Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH OTANAHA

Diajukan untuk memenihi salah satu persyaratan


pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

1. Ahmad Hayyun Salamanya (821420085)


2. Tessalonika Tudja (821420103)
3. Magfirah Nur Cahyani (821420100)
4. Nurul Zihane Salsabila (821420097)
5. Khairun Nisha Frizqillah Samsi (821420108)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
2023

1
PERSETUJUAN PEMBIMBING

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH OTANAHA

Oleh :

1. Ahmad Hayyun Salamanya (821420085)


2. Tessalonika Tudja (821420103)
3. Magfirah Nur Cahyani (821420100)
4. Nurul Zihane Salsabila (821420097)
5. Khairun Nisha Frizqillah Samsi (821420108)

Telah disetujui

Pembimbing Ekternal Pembimbing Internal

Apt. Zikriana A. Mahmud, S.Farm. Dr. Hamsidah Hasan, M.Si, Apt.


NIP. 199408102020122003 NIP. 197005252005012001

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH OTANAHA

Oleh :

1. Ahmad Hayyun Salamanya (821420085)


2. Tessalonika Tudja (821420103)
3. Magfirah Nur Cahyani (821420100)
4. Nurul Zihane Salsabila (821420097)
5. Khairun Nisha Frizqillah Samsi (821420108)

Telah disetujui

Pembimbing Ekternal Pembimbing Internal

Apt. Zikriana A. Mahmud, S.Farm. Dr. Hamsidar Hasan, M.Si, Apt.


NIP. 199408102020122003 NIP. 197005252005012001

Gorontalo,..................2023
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi

Dr. Teti Sutriyati Tuloli, M.Si, Apt.

ii
NIP. 198002202008012007

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH OTANAHA

Oleh :

1. Ahmad Hayyun Salamanya (821420085)


2. Tessalonika Tudja (821420103)
3. Magfirah Nur Cahyani (821420100)
4. Nurul Zihane Salsabila (821420097)
5. Khairun Nisha Frizqillah Samsi (821420108)

Telah disetujui

Tanda tangan Pembimbing

Apt. Zikriana A. Mahmud, S.Farm.


NIP. 199408102020122003

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayaht-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini. Laporan ini kami susun sebagai satu bahan penilaian dan
evaluasi kami selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. Selain sebagai
bahan penilaian dan evaluasi, laporan ini kami buat sebagai bukti pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan yang sudah kami laksanakan di rumah sakit umum
daerah Otanaha.
Praktek Kerja Lapangan ini merupakan suatu hal yang membuka kami
sebagai tenaga kesehatan di bidang farmasi untuk menghadapi dunia kerja secara
nyata. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran serta dukungan dan kerja sama
semua pihak di di rumah sakit umum daerah Otanaha.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih.Kepada :
1. Ibu Apt. Zikriana A. Mahmud, S.Farm. Serta apoteker-apoteker yang lain
telah membantu kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangn (PKL) di
rumah sakit umum daerah Otanaha.
2. Ibu Dr. Teti Sutriyati Tuloli, M.Si, Apt., selaku ketua jurusan Farmasi
Fakultas Olahraga Dan Kesehatan serta dosen pembimbing internal kami ibu
Dr. Hamsidar Hasan, M.Si, Apt.

Gorontalo, 2023

Kelompok IV

iv
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan............................................................ 2
BAB II. URAIAN UMUM............................................................................. 3
A. Definisi Rumah Sakit............................................................................. 3
B. Struktur Organisasi Rumah Sakit........................................................... 3
C. Personalia............................................................................................... 4
D. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit.............................................................. 6
E. Kegiatan di Rumah Sakit........................................................................ 7
BAB III. URAIAN KHUSUS......................................................................... 9
............................................................................................................................
A. Letak Geografis RSUD Otanaha............................................................ 9
B. Instalasi Farmasi RSUD Otanaha........................................................... 11
C. Struktur Organisasi Di RSUD Otanaha.................................................. 12
BAB IV. PEMBAHASAN DAN KASUS KLINIK........................................ 13
A. Pengelolaan di RSUD Otanaha.............................................................. 13
B. Pelayanan Resep di RSUD Otanaha....................................................... 15
C. Masalah Yang Ditemukan...................................................................... 16
D. Alternatif Pemecah Masalah.................................................................. 17
E. Kasus Klinik........................................................................................... 18
F. Metode SOAP......................................................................................... 18
G. SOAP di RSUD Otanaha........................................................................ 20
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 22
A. Kesimpulan............................................................................................. 22

v
B. Saran....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 24
LAMPIRAN...................................................................................................... 26

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 SOAP di RSUD Otanaha.............................................................. 18

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kegiatan di RSUD Otanaha.......................................................... 26

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap orang karena setiap aspek
kehidupan berhubungan dengan kesehatan. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan
sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan juga
mendukung keberhasilan dalam pembangunan nasional. Pembangunan di bidang
kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Dalam
upaya mendukung pembangunan di bidang kesehatan, diperlukan tenaga
kesehatan serta sarana dan prasarana kesehatan yang sangat penting untuk
menunjang kesehatan masyarakat, salah satunya adalah rumah sakit.
Dalam dunia kesehatan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan.
Instalasi Farmasi di Rumah Sakit merupakan salah satu bagian dan rumah sakit
yang ikut bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan pasien secara
perorangan di rumah sakit. Sesuai dengan SK Menkes Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

