Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PUSKESMAS DUNGINGI

Ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan pelaksanaan Praktek Kerja


Lapangan

OLEH

Nurain Dj. Silaka (821420036)


Alifia Ramadhani Payuyu (821420072)
Nur Aisya Tonde (821420074)
Erika Dami (821420068)
Nabila Husnunnisa Ismail (821420070)
Elda Aldina R. Fuad (821419077)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PUSKESMAS DUNGINGI

Oleh :

Nurain Dj. Silaka (821420036)


Alifia Ramadhani Payuyu (821420072)
Nur Aisya Tonde (821420074)
Erika Dami (821420068)
Nabila Husnunnisa Ismail (821420070)
Elda Aldina R. Fuad (821419077)

Telah Disetujui :

Pembimbing Eksternal Pembimbing Internal

apt. Dian Oktovin Monua, S. Farm apt. A. Mu’thi Andy Suryadi,


M.Farm
NIP. 19881002 201001 2 001 NIP. 19880109 201212 1 001
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PUSKESMAS DUNGINGI

Oleh :
Nurain Dj. Silaka (821420036)
Alifia Ramadhani Payuyu (821420072)
Nur Aisya Tonde (821420074)
Erika Dami (821420068)
Nabila Husnunnisa Ismail (821420070)
Elda Aldina R. Fuad (821419077)

Telah Disetujui :

Pembimbing Eksternal Pembimbing Internal

apt. Dian Oktovin Monua, S. Farm apt. A. Mu’thi Andy Suryadi,


M.Farm
NIP. 19881002 201001 2 001 NIP. 19880109 201212 1 001

Gorontalo, Oktober 2023


mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi

Dr.Teti Sutriyati Tuloli, M.Si.,Apt


NIP. 19800220 200801 2 007
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Tuhan Allah SWT atas segala rahmat-Nya kami
dapat menyusun laporan PKL di Puskesmas Dungingi.Atas terselesaikannya
Laporan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak
Puskesmas Dungingi.
Harapan kami pada laporan kali ini, semoga laporan Prakterk Kerja
Lapangan Di Puskesmas Dungingi dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya maupun menambah isi laporan agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, maka kami
masihbanyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Oktober 2023

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..............................................................................................i
DAFTARISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan.............................................................2
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan...................................................................2
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan...........................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Uraian Umum Puskesmas......................................................................3
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.....................................5
BAB III URAIAN KHUSUS............................................................................14
3.1 Demografi............................................................................................14
3.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskemas Dungingi.....................15
3.3 Kegiatan Selama Magang Di Puskesmas Dungingi.............................17
BAB IV MASALAH.........................................................................................20
4.1 Masalah yang Di Temukan..................................................................20
4.2 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................20
BAB V PENUTUP...........................................................................................22
5.1 Kesimpulan..........................................................................................22
5.2 Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses terwujudnya pencapaian sebuah kesehatan nasional pastinya turut
didukung dan berbagai elemen yang melengkapi berjalannya proses tersebut.
Salah satunya Puskesmas yang merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang menjadi pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina
peran serta masyarakat, disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat
dalam kehidupan. Dengan memiliki hidup yang sehat seseorang dapat menjalani
dan melakukan aktivitasnya dengan baik. Untuk meningkatkan kesehatan selain
upaya yang dilakukan oleh diri sendiri dalam menjaga kesehatan, dibutuhkan juga
adanya upaya yang menunjang pelayanan kesehatan lainnya seperti Posyandu,
Puskesmas, Apotek, Rumah Sakit dan lainnya guna meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta
masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas
menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan KEPMENKES 128/MENKES/SK/11/2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas, fungsi Puskesmas terbagi menjadi tiga poin utama yaitu:
(1)Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) Pusat
pemberdayaan masyarakat, (3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan, dan pelayanan kesehatan perorangan.
Sebagai pelayanan strata pertama, selain memberikan pelayanan kesehatan
perorangan, Puskesmas juga bertanggung jawab terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh diwilayah kerjanya.
Berdasarkan latar belakang di atas adapun tujuan praktek kerja lapangan
dan tujuan pembuatan laporan, yaitu:
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Memberikan bekal kemampuan profesional, manajerial, pengalaman praktis


