Anda di halaman 1dari 25

I.

BAB II
ADMINISTRASI DAN ORGANISASI PROYEK DAN SISTEM
PENGENDALI PROYEK
2.1Administrasi Dan Organisasi Proyek
2.1.1 Umum
Pada bab II menjelaskan tentang manajemen proyek, organisasi struktur proyek,
pemberi pekerjaan (proses petunjuk langsung dan pelelangan proyek), unsur-unsur
pelaksana proyek (pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas dan
pelaksana proyek) dan hubungan kerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek (hubungan
kerja secara teknis dan hubungan kerja secara hukum).
2.1.2 Defenisi Manajemen
Manajemen adalah proses kegiatan mencapai tujuan oleh seorang pemimpin
melalui kerja sama dengan orang lain dan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk
mencapai tujuan. Hal ini dapat dikonsepkan seperti pada Gambar 2.1 dibawah ini.

INPUT PROSES TRANSFORMASI OUTPUT

KENDALI

Gambar 2.1. Konsep Manajemen


Sumber: Bahan Ajar Manajemen Proyek, Ir. Laurensius Lulu, MM

Penjelasan dari Gambar 2.1 adalah sebagai berikut :


a. Input adalah sumber daya yang akan digunakan, terdiri dari proses kerja setiap
Item
b. Proses transformasi adalah proses kegiatan dalam mengelolah input menjadi
output dengan cara yang efektif dan efisien.
c. Output adalah tujuan yang telah ditetapkan.
d. Kendali adalah seorang pemimpin melalui cara-cara pemikiran yang ilmiah.
Ada beberapa rangkaian kegiatan manajemen adalah antara lain:
a. Perencanaan(planning): suatu proses kegiatan pemikiran, dugaan dan penentuan
yang harus dilakukan secara umum sebelum pelaksanaan tindakan yang benar

II-1
dalam rangka mengarahkan tujuan dan sasaran organisasi dan juga memaparkan
tentang kebutuhan penggunaan tenaga kerja pada setiap Item pekerjaan
b. Pengorganisasian(organizing): proses penyusunan pembagian kerja ke dalam
unit-unit kerja dan fungsi serta penetapan yang menyangkut hubungan wewenang
dan tanggung jawab dalam suatu pekerjaan.
c. Pendorong(actuating): proses kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan
mendorong semangat kerja serta kerelaan kerja para karyawan, misalnya
kenaikan pangkat, pendidikan, pengembangan karier, penambahan pengalaman,
sistem upah dan gaji yang wajar, tunjangan, perumahan, kendaraan, jaminan
kesehatan, cuti dan lain-lain.
d. Pengendalian(controlling): rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk
mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian(evaluasi) untuk
menjamin bahwa tujuan dapat tercapai.
2.1.3 Defenisi Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan terencana yang melibatkan berbagai pihak dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dengan batas waktu yang
telah ditentukan.(Abrar Husen, 2009) Suatu proyek dapat berjalan sukses apabila
memenuhi beberapa alasan sebagai berikut:
a. Tepat waktu
Berdasarkan waktu yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek, kontraktor dapat
menyusun rencana kerja termasuk target produksi sehingga dapat disusun rencana
peralatan yang meliputi jumlah dan jadwal peralatan yang digunakan, rencana
penggunaan tenaga kerja dan material.
 Manfaat tepat waktu bagi pemilik proyek adalah sebagai berikut:
1. Proyek dapat dimanfaatkan sesuai rencana.
2. Mempercepat pengembalian investasi
3. Rencana selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik.
 Manfaat tepat waktu bagi kontraktor adalah sebagai berikut:
1. Rencana pengeluaran untuk overhead sesuai dengan rencana sehingga
mengurangi profit.
2. Mendapat nama baik(performance) sehingga akan memperoleh kepercayaan
untuk pekerjaan selanjutnya.
3. Investasi yang dikeluarkan untuk peralatan dan lain-lain dapat dijadwalkan
sesuai rencana.

II-2
4. Tenaga kerja dan peralatan dapat digunakan untuk pekerjaan lain sehingga
memperoleh pemasukan.

b. Tepat kualitas
Kualitas pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak(spesifikasi atau rencana kerja dan syarat-syarat).
 Manfaat tepat kualitas adalah sebagai berikut:
1. Umur rencana pekerjaan dapat dipenuhi.
2. Mempengaruhi performance perusahaan.
3. Keuntungan bagi pemakai karena biaya pemeliharaan tidak terlalu besar.
c. Tepat Kuantitas
Tepat kuantitas hasil akhir pekerjaan tidak jauh berbeda dari total kuantitas yang telah
direncanakan.
 Manfaat tepat kuantitas adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan dapat diselesaikan dengan biaya yang sudah direncanakan.
2. Aman dari pemeriksaan pihak eksternal.
3. Tidak ada yang dirugikan karena biaya total proyek dapat dikendalikan.
d. Tertib administrasi
Seluruh hasil akhir pekerjaan dapat didukung oleh administrasi yang lengkap seperti
surat menyurat, laporan harian, mingguan, bulanan, berita acara, bukti-bukti
pembayaran dan lain-lain.
 Manfaat tertib administrasi adalah sebagai berikut:
1. Seluruh pekerjaan fisik dapat didukung oleh laporan administrasi yang lengkap.
2. Memudahkan pemeriksaan baik yang bersifat ekstern maupun intern.
3. Menghindari kebocoran biaya.
e. Memperoleh profit atau keuntungan yang wajar
Organisasi komersial selalu mengutamakan profit atau keuntungan dalam
melaksanakan kegiatan. Maksud memperoleh profit atau keuntungan yang wajar
adalah perusahaan boleh mendapatkan keuntungn tanpa mengesampingkan tujuan
penyelenggaraan proyek yaitu : tepat waktu, tepat kualitas, tepat kuantitas dan tertib
administrasi.
 Manfaat dari keuntungan adalah sebagai berikut:
1.Agar perusahaan dapat berkembang
2.Untuk ekspansi
3.Untuk investasi