1
2 menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kemenkes,
2016).
Pentingnya peran farmasi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
menuntut adanya standar kompetensi untuk farmasis sehingga profesionalisme
seorang farmasis tidak diragukan lagi. Berdasarkan standar kompetensi farmasis
Indonesia edisi 2004, aspek pengetahuan yang harus dimiliki oleh farmasis yang
bekerja di rumah sakit meliputi enam bidang yaitu asuhan kefarmasian,
akuntabilitas praktek farmasi, manajemen praktis farmasi, komunikasi farmasi,
pendidikan dan pelatihan farmasi, serta penelitian dan pengembangan
kefarmasian. Seorang farmasis dituntut tidak hanya menguasai pengetahuan di
bidangnya, tetapi juga harus mampu berkomunikasi secara baik dan mampu
membangun relasi yang harmonis dengan tenaga kesehatan lain dan dengan
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas adapun tujuan praktek kerja lapangan
dan tujuan pembuatan laporan, yaitu:
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit ini antara
lain:
1. Agar mahasiswa dapat memahami tugas pokok dan fungsi Farmasis atau
Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam pelayanan
kefarmasian yang terdapat di Instalasi farmasi RSUD Otanaha.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan kefarmasian yang
terdapat di RSUD Otanaha.

2
BAB II
URAIAN UMUM
A. Definisi Rumah sakit
Definisi rumah sakit menurut 3 pendapat yang berbeda yaitu menurut
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat sedangkan menurut Supartiningsih, (2017) juga mendefinisikan
rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis
professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien.
Menurut Bramantoro, (2017) juga menjelaskan bahwa rumah sakit
merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya
kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan
pemulihan yang terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan
B. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Organisasi Rumah Sakit merupakan suatu organisasi yang sangat
komplek dengan organisasi-organisasi kecil berupa unit-unit fungsional
didalamnya. Dalam era globalisasi sekarang ini, bisnis rumah sakit tidak lagi
murni suatu lembaga non profit melainkan sudah mulai bergeser ke suatu bisnis
atau usaha yang kompetitif mengarah ke suatu tujuan yang profit. Dengan
semakin ketatnya persaingan dalam bisnis rumah sakit yang ditunjukkan dengan
banyaknya rumah sakit rumah sakit baru dengan fasilitas penunjang yang semakin
canggih dan berbagai produk unggulan yang ditawarkan, menuntut pemilik dan
pengelola rumah sakit untuk mengelola dan menata kembali organisasi
Menurut peraturan presiden RI no 77 tahun 2015, Organisasi Rumah Sakit
disesuaikan dengan besarnya kegiatan dan beban kerja Rumah Sakit. Struktur
organisasi Rumah Sakit harus membagi habis seluruh tugas dan fungsi Rumah
Sakit. Setiap pimpinan organisasi di lingkungan Rumah Sakit wajib menerapkan

3
prinsip koordinasi, integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam
lingkungannya masing-masing serta dengan unit-unit lainnya.
Dalam pasal 6 no 77 tahun 2015 dijabarkan yakni:
1) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit;
b. Unsur pelayanan medis;
c. Unsur keperawatan;
d. Unsur penunjang medis;
e. Unsur administrasi umum dan keuangan;
f. Komite medis; dan
g. Satuan pemeriksaan internal.
2) Unsur organisasi Rumah Sakit selain kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berupa
direktorat, departemen, divisi, instalasi, unit kerja, komite dan/atau satuan
sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja Rumah Sakit.
3) Unsur organisasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b sampai dengan huruf e dapat digabungkan sesuai kebutuhan, beban
kerja, dan/atau klasifikasi Rumah Sakit.
C. Personalia
Personalia adalah semua anggota organisasi, yaitu untuk mencapai tujuan
yang sudah ditentukan. Personalia organisasi rumah sakit mencakup para dokter,
dibantu oleh beberapa tenaga kesehatan lainnya yang memenuhi syarat termasuk
apoteker, asisten apoteker, perawat, sarjana kesehatan masyarakat, sarjana
farmasi, gizi, bidan dan sejumlah personel pendukung yang memadai dan
memenuhi syarat. Berikut semua anggota organisasi rumah sakit
1. Kepala IFRS adalah Apoteker yang bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap semua aspek penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dan
pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di
rumah sakit.
2. Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari IFRS sehingga tidak mempunyai jalur fungsional terhadap IFRS

4
melainkan jalur koordinasi dan bertanggung jawab kepada pimpinan
rumah sakit. Tugas PFT adalah melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan di rumah sakit. Panitia ini terdiri unsur tenaga
kesehatan profesional (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Ners) sehingga
kredibilitas dan akuntabilitas terhadap monitoring dan evaluasi pelayanan
dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan
dapat dipertanggung jawabkan.
3. Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut asuhan kefarmasian
terutama pemantauan terapi obat. Bidang ini membawahi konseling
pasien, pelayanan informasi obat dan evaluasi penggunaan obat baik
pasien di ruangan maupun pasien ambulatory.
4. Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan memantau
perlengkapan perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengadaan, sistem
penyimpanan di gudang, dan produksi obat dalam kapasitas rumah sakit
nonsteril dan aseptik.
5. Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap alur distribusi
sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan (obat, bahan baku
obat, alat kesehatan dan gas medis) kepada pasien rawat jalan, IRD,
ICU/ICCU, kamar operasi, bangsal atau ruangan.
6. Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga pendidikan kesehatan
dan nonkesehatan yang akan melaksanakan praktek kerja sebagai tuntutan
kurikulum dan melaksanakan pelatihan.
7. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang
berkaitan dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian.
8. Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber
daya manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk meningkatkan potensi
dan produktivitasnya secara optimal, serta melakukan pendidikan dan

