Anda di halaman 1dari 5

Script Etika dan Tata Kelola

Karakter :

1. Moderator/pembawa acara (Adit)


2. Representatif salah satu Bank BUMN (Adel)
3. CSR Expert (Ilham)

Moderator:

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Perkenalkan saya Adit sebagai moderator bincang pagi kita pada hari ini dengan tema, “ Pelaksanaan
CSR di perusahaan”

Main tennis bareng Mba Anya, hati deg-degan sungguh tak kuasa, selamat pagi Bapak/Ibu semuanya,
hari ini saya kedatangan dua tamu yang sangat luar biasa.

Yang pertama ada Ibu Adel yang merupakan representatif salah satu Bank BUMN di Indonesia dan juga
ada Bapak Ilham sebagai CSR Expert yang memiliki banyak penelitian di bidang CSR. Hari ini kita akan
membahas tentang faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan dari CSR pada suatu perusahaan.
Mungkin Bapak Ilham dari pandangan akademisi dapat menjelaskan terlebih dahulu apasih konsep CSR
itu?

Expert:

CSR atau coorporate social responsibility—juga dikenal sebagai corporate citizenship atau corporate
conscience—dapat didefinisikan sebagai tindakan suatu organisasi yang ditargetkan untuk mencapai
manfaat sosial selain memaksimalkan keuntungan bagi pemegang sahamnya dan memenuhi semua
kewajiban hukumnya.

Moderator:

Kalau kita bicara motivasi, sebetulnya mengapa perusahaan melakukan CSR ya Bapak Ilham?

Expert:

Motivasi pelaksanaan CSR berubah seiring dengan perubahan lingkungan sosial (Bergquist, 2017).
Tujuan suatu perusahaan adalah menghasilkan keuntungan dan memaksimalkan nilai pemegang saham.
Oleh karena itu, perlu ditetapkan peraturan formal untuk menegakkan pelaksanaan perlindungan
lingkungan hidup dan isu-isu sosial oleh perusahaan. Namun demikian, jika CSR hanya sekedar respon
terhadap persyaratan hukum, perusahaan tidak akan menyadari nilai dan manfaat dari tindakan ini. Bagi
organisasi seperti bisnis yang mengejar keuntungan ekonomi, penerapan CSR mungkin dipandang
sebagai sebuah biaya. Motivasi reaktif ini menghalangi perusahaan untuk melaksanakan CSR secara
efektif (Bansal, 2022).

Moderator:

Akhir-akhir ini, publik melihat berita yang cukup viral terkait bahwa salah satu Bank BUMN di Indonesia
yang memperoleh cukup banyak penghargaan top CSR awards. Bank ini mendapatkan TOP CSR Awards,
Top CSR Golden Trophy dan TOP Leader on CSR Commitment. Hebat sekali ini Ibu Adel, boleh ga kami
nih dapat bocoran program-program apa saja sih Bu sehingga bisa sampai mengantarkan perusahaan
Ibu Adel mendapatkan banyak award?

Representatif salah satu Bank BUMN:

Framework CSR perusahaan kami berpegang pada tiga pilar ya Pak. Ada pilar sosial, ekonomi dan
lingkungan. Sebagai contoh, dari pilar sosial kita menjalankan program membantu membangun sekolah
di daerah terpencil di Indonesia, program darurat bencana, program training untuk orang yang memiliki
disabilitas, pemberdayaan perempuan dan masih banyak lagi Pak.

Kalau dari pilar ekonomi kita berfokus pada pencapaian perekonomian kerakyatan yang berkualitas
melalui ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, industri yang inklusif dan inovatif,
infrastruktur pendukung yang memadai, sumber daya yang terjangkau, dan kemitraan. Seperti membuat
fasilitas di daerah turis, membantu bisnis untuk orang yang kurang mampu dan sebagainya.

Dan terakhir dari pilar lingkungan kita fokus untuk me-manage dan merawat lingkungan seperti program
waste management dan menanam pohon mangrove misalnya.

Moderator:

Wah luar biasa sekali, sangat menginspirasi ya program CSR-nya Mba Adel. Programnya sangat beragam
dan semuanya sangat terkait dengan masalah serta isu yang berkembang di masyarakat. Sangat
pantaslah perusahaan tempat Ibu Adel bekerja untuk mendapatkan award-award tersebut.

Representatif salah satu Bank BUMN:

Terima kasih 😊

Moderator:

Dari program-program yang tadi Ibu Adel sampaikan, manfaat apakah yang nyata bagi perusahaan dan
masyarakat yang menjadi target CSR dari perusahaan?

Representatif salah satu Bank BUMN:

Manfaat nyata yang kami rasakan sebagai perusahaan yaitu adalah citra perusahaan kami yang menjadi
lebih baik di mata publik ya Pak dan jika dilihat dari sisi investor, nilai evaluasi saham kita menjadi lebih
baik setelah adanya implementasi program-program CSR ini.