dan terampil dalam hal pengelolaan diPuskesmas.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan praktek
mahasiswa dan mahasiswi S-I Farmasi dalam menjalankan profesinya
dengan penuh amanah di Puskesmas.
3. Melatih mahasiswa S-I Farmasi agar siap dan mampu menjalankan tugas,
kewajiban, peran, fungsi serta tanggung jawabnya kepada masyarakat.
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
1. Agar dapat mengetahui pembuatan laporan magang.
2. Sebagai salah satu tugas yang disyaratkan untuk proses praktik kerja
lapangan (PKL).
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
1. Dapat mengetahui peran, fungsi dan tugas apoteker di Puskesmas
2. Dapat mengetahui bagaimana pelayanan kefarmasian di Puskesmas
3. Dapat memahami cara penggunaan obat diPuskesmas
4. Dapat mengetahui pengendalian sediaan farmasi diPuskesmas
5. Dapat mengetahui bagaimana penyimpanan obat di Puskesmas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum Puskesmas
2.1.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Permenkes,2016).
Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Puskesmas suatu
kecamatan terdapat lebih dari satu, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagian
tarpuskesmas dengan memerhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/
kelurahan atau dusun/ rukun warga (RW). Puskesmas bertanggung jawab
langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Permenkes,2016).
Adapun definisi puskesmas menurut Satrianegara (2014), puskesmas
adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional pusat pengembangan kesehatan
masyarakat juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanyadalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
2.1.2 Organisasi Puskesmas
Menurut Permenkes (2014), puskesmas merupakan unit pelaksana
teknisdinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangaan. Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan
kabupaten/kotaberdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas
yaitu terdiriatas:
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala subbagian tatausaha
c. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
d. Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium
e. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas

3
pelayanan kesehatan.
2.1.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private
goods), dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Pelayanan kesehatan
yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan kembali (rehabilitatif) (Permenkes, 2014).
Menurut Permenkes (2014), fungsi Puskesmas dalam melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu dengan
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama di wilayah kerjanya. Adapun menurut Trihono (2005), Puskesmas
juga berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
yang berarti Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Disamping itu, Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaran setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2.1.4 Personalia
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Puskesmas dilakukan oleh
Apoteker yang dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Kompetensi
Apoteker diPuskesmas mampu memberikan dan menyediakan pelayanan
kefarmasian yang bermutu, mampu mengambil keputusan secara professional,
mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi Kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, non verbal maupun bahasa lokal dan

5
selalu belajar sepanjang karir baik pada jalur farmasi maupun informal sehingga
ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (update). Tenaga Teknis
Kefarmasian hendaknya dapat membantu pekerjaan Apoteker dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian (Permenkes, 2006).
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigm lama yang berorientasi kepada produk(drug oriented) menjadi paradigm
baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care). Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi
dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sedian
farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi
klinik (Permenkes,2016).
2.1.1 Pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai(BMHP)
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.Tujuannya
adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan
farmasi dan BMHP yang efisien, efektif, dan rasional, meningkatkan kompetensi/
kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Permenkes, 2016).
Adapun pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) menurut Permenkes (2016), yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah
untuk :
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

4
2. Pakai yang mendekati kebutuhan;
3. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi, Sediaan Farmasi
periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu
pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi pertahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat
dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah
kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan
waktu kekosongan Obat, buffer stock,serta menghindari stok berlebih.
b. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan
diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
c. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
suatukegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandirisesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar
Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,
dan mutu.

6
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai
dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga
Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari
Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan
diPuskesmas ditambah satu bulan.
d. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakansuatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya
adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di Puskesmasdapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagaiberikut:
1. Bentuk dan jenis sediaan
2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan dikemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
3. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
5. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
e. Pendistribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan subunit/satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
Sediaan Farmasi subunit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja

7
Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes
Pendistribusian kesubunit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian Obat persekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,
sedangkan pendistribusian kejaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floorstock).
f. Penarikan dan Pemusnahan
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan ini
siasisukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai bila:
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Telah kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan.
4. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
terdiri dari:
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

9
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihakterkait;
4. Menyiapkan tempat pemusnahan;
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
g. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/ kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
2. Pengendalian penggunaan;
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
h. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah administrasi seluruh rangkaian
kegiatandalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan
pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.
i. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodic dengan tujuan untuk:
1. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;

8
2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai;
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur
Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan
ditempat yang mudah dilihat.
2.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik
Menurut Permenkes (2016), pelayanan farmasi klinik merupakan bagian
dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan obat dan BMHP dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Adapun kegiatan pelayanan farmasi klinik menurut Permenkes (2016),
meliputi:
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badanpasien.
2. Nama dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unitasal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.