5
pelatihan bagi calon tenaga farmasi untuk mendapatkan wawasan,
pengetahuan dan keterampilan di bidang farmasi rumah sakit.
9. Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.
10. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit yaitu: Penelitian farmasetik,
termasuk pengembangan dan menguji bentuk sediaan baru. Formulasi,
metode pemberian (konsumsi) dan sistem pelepasan obat dalam tubuh
Drug Released System.
11. Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi klinis,
terutama dalam karakterisasi terapetik, evaluasi, pembandingan hasil
outcomes dari terapi obat dan regimen pengobatan.
12. Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk penelitian
perilaku dan sosioekonomi seperti penelitian tentang biaya keuntungan
costbenefit dalam pelayanan farmasi.
13. Penelitian operasional operation research seperti studi waktu, gerakan, dan
evaluasi program dan pelayanan farmasi yang baru dan yang ada sekarang.
14. Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di rumah sakit pemerintah
kelas A dan B (terutama rumah sakit pendidikan) dan rumah sakit swasta
sekelas, agar mulai meningkatkan mutu perbekalan farmasi dan obat-
obatan yang diproduksi serta mengembangkan dan melaksanakan praktek
farmasi klinik.
15. Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
berjuang, bekerja keras dan berkomunikasi efektif dengan semua pihak
agar pengembangan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang baru itu
dapat diterima oleh pimpinan dan staf medik rumah sakit (Handoko,
2012).
D. Tugas Dan fungsi Rumah sakit
Menurut (Rikomah, 2017) rumah sakit memiliki tugas dan fungsi
berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Tugas rumah
sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

6
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan, rumah sakit juga mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Sedangkan untuk fungsi rumah
sakit adalah :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkataan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
3. Pelayanan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
E. Kegiatan kegiatan di Rumah sakit
Kegiatan di rumah sakit menurut permenkes RI NO 72 Tahun 2016
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Pemilihan;
b. Perencanaan kebutuhan;
c. Pengadaan;
d. Penerimaan;
e. Penyimpanan;
f. Pendistribusian;
g. Pemusnahan dan penarikan;
h. Pengendalian; dan
i. Administrasi.
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b
meliputi:
a. Pengkajian dan pelayanan resep;
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat;

7
c. Rekonsiliasi obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. Konseling;
f. Visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

8
BAB III
URAIAN KHUSUS
A. Letak Geografis RSUD Otanaha
a. Luas Wilayah
Kota Gorontalo merupakan salah satu-satunya kota yang berada di
Provinsi Gorontalo. Secara geografis, di sebelah timur Kota Gorontalo
berbatasan dengan Kabupaten Bonebolango dan Kabupaten Gorontalo di
sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bonebolango
dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo. Luas area Kota
Gorontalo adalah 79,03 KM2 yang terdiri dari 9 Kecamatan.
b. Sejarah singkat
Keberadaan RSUD Otanaha Kota Gorontalo merupakan RSUD milik
Pemerintah Kota Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha
diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 19 Maret 2010 dan
mulai beroperasi pada tanggal 19 Maret 2010 dengan jumlah pegawai 79
orang yang terdiri dari pejabat struktural 4 (empat) orang dan fungsional
serta staf administrasi 75 orang, jumlah tempat tidur pasien 35 TT.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan dan tuntutan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka mulai diupayakan adanya gedung
rumah sakit yang representatif berlokasi di Kecamatan Kota Barat + 1 KM dari
tempat semula. Pada tahun 2013 secara berangsur-angsur kegiatan pelayanan
Rumah Sakit Otanaha pindah ke eks Gedung Dinas Sosial Provinsi Gorontalo
yang bertempat di Kelurahan Buladu Kec. Kota Barat yang diresmikan
pemakaiannya oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 14 Januari 2013.
Selanjutnya pada tanggal 13 Februari 2013 Instalasi Rawat Darurat diresmikan
oleh Walikota Gorontalo. Adapun jumlah tempat tidur pasien 35 TT, dengan
pembagian ruang terdiri dari rawat jalan yang terbagi (poli umum, poli bedah, poli
anak, poli gigi, poli kebidanan) rawat inap terdiri dari (perawatan bedah, anak,
perawatan interna dan kebidanan) serta ruang apotik, laboratorium, Instalasi Gizi
dan administrasi. Selanjutnya pada bulan Desember 2013 bertambah ruang rawat
inap kelas III untuk anak dengan jumlah tempat tidur 15 TT.