II-3
4.Memuaskan pemilik perusahaan atau pemegang saham
Jadi manajemen proyek adalah kegiatan mengatur pelaksanaan suatu pekerjaan
secara terencana dan terorganisir dengan melibatkan sumber daya yang ada dan dalam
batas waktu tertentu untuk keberhasilan suatu pekerjaan.
Manajemen biaya proyek dalam industri konstruksi dimulai dengan penerimaan
gagasan atau suatu bangunan atau proyek rekayasa oleh pemilik proyek. Gagasan ini
mungkin berdasarkan keinginan pribadi pemilik proyek atau untuk kepentingan politik
maupun sosial. Dalam kasus keinginan pribadi pemilik proyek, hasrat membangun
didorong oleh kepentingannya untuk mendapatkan keuntungan sebagai hasil akhir,
sedangkan bagi pihak pemerintah ada alasan mendasar lainnya yang menghendaki agar
proyek tersebut dibangun dan kelayakan keuangan akan diperkirakan dengan kriteria
yang sesuai.
2.1.4 Pemberian Pekerjaan
Pada pelaksanaan proyek Peningkatan Jalan dengan Konstruksi HRS-Base Lokasi
Jalan lingkar Pulau Semau, didahului dengan tahap pemberian pekerjaan oleh pihak
pengguna jasa dengan dua cara yaitu:
 Proses penunjukan langsung terhadap konsultan perencana dan pengawas
 Proses pelelangan terhadap pelaksana atau kontraktor
2.1.5 Proses Penunjukan Langsung
Pola penunjukkan langsung ini dilakukan terbatas hanya pada satu penyedia jasa
dengan cara melakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun harga kontrak.
Penunjukan perencanaan dan pengawasan pada proyek Peningkatan Jalan
dengan Konstruksi HRS-Base Lokasi Di Pulau Semau dilakukan mengunakan sistem
penunjukan langsung. Pada proyek tersebut yang ditunjuk sebagai konsultan perencana
dan konsultan pengawas adalah PT.BUANA ARCHICON.
2.1.6 Proses Pelelangan
Proses pelelangan adalah proses untuk menyeleksi, mengundang, mengevaluasi,
serta menetapkan tekanan pelaksana suatu yang dianggap mampu untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut dan sesuai dengan bidang pekerjaannya. Tujuannya adalah pemilik
proyek(owner) dapat memilih perusahaan jasa konstruksi untuk mengerjakan dan
merealisasikan pekerjaan fisik dari proyek yang bersangkutan. Keuntungannya adalah
pemilik mempunyai lebih banyak pilihan terhadap pihak yang dianggap layak untuk
melakukan pekerjaannya. Kerugiannya adalah ketentuan yang diberlakukan untuk proses
pelelangan ini yaitu pekerjaan memiliki resiko yang tinggi. Kontraktor/pelaksana pada

II-4
proyek peningkatan jalan dengan konstruksi HRS-Base lokasi di Pulau Semau adalah
PT. Adisti Indah.
2.1.7 Jenis-jenis Kontrak
Kontrak proyek infrastruktur dapat diuraikan seperti dibawah ini:
1. Build Operate Transfer (BOT)
Suatu rancangan kontrak di mana sektor swasta membangun suatu fasilitas dengan
biaya sendiri, lalu mengoperasikannya dan memungut pembayaran terhadap penggunaan
fasilitas, lalu sektor swasta mengalihkannya kepada pemerintah setelah kurun waktu
tertentu yang telah disepakati.
2. Build Transfer Operate (BTO)
Suatu rancangan kontrak di mana sektor swasta membangun suatu fasilitas, yang
setelah selesai dialihkan kepada pemerintah sebagai pemilik yang kemudian
mengoperasikan fasilitas tersebut.
3. Build Own Operate (BOO)
Suatu rancangan kontrak di mana pihak swasta membangun suatu fasilitas dengan
biaya sendiri, mengoperasikannya dan memungut pembayaran terhadap penggunaan
fasilitas tersebut.
2.2 Unsur-Unsur Pelaksanaan Proyek
Unsur pelaksanaan proyek merupakan faktor utama dalam merealisasikan
kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di suatu proyek. Orang/badan yang
membiayai, merencanakan dan melaksanakan bangunan tersebut disebut unsur-unsur
pelaksanaan proyek konstruksi. Unsur-unsur pelaksana pembangunan yang terlibat
dalam kegiatan pembangunan yaitu owner, konsultan perencana, kontraktor/pemborong,
dan konsultan pengawas. Setiap unsur yang terlibat harus mampu berinteraksi dengan
baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan wewenang
dan fungsinya masing–masing agar sasaran pelaksanaan dapat tercapai sebagaimana
diharapkan.
2.2.1 Pemiliki Proyek (Owner)
Pemberi tugas(pemilik proyek) adalah seseorang atau badan hukum atau instansi
yang memiliki proyek dan memberikan kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya
sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Pemilik proyek pada proyek Peningkatan Jalan
dengan Konstruksi HRS-Base Lokasi di Pulau Semau adalah Pemerintah Kota Kupang-
Dinas Pekerjaan Umum.
Untuk merealisasi proyek, pemilik proyek mempunyai kewajiban pokok yaitu
menyediakan dana untuk membiayai proyek. Tugas dan wewenang pemilik proyek pada

II-5
proyek peningkatan jalan dengan konstruksi HRS-Base lokasi di Pukau Semau adalah
sebagai berikut:
a. Tugas pemilik proyek atau owner
Tugas-tugas pemilik proyek atau owner adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksana pekerjaan proyek
2. Mengadakan kegiatan adminstrasi proyek
3. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek
4. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau menejemen
konstruksi (MK)
5. Menerima proyek yang sudah diselesaikan oleh kontraktor.
b. Wewenang pemilik proyek
Tugas-tugas wewenang pemilik proyek adalah sebagai berikut:
1. Membuat surat perintah kerja (SPK)
2. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan
3. Meminta pertanggung jawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan
konstruksi
4. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat
melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak. Misalnya
pelaksanaan pembangunan dengan bentuk dan material yang tidak sesuai dengan
(RKS).
2.2.2 Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan
lengkap dari suatu pekerjaan bangunan. Perencana dapat berupa perseorangan atau
kelompok yang berbadan hukum yang bergerak dibidang perencana pekerjaan bangunan.
Yang dimaksud dengan badan hukum yaitu badan yang mempunyai akta notaris.
Konsultan perencanan pada proyek peningkatan jalan dengan konstruksi HRS-Base
lokasi di Pulau Semau adalah PT.BUANA ARCHICON
Tugas dan wewenang konsultan perencana pada proyek peningkatan jalan
dengan Konstruksi HRS-Base lokasi di Pulau Semau adalah sebagai berikut:
a. Tugas konsultan perencana
Tugas-tugas konsultan perencana adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik bangunan
2. Membuat gambar kerja pelaksana
3. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai
pedoman pelaksanaan

II-6
4. Membuat rencana anggaran biaya bangunan
5. Memproyeksi keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik kedalam desain bangunan.
6. Melakukan perubahan desain bila penyimpangan pelaksanaan pekerjaan
dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud diwujudkan
7. Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi kegagalan
konstruksi
b. Wewenang konsultan perencana
Tugas-tugas wewenang kolsultan perencana adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana bangunan
yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana
2. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan
2.2.3 Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas adalah perseorangan atau lembaga yang berbadan hukum,
yang ditunjuk oleh pemilik proyek untuk mengawasi, menjalankan fungsi kontrol, dan
mengarahkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan oleh perencana. Konsultan pengawas pada proyek peningkatan jalan dengan
konstruksi HRS-Base lokasi di Pulau Semau adalah PT.BUANA ARCHICON
Tugas dan wewenang konsultan pengawas dalam pelaksanaan proyek
peningkatan jalan dengan konstruksi HRS-Base lokasi di Pulau Semau adalah sebagai
berikut :
a. Tugas konsultan pengawas
Tugas-tugas konsultan pengawas adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
2. Melakukan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik
proyek
4. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek
maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
5. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai
pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang diusulkan oleh
kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman
pada kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.

II-7
b. Wewenang konsultan pengawas
Wewenang konsultan pengawas adalah sebagai berikut:
1. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja
2. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksanaan proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan
3. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek serta berhak memeriksa
gambar shop drawing pelaksana proyek
4. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site instruktion)
5. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan
kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
2.2.4 Pelaksanaan (Kontraktor)
Pelaksana adalah suatu badan usaha atau badan hukum yang bergerak dalam
bidang jasa konstruksi sesuai dengan keahlian dan kemampuanya yang mempunyai
tenaga ahli teknik dan peralatan. Berdasarkan dari hasil pelelangan, kontraktor
pelaksanaan pada proyek tersebut dimenangkan oleh PT. Adisti Indah
Tugas dan wewenang kontraktor pada pekerjaan peningkatan jalan dengan
konstruksi HRS-Base lokasi di Pulau Semau mempunyai hak dan kewajiban untuk:
1. Melaksanakan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak kerja, baik dari segi
scheduling pelaksanaan maupun masa pemeliharaan.
2. Mematuhi dan melaksanakan segala petunjuk yang diberikan oleh Direksi.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pelaksana harus membuat dan
menyerahkan gambar kerja (shop drawing) serta metode kerja.
4. Menyediakan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang diperlukan sesuai
dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah ditentukan dengan
memperhatikan, biaya pelaksanaan, waktu pelaksanaan, kualitas pekerjaan,
kuantitas pekerjaan dan keamanan kerja.
5. Membuat laporan kerja kepada pemberi tugas, berupa :
 Laporan Harian, yang berisi segala sesuatu menyangkut pelaksanaan pada
hari kerja meliputi item pekerjaan yang dikerjakan, tenaga kerja yang ada,
bahan yang digunakan, keadaan cuaca, dan hal lain yang dianggap perlu
untuk dicatat.