10
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik
Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
danterkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain
di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan
dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
c. Konseling
Konseling Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling
adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan
lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan obat.
d. Ronde/VisitePasien
Ronde/Visite Pasien Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri

8
dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat
dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan
penggunaan Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan
dokumentasi dan rekomendasi.
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) Merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuan :
1. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
Obat.
Kriteria Pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

12
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan Obat Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi
penggunaan Obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu

8
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Demografi
Pelaksanaan Magang dilakukan di Puskesmas Dungingi yang terletak di Jl.
Anggur Kel. Huangobotu. Kec. Dungingi, Kota gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Puskesmas Dungingi dipimpin oleh Bapak Muhammad Mansyur Tojib, S.KM.
Puskesmas Dungingi merupakan salah satu Puskesmas Pemerintah Kota
Gorontalo dan merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang
menyelenggarakan upaya kesehatan peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadudan
berkesinambungan. Kecamatan Dungingi hanya memiliki satu Puskesmas dan
memiliki lima Puskesmas Pembantu (PUSTU) yang terletak diKelurahan
Tamulabutao, Kelurahan Tamulabutao Selatan, Kelurahan Huangobotu,
Kelurahan Libuo, dan Kelurahan Tuladenggi.

Kegiatan PKL mahasiswa program studi S1 Farmasi Universitas Negeri


Gorontalo diPuskemas Dungingi dilaksanakan selama dua puluh satu hari,
mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok, dan masing-masing kelompok
mempunyai masa PKL tujuh hari. Adapun kegiatan PKL di Puskemas Dungingi

13
ini dilaksanakan setiap senin-sabtu, puku 08.00-14.30 WITA.
3.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Dungingi
A. Pengelolaan Sediaan Farmasi diPuskesmas Dungingi yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan oleh apoteker penanggung jawab Puskesmas
dungingi. Perencanaan merupakan proses kegiatan untuk menentukan jenis
dan jumlah sediaan farmasi dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan
puskemas agar tidak terjadi kekosongan obat dan BMHP. Untuk
perencanaan 1 tahun diPuskesmas dungingi membuat Rancangan
Kebutuhan Obat (RKO). RKO yangakan direncanakan yaitu mengikuti
formularium nasional, pemakaian obat satu tahun dan sisa stok satu tahun
terakhir berdasarkan epidemiologi dan kombinasi obat yang sering
digunakan. Selain itu juga Puskesmas dungingi setiap bulan melakukan SO
(StokOpname) untuk pembuatan laporan LPLPO (Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat). LPLPO merupakan laporan yang wajib di buat
setiap bulan oleh puskemasyang selanjutnya diserahkan pada pihak
instalasi farmasi. Puskesmas juga melakukan pengadaan obat melalui dana
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) untuk obat yang tidak tersedia di
instalasi farmasi.
2. Pengadaan
Pengadaan di Puskesmas Dungingi sesuai dengan perencanaan yang
telahdibuat. LPLPO yang telah dibuat ditanda tangani oleh Kepala
Puskesmas dan apoteker penanggung jawab lalu dibawa di Instalasi
Farmasi Kota Gorontalo.
3. Penerimaan
Penerimaan di Puskesmas Dungingi yaitu menggunakan SBBK (Surat
Bukti Barang Keluar) yang dikeluarkan oleh Instalasi Farmasi, obat yang
diterima harus di periksa kelengkapannya meliputi nama barang, tanggal
kadaluarsa, bentuk fisik, jumlah obat, No. Batch sesuai yang diminta atau
tidak, jika obat tidak sesuai pihak Puskesmas dapat mengkonfirmasi
kepada pihak Instalasi Farmasi.