9
Dengan berpindahnya kegiatan RSUD Otanaha ke lokasi yang baru, maka
perkembangan dan kemajuan yang dialami RSUD Otanaha semakin meningkat
seiring dengan perkembangannya melalui pembangunan gedung-gedung baru dan
penambahan Sumber Daya Manusia dalam rangka memenuhi standar Rumah
Sakit menuju akreditas. Perkembangan ini dapat dilihat dimana pada bulan
Desember 2013 dibangun fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk
layanan 120 TT, bulan Oktober 2014 dibangun Unit Tranfusi Darah, ICCU dan
Ruang Perawatan IV Kelas III yang diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada
bulan Januari 2015. Selanjutnya tahun 2015 mulai dirintis pembangunan Ruang
Radiologi dengan luas bangunan 13 x 14,5 M2, pembangunan gedung VIP dan
penambahan selasar yang menjadi penghubung antar gedung.
Untuk Tahun 2016 dibangun ruang interna kelas I dan II sebanyak 7
kamar, ruang kebidanan, ruang bedah kelas I, II, III serta ruang operasi dan
penambahan 22 ruang VIP sebanyak 8 Kamar. Yang kesemuanya akan diresmikan
pada Tahun 2017 oleh Bapak Walikota Gorontalo. Pada Juli 2017 ruang
kebidanan sudah dapat difungsikan yang terdiri dari uang bersalin dengan 5 TT,
Gynekologi 1 TT dan ruang nifas dengan 12 TT. RSUD Otanaha mendapatkan
alokasi anggaran dari dana alokasi umum (bantuan Provinsi) dengan
pembangunan ruang central opname dan ruang poliklinik/rawat jalan, yang
kesemua ruangan tersebut akan diresmikan pada akhir Tahun 2017 oleh Bapak
Walikota Gorontalo serta akan difungsikan pada awal Tahun 2018.
Pada Tahun 2018 RSUD Otanaha Kota Gorontalo melaksanakan
pembangunan kamar jenazah dan Ruang Central Steril Suplly Department
(CSSD). Untuk Tahun 2019 dilaksanakan pembangunan Instalasi Farmasi dan
Gudang Obat serta Rehab Gedung Poliklinik dan Rumah Dinas Dokter. RSUD
Otanaha Kota Gorontalo pada Tahun 2020 termasuk Rumah Sakit yang
menangani pasien suspek Covid-19. Untuk meningkatkan pelayanan terhadap
wabah Covid-19 maka disiapkan ruang isolasi khusus yang menangani pasien
suspek Covid-19 dan untuk proses screening pasien disiapkan tenda yang
difasilitasi dengan peralatan dan tenaga medis yang menunjang.

10
B. Instalasi Farmasi RSUD Otanaha
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Gorontalo Nomor 11 Tahun 2010
tanggal 30 Agustus 2010 ditetapkan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Otanaha Kota Gorontalo.Dengan kondisi tingkat pelayanan saat ini
dan dibarengi pula oleh berbagai perubahan yang terjadi, RSUD Otanaha Kota
Gorontalo memiliki komitmen dan keinginan untuk mendambakan suatu tingkat
pelayanan lebih optimal (prima) yang diformulasikan dalam visi dan misi, sebagai
berikut :
a. Visi :
“Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Rujukan Regional yang Bermutu
Menuju Rumah Sakit yang Terakreditas Paripurna di Provinsi Gorontalo”.
b. Misi :
1. Melaksanakan pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan
pelayanan penunjang medik yang bermutu dan SMART (Sopan,
Manusiawi, Ramah, dan Terampil)
2. Mengembangkan kemampuan pelayanan dengan kemampuan
pengelolaan lingkungan yang sehat dan produktif
3. Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien dan
akuntabel
4. Meningkatkan dan mengembangkan sistem rujukan dan jejaring
pelayanan medik
c. Tujuan :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan sistem rujukan
komprehensi
2. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia
3. Menciptakan sistem manajemen dan informasi yang optimal
Apotek RSUD Otanaha beroperasi dengan luas bangunan sebesar dengan
jumlah pegawai 19 orang yang terdiri dari apoteker 5 orang, asisten apoteker 11
orang, dan admistrasi 3 orang. Dalam pelayanan resep, apotek RSUD Otanaha ini
melayani berdasarkan tingkat asuransi yang dimiliki oleh pasien. Dimana
pelayanan asuransi terdiri dari: ASKES, JAMKESMAS, JAMKESMAN yang

11
dilayani selama 24 jam penuh. Pasien yang memiliki salah satu asuransi diatas
dikenakan keringanan biaya pengobatan dalam hal penebusan resep untuk obat-
obat yang masuk dalam daftar DPHO (Daftar Plavon Harga Obat).
C. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha
1. Kepala Ruangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Zikriana Adiwarsa B. Mahmud, S.Farm., Apt
2. Apoteker Penannggung Jawab Gudang
Tasya Fadilah Bachtiar, S.Farm., Apt
3. Apoteker Penanggung Jawab Apotek
a. Herwin Hulukati, S.Si., Apt
b. Widy Astuti Fatmah Handayani, S.Farm., Apt
c. Rosmaniar, S.Si., Apt
4. Tenaga Teknis Kefarmasian
a. Anita Blongkod, A.Md.Farm
b. Rahmatia Abdussamad, A.Md.Farm
c. A. Suriasih, A.Md.Farm
d. Risciyanti Hudju, A.Md.Farm
e. Aida Ince Dahlan, A.Md.Farm
f. Abd. Rasyid Detuage, A.Md.Farm
g. Yulanfin Kadir, A.Md.Farm
h. Fikri A.F Tamsjir, S.Farm
i. Rendi D.J Palai, S.Farm
j. Ade Wira Ishak, A.Md.Farm
k. Nurlina Basra, A.Md.Farm
5. Administrasi
a. Irmawaty Muhsin, S.Kom
b. Elen Kalep
c. Riyan Febriani R. Laiya

12
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KASUS KLINIK
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Otanaha Gorontalo merupakan salah
satu rumah sakit milik pemerintah Kota Gorontalo yang terletak di Jl. Rambutan,
Keluharan Buladu, Gorontalo dan kode RSUD Otanaha Gorontalo yaitu 7502032.
Berdasarkan klasifikasi rumah sakit, RSUD Otanaha Gorontalo diklasifikasikan
kelas C.
Pada tanggal 5 Juni sampai dengan 12 Juni 2023, mahasiswa program
studi S1 Farmasi angkatan 2020 Universitas Negeri Gorontalo telah melaksanakan
praktek kerja lapangan di RSUD Otanaha Gorontalo.
A. Pengelolaan di RSUD Otanaha
1. Perencanaan
Perencanaan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga obat yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
periode pengadaan yang akan datang (Satibi, 2014). Perencanaan
kebutuhan obat, alat kesehatan dan BMHP di RSUD Otanaha Gorontalo
dilakukan oleh apoteker penanggung jawab gudang instalasi farmasi.
Perencanaan berdasarkan tiga metode yaitu konsumtif, epidemiologi dan
gabungan. Selain itu, kriteria pemilihan obatnya yaitu obat vital (V) dan
Esensial (E). Perencanaan berdasarkan rata-rata tiga bulan terakhir
penggunaan obat, yang kemudian akan direncakan kembali untuk
penggunaan selama enam bulan kedepan.
2. Pengadaan
Pengadaan adalah proses untuk mendapatkan barang atau obat yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
meliputi pengambilan keputusan dan tindakan untuk menentukan jumlah
obat yang spesifik, harga yang harus dibayar, kualitas obat yang diterima,
pengiriman barang tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan
waktu dan tenaga berlebihan (Karimah, C., dkk, 2020). Proses pengadaan
memegang peranan penting dalam kesinambungan pelayanan rumah sakit
dan menjamin ketersediaan obat setiap kali dibutuhkan. Setelah

13
perencanaan dilakukan oleh apoteker penanggung jawab gudang instalasi
farmasi dengan mempetimbangkan leadtime, kemudian proses pengadaan
akan dilakukan oleh kepala instalasi farmasi. Pengadaan dapat dilakukan
dengan cara e-cataogue dan secara manual.
3. Penerimaan
Menurut Permenkes No 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, penerimaan merupakan kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik. Penerimaan obat, alat kesehatan dan BMHP di
RSUD Otanaha Gorontalo dilakukan oleh instalasi farmasi. Saat
melakukan proses penerimaan apoteker akan mencocokan barang yang
diterime dengan faktur, yang meliputi nama obat/alat kesehatan/BMHP
yang dipesan, jumlah yang dipesan, bentuk sediaan yang dipesan, no.batch
dan expired date. Jika barang yang dipesan sudah disesuaikan, apoteker
akan menerima barang tersebut dengan menandatangani faktur, disertai
dengan tanggal terima, nama peneriman dan cap. Kemudian tanda terima
tersebut dikembalikan ke pemasok barang dan juga diarsipkan sebagai
bentuk dokumentasi dari isntalasi farmasi.
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat (Seno, Y., 2018). Penyimpanan obat di RSUD Otanaha Gorontalo
yaitu alfabetis, berdasarkan bentuk sediaan. Obat dengan bentuk sediaan
padat seperti kapsul dan tablet disimpan dalam rak tersendiri, begitu pun
dengan sediaan cair. Sediaan suppositoria dan insulin serta beberapa
sediaan injeksi disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2-8ºC. Vaksin
disimpan pada cold chain. Sediaan yang disimpan pada suhu rendah harus
dilakukan pemantauan suhu, dengan cara meletakan pengukur suhu yang

14
kemudian dicatat suhu tersebut setiap hari pada pagi dan malam hari.
Kemudian, penyimpanan obat generik, obat paten dan injeksi dipisahkan.
Obat-obat seperti narkotika, psikotropika dan obat-obat tertentu disimpan
pada lemari yang tidak bisa dipindahkan yang memiliki dua pintu. Rak
penyimpanan obat high alert diberi warna merah. Selain itu penyimpannya
juga berdasarkan FEFO (Firt Expired First Out). Masing-masing obat
memiliki kartu stok untuk mengontrol jumlah masuk dan keluarnya obat
atau BMHP. Untuk stok obat dan BMHP yang belum diletakan di rak
penyimpanan, diletakkan diatas pallet.
5. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu. Instalasi Farmasi RSUD Otanaha Gorontalo
mendistribusikan obat dan BMHP di apotek atau pada bagian pelayanan,
selain itu disitribuskan ke depo OK atau IBS. Selain itu, BMHP seperti
masker didistribusikan kesetiap ruangan yang ada di RSUD Otanaha
Gorontalo. Selain obat dan BMHP, gudang instalasi juga mendistribusikan
alat dan bahan yang dibutuhkan oleh laboratorium.
B. Pelayanan Resep di Apotek RSUD Otanaha
Secara garis besar pelayanan resep di apotek terdiri dari tiga tahapan,
yaitu skrining resep (untuk memastikan resepnya sesuai dan legal), penyiapan
obat (baik racikan atau non-racikan), dan penyerahan obat sekaligus pemberian
informasi obat. Pelayanan resep di RSUD Otanaha Gorontalo yaitu di apotek yang
terletak di dalam gedung instlasi farmasi. Resep rawat inap, rawat jalan dan
intalasi gawat darurat dilakukan di apotek tersebut. Resep yang masuk diletakkan
di tempat yang sudah disediakan, kecuali resep dari instalasi gawat darurat dan
resep CITO tidak diletakkan di tempat resep, namun pengantar resep harus
memberitahukan kepada apoteker dan TTK yang sedang bertugas bahwa resep
tersebut harus segara disiapkan.

