Anda di halaman 1dari 2

PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL

Aku yura seorang anak perempuan yang memiliki banyak impian. Salah satu impian ku
adalah bersekolah ke jepang . Meskipun itu mungkin hanya sebatas angan yang akan
melayang begitu saja. Karena memang aku terlahir di keluarga yang kurang mampu. Selain
itu lingkungan sekitar tempat tinggalku juga tidak terlalu mendukung dengan adanya anak
perempuan yang bersekolah tinggi,apalagi sampai berkuliah ke luar negri
Akses jalan untuk pergi kesekolah pun sangat jauh. Jaraknya kurang lebih 10km dari
rumahku. Akses buku untuk pembelajaran juga sangat buruk. Aku hanya bisa memakai buku
buku bekas yang sudah tidak layak pakai. Banyak sekali bagian bagian buku yang hilang atau
mungkin robek setengah halaman.
Sekarang aku sudah duduk di bangku sma kelas 2. Dan disinilah ambisiku untuk meneruskan
Pendidikan dengan berkuliah di luar daerah terpencil ini semakin bergejolak. Tetapi aku
bingung bagaimana caranya aku berbicara dengan ibuku nantinya. Sedangkankan ibuku saja
sudah bersikeras untuk mempekerjakanku di rumah bu lia sebagai pembatu setelah lulus
sma. Dengan itu aku semakin rajin untuk belajar agar aku bisa membuktikan kepada ibuku
bahwa anak perempuan sepertiku ini pantas untuk bersekolah tinggi. Meskipun dengan
akses yang sangat minimalis.
Saat kenaikan kelas 3 aku mulai menyinggung ibuku tentang keinginanku untuk meneruskan
pendididikan ke luar negri dengan beasiswa. Ibuku tidak suka saat aku membahas sesuatu
tentang Pendidikan apalagi jika aku berbicara tentang beasiswa. Raut wajahnya
memancarkan aura yang tidak enak. Belum lagi jika dia sudah mau mengungkapkan kata-
kata. Pasti akan sangat menyayat hati. Dengan itu aku berencana untuk mengikuti test
secara diam diam. Aku sangat yakin dengan rencanaku ini akan berhasil.
Aku melakukan test itu di kota yang berada di seberang daerah tempat tinggalku. Aku
beralasan pada ibu untuk mengambil pasokan buku baru untuk sekolah. Setiap bulan
memang sekolahku mendapatkan pasokan buku buku pembelajaran. Walaupun beberapa
buku sudah tidak layak pakai. Aku pergi ke kota hanya dengan tas kecil berisi 1 pulpen. Aku
melakukannnya agar ibu tidak curiga dengan tindakanku yang tiba tiba ke kota. Aku
berangkat dari rumah pukul 04.00 dan aku sampai ke rumah lagi pada pukul 20.00 keesokan
lusanya. Perjalanan rumahku ke kota memakan waktu 12 jam. Jadi untuk perjalanan pulang
pergi saja memakan waktu 1 hari. Setelah aku sampai rumah aku mulai bimbang lagi,
bagaimana jika aku mendapatkan beasiswa itu dan harus meninggalkan ibu.
Malam itu setelah makan malam bersama aku mulai membuka suara kepada ibuku. Malam
itu aku berada di ruang tamu Bersama ibu. Aku bertanya padanya “Bu,bagaimana jika suatu
saat nanti aku mendapatkan beasiswa dan harus pergi untuk berkuliah?”.”Itu tidak
mungkin,kau tidak akan mengikuti test seperti itu kan?” jawabnya dengan tidak percaya.
Disitu aku hanya bisa menyembunyikan kesedihanku karena ibuku benar benar tidak mau
jika aku menjadi Wanita berpendidikan.
Beberapa bulan setelah aku melakukan test itu, bu nana menghampiri rumahku untuk
menyampaikan sesuatu. Sebenarnya aku merencanakan ini Bersama bu nana. Bu nana
adalah satu satunya guru yang mau membantuku untuk mencapai impianku. Dan ternyata
bu nana menyampaikan bahwa aku lolos untuk berkuliah di jepang. “Bu, apakah ini nyata?”
tanyaku dengan terkejut kepada bu nana. “Iya nak, pergi dan kejarlah impianmu itu.” Jawab
bu nana dengan haru.

Anda mungkin juga menyukai