8
4. Penyimpanan
Penyimpanan diPuskesmas Dungingi meliputi bentuk sediaan, sesuai
abjad, FIFO dan FEFO, penyimpanan obat narkotika dan psikotropika di
simpan pada lemari khusus yang kuncinya dipegang oleh apoteker
penanggung jawab dan TTK yang dipercaya oleh apoteker, serta untuk
obat program seperti ODGJ di simpan pada lemari obat-obat tertentu.
5. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
sediaan farmasi secara merata ke unit pelayanan di Puskesmas. Sub unit di
Puskesmas Dungingiyaitu:
a. Ruangan Pemeriksaan Khusus
b. Ruangan Laboratorium
c. Ruangan Gizi laktasi
d. Ruangan Imunisasi
e. Ruangan KIA/KB
f. Ruangan Pemeriksaan Umum
g. Ruangan Pemeriksaan Gigi dan Mulut
h. Ruangan Tindakan
i. Ruangan Apotek
j. Puskesmas Pembantu Tamulabutao
k. Puskesmas Pembantu Tamulabutao Selatan
l. Puskemas Pembantu Huangobotu
m. Puskesmas Pembantu Libuo
n. Puskesmas Pembantu Tuladenggi
6. Pemusnahan
Puskemas Dungingi tidak melakukan pemusnahan semua sediaan
farmasi dan BMHP yang telah kadaluwarsa diletakkan di tempat khusus

13
barang yang telah kadaluwarsa setelah itu dicatat, dikemas rapih dan
dikembalikan kepada pihak instalasi farmasi dengan menggunakan berita
acara yang dibuat sebanyak dua rangkap yang telah ditanda tangani oleh
apoteker penanggung jawab, satu surat untuk arsip Puskesmas dan satu
untuk pihak instalasi farmasi dengan lampiran daftar obat yang sudah
kadaluwarsa
7. Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas Dungingi yaitu kegiatan yang memastikan apa yang telah
direncanakan sesuai yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat di Puskesmas Dungingi dengan rutin mengisi kartu
stok setiap penerimaan dan pengeluaran obat.
8. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Dungingi yaitu mencatat
seluruh rangkaian kegiatan dari penerimaan obat dan pendistribusian
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ke unit-unit pelayanan
lainnya dicatat di kartu stok, arsip-arsip atau register. Pelaporan di
Puskesmas Dungingi yaitu Laporan Pemakaian Obat Dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO), Laporan Layanan Kefarmasian (YANFAR)
dan Laporan POR ( Penggunaan Obat Rasional).
9. Pemantauan dan Evaluasi
Di Puskesmas Dungingi setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur
operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas.SPO tersebut diletakkan ditempat yang mudah dilihat.
B. Pelayanan Farmasi Klinik Di Puskesmas Dungingi
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep di Puskemas Dungingi yaitu dimulai dari
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis.

17
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unitasal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlahObat.
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) obat di Puskesmas Dungingi yaitu
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat,
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang dilakukan oleh apoteker
penanggung jawab Puskesmas Dungingi melalui komunikasi dengan
pasien dan komunikasi antar tenaga kesehatan atau lintas program
3. Konseling, di Puskesmas Dungingi dilakukan konseling untuk pasien
TB dan HIV
4. Monitoring efek samping untuk pasien TB dan HIV

15
3.3 Kegiatan Selama Magang di Puskesmas Dungingi
3.1.1 Pengkajian Resep
Resep yang telah diserahkan oleh pasien dilakukan skrining
resep meliputi skrining adminstratif, farmasetik, dan klinik. Bila
ada obat yang tidak sesuai atau obat yang tidak tersedia apoteker
dapat mengkonfirmasi kembali kepada dokter
3.1.2 Peracikan obat
Obat di ambil sesuai dengan yang tertera pada resep
kemudian obat yang diambil dicatat di kartu stok, disiapkan kertas
puyer sesuai yang diminta pada resep, gerus obat di bagi rata ke
dalam kertas punyer kemudian di klep pada mesin setelah itu
dimasukkan kedalam plastik obat dan diberikan etiket berwarna
putih. Apabila salah satu obat terdapat antibiotik maka obat tersebut
di tulis di etiket antibiotik yang telah disediakan oleh Puskesmas
Dungingi. Setelah itu diserahkan pada pasien
3.1.3 Penyiapan Obat
Untuk penyiapan obat non racikan yaitu diambil sesuai yang
tertera diresep dicatat dikartu stok, kemudian dimasukkan kedalam
plastik obat dan diberikan etiket warna putih untuk oral dan untuk
penggunaan luar seperti salep, tetes mata dan tetes telinga diberikan
etiket warna biru.
3.1.4 Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan periksa kembali apakah obat yang
diambil sesuai dengan yang tertera pada resep, jumla obat yang
diambil, nama pasien sesuai atau tidak pada etiket. Setelah itu obat
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien dengan bahasa yang
mudah di mengerti.
3.1.5 Melakukan SO (Stok Opname)
SO (Stok Opname) dilakukan setiap akhir bulan untuk
pembuatan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Dilihat apakah sesuai yang tertera di kartu stok dengan