Moderator:

Mungkin tadi Ibu Adel menyampaikan dari sisi praktisi, selanjutnya mari kita lihat dari sisi akademisi,
kalau berdasarkan teorinya bagaimana ya Pak Ilham terkait manfaat program CSR ini?

Expert:

Sebenarnya apa yang disampaikan oleh Ibu Adel sudah selaras dengan teori yang berkembang ya Pak
Adit, yaitu bahwa berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan bahwa Penerapan CSR akan
meningkatkan retensi dan loyalitas pelanggan, meningkatkan keterlibatan karyawan, meningkatkan
pencitraan merek, menarik peluang investasi dan talenta terbaik, serta membuat perbedaan bagi
keuntungan finansial.

Moderator:

Wah semakin menarik ya pembahasan terkait CSR ini, saya semakin penasaran nih Pak Ilham, CSR yang
baik seharusnya semakin tumbuh berarti ya seiring waktu. Sepanjang yang Bapak pahami, apa saja sih
driving factor yang mempengaruhi pertumbuhan dari CSR itu sendiri Pak?

Expert:

Terdapat 5 driving factor yang mempengaruhi pertumbuhan CSR menurut Joseph F. Keefe dari
NewCircle Communications yaitu adalah:

1. Transparansi: pada jaman sekarang ini yang sudah sangat information driven yang dimana bisnis ini
sudah sangat semakin transparan. Sehingga apapun yang perusahaan lakukan sudah semakin
terlihat. Gerak-gerik perusahaan akan semakin terlihat
2. Knowledge: berangkat dari masa yang sudah sangat information driven, konsumen dan investor
akan memiliki banyak sekali informasi. Sehingga akan sangat mungkin suatu konsumen atau
investor itu memilih suatu perusahaan yang lebih peduli terhadap lingkungan ataupun sudah
memberikan suatu impact terhadap komunitas.
3. Sustainability: dengan sumber daya alam dan bumi yang semakin menipis. Perusahaan berada di
bawah tekanan yang meningkat dari stakeholders untuk menunjukkan bahwa rencana dan strategi
bisnis berwawasan lingkungan dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan
4. Globalisasi: Globalisasi merupakan tahap baru perkembangan kapitalis, dimana pemerintah
melindungi masyarakat dengan menyeimbangkan kepentingan perusahaan swasta terhadap
kepentingan publik yang lebih luas (a.l. jaminan sosial, perlindungan lingkungan dll).
5. Failure of Public sektor: Beberapa negara kurang beruntung yang diatur oleh rezim disfungsional
(tidak terorganisir hingga brutal dan korup), menyebabkan warga negaranya hilang kepercayaan
kepada pemerintah untuk mengatasi permasalah social sehingga CSR dari sektor swasta
berkembang.

Moderator:

Kalau dari Ibu Adel sebagai praktisi dari salah satu Bank BUMN di Indonesia, dari 5 faktor tersebut,
manakah yang menjadi driving factors CSR-nya?

Representatif salah satu Bank BUMN:

Kalau berdasarkan dari teori yang disampaikan oleh Pak Ilham sepertinya menurut hemat saya yang
paling berpengaruh adalah faktor transparansi, knowledge, dan sustainability. Dengan praktik bisnis
yang semakin transparan dan juga pengetahuan masyarakat dan investor yang semakin aware dengan
isu lingkugan dan sosial serta untuk mendukung program yang berkelanjutan dan sustainable,
perusahaan kami mengembangkan CSR dengan mengklasifikan program CSR menjadi 3, yaitu social
contribution, community investment, dan commercial initiative.

Peningkatan pertumbuhan CSR juga tercermin dari sisi anggaran CSR kami yang rata-rata meningkat
sebesar 8% setiap tahunnya. (2019 = 226, 2020 = 264, 2021 = 270, 2022 = 284 (dalam miliar))
Moderator:

Seiring berkembangnya CSR di Indonesia, akhir-akhir ini juga muncul isu bahwa perusahaan-perusahaan
melakukan CSR hanya untuk publisitas saja ke publik dan sekarang banyak masyarakat yang memandang
bahwa CSR bergeser tujuannya hanya sebagai pencitraan atau keuntungan perusahaan saja. Misalnya
untuk perusahaan perbankan adalah untuk menarik nasabah baru. Bagaimana tanggapannya dari Ibu
Adel sebagai kontributor CSR dari perusahaan perbankan?

Representatif salah satu Bank BUMN:

Inilah dilema dalam kegiatan CSR perusahaan kami. Kalau menurut pandangan saya tentunya tidak
dapat dipungkiri pasti muncul risiko pandangan publik terhadap kegiatan CSR yang hanya sebagai
pencitraan. Sebagai mitigasi hal tersebut, kami memilih program-program yang paling sesuai dengan isu
terkini di masyarakat. Contohnya pada saat erupsi semeru di tahun 2022, tim CSR kami dengan tanggap
langsung turun ke lapangan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak dari bencana ini.
Bicara masalah persepsi masyarakat terhadap program CSR kita, menurut saya bukan faktor yang bisa
kita kendalikan pak. Oleh karena itu kami fokus kepada faktor yang bisa kami kendalikan antara lain:

1. meningkatkan transparansi dan komunikasi CSR,


2. menetapkan ujuan yang jelas dan terukur,
3. menyelaraskan CSR dengan nilai-nilai perusahaan,
4. melibatkan karyawan dalam inisiatif CSR, komitmen jangka panjang,
5. keterlibatan pimpinan, dan
6. publikasikan kisah sukses pelaksanaan CSR.

Moderator:

Kalau menurut Bapak Ilham dari sisi akademisi, masalah isu ini bagaimana ya Pak?

Expert:

Terdapat 3 risiko yang muncul dengan adanya program CSR ini, yang pertama yaitu karyawan merasa
bahwa mereka bekerja untuk organisasi yang tidak tulus menjalankan CSR, kedua yaitu publik melihat
CSR sekadar tindakan yang berkaitan dengan publisitas daripada komunitas, dan yang ketiga organisasi
tidak merasakan banyak manfaat dari CSR sehingga tidak perlu mengembangkan konsep tersebut.
Ketiga dilema ini selalu muncul dan perusahaan perlu menerapkan mitigasi terbaiknya untuk menekan
risiko tersebut.

Tapi tidak bisa dipungkiri banyak perusahaan memainkan peran pasif dalam implementasi CSR.
Penyebab utamanya adalah kurangnya motivasi perusahaan dalam melaksanakan CSR. Perilaku altruistik
suatu perusahaan belum tentu membawa manfaat bagi perusahaan, bahkan pelaksanaan CSR
bertentangan dengan profitabilitas perusahaan. Dalam konteks ini, CSR lebih merupakan tindakan moral
yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan berdasarkan harapan sosial setelah memperoleh keuntungan.
Bahkan ketika CSR dikaitkan dengan operasi bisnis, perusahaan tidak tahu bagaimana mengubahnya
menjadi nilai bisnis dan keunggulan kompetitif. Jika jangka panjang Investasi dalam CSR tidak
memberikan perusahaan daya saing keuntungannya, CSR kemungkinan besar akan dilihat sebagai biaya
menjalankan bisnis.

Moderator:
Jadi sebisa mungkin suatu bisnis harus bisa membuat CSR ini menjadi alat untuk mendapatkan suatu
keuntungan bagi perusahaan dan jangan sampai CSR ini menjadi cost perusahaan yang tidak
membuahkan hasil ya pak?

Expert:

Betul sekali 😊

Moderator:

Sangat menarik ya pembahasan kita pada pagi hari yang cerah ini. Izinkan saya merangkum yang sudah
dijelaskan oleh kedua narasumber kita:

1. Pertama CSR adalah tindakan suatu organisasi yang ditargetkan untuk mencapai manfaat sosial
selain memaksimalkan keuntungan bagi pemegang sahamnya dan memenuhi semua kewajiban
hukumnya.
2. Kedua, melalui Framework CSR perusahaan yang berpegang pada tiga pilar yaitu pilar sosial,
ekonomi dan lingkungan mengantarkan salah satu Bank BUMN di Indonesia meraih berbagai
penghargaan CSR di level nasional maupun internasional.
3. Ketiga, Manfaat CSR bagi perusahaan yaitu meningkatkan retensi dan loyalitas pelanggan,
meningkatkan keterlibatan karyawan, meningkatkan pencitraan merek, menarik peluang investasi
dan talenta terbaik, serta membuat perbedaan bagi keuntungan finansial.
4. Keempat, terdapat 5 driving factor yang mempengaruhi pertumbuhan CSR yaitu Transparansi,
Knowledge, Sustainability, Globalisasi, dan Failure of Public Sektor. Salah satu Bank BUMN di
Indonesia memanfaatkan driving factor ini dalam pengembangan CSR melalui social contribution,
community investment, dan commercial initiative yang tercermin dari peningkatan anggaran
sebesar 8% per tahunnya.
5. Kelima, terdapat 3 risiko yang muncul dengan adanya program CSR, yang pertama yaitu karyawan
merasa bahwa mereka bekerja untuk organisasi yang tidak tulus menjalankan CSR, kedua yaitu
publik melihat CSR sekadar tindakan yang berkaitan dengan publisitas daripada komunitas, dan yang
ketiga organisasi tidak merasakan banyak manfaat dari CSR sehingga tidak perlu mengembangkan
konsep tersebut. Oleh karena itu, perlu mitigasi yang tepat untuk menekan risiko dimaksud bahkan
mengubah risiko dimaksud menjadi nilai bisnis dan keunggulan kompetitif perusahaan.

Sekali lagi kami ucapkan terima kasih atas waktunya Bapak Ilham dan Ibu Adel, sampai jumpa lagi di
diskusi kita selanjutnya. Salam etika.

Anda mungkin juga menyukai