II-8
 Laporan mingguan, yang berisi rangkuman laporan harian dan kemajuan
pekerjaan, serta evaluasi terhadap target kerja.
 Laporan bulanan, yang merupakan rekapan dari laporan mingguan.
 Bertangung jawab atas kualitas dan mutu pekerjaan.
 Membayar ganti rugi akibat kecelakaan yang terjadi pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
 Berhak menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaaan yang telah selesai
dari pemberi tugas dengan kesepakatan yang tercantum dari kontrak kerja.
2.2.5 Struktur Organisasi Pelaksana (Kontraktor)
Kontraktor Pelaksana perlu menyusun sebuah struktur orgnisasi yang didalamnya
tercantum alur-alur pemberian perintah kerja atau tugas pada masing-masing jabatan
untuk bekerja dengan maksimal dan tidak terjadi overlap tanggung jawab. Untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor pelaksana dibantu oleh sub-sub kontraktor
yang ditunjuk oleh kontraktor pelaksana yang berupa perorangan maupun badan hukum.
Gambar 2.2 menunjukan struktur organisai kontraktor pelaksana PT. Adisti Indah . Struktur
organisasi pelaksanaan atau kontraktor adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana PT. Adisti Indah


Sumber: PT.Adisti Indah

A. Direktur
Nama Jabatan : Direktur
Tujuan Umum Jabatan : Pemimpin perusahaan
Tugas :
 Pengambil keputusan tertinggi dalam perusahaan

II-9
 Membuat keputusan dan kebijakan atas semua masalah atau persoalan yang
dihadapi oleh level yang dibawahnya
 Melaksanakan menejemen perusahaan
 Penanda tanganan terhadap seluruh yang berhubungan dengan kontrak kerja
Tanggung Jawab:
 Bertanggung jawab secara umum atas semua kegiatan dan sebab akibat yang
dilakukan sehubungan perusahaan yang dipimpin
B. Manager Kendali Mutu
Nama Jabatan : Menejer Kendali Mutu
Tujuan Umum Jabatan :
 Memimpin dan mengkoordinasi semua pelaksanaan pekerjaan yang berkaitang
dengan mutu atau kualitas pekerjaan.
Tugas :
 Pembinaan personil dilapangan untuk meningkatkan SDM
 Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan proyek yang
diberikan oleh pemilik proyek
 Memimpin dan mengarahkan semua kegiatan sesuai rencana
Tanggung Jawab :
 Terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan agar berjalan sesuai rencana
 Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan proses penagihan.
Menyiapkan metode kerja, bahan,alat dan tenaga kerja yang tepat
C. Manager Proyek
Nama Jabatan : Menejer Kendali Mutu
Tujuan Umum Jabatan :
 Memimpin dan mengkoordinasi semua pelaksanaan pekerjaan agar berjalan tepat
waktu, tepat biaya dan tepat mutu.
Tugas :
 Pembinaan personil dilapangan untuk meningkatkan SDM
 Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan proyek yang
diberikan oleh pemilik proyek
 Memimpin dan mengarahkan semua kegiatan sesuai rencana
Tanggung Jawab :
 Terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan agar berjalan sesuai rencana

II-10
 Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan proses penagihan.
 Menyiapkan metode kerja, bahan,alat dan tenaga kerja yang tepat\
D. Pelaksana Lapangan
Nama Jabatan : Pelaksana Lapangan
Tujuan Umum Jabatan :
 Melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan langsung dengan Pekerjaan di
lapangan

Tugas :
 Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan harian
pada pelaksanaan laporan harian.
 Melakukan koordinasi dengan mitra usaha di lapangan.
 Melakukan Evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
 Menyiapkan tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tugas tenaga kerja tiap
harinya.
 Merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3)
 Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan pekerjaan di lapangan.
 Melakukan koordinasi dengan bagian administrasi dan keuangan
 Melakukan koordinasi pekerjaan dari pihak pemilik proyek.
 Memelihara bukti – bukti kerja
Tanggung Jawab :
 Bertanggung jawab kepada GS dan terhadap bahan, alat setra atas penyelesaian
keseluruhan maupun terhadap kebutuhan perhari.
 Membuat laporan periodik kepada koordinator pelaksana
 Memahami gambar kerja dan spesifikasi teknik sebagai pedoman dalam
memimpin pelaksanaan kerja dilapangan
 Memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan memperhatikan biaya,
mutu dan waktu.
E. Petugas K3 Konstruksi
Nama Jabatan : Petugas K3 Konstruksi
Tujuan Umum Jabatan :
 Untuk menyusun program K3 serta penerapannya dalam proyek konstruksi

II-11
Tugas :
 Menerapkan ketentuan peraturan perundang – undangan tenteng dan terkait K3
konstruksi
 Mengevaluasi dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
 Mengevaluasi program K3
 Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
Tanggung Jawab :
 Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program,
prosedur kerja dan instruksi kerja K3
 Melakukan evalusi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis
K3 konstruksi
 Mengevaluasi perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
 Mengevaluasi penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
keadaan darurat.
F. Menejer Administrasi Keuangan
Nama Jabatan : Administrasi dan Keuangan
Tujuan Umum Jabatan :
 Untuk mengatur manajemen dalam pelaksanaan bidang keuangan, logistik dan
administrasi umum..
Tugas :
 Bertanggung jawab kepada GS terhadap administrasi logistik dan keuangan
proyek
Tanggung Jawab :
 Menyelenggarakan tata usaha surat menyurat dan tata usaha pimpinan
 Membuat laporan keuangan administrasi dan logistik proyek, ikut manajemen
penggunaan uang dan logistik
 Menyelesaikan tata usaha perjalanan dinas dan pemeliharaan kendaraan
bermotor
 Menyelenggarakan verifikasi bukti pembayaran dan melakukan pembayaran
kepada pihak yang terkait
 Melakukan koordinasi terhadap seluruh komponen proyek yang terkait bidangt
keuangan dan logistik
 Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian di proyek
 Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan (berkala)

