Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN KESELAMATAN PASIEN

UPT PUSKESMAS SUKODONO


(Patient Safety)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN


LUMAJANG

UPT PUSKESMAS SUKODONO


JL. SOEKARNO HATTA NO. 24 SUKODONO
LUMAJANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun telah diberi kesehatan, kesabaran, ilmu
dan kesempatan untuk menyelesaikan Panduan Keselamatan Pasien
Puskesmas Sukodono Kabupaten Lumajang.

Panduan Keselamatan Pasien Puskesmas Sukodono Kabupaten


Lumajang ini disusun dalam rangka mendukung fungsi dan mutu
puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah tertentu.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penyusun menyampaikan


ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan Panduan Keselamatan Pasien
Puskesmas Sukodono Kabupaten Lumajang.

Penyusun menyadari bahwa pembuatan panduan ini masih jauh dari


kesempurnaan mengingat keterbatasan penyusun. Oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan saran untuk perbaikan dalam
penyusunan di waktu mendatang.

Akhir kata, penyusun berharap semoga Panduan Keselamatan


Pasien Puskesmas Sukodono Kabupaten Lumajang ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Lumajang, 20 Februari 2020

Penyusun,

Ketua Tim KPP

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................ii

Daftyar Tabel....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1

1.1Latar Belakang.....................................................................1

1.2Tujuan.................................................................................. 2

1.3 Manfaat...............................................................................2

BAB II KESELAMATAN PASIEN......................................................3

2.1Pengertian Keselamatan Pasien..........................................3

2.2 Solusi Keselamatan Pasien.................................................4

2.3 Jenis Insiden Keselamatan Pasien.......................................4

BAB III STANDART HAK KESELAMATAN PASIEN........................5

3.1 Standart Keselamatan Pasien.............................................5

3.2 Indikator Keselamatan Pasien.............................................10

BAB IV Tahapan Menuju Keselamatan Pasien................................14

4.1 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien......................14

BAB V PENANGANAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN............18

5.1 Prinsip Pelaporan Insiden....................................................18

5.2 Kebijakan Pelaporan Insiden...............................................18

5.3 Prosedur Penanganan Insiden............................................18

5.4 Analisis Grading Matriks......................................................19

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI..........................................22

Lampiran ......................................................................................... 23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Penilaian Dampak Klinis/Konsekuensi/Severity...............20

Tabel 5.2 Penilaian Probabilitas/Frekuensi......................................20

Tabel 5.3 Matriks Grading Risiko.....................................................21

Tabel 5.4 Tindakan Sesuai Tingkat Dan Band Risiko......................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, masyarakat dapat memilih fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat dan gate keeper
pada pelayanan kesehatan formal dan penapis rujukan, harus dapat memberikan
pelayanan bermutu sesuai dengan standar pelayanan maupun standar kompetensi
sehingga dapat menjamin keselamatan pasien. Keselamatan tersebut sangatlah penting
untuk dilaksanakan di setiap puskesmas. Namun harus diakui kegiatan institusi
puskesmas dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu
dan citra puskesmas.
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola
dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber daya yang
digunakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat.

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan


pasien lebih aman untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
menjalankan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Sebagai pedoman bagi Puskesmas Sukodono untuk dapat melaksanakan


program keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.

4
1.2.2 Tujuan Khusus

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Sukodono.


2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung Puskesmas
Sukodono.
3. Sebagai acuan yang jelas bagi puskesmas sukodono dalam mengambil
keputusan terhadap keputusan pasien.
4. Sebagai acuan bagi tenaga klinis dalam meningkatkan keselamatan pasien.
5. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.
1.3 Manfaat
1. Budaya safety meningkat dan berkembang.
2. Resiko klinis dan keluhan berkurang.
3. Mutu pelayanan puskesmas meningkat.
4. Menurunkan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) di Puskesmas Sukodono.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien sebagai suatu sistem di dalam puskesmas diharapkan
memberikan asuhan kepada pasien dengan lebih aman dan mencegah cedera akibat
melakukan atau tidak melakukan tindakan. Dalam pelaksanaannya keselamatan pasien
akan banyak menggunakan prinsip dan metode manajemen risiko mulai dan identifikasi,
asesmen dan pengolahan risiko. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien
akan meningkatkan kemampuan belajar dari insiden yang terjadi untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama dikemudian hari.
Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi
yang sangat komplek karena padat modal, padat tehnologi, padat karya, padat profesi,
padat sistem, dan padat mutu serta padat resiko sehingga tidak mengejutkan bila
Kejadian Tidak Diinginkan/KTD akan sering terjadi dan akan berakibat pada terjadinya
injuri atau kematian pada pasien.
Dalam proses pemberian layanan kesehatan dapat terjadi kesalahan berupa
kesalahan diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta kesalahan sistem lainnya.
Berbagai kesalahan tersebut pada akhirnya berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien. Hal ini berarti bahwa kesalahan dapat mengakibatkan cedera dan dapat pula
tidak mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan,
Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

