Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun telah diberi kesehatan, kesabaran, ilmu
dan kesempatan untuk menyelesaikan Panduan Keselamatan Pasien
Puskesmas Sukodono Kabupaten Lumajang.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................ii
Daftyar Tabel....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.1Latar Belakang.....................................................................1
1.2Tujuan.................................................................................. 2
1.3 Manfaat...............................................................................2
Lampiran ......................................................................................... 23
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
4
1.2.2 Tujuan Khusus
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien sebagai suatu sistem di dalam puskesmas diharapkan
memberikan asuhan kepada pasien dengan lebih aman dan mencegah cedera akibat
melakukan atau tidak melakukan tindakan. Dalam pelaksanaannya keselamatan pasien
akan banyak menggunakan prinsip dan metode manajemen risiko mulai dan identifikasi,
asesmen dan pengolahan risiko. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien
akan meningkatkan kemampuan belajar dari insiden yang terjadi untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama dikemudian hari.
Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi
yang sangat komplek karena padat modal, padat tehnologi, padat karya, padat profesi,
padat sistem, dan padat mutu serta padat resiko sehingga tidak mengejutkan bila
Kejadian Tidak Diinginkan/KTD akan sering terjadi dan akan berakibat pada terjadinya
injuri atau kematian pada pasien.
Dalam proses pemberian layanan kesehatan dapat terjadi kesalahan berupa
kesalahan diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta kesalahan sistem lainnya.
Berbagai kesalahan tersebut pada akhirnya berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien. Hal ini berarti bahwa kesalahan dapat mengakibatkan cedera dan dapat pula
tidak mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan,
Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
6
yang sehrusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
2.2.2 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena keberuntungan
(misalnya pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan
(suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya.
2.2.3 Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien tapi
tidak timbul cedera
2.2.4Kondisi Potensia Cedera (KPC) adalah kondisi yang berpotensi untuk
menimbulkan cedera tetapi tidak timbul cedera
7
1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
2.3.3 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar:
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari puskesmas.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
2.3.4 Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
1) Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan sakit tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas Sukodono”.
2) Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
8
3) Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
4) Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
2.3.5 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas Sukodono ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan
4) Dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
6) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
Insiden meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC), kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Selain insiden
diatas, terdapat KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau
cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan
perjalanan penyakit atau keadaan pasien yang dikenal dengan kejadian sentinel.
Contoh : Kesalahan pemberian obat yang mengakibatkan syok, bunuh diri pada
pasien rawat inap, embolisme gas intravaskuler yang mengakibatkan
kematian/kerusakan neurologis, kematian ibu melahirkan, kematian bayi “Full-
Term” yang tidak diantisipasi, penculikan bayi, bayi tertukar, perkosaan/tindakan
kekerasan terhadap pasien, staf, maupun pengunjung.
Selain contoh kejadian sentinel diatas terdapat kejadian sentinel yang berdampak
luas/nasional diantaranya berupa kejadian yang sudah terlanjur di “blow up” oleh
media, kejadian yang menyangkut pejabat, slebriti, dan public figure lainnya,
9
kejadian yang melibatkan berbagai institusi maupun fasilitas pelayanan
kesehatan lain, kejadian yang sama yang timbul di berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan dalam kurun waktu yang relative bersamaan, kejadian yang
menyangkut moral, misalnya: perkosaan atau tindakan kekerasan.
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
2.3.6 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1) Memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
1) Memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
10
2.3.7 Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar:
1) Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
11
3) Singkatan terstandar
Gunakan singkatan yang sudah terstandar.
Tulis kata dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.
2.4.3 Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada Pasien
Puskesmas menyusun pendekatan untuk menghindari terjadinya kesalahan
dalam pemberian obat kepada pasien.
Kegiatan yang dilakukan:
1) Membuat kebijakan atau prosedur yang memuat proses identifikasi , pemberian
label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
2) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinisdan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
3) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat.