II-12
 Memelihara bukti – bukti kerja

2.3. Hubungan Kerja Secara Teknis Antara Pemilik proyek,Konsultan dan


Kontraktor

Secara teknis hubungan kerja merupakan hubungan antara pihak-pihak yang


terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek antara pemilik proyek, konsultan perencana,
konsultan pengawas dan kontraktor atau pelaksana, terjadi suatu hubungan vertikal.
Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemilik proyek kepada
konsultan perencana. Berdasarkan penunjukan
pengawasan oleh pemilik proyek, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada
konsultan pengawas. Dalam pelaksanaan di lapangan konsultan pengawas berkuasa
penuh untuk menegur pelaksana/kontraktor jika pekerjaan yang dilaksanakan
bertentangan dengan bestek dan rencana kerja dan syarat (RKS) yang ada, baik secara
tulisan maupun lisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguran-teguran tersebut
diabaikan oleh pelaksana, maka konsultan pengawas dapat menghentikan seluruh
pekerjaan baik untuk sementara waktu maupun seterusnya.
Beda halnya dengan konsultan perencana, konsultan perencana tidak dapat
menegur atau memerintah pelaksana atau kontraktor secara langsung di lapangan tanpa
melalui konsultan pengawas. Hal ini disebabkan karena diantara konsultan perencana
dan kontraktor/pelaksana tidak ada hubungan kerja. Sebaliknya antara konsultan
perencana dan konsultan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi.
Dalam pelaksanaan proyek Peningkatan Jalan dengan Konstruksi HRS-Base
Lokasi di Pulau Semau , hubungan kerja antara pihak-pihak organisasi dikelompokan
menjadi dua kelompok :
a. Hubungan kerja secara teknis
b. Hubungan kerja secara hukum

Untuk lebih jelasnya, hubungan kerja secara teknis dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

II-13
Pemilik Proyek

Konsultan Pengawas Konsultan Perencana

Keterangan
= Garis perintah
Kontraktor/Pelaksana
= Garis konsultasi

Gambar 2.3 Hubungan Kerja Secara Teknis


Sumber: Bahan Ajar Manajemen Proyek, Ir. Laurensius Lulu, MM

2.3.1 Hubungan Kerja Secara Hukum


Dalam hubungan kerja secara hukum, masing-masing pihak mempunyai
kedudukan yang terikat secara hukum (kontrak). Masing-masing pihak dalam
melaksanakan tugas haruslah sesuai dengan kedudukkanya dan tidak boleh menyimpang
dari kontrak. Untuk lebih jelas kedudukkan masing-masing secara hukum dapat dilihat
pada Gambar 2.4. berikut:

Memberi jasa Memberi jasa

Membayar jasa Pemilik Proyek Membayar jasa


Membayar jasa
Memberi jasa

Kontrak kerja Kontrak kerja


Kontrakkerja

Konsultan Konsultan
Pengawas Perencana

Kontraktor/
Pelaksana

Gambar 2.4 Hubungan Kerja Sama Secara Hukum


Sumber: Bahan Ajar Manajemen Proyek, Ir. Laurensius Lulu, MM

2.4 Sistem Pengendalian Proyek


2.4.1 Umum
Pengendalian merupakan suatu rangkaian kegiatan manajemen melalui
pengawasan dan penilaian (evaluasi) serta penentuan terhadap suatu keperluan
perbaikan (korektif).
Pelaksanaan suatu proyek memerlukan sistem manajemen sebagai pengatur
sumber daya yang ada. Untuk itu, perlu adanya suatu relasi seimbang antara sumber
daya yang diwujudnyatakan dalam tingkatan pengendalian proyek melalui perpaduan
pemikiran ilmiah dan praktis untuk menghasilkan ketepatan mutu dan waktu. Adapun
sumber daya yang menjadi sasaran dari sistem pengendalian proyek antara lain:
1. Man (manusia/tenaga kerja)

II-14
2. Materials (material)
3. Machines (peralatan)
4. Money (biaya/uang)
5. Time (waktu)
2.4.2. Sistem Pengendalian Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan suatu faktor pendukung terciptanya suatu kegiatan
proyek. Adanya kerja sama atau kekompakkan baik antara sesama tenaga kerja maupun
antara tenaga kerja dan pimpinan akan lebih mudah mewujudkan kelancaran pada sistem
pengendalian proyek.
Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan volume dan jenis pekerjaan
pada hari pelaksanaan sehingga tidak terjadi kelebihan atau pun kekurangan tenaga
kerja. Sistem pengendalian tenaga kerja dalam proyek ini meliputi :
1. Penempatan tenaga kerja pada jenis pekerjaan sesuai dengan ketrampilan yang
dimiliki.
2. Pengaturan jumlah tenaga kerja sehingga terjadi keseimbangan pada semua jenis
pekerjaan (tidak berlebihan pada pekerjaan tertentu dan kekurangan pada
pekerjaan lain).
3. Penempatan jumlah tenaga kerja berdasarkan volume pekerjaan pada hari
pelaksanaan.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa sistem pengendalian tenaga kerja untuk
proyek ini baik, karena secara langsung tidak diatur oleh mandor maupun pengawas.
2.4.3. Sistem Pengendalian Material
Dari hasil pengamatan di lapangan di ketahui bahwa material yang di gunakan
pada pekerjaan proyek ini berupa material lokal maupun non-lokal, material lokal terdiri
dari pasir, batu dan tanah putih. Semua material tersebut di peroleh langsung dari tempat
penambangan yaitu semua berasal dari satu lokasi Takari dan Sikumana disamping itu
untuk pengadaan agregat, filler serta prokdusi aspal panas juga berasal dari AMP sendiri
yaitu AMP PT. Bumi Indah. Sedangkan material non-lokal terdiri dari semen, besi beton,
paku, kawat ikat, kawat beton, dan lain-lain diperoleh dari toko-toko bangunan yang ada
di kota Kupang sedangkan aspal di datangkan langsung dari Surabaya. Sesuai
pembahasan di atas bahwa di lokasi proyek ini dilengkapi dengan besecamp akan tetapi
material-material non-lokal tersebut di distribusikan secara bertahap dari lokasi
penambangan melihat dari kemajuannya pekerjaan. Untuk material lokal di datangkan
terlebih dahulu sebelum pekerjaan di mulai, mengingat karena material tersebut harus di
cek kualitasnya sebelum dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan pada proyek. .