2.2 Jenis Insiden Keselamatan Pasien


Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien yang tidak
seharusnya terjadi, yang terdiri dari :
2.2.1 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) : suatu insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan

6
yang sehrusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
2.2.2 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena keberuntungan
(misalnya pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan
(suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya.
2.2.3 Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien tapi
tidak timbul cedera
2.2.4Kondisi Potensia Cedera (KPC) adalah kondisi yang berpotensi untuk
menimbulkan cedera tetapi tidak timbul cedera

2.3 Standart Keselamatan Pasien


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera maka diperlukan standar keselamatan pasien di Puskesmas Sukodono
yang dijadikan acuan.
2.3.1 Hak pasien
Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana
dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria :
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
2.3.2 Mendidik pasien dan keluarga
Standar:
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat :

7
1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
2.3.3 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar:
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari puskesmas.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
2.3.4 Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
1) Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan sakit tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas Sukodono”.
2) Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.

8
3) Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
4) Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
2.3.5 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas Sukodono ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan
4) Dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
6) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
Insiden meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC), kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Selain insiden
diatas, terdapat KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau
cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan
perjalanan penyakit atau keadaan pasien yang dikenal dengan kejadian sentinel.
Contoh : Kesalahan pemberian obat yang mengakibatkan syok, bunuh diri pada
pasien rawat inap, embolisme gas intravaskuler yang mengakibatkan
kematian/kerusakan neurologis, kematian ibu melahirkan, kematian bayi “Full-
Term” yang tidak diantisipasi, penculikan bayi, bayi tertukar, perkosaan/tindakan
kekerasan terhadap pasien, staf, maupun pengunjung.
Selain contoh kejadian sentinel diatas terdapat kejadian sentinel yang berdampak
luas/nasional diantaranya berupa kejadian yang sudah terlanjur di “blow up” oleh
media, kejadian yang menyangkut pejabat, slebriti, dan public figure lainnya,

9
kejadian yang melibatkan berbagai institusi maupun fasilitas pelayanan
kesehatan lain, kejadian yang sama yang timbul di berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan dalam kurun waktu yang relative bersamaan, kejadian yang
menyangkut moral, misalnya: perkosaan atau tindakan kekerasan.
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
2.3.6 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1) Memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
1) Memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

10
2.3.7 Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar:
1) Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

2.4 Indikator Keselamatan Pasien


2.4.1 Tidak Terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien
Puskesmas menyusun pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketepatan
identifikasi pasien mengingat kesalahan karena keliru mengidentifikasi pasien dapat
terjadi hampir di semua aspek diagnosis dan pengobatan .
Kegiatan yang dilaksanakan:
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat
3) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, pemberian terapi dan tindakan.
4) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi
2.4.2 Tidak Terjadinya Kesalahan Akibat Komunikasi Yang tidak Efektif
Puskesmas menyusun pendekatan agar komunikasi diantara para petugas
pemberi perawatan semakin efektif.
Kegiatan yang dilaksanakan :
1) Komunikasi Verbal (Write Down/ Tulis, Read Back/ Baca Kembali, Confirmation/
Konfirmasi)
Komunikasi verbal menerapkan TBK (Tulis - Baca - Konfirmasi kembali )
Dilakukan saat menerima Instruksi verbal / Lisan dan saat menerima informasi
hasil tes kritis secara verbal / lisan
2) SBAR (Situation – Background – Assessment – Recommendation)
Pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi diantara tenaga
kesehatan.
Berlaku untuk semua petugas saat melakukan pelaporan