19
bentuk fisik yang ada. Jika tidak sesuai dapat dicatat kemudian
diserahkan kepada apoteker penanggung jawab.
3.1.6 Pengenalan Penyimpanan Obat Narkotika/Psikotropika
Di Puskemas Dungingi pemesanan obat
Narkotika/Psiktropika yaitu melalui surat pesanan dimana untuk
obat Narkotika/Psiktropika terpisah dari obat lain. Untuk memesan
obat narkotika/ psikotropika hanya dapat digunakan untuk 1

15
(satu) jenis obat narkotika/ psikotropika. Dalam pengelolaannya sendiri
harus dilakukan oleh petugas farmasi atau apoteker penanggung
jawab dan pengeluarannya harus memakai resep dari dokter dan
untuk penyimpanan resep harus terpisah dari resep lain.
Penyimpanan obat Narkotika/Psikotropika yaitu dilemari khusus
sesuai dengan ketentuan 2 pintu, dimana obat disimpan terpisah
untuk obat Narkotika/Psikotropika di susun berdasarkan sistem
FIFO dan alfabet kunci lemari penyimpanan untuk obat Narkotika/
Psikotropika di pegang oleh apoteker penanggung jawab dan TTK
yang dipercaya oleh apoteker. Untuk monitoring obat
Narkotika/Psikotropika di Puskemas Dungingi yaitu dicek secara
berlaka kelengkapan, kondisi dan kadaluwarsa dari obat
Narkotika/Psikotropika. Apoteker melaporkan obat
Narkotika/Psikotropika kepada Dinas Kesehatan Kota Gorontalo
dimana apoteker wajib melaporkan setiap 1 bulan dalam sekali.

Gambar 3.3.6 Tempat Penyimpanan Obat Narkotika/Psikotropika


3.1.7 Pengenalan penyimpanan vaksin
DiPuskesmas Dungingi terdapat 3 tempat untuk
penyimpanan vaksin dengan berbeda-beda ukuran. Vaksin di
simpan pada Cold Chain dengan suhu 2- 8 0c. Di Puskesmas
Dungingi Tempat penyimpanan vaksin terhubung dengan aplikasi
SMILE.

20
Gambar 3.3.7 Tempat Penyimpanan Vaksin
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Masalah yang Di Temukan
Dalam pelaksanaan kegiataan magang diPuskesmas
Dungingi ada masalah yang ditemukan yaitu kehabisan stok obat.
Tapi, apabila ada obat yang sama indikasinya dengan obat yang
telah habis, maka petugas farmasi dapat mengganti obat tersebut
dengan obat yang memiliki indikasi sama dengan obat pada resep.
Hal ini tentu berdasarkan persetujuan dari dokter. Namun, apabila
tidak ada obat yang memiliki indikasi yang sama dengan obat
yang tertera pada resep, maka petugas farmasi menyarankan
pasien untuk membeli obat diluar Puskesmas. Dan, apabila hal ini
terjadi terus-menerus dan bersifat lama akan mengurangi jumlah
kunjungan dan pendapatan di Puskesmas Dungingi.
Selain itu juga banyaknya pasien atau keluarga pasien
yang menunggu obat racikan menyebabkan terjadinya
penumpukan pasien di depan apotek. Hal ini karena alat
penggerus obat yaitu lumpang dan alu terdapat 1 buah saja,
sedangkan permintaan untu kobat racikan lumayan banyak
sehingga menyebabkan terjadi penumpukan pasien di depan
apotek.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Setiap masalah yang dialami pasti ada solusi untuk
mengatasi masalah tersebut. Untuk masalah kehabisan stok obat
sebaiknya Puskesmas Dungingi akan melakukan permintaan obat
susulan ke Instalasi Farmasi. Apabila dalam keadaan darurat,