II-15
2.4.4. Sistem Pengendalian Peralatan
Penggunaan peralatan pada suatu pelaksanaan konstruksi jalan baik dalam
pekerjaan skala besar maupun skala kecil peralatan yang dimaksudkan disini adalah
peralatan yang digunakan untuk mendukung atau proses penyelesaian proyek
peningkatan jalan dengan konstruksi HRS-Base lokasi di Pulau Semau .
Adapun klasifikasi peralatan adalah sebagai berikut :
1. Alat pengangkut atau transportasi yaitu dump truck yang mengangkut material dari
sumber ke lokasi proyek dengan kapasitas 7m3 – 10 m3.
2. Alat pembentuk permukaan Motor Grader digunakan untuk meratakan bagian
dasar atau bagian permukaan tanah.
3. Vibrator Roller sebagai pemadat
4. Alat Penggali Exavator adalah alat berfungsi ganda yaitu alat untuk menggali,
mengangkat dan memuat material.
5. Wheel Loader adalah alat pemuat, mengisi, memindahkan material pada jarak
pendek
6. Water Tanker berfungsi untuk penyiraman
7. Paving Set untuk penghamparan aspal
8. AMP (Asphalt Mixing Plant) untuk produksi bahan.
Sistem pengendalian peralatan pada proyek ini adalah sebagai berikut :
1. Peyimpanan peralatan pada tempat tertentu sehingga memudahkan tenaga kerja
dalam menggunakannya.
2. Pemeliharaan peralatan baik kebersihan maupun keutuhannnya sehingga masih
dapat digunakan pada item pekerjaan yang lain.
Dalam pengamatan di lokasi pekerjaan sistem pengendalian alat kurang
maksimal, hal ini terlihat kurangnya alat angkut material (Dump Truck), sehingga sering
kali terjadi keterlambatan pekerjaan di lapangan.
2.4.5. Sistem Pengendalian Biaya/Upah
Upah/gaji bagi para tenaga merupakan imbalan atas jasa yang telah diberikan
sekaligus dapat memotivasi semangat kerja. Upah tersebut diberikan dalam tiga bentuk
berdasarkan kesepakatan antara kepala proyek dengan tenaga kerja.
1. Pembayaran Upah Harian
Pada sistem ini, tenaga kerja dibayar dua kali sebulan atau satu kali dalam dua
minggu yaitu pada pertengahan dan akhir bulan berdasarkan waktu kerja selama sehari,
ketrampilan, tanggung jawab dan jenis pekerjaan.
1. Keuntungan :

II-16
a. Kontraktor bisa membayar upah sesuai dengan upah minimum regional (UMR),
dimana kontraktor lebih bebas menentukan besar upah potensial yang
menguntungkan atau berdasarkan evaluasi kerja harian.
b. Kontraktor bebas menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja sesuai
kebutuhan.
2. Kerugian :
a. Tenaga kerja cenderung mengulur-ulur waktu penyelesaian sehingga biaya dari
kontraktor semakin bertambah.
b. Tenaga kerja tidak merasa bertanggung jawab atas pekerjaannya.
c. Tenaga kerja sering tidak mengikuti prosedur kerja yang sesuai dengan direksi
pekerjaan.
2. Pembayaran Upah Borongan
Sistem ini dilakukan untuk memperlancar dan mengoptimalkan waktu pekerjaan
guna mengejar target. Kontraktor akan membayar upah pekerjaan jika pekerjaan telah
selesai sesuai dengan perjanjian.
1. Keuntungan :
a. Tenaga kerja bekerja dengan penuh tanggung jawab.
b. Target pekerjaan tercapai dengan optimal.
2. Kerugian :
a. Kurangnya pengawasan yang baik.
b. Tenaga kerja cenderung mengabaikan mutu pekerjaan.
3. Pembayaran Upah Bulanan
Sistem ini diterapkan pada tenaga kerja tetap dengan waktu kerja yang lama,
dan upah yang diberikan tergantung pada masa kerja atau keahlian tenaga kerja tersebut.
1. Keuntungan :
a. Adanya keterikatan antara kepala proyek dan tenaga kerja karena upah akan
dibayar setelah satu bulan kerja sehingga keuangan lebih diatur dengan baik.
b. Tenaga kerja akan bekerja dengan penuh tanggung jawab.
2. Kerugian :
a. Kepala proyek tetap memberikan upah sesuai kesepakatan walaupun tidak
sesuai dengan waktu pekerjaan.
b. Tenaga kerja cenderung memanipulasi waktu kerja jika tidak diawasi dengan
baik.
c. Upah tenaga kerja lebih besar jika waktu penyelesaian tidak diawasi dengan
baik.