11
3) Singkatan terstandar
Gunakan singkatan yang sudah terstandar.
Tulis kata dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.
2.4.3 Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada Pasien
Puskesmas menyusun pendekatan untuk menghindari terjadinya kesalahan
dalam pemberian obat kepada pasien.
Kegiatan yang dilakukan:
1) Membuat kebijakan atau prosedur yang memuat proses identifikasi , pemberian
label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
2) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinisdan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
3) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat.
4) Melakukan orientasi pada staf baru
Obat yg Perlu diwaspadai :
1) Elektrolit konsentrat, misalnya:
• Kalium / potasium klorida (2 mEq/ml atau yang lebih pekat)
• Kalium / potassium fosfat (3 mmol/ml atau lebih pekat)
• Natrium / sodium klorida (lebih pekat dari 0.9%)
• Magnesium sulfat (50% atau lebih pekat)
2) NORUM (Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound
Alike).
2.4.4 Tidak Terjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan
Puskesmas menyusun pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien.
Kegiatan yang dilakukan:
1) Menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
2) Petugas menerapkan dan mencatat prosedur ‘time out” tepat sebelum dimulainya
suatu prosedur/tindakan pembedahan.
Tahap “time out” memungkinkan setiap pertanyaan yang belum terjawab atau
kesimpang-siuran dibereskan.
3) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien.
2.4.5 Tidak Terjadinya Infeksi Akibat Kesalahan Pelayanan
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan:

12
1) Mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum
2) Menerapkan program hand hygiene yang efektif
3) Kebijakan dan / atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
2.4.6 Tidak Terjadinya Pasien Cedera Akibat Terjatuh
Puskemas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
cedera akibat terjatuh.
Kegiatan yang dilakukan:
1) Menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
poengobatan.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.

2.5 Struktur Organisasi Keselamatan Pasien

13
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Prinsip Pelaporan Insiden


 Fungsi utama pelaporan insiden adalah untuk meningkatkan keselamatan pasien
melalui pembelajaran dari kegagalan atau kesalahan
 Pelaporan insiden harus aman. Staf tidak boleh dihukum karena melapor.
 Pelaporan insiden hanya akan bermanfaat kalau menghasilkan respon yang
konstruktif, minimal memberi umpan balik tentang data KTD dan analisisnya.
Idealnya juga menghasilkan rekomendasi untuk perubahan proses dan sistem
 Analisis yang baik dan proses pembelajaran yang berharga memerlukan keahlian
atau keterampilan. Tim harus menyebarkan informasi, pengembangan solusi dan
rekomendasi perubahan.
3.2 Kebijakan Pelaporan Insiden
 Kecelakaan yang dilaporkan adalah KNC, KTC, dan KTD
 Laporan insiden dibuat oleh staf unit layanan yang pertama menemukan kejadian
dan yang terlibat dalam kejadian
 Pelaporan menggunakan forrmulir dan alur pelaporan yang sama
 Kejadian juga ditulis pada buku bantu masing-masing unit (dievaluasi tiap bulan
oleh tim keselamatan)
 Tim keselamatan mengkoordinir pelaporan insiden yang terkait dengan
keselamatan pasien
 Unit pelayanan mencatat setiap insiden yang terjadi di unit kerja masing-masing
3.3 Prosedur Penanganan Insiden
 Petugas melakukan pertolongan awal sesuai kondisi
 Petugas unit melakukan dokuementasi kejadian pada buku bantu unit
 Petugas unit melakukan pelaporan kejadian pada tim KPP menggunakan formulir
laporan kejadian (maksimal 2x24 jam)
 Tim KPP melakukan analisa laporan kejadian
 Tim KPP melakukan grading untuk menentukan tindakan selanjutnya
 Tim KPP melakukan investigasi sederhana apabila nilai grading berwarna biru
atau hijau
 Tim KPP melakukan RCA apabila nilai grading berwarna kuning atau merah
 Tim KPP menyerahkan rekomendasi keselamatan pasien berdasar hasil
investigasi sederhana atau RCA pada tim mutu
 Tim mutu melakukan tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan tim KPP
 Unit atau kepala puskesmas melakukan hasil rekomendasi
 Tim KPP melakukan evaluasi

14
3.4 Alur Pelaporan

Setiap Petugas Atasan Kepala


(dokter, perawat, Langsung Tim KPP Puskesmas
petugaskesehatan Pelapor
lain)

Insiden Laporan Kejadian


(KNC / KTD) (2 x 24 jam)

Laporan Kejadian
(2 x 24 jam)

Tangani
Segera

Grading

Kuning / merah
Biru / Hijau

sederhana
Investigasi
RCA

Rekomendasi

Feedback ke Unit Pembelajaran Laporan


Rekomendasi

15
3.5 Format Register Laporan

LAPORAN KEJADIAN KNC, KTC, KTD


BULAN :

Jenis
Nama
Kejadian Nama
Tangga Penerima
Kronologi (KNC, Pelapor RTL TL Evaluasi
l Laporan
KTC, & TTD
& TTD
KTD)

16
3.6 Formulir Pelaporan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUKODONO
Jl. Soekarno – Hatta No. 24 Telp (0334) 882-552
E-mail : pusk.sukodono@gmail.com
LUMAJANG – 67352