4) Melakukan orientasi pada staf baru
Obat yg Perlu diwaspadai :
1) Elektrolit konsentrat, misalnya:
• Kalium / potasium klorida (2 mEq/ml atau yang lebih pekat)
• Kalium / potassium fosfat (3 mmol/ml atau lebih pekat)
• Natrium / sodium klorida (lebih pekat dari 0.9%)
• Magnesium sulfat (50% atau lebih pekat)
2) NORUM (Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound
Alike).
2.4.4 Tidak Terjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan
Puskesmas menyusun pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien.
Kegiatan yang dilakukan:
1) Menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
2) Petugas menerapkan dan mencatat prosedur ‘time out” tepat sebelum dimulainya
suatu prosedur/tindakan pembedahan.
Tahap “time out” memungkinkan setiap pertanyaan yang belum terjawab atau
kesimpang-siuran dibereskan.
3) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien.
2.4.5 Tidak Terjadinya Infeksi Akibat Kesalahan Pelayanan
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan:
12
1) Mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum
2) Menerapkan program hand hygiene yang efektif
3) Kebijakan dan / atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
2.4.6 Tidak Terjadinya Pasien Cedera Akibat Terjatuh
Puskemas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
cedera akibat terjatuh.
Kegiatan yang dilakukan:
1) Menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
poengobatan.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
13
BAB III
TATA LAKSANA
14
3.4 Alur Pelaporan
Laporan Kejadian
(2 x 24 jam)
Tangani
Segera
Grading
Kuning / merah
Biru / Hijau
sederhana
Investigasi
RCA
Rekomendasi
15
3.5 Format Register Laporan
Jenis
Nama
Kejadian Nama
Tangga Penerima
Kronologi (KNC, Pelapor RTL TL Evaluasi
l Laporan
KTC, & TTD
& TTD
KTD)
16
3.6 Formulir Pelaporan
A. DATA PASIEN
Nama : ….…………………………..……………………………………
No RM : …………………………….… Ruangan : ……………………
Umur : ……….. Bulan …………. Tahun
Kelompok Umur* : 0 -1 bulan >1 bulan – 1 tahun
> 1 tahun – 5 tahun > 5 tahun – 15 tahun
> 15 tahun – 30 Tahun > 30 tahun – 65 tahun
> 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan
Penanggung Biaya : Umum Lansia
JKN (PBI / NON PBI ) Lain – lain ………..………
Tanggal Masuk : …………………………….. Jam : .…………………….
B. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ……………………………………. Jam : .………..……………
2. Insiden :
…………………………………………………………………………………………
…………….…………………………………………………………………………..
3. Kronologis Insiden :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
17
4. Jenis Insiden* :
Kondisi Potensial Cedera / KPC
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Cedera / KTC
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel
Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendampingan pasien
Pengunjung
Lain – lain
………………………………………………………………………......(sebutkan)
6. Insiden Terjadi Pada* :
Pasien
Lain – lain ………………………………………….
……………………………….(sebutkan)
7. Insiden Menyangkut Pasien :
Pasien rawat inap Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain – lain
…………………………………………………………………………..(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian
………………………………………………………………………………(sebutkan)
9. Unit / Departemen terkait yang menyebkan insiden
Unit kerja penyebab
………………………………………………………………………………(sebutkan)
10. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
Kematian
Cedera Berat
Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
11. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden, dan hasilnya :
…………………………………………………………………………………………
………………………………………….……………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
18
12. Tindakan dilakukan oleh* :
Tim : terdiri dari : ………………………………………………………………
Dokter
Perawat
Petugas lainnya ……………………………………………………………………
13. Apakah insiden yang sama pernah terjadi di Unir Kerja lain ?
Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Menentukan grading pada setiap insiden sangat penting untuk menentukan tindakan
yang akan dilakukan guna mencari solusi dari insiden tersebut.
19
Tabel 3.2 Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Tingkat Deskripsi
Risiko
1 Sangat jarang / Rare (>5 thn/kali)
2 Jarang / Unlikely (2-5 thn/kali)
3 Mungkin / Posible (1-2 thm/kali)
4 Sering / Likely (Beberapa kali/thn)
5 Sangat sering /Almost certain (Tiap minggu/bulan)
20
3.8
21