II-17
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada proyek ini, pembayaran upah
dilakukan dengan cara pembayaran upah harian dan bulanan.
2.4.6 Sistem Pengendalian Waktu
Sasaran manajemen suatu proyek yakni perencanaan dan pengaturan sumber
daya yang berpedoman pada waktu atau jadwal pelaksanaan yang disusun. Sistem
pengendalian waktu bertujuan untuk mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek
sehingga target pekerjaan dapat tercapai sesuai rencana. Sesuai dengan pengamatan
yang dilakukan selama masa praktek di lapangan, pembagian waktu kerja dilaksanakan
dari hari senin sampai hari sabtu (tidak termasuk hari libur kalender) dengan rincian
sebagai berikut :
1. Pukul 08.00 – 12.00 (waktu kerja).
2. Pukul 12.00 – 13.00 (waktu istirahat dan makan siang).
3. Pukul 13.00 – 17.00 (waktu kerja)
2.4.7. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja
sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi
proyek dan progress waktu untuk penyelesaian proyek.
Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat seperti berikut :
1. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan atau kegiatan mengenai batas-
batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.
2. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan
reality dalam penentuan lokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu.
3. Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.
4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan proyek
dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.
5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan merupakan sarana dalam
pengendalian proyek.
Dalam pekerjaan peningkatan jalan dengan konstruksi HRS-Base ini sistem
pengendalian waktu disesuaikan dengan waktu kerja, akan tetapi sebagaimana diketahui
kondisi optimum bekerja tidak sama persis dengan apa yang telah direncanakan dalam
waktu rencana kerja (time schedulle) tersebut. Selain waktu di atas, terdapat waktu
tambahan pekerjaan atau waktu lembur. Waktu tersebut berupa tambahan hari kerja pada
hari Minggu dan dapat juga berupa tambahan jam kerja setelah selesai waktu kerja.
Dengan kata lain biasanya dikatakan lembur. Dalam pelaksanaannya, waktu kerja ini

II-18
dilaksanakan dengan baik walaupun kadang terdapat kesulitan-kesulitan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tidak disiplin dengan waktu kerja, kelelahan,
cuaca, dan lain-lain.
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan dengan konstruksi
HRS-Base yang berlokasi di Pulau Semau oleh PT. Adisti Indah adalah 300 hari
kalender.

2.5. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)


LPSE atau Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah penyelenggara sistem
elektronik pengadaan barang/jasa pemerintah. LPSE sendirii mengoperasikan system e-
procurement bernama SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) yang dikembangkan
oleh LKPP. LPSE sering dirancukan dengan sistem e-procurement (pengadaan secara
elektronik).

LPSE merupakan unit yang dibentuk oleh sebuah instansi untuk mengoperasikan
sistem e-procurement SPSE. Pada awalnya LPSE hanya sebagai tim ad hoc yang
dibentuk oleh kepala instansi (gubernur, wali kota, menteri). Pada perkembangan
selanjutnya, sebagian instansi telah mendirikan LPSE secara struktural seperti
di Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi
Sumatera Barat. Pada proses pengadaan LPSE hanya sebagai fasilitator yang tidak ikut
dalam proses pengadaan. Pelaksanaan proses pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh
panitia pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan/ULP.

LPSE tidak hanya melayani pengadaan dari instansi tempat LPSE tersebut
berada. LPSEKementerian Keuangan misalnya, memfasilitasi pengadaandari LKPP, KPK,
Komisi Yudisial, dan PPATK. Hal serupa juga terjadi di LPSE-LPSE lain seperti di LPSE
Universitas Diponegoro, LPSE Provinsi Jawa Barat, LPSE Provinsi Sumatera
Barat, LPSEKotaYogyakarta,dan LPSE Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Pada awalnya LPSE hanya sebagai tim ad hoc yang dibentuk oleh kepala instansi
(gubernur, wali kota, menteri). Pada perkembangan selanjutnya, sebagian instansi telah
mendirikan LPSE secara struktural seperti di Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Sumatera Barat. Pada proses pengadaan
LPSE hanya sebagai fasilitator yang tidak ikut dalam proses pengadaan. Pelaksanaan
proses pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh panitia pengadaan atau Unit Layanan
Pengadaan/ULP.

II-19
Pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa
yang telah mendaftar pada SPSE dan kemudian menyampaikan penawaran
sampai dengan waktu yang telah ditentukan.
2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melaluisistem katalog
elektronik.

2.5.1. Sistem Pengadaan Secara Elektronik

SPSE merupakan aplikasi e-procurement yang dikembangkan oleh LKPP untuk


diterapkan oleh instansi-instansi pemerintah di seluruh Indonesia. Instansi pemerintah di
Indonesia sangat beraneka ragam begitu pula dengan anggaran yang mereka miliki. Ada
instansi daerah yang memiliki anggaran lebih dari 7 trilyun dan ada pula yang hanya
puluhan hingga ratusan miliar saja per tahun. Kondisi ini menjadi pertimbangan LKPP
dalam mengembangkan sistem e-procurement SPSE.

SPSE dikembangkan dengan semangat free license. Instansi dengan anggaran


yang terbatas tetap dapat menerapkan SPSE karena tidak diperlukan biaya lisensi kecuali
pembelian server dan sewa akses internet. SPSE dikembangkan
menggunakan Java dan database PostgreSQL sehinggadapat berjalan diPlatform Linux.
SPSE dikembangkan sejak tahun 2006 dengan mengacu business process yang tertuang
pada Kepres nomor 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Dalam mengembangan SPSE, LKPP melibatkan instansi-instansi terkait


yaitu Lembaga Sandi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Lembaga Sandi Negara mengembangkan Aplikasi Pengaman Dokumen
(APENDO).Dokumen penawaran dari peserta lelang di denkripsi dan didekripsi menggun
akan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO).Sub system e-audit dikembangkan
bekerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang
memungkinkan SPSE mengeluarkan informasi detail tentang proses lelang untuk keperlu
an audit.