15
Ketika resep masuk petugas yang sedang jaga akan melakukan skrinning
resep terlebih dahulu. Jika terdapat obat yang tidak bisa dibaca pada resep
tersebut, maka petugas akan menanyakannya kepada rekan kerjanya, jika tetap
tidak terbaca maka dilakukan konfirmasi melalui telepon pada penulis resep.
Selanjutnya, menyiapkan obat dan BMHP, jika obat tersebut non-racikan mak
obat tersebut langsung diambil sesuai dengan berapa jumlah obat yang diminta,
dan jika obat tersebut racikan, maka akan diracik terlebih dahulu. Setiap
pengambilan obat dan BMHP dilakukan pencatatan dikartu stok, jika resep
tersebut tertulis obat High alert, narkotika dan psikotropika maka pada kartu
stoknya di tambahkan pada nama pasien tersebut, kemudian untuk penggunaan
narkotika dan psikotropika dicatat juga dibuku penggunaan obat tersebut dengan
menuliskan hari/tanggal, nama pasien, jumlah obat yang digunakan, dan nama
dokter penulis resep. Sebelum memberikan obat pada pasien masing-masing obat
diberikan etiket yang berisikan hari/tanggal, nama pasien, nama obat, dan aturan
pakai. Etiket terdiri atas dua warna yaitu warna putih untuk obat-obat yang
diberikan secara peroral dan etiket biru untuk obat-obat yang tidak digunakan
secara oral. Jika obat yang dituliskan tidak tersedia di apotek, maka petugas akan
menuliskan copy resep agar pasien atau keluarga pasien dapat menebus obat
tersebut di apotek lain.Waktu tunggu untuk resep racikan yaitu maksimal 30 menit
dan resep non racikan yaitu 15 menit.
Setelah menyiapkan resep, petugas memanggil nama pasien. Kemudian
petugas akan memastikan kembali penerima resep tersebut. Jika sudah sesuai,
maka petugas akan memberikan informasi penggunaan obat dan memberikan obat
tersebut yang meliputi aturan pakai obat dan cara penggunaannya.
C. Masalah Yang Ditemukan
Dalam praktek kerja lapangan tersebut ada beberapa masalah yang kami
temukan, antara lain:
1. Pelayanan resep terpusat di instalasi farmasi, baik itu resep rawat jalan,
rawat inap, bahkan resep yang berasal dari instalasi gawat darurat. Untuk
waktu tunggu pelayanan resep rawat inap dan rawat tidak ada masalah
terkait hal tersebut dan pihak instalasi sudah memberikan informasi di

16
depan apotek bahwa waktu tunggu resep maksimal 15 menit untuk resep
non racikan dan 30 menit untuk resep racikan. Namun, resep yang bersal
dari instalasi gawat darurat atau resep CITO adakalanya terlambat dilayani
oleh petugas apotek karena keluarga pasien yang tidak memberikan
informasi kepada petugas apotek jika resep tersebut berasal dari instalasi
gawat darurat atau CITO.
2. Terbatasnya luas ruangan gudang instalasi farmasi RSUD Otanaha
Gorontalo, menyebabkan penyimpanan barang belum sepenuhnya
memenuhi standar. Seperti penyimpanan stok sediaan injeksi atau cairan
infus yang menempel dengan dinding dan menyebabkan kardus stok
sediaan injeksi atau cairan infus menjadi lembab.
D. Alternatif Pemecah Masalah
Solusi yang dapat kami berikan terkait masalah yang telah diuraikan diatas
yaitu:
1. Sebaiknya RSUD Otanaha Gorontalo memiliki apotek untuk rawat jalan,
rawat inap, dan depo khusus Intalasi Gawat Darurat. Namun, jika hal
tersebut belum memungkinkan. RSUD Otanaha Gorontalo sebaiknya
memiliki Depo khusus Instalasi Gawat Darurat, selain Depo IBS/OK. Hal
ini bertujuan untuk meminimalisir resep dari IGD atau CITO terlambat
untuk dilayani yang disebabkan oleh pengantar resep yang tidak
memberitahukan kepada petugas apotek dan jarak instalansi gawat darurat
dan instalasi farmasi yang terpisah agak jauh dan berada di gedung yang
berbeda. Jika RSUD Otanaha memiliki depo di instalasi gawat darurat
maka hal-hal seperti ini dapat teratasi.
2. Menurut Permenkas No. 72 Tahun 2016 ruang penyimpanan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, harus diperhatikan
salah satunya kelembapan. Untuk penyimpanan stok yang terdapat
digudang, sebaiknya diberikan sedikit space antara stok dengan dinding.
Jika hal tersebut tidak memungkinkan karena luas ruang gudang yang
terbatas maka dapat dilakukan pengecekkan secara berkala terhadap
dinding gudang, melapisi dinding dengan cat dasar yang memiliki sifat

17
anti air, mengajukan pengadaan alat dehumifider atau mengajukan
penambahan ruang penyimpanan atau gudang.
E. Kasus Klinik
Salah satu metode yang biasanya digunakan dalam menyelesaikan sebuah
kasus klinik yaitu menggunakan metode SOAP (Subject, Objective, Assesment,
dan Plan). Sumber data klinik dapat diperoleh melalui observasi langsung atau
visite bersama dokter dan tenaga kesehatan lain atau melalui rekam medis pasien.