FORMULIR LAPORAN INSIDEN KPC, KNC, KTC, KTD


(INTERNAL)

RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAKSIMAL 2 x 24

A. DATA PASIEN
Nama : ….…………………………..……………………………………
No RM : …………………………….… Ruangan : ……………………
Umur : ……….. Bulan …………. Tahun
Kelompok Umur* : 0 -1 bulan >1 bulan – 1 tahun
> 1 tahun – 5 tahun > 5 tahun – 15 tahun
> 15 tahun – 30 Tahun > 30 tahun – 65 tahun
> 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan
Penanggung Biaya : Umum Lansia
JKN (PBI / NON PBI ) Lain – lain ………..………
Tanggal Masuk : …………………………….. Jam : .…………………….

B. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ……………………………………. Jam : .………..……………
2. Insiden :
…………………………………………………………………………………………
…………….…………………………………………………………………………..
3. Kronologis Insiden :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

17
4. Jenis Insiden* :
Kondisi Potensial Cedera / KPC
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Cedera / KTC
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel
Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendampingan pasien
Pengunjung
Lain – lain
………………………………………………………………………......(sebutkan)
6. Insiden Terjadi Pada* :
Pasien
Lain – lain ………………………………………….
……………………………….(sebutkan)
7. Insiden Menyangkut Pasien :
Pasien rawat inap Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain – lain
…………………………………………………………………………..(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian
………………………………………………………………………………(sebutkan)
9. Unit / Departemen terkait yang menyebkan insiden
Unit kerja penyebab
………………………………………………………………………………(sebutkan)
10. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
Kematian
Cedera Berat
Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
11. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden, dan hasilnya :
…………………………………………………………………………………………
………………………………………….……………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

18
12. Tindakan dilakukan oleh* :
Tim : terdiri dari : ………………………………………………………………
Dokter
Perawat
Petugas lainnya ……………………………………………………………………
13. Apakah insiden yang sama pernah terjadi di Unir Kerja lain ?
Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

Pembuat Laporan : Penerima Laporan :


Paraf : Paraf :
Tgl Lapor : Tgl Terima :

NB. * = pilih satu jawaban

3.7 Penentuan Grading

Menentukan grading pada setiap insiden sangat penting untuk menentukan tindakan
yang akan dilakukan guna mencari solusi dari insiden tersebut.

Tabel 3.1 Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity


Tingkat Deskripsi Dampak
Risiko
Tidak
1 Tidak ada cedera
signifikan
 Cedera ringan, misal luka lecet
2 Minor
 Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
 Cedera sedang, missal luka robek
 Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau
3 Moderat intelektual (reversible), tidak berhubungan dengan
penyakit.
 Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
 Cedera luas / berat, misal cacat , lumpuh
 Kehilangan fungsi motorik / sendorik / psikologis atau
4 Mayor
intelektual (irreversible), tidfak berhubungan dengan
penyakit.
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
5 Katastropik
penyakit

19
Tabel 3.2 Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Tingkat Deskripsi
Risiko
1 Sangat jarang / Rare (>5 thn/kali)
2 Jarang / Unlikely (2-5 thn/kali)
3 Mungkin / Posible (1-2 thm/kali)
4 Sering / Likely (Beberapa kali/thn)
5 Sangat sering /Almost certain (Tiap minggu/bulan)

WARNA BANDS : HASIL PERTEMUAN ANTARA NILAI DAMPAK YANG DIURUT


KEBAWAH DAN NILAI PROBABILITAS YANG DIURUT KE SAMPING KANAN
Tabel 3
\
Tabel 3.3 Matriks Grading Risiko
Probabilitas Tdk Minor Moderat Mayor Katastopik
Signifikan
Sangat sering Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Tiap
minggu/bln)
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Beberapa
kali/thn)
4
Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(1-2 thn/kali)
3
Jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
(2-5 thn/kali)
2
Sangat jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
terjadi
(>5thn/kali)

Tabel 3.4 Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko


Level / Bands Tindakan
EKstrim Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari membutuhkan
(sangat tinggi) tindakan segera, perhatian sampai ke Kepala Puskesmas.
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari kaji dengan detail &
Hight (tinggi)
perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian top manajemen.
Risiko sedang, silakukan investigasi sederhana paling lama 2
Moderate
minggu. Manajer / Pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak
(sedang)
terhadap biaya dan kelola risiko.
Risiko rendah, dilakukan invetigasi sederhana paling lama 1 minggu
Low (rendah)
diselesaikan dengan prosedur rutin.

20
3.8

21

Anda mungkin juga menyukai