2.5.2. Keanggotaan peserta Pelelangan Dalam LPSE


Untuk dapat mengikuti proses pengadaan barang/jasa secara elektronik,
penyedia barang/jasa harus mendaftar secara online pada website LPSE kemudian

II-20
mengikuti proses verifikasi dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan. Adapun
aturan mengenai keanggotaan pengguna LPSE adalah sebagai berikut:
1. Registrasi Pengguna
a. PPK/Panitia/Pokja ULP mengajukan permintaan untuk mendapatkan kode
akses (user id dan password) kepada pengelola LPSE bagi PPK/Panitia/Pokja ULP
suatu paket pekerjaan tertentu dengan menunjukan surat Keputusan penunjukan
sebagai panitia pengadaan 15 dari Pengguna Anggaran
(PA)/KuasaPenggunaAnggaran(KPA).
b. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran secara online pada website
LPSE dan selanjutnya mengikuti proses verifikasi dokumen pendukung yang
dipersyaratkan oleh LPSE
c. Dengan membuat dan/atau mendaftar sebagai peserta lelang pada paket
pekerjaan dalam SPSE, maka PPK/Panitia/Pokja ULP dan Penyedia barang/jasa telah
memberikan persetujuannya pada Pakta Integritas. Dimana Pakta integritas adalah surat
pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan
nepotisme dalam pengadaan barang/jasa.
2. Persyaratan Registrasi Pengguna
a. PPK/Panitia/Pokja ULP:
Surat Keputusan penunjukan sebagai PPK/Panitia/Pokja ULP oleh Pengguna
Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
b. Penyedia barang/jasa:
1.KTP Direktur/Pemilik perusahaan/Pejabat yang berwenang di perusahaan dan
yang ditunjukan sebagai admin
2. Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP) Perusahaan
3.Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)/Surat Ijin UsahaJasa Konstruksi
(SIUJK) /Sertifikat Badan Usaha (SBU)
4. TDP (Tanda daftar perusahaan);
5. Akta pendirian perusahaan beserta akta perubahannya
(jika adaperubahan).
c. Penyedi barang/jasa wajib menandatangani dan menyerahkan formulir
keikutsertaan dan formulir pendaftaran yang telah tersedia pada website LPSE
d. Penyedia bara ng/jasa dapat melakukan registrasi sebagai Pengguna
SPSE atau paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum batas akhir pendaftaran suatu
paket pekerjaan yang ingin diikuti
3. Kewajiban Pengguna

II-21
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
b. Masing-masing Penyedia barang/jasa hanya diperkenankan memiliki (satu)
UserID dan Password yang dapat digunakan disemua LPSE di Indonesia dengan
melakukan Agresi Inaproc pada website LPSE, apabila LPSE tertentu belum
melakukakan Agresi Inaproc, maka penyedia harus melakukan pendaftaran dan
verifikasi data lagi di website LPSE tersebut, seperti proses awal registrasi.
c. Setiap Pengguna bertanggungjawab melindungi kerahasiaan hak akses, dan
aktivitas lainnya pada SPSE
d. Setiap penyalahgunaan hak akses oleh pihak lain menjadi tanggungjawab
pemilik UserID dan Password
e. Penyedia barang/jasa wajib memutakhirkan data kualifikasi (jika terjadi
perubahan seperti alamat, status kepemilikan, kondisi keuangan, kontak person,
klasifikasi bidang usaha, jenis barang/jasa yang disediakan, dan data atau informasi lain
yang dianggap perlu dalam SPSE)
f. Menjaga kerahasiaan dan mencegah penyalahgunaan data dan informasi
yang tidak diperuntukkan bagi khalayak umum
g. Penyedian barang/jasa bertanggung jawab terhadap setiap kekeliruan
dan/atau kelalaian atas penggunaan data kualifikasi yang tidak mutakhir (update) yang
tidak menjadi tanggung jawab LPSE maupun Panitia/Pokja ULPpengadaan.
4. Ketentuan Pengguna

a. Pengguna setuju bahwa transaksi yang dilakukan melalui SPSE tidak boleh
melanggar peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia.
b. Pengguna wajib tunduk dan taat pada semua peraturan yang berlaku di
Indonesia yang berhubungan dengan penggunaan jaringan dan komunikasi data baik di
wilayah Indonesia maupun dari dan keluar wilayah Indonesia melalui website LPSE.
c. Pengguna bertanggungjawab penuh atas isi transaksi (contentsofdata) yang
dilakukan dengan menggunakan SPSE.
d. Pengguna dilarang saling mengganggu proses transaksi dan/atau layanan lain
yang dilakukan dalam SPSE
e. Pengguna setuju bahwa usaha untuk memanipulasi data, mengacaukan
sistem elektronik dan jaringannya adalah tindakan melanggar hUkum.
5. Pembatalan Keanggotaan Pengguna

II-22
a. Pengelolaan LPSE berhak membatalkan, menunda atau menghalangi
sementara hak akses dalam proses pengadaan barang tau jasa dari pengguna apabila
ditentukan adanya suatu informasi atau aktivitas yang tidak dibenarkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
b. Pengguna mengundurkan diri dengan cara mengirimkan surat permohonan
dan disampaikan kepada pengelola LPSE (tempat Pengguna terdaftar) yang dapat dikiri
mkan melalui elektronik(email).

II-23
II-24

Anda mungkin juga menyukai