Gambar 4.1 SOAP di RSUD Otanaha


Gambar di atas merupakan salah satu contoh kasus klinis yang terdapat di
RSUD Otanaha, dimana planning yang diberikan yaitu monitoring tekanan darah,
vital sign dan efek samping obat.
F. Metode SOAP
Namun, pemantauan farmasi klinis di RSUD Otanaha Gorontalo belum
menjalankan visite bersama dokter, oleh sebab itu pemantauannya diperoleh dari
catatan medis pasien. Oleh sebab itu, kami tidak dapat membahas terkait kasus
farmasi klinis dan metode penyelesaiannya di RSUD Otanaha Gorontalo. Untuk
mengetahui bagaimana cara melakukan SOAP maka dalam bab ini, kami akan
membahas metode SOAP menurut Vivek Podder et al (2022):
a. Subjektif:
Diperoleh dari pengalaman “subjektif”, pandangan atau perasaan pribadi
pasien atau seseorang yang dekat dengan pasien. Dalam pengaturan rawat inap,
informasi sementara disertakan di sini. Bagian ini memberikan konteks untuk
Penilaian dan Rencana.

18
1. Keluhan utama
Masalah yang muncul dilaporkan oleh pasien. Ini bisa berupa gejala,
kondisi, diagnosis sebelumnya, atau pernyataan singkat lainnya yang
menjelaskan mengapa pasien datang hari ini. Contohnya: myeri dada,
penurunan nafsu makan, sesak napas.
2. Riwayat penyakit sekarang (HPI)
Pada bagian ini dapat diuraikan keluhan utama pasien. Untuk
mengerahuinya dapat diberikan pertanyaan berupa: kapan keluhan tersebut
dimulai?; di area manakah? Sudah berapa lama Anda merasakannya?;
catatlah bagaimana pasien menggambarkan hal tersebut.
3. Sejarah
Pada bagian ini meliputi:
a. Riwayat medis (kondisi Riwayat medis: Kondisi medis saat ini atau
masa lalu yang bersangkutan
b. Riwayat pembedahan: Coba sertakan tahun pembedahan dan ahli bedah
jika memungkinkan.
c. Riwayat keluarga: Sertakan riwayat keluarga yang
bersangkutan. Hindari mendokumentasikan riwayat kesehatan setiap
orang dalam keluarga pasien.
d. Sejarah Sosial: Singkatan yang mungkin digunakan di sini adalah
HEADSS yang merupakan singkatan dari Rumah dan lingkungan;
pendidikan, pekerjaan, makan; kegiatan; narkoba; seks; daan bunuh
diri/depresi.
4. Tinjauan sistem (ROS)
Pertanyaan berbasis sistem yang membantu mengungkap gejala yang tidak
disebutkan oleh pasien.
a. Umum: Penurunan berat badan, penurunan nafsu makan
b. Gastrointestinal: Nyeri perut, hematochezia
c. Muskuloskeletal: Nyeri jari kaki, penurunan rentang gerak bahu kanan

19
5. Obat Saat Ini, Alergi
Obat-obatan dan alergi saat ini dapat dicantumkan di bawah bagian
Subjektif atau Objektif. Namun, penting bahwa dengan obat apa pun yang
didokumentasikan, untuk memasukkan nama obat, dosis, rute, dan
seberapa sering. Contoh: Motrin 600 mg secara oral setiap 4 sampai 6 jam
selama 5 hari
b. Objektif
Bagian ini mendokumentasikan data objektif dari pertemuan pasien. Ini
termasuk: tanda-tanda vital, temuan pemeriksaan fisik, data laboratorium, data
diagnostik lainnya.
c. Assesment
Dalam menulis Assesment biasanya yang selalu diperhatikan yaitu
pemantauan terapi terhadap pasien, yang di kenal dengan drug related problem.
Tujuannya agar kita mengetahui keseuaian terapi yang diberikan pada pasien.
DRPs terdiri dari delapan kategori, yaitu indikasi tanpa terapi, terapi tanpa
indikasi, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, reaksi merugikan, interkasi obat,
pemilihan obat yang tidak tepat, gagal menerima obat. Ketidaktepatan pemilihan
obat dapat menyebabkan obat tidak efektif, menimbulkan toksisitas atau efek
samping obat, dan membengkakan biaya pengobatan
d. Plan
Langkah-langkah tambahan yang diambil untuk merawat pasien, antara
lain: sebutkan pengujian mana yang diperlukan dan alasan pemilihan setiap
pengujian untuk menyelesaikan ambiguitas diagnostik; idealnya apa langkah
selanjutnya jika positif atau negatif, terapi yang dibutuhkan (obat-obatan), rujukan
spesialis atau konsultasi, edukasi pasien, konseling.
H. SOAP di RSUD Otanaha
Contoh penulisan SOAP dapat dilihat pada gambar 4.1. SOAP tersebut
ditulis oleh apoteker. Pada SOAP tersebut apoteker menuliskan:
a. Subjektif : Penurunan Kesadaran
b. Objektif : Tekanan darah 80/40

