaya”
sekaligus memahami intelek aktif itu sendiri. Al-Farabi mengidentifikasi intelek aktif ini dengan “ruh
suci” atau Jibril, malaikat pembawa wahyu dalam kajian teologi islam. Intelek aktif adalah ‘gudang’
sempurna bentuk-bentuk pengetahuan. Dia berfungsi sebagai model kesempurnaan intelektual.
Manusia dapat mencapai wujud tertinggi yang dimungkinkan baginya ketika dalam dirinya mewujud
sosok manusia hakiki. Yaitu ketika intelek manusia dapat bertemu dan bersatu dengan intelek aktif,
sehingga ia dapat memperoleh bentuk-bentuk pengetahuan yang dilimpahkan kepadanya

EPISTEMOLOGI IBNU SINA

Yang paling erat hubungannya dengan epistimologi dalam filsafat Ibn Sina ialah masalah
logika. Sengketa mengenai kedudukan filsafat logika ini terjadi antara kaum priphatetic yang
menganggap logika itu sebagai alat belaka untuk mencari kebenaran, sebaliknya bagi kaum stoic
menganggap logika merupakan bagian dari filsafat. Dilema ini sempat berkepanjangan yang tidak
terselesaikan oleh para filsuf barat maupun filsuf islam.

Jalan pemecahan yang dilakukan ibnu Sina dengan menggolongkan filsafat ke dalam bidang
pengetahuan. Pengetahuan dimaksud ialah mengenai sebab. Kebenaran dapat diperoleh tidak hanya
dari unsurnya, tetapi dapat pula melalui keyakinan yang kuat dengan disertai contoh. Tujuan dari
pengetahuan ialah mencari hakikat dan fakta. Dari keterangan ini, nampak Ibn Sina lebih cenderung
meletakkan kedudukan logika sebagai alat filsafat.

Ekplorasi

Lakukan ekplorasi dari ketiga tokoh epistemology Islam tersebut.

Anda mungkin juga menyukai