21
pasien harus segera mendapatkan obat tapi di Puskesmas
Dungingi tidak tersedia obat tersebut maka petugas kesehatan
diPuskesmas Dungingi akan menyarankan pasien membeli obat di
luar Puskesmas Dungingi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Waluyo (2016),
bahwa cara yang dilakukan pihak Puskesmas untuk menghindari
kondisi stagnan dalam manajemen persediaan obat adalah dengan
mengajukan permintaan susulan kepada Pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebanyak3-4 kali dalam sebulan. Dan apabila di
instalasi farmasi masih kosong, maka dapat di lakukan pemesanan
obat melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk meminimalisir
kekosongan stok obat dan memenuhi kebutuhan dan permintaan
obat.
Untuk mengatasi masalah penumpukan pasien atau
keluarga pasien diPuskesmas, maka disarankan kepada pihak
petugas farmasi Dungingi untuk dapat menambah alat penggerus
sediaan puyer hal ini diharapkan dapat meminimalisir terjadinya
penumpukan pasien di depan apotek PuskesmasDungingi dan
untukmeningkatkan kepuasan pasien. Hal ini berdasarkan pada
penelitian Mayuntari (2010), Penggunaan alat juga dapat
berpengaruh terhadap kecepatan pelayanan obat puyer, blender
dapat mempermudah pekerjaan menggerus puyer,karena
menghemat tenaga dan waktu, sehingga waktu yang diperlukan
untuk membagi puyer kedalam satuan dosis dan mengemasnya
hingga jadi dapat lebih dipersingkat dibandingkan dengan
menggerus menggunakan lumping dan alu. Dalam hal kebersihan
penggunaan lumpang lebih terjamin karena lumpang lebihmudah
dibersihkan dan dikeringkan, disamping itu biasanya tiap apotek
memiliki lebih dari 1 lumpang untuk menggerus, sehingga dapat
meminimalisir kemungkinan kontaminasi bahan obat dengan
bahan obat lain yang dikerjakan sebelumnya.

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Puskesmas Dungingi,
dapat di simpulkan:
1. Praktek Kerja Lapangan merupakan kegiatan yang dapat memberikan
kesempatan bagi mahasiswa program studi S-I Farmasi untuk menerapkan
ilmu yang diperoleh selama perkuliahan serta menambah keterampilan,
pengetahuan, dan wawasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya di Puskesmas.
2. Praktek Kerja Lapangan yang kami lakukan yakni membantu tenaga
kefarmasian diPuskesmas dalam pengelolaan obat dan pelayanan
kesehatan di bidang kefarmasian dengan pengawasan Tenaga Kefarmasian
dan Apoteker.
3. Dimana mahasiswa bisa memahami peran dan fungsi tenaga kerja
kefarmasian di Puskesmas dengan cara mengetahui pelayanan resep dari
dokter sesuai dengan tanggung jawab yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat serta memberikani nformasi yang berkaitan dengan
penggunaan atau pemakaian obat yang diserahkan kepada pasien.
5.2 Saran
Diharapkan agar mahasiswa lebih mempelajari mengenai standar
pelayanan kefarmasian di Puskesmas agar menambah pengetahuan mahasiswa
dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Serta dapat menerapkan ilmu yang
telah didapatkan selama menempuh pendidikan dan dapat lebih menguasai
pelajaran yang berkaitan dengan kefarmasian, khususnya nama-nama obat, baik
generik maupun paten beserta indikasinya.

23
DAFTAR PUSTAKA

NiLuh ennie Mayuntari.2010. Evaluasi mutu sediaan puyer ditinjau dari


Keragaman bobot dan factor Yang mmempengaruhinya Fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan. Program studi sarjana farmasi ekstensi.
Depok

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia .2006. Pedoman Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016, tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

Satrianegara, M.F. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori


dan Aplikasi Dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta:
Salemba Medika.

Trihono, 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV.


Sagung Seto

Waluyo, DS. 2016. Analisis penyebab utama stagnan pada manajemen


persediaan obat di Puskesmas wilayah kerja Surabaya Timur. Jurnal
Farmasi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. LAMPIRAN PENYIMPANAN OBAT DI APOTEK


B. ETIKET
C. KARTU STOK
D. GAMBAR SBBK

E. GAMBAR LPLPO

F. GAMBAR FAKTUR

G. GAMBAR BERITA ACARA DAN LAMPIRAN OBAT


KADALUWARSA

H. GAMBAR SOP

I. SURAT PESANAN OBAT


J. PENYERAHAN OBAT

Anda mungkin juga menyukai