20
c. Assesment
Terdapat DRP (Drug Related Problem) yang meliputi:
1. Interaksi moderate akibat pemberian norepinephrine dan farpresin secara
bersamaan yang mengakibatkan tekanan darah meningkat
2. Interaksi minor yaitu indikasi duplikasi terapi akibat pemberian
norepinephrine bersamaan dengan dobutamin. Pemberian norepinephrine
dan dobutamin dapat meningkatkan efek simpatis (adrenergik), termasuk
peningkatan darah dan detak jantung.
3. Efek samping acetylcysteine yaitu sesak atau bronkospasme
4. Pemberian furosemid dan omeprazole, menyebabkan palpitasi, tremor,
kejang, jantung berdebar
d. Plan
1. Dapat dilakukan penyesuaian dosisi atau pemantauan tekanan darah yang
lebih sering untuk menggunakan kedua obat dengan aman
2. Memonitoring tanda vital pasien dan dapat mempertimbangkan kembali
untuk memilih pengunaan norepinephrine atau dobutamin
3. Memonitoring tanda vital pasien dan mengurangi dosis dari acetylcysteine
4. Memonitoring efek samping obat

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tugas dari tenaga teknis kefarmasian yaitu melayani resep dokter sesuai
dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada
kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli
tanpa resep dokter. Adapun fungsi dari tenaga teknis kefarmasian yaitu
melakukan Pekerjaan Kefarmasian dibawah bimbingan dan pengawasan
Apoteker yang telah memiliki STRA sesuai dengan pendidikan dan
keterampilan yang dimilikinya.
2. Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit terdapat 2 macam yaitu:
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meiliputi: pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, dan pemusnahan. Dan untuk pelayanan
farmasi klinik meliputi: pengkajian dan pelayanan Resep, penelusuran
riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi Obat, Pelayanan Informasi Obat
(PIO), konseling, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek
Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dan
`Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
3. Alur pelayanan resep di RSUD Otanaha meliputi skrining resep,
menyiapkan obat yang tertera di resep apabila dokter meresepkan racikan
maka obat diracik sesuai dengan yang tertera di resep dan yang terakhir
memberikan informasi terkait nama obat, aturan pakai dan hal-hal yang
harus diperhatikan seperti penggunaan insulin kepada pasien.
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit Kedepannya untuk pihak dari Rumah Sakit Umum
Daerah Otanaha agar dapat berkenan untuk tetap menerima mahasiswa
PKL khusunya jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.

22
2. Untuk Mahasiswa Meningkatkan dan memperbaharui pengetahuan tentang
kefarmasian di Rumah Sakit termasuk di dalamnya terkait interaksi obat,
perhitungan dosis, penggolongan obat, efek samping obat, dan lainnya.

23
DAFTAR PUSTAKA
Bramantoro, T. 2017. Pengantar Klasifikasi dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
Airlangga University Press. Surabaya.

Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009.
Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Jakarta.
Handoko, T. Hani. 2012. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
BPFE. Yogyakarta.

Karimah, C., Arso, S. P., & Kusumastuti, W. (2020). Analisis Pengelolaan Obat
Pada Tahap Pengadaan Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 182-187
Kemenkes, 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan
Pamungkas, M. 2009. Identifikasi Drug Related Problems Kategori
Ketidaktepatan Pemilihan Obat, Dosis Dan Interaksi Obat Pasien Dewasa
Asma Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2007. Doctoral
dissertation. Univerversitas Muhammadiyah Surakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan. 2018. Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban


Pasien Detail Peraturan. Jakarta.

Presiden RI. 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015
Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Jakarta.

Podder, V., Lew, V., & Ghassemzadeh, S. 2022. SOAP notes. In Stat Pearls
[Internet]. StatPearls Publishing.

Rikomah SE. 2017. Farmasi Rumah Sakit. Deepublish. Yogyakarta.

Sabiti. 2014. Manajemen Obat di Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada.


Yogyakarta
Seno, Y. 2018. Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Naibonat (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kupang).

24
Supartiningsih, S. 2017. Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah Sakit: Kasus
Pada Pasien Rawat Jalan. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah
Sakit, 6 (1), pp.9-15.

25
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kegiatan di RSUD Otanaha
No. Kegiatan Keterangan

Menerima barang serta


penyimpanan sesuai bentuk
1.
sediaan, suhu maupun logo
obat.

2. Menyiapkan resep racikan

3. Menyiapkan resep racikan

26
4. Membagi obat racikan

5. Menggerus obat racikan

Membersihkan lumpang alu


6.
setelah menggunakannya

Memanggil nama pasien dan


7. memastikan kembali bahwa
benar pasien

27
Memberi obat dan memberi
informasi terkait nama obat,
8.
indikasi, dan aturan pakai pada
pasien

Menerima materi pada saat


9.
pasien belum ada

28
1

Anda mungkin juga menyukai