Disusun Oleh :
Ir. Nurida Finahari, MM,MT
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAGIAN I : TATA LAKSANA ORGANISASI LABORATORIUM
BAB 1 : Organisasi Pengelolaan Laboratorium 5
BAB 2 : Sistem Pengadaan Barang 9
BAB 3 : Sistem Inventori dan Perawatan 12
BAB 4 : Pelaksanaan Praktikum 13
BAB 5 : Pelaksanaan Penelitian 16
BAB 6 : Pelaksanaan Pelatihan 18
BAB 1
ORGANISASI PENGELOLAAN LABORATORIUM
1.1. PENDAHULUAN
Laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan belajar mengajar di
perguruan tinggi. Sarana berupa tempat ini menjadi media bagi mahasiswa maupun dosen
untuk memperdalam pengetahuan tentang suatu teori dalam bentuk penelitian dan pelatihan
praktis. Bentuk-bentuk kegiatan ini membutuhkan prasarana berupa peralatan, sumber daya,
energi dan prasarana terkait lainnya. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dibutuhkan
pengaturan dan personalia pelaksana. Dalam hal ini laboratorium dapat dipandang sebagai
suatu bentuk organisasi. Agar dapat menjalankan fungsinya secara maksimal, laboratorium
juga memerlukan sistem manajemen yang mencakup masalah sumber daya manusia,
peralatan, administrasi dan lain-lain.
Sebagaimana sistem organisasi lainnya, Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (Lab.
FDM) memiliki visi : menjadi tempat belajar yang rekreatif, obyektif, inovatif dan
aplikatif, dengan demikian mengemban misi :
1. mengembangkan metode pembelajaran yang rekreatif sehingga memudahkan proses
penyerapan dan peningkatan pemahaman bahan ajar di laboratorium.
2. mengembangkan pola pikir yang obyektif dan inovatif pada seluruh anggota dan
masyarakat pengguna laboratorium sebagai satu ciri sikap masyarakat akademik yang
terpelajar.
3. mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang bersifat aplikatif yang mendatangkan
manfaat langsung bagi anggota, masyarakat pengguna lab maupun masyarakat umum
sebagai wujud pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya di bidang penelitian
dan pengabdian pada masyarakat.
industri. Sementara itu konsep rencana strategis jangka panjang (Renstra) yang sedang
dikembangkan Lab. FDM meliputi :
a. Rencana jangka pendek.
Meliputi perbaikan manajemen administrasi laboratorium, perawatan dan pengembangan
peralatan, pelaksanaan praktikum, dan pengembangan penelitian baik yang bersifat dasar
maupun inovasi. Di samping itu untuk mengembangkan suasana akademik, laboratorium
FDM menyelenggarakan diskusi terbuka secara rutin pada hari Sabtu minggu pertama
setiap bulan. Materi dan hasil diskusi dikumpulkan dan diupayakan untuk disebar-luaskan
dalam bentuk buletin.
b. Rencana jangka panjang.
Meliputi rencana mencapai kondisi mandiri secara finansial melalui pengadaan pelatihan-
pelatihan dan kegiatan penelitian berbasis pendanaan hibah.
BAB 2
SISTEM PENGADAAN BARANG
BAB 3
SISTEM INVENTORI DAN PERAWATAN
Contoh : No registrasi 01/FDM.Flu/II/06 adalah alat nomor 1 milik Lab. FDM kelompok Fluida
yang diterima pada bulan Februari 2006.
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4.1. PERSIAPAN
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pendaftaran peserta praktikum
Proses pendaftaran peserta praktikum ditetapkan dan dilakukan oleh Jurusan dengan
pelaksana teknis Sekretaris Jurusan. Ka. Lab mengambil salinan daftar peserta paling
lambat 3 bulan sebelum pelaksanaan praktikum (H – 3 bulan).
b. Pembagian kelompok, penyusunan jadual pelaksanaan dan pengajuan anggaran
Di bawah koordinasi Ka. Lab, asisten membuat pembagian kelompok, menyusun jadual
dan anggaran pelaksanaan praktikum. Daftar kelompok dan jadual pelaksanaan
diumumkan paling lambat H – 1 bulan (pada technical meeting). Rencana anggaran
diajukan paling lambat H - 2 bulan sebelum.
c. Pemeriksaan, perbaikan dan pengembangan buku panduan praktikum
Pada tahap ini di bawah koordinasi dan pemeriksaan Ka. Lab, asisten memeriksa
kelengkapan buku panduan praktikum, memperbaiki dan mengembangkannya sesuai
perkembangan dan kondisi peralatan praktikum. Sebelum dicetak, buku panduan
praktikum harus telah diperiksa dan disetujui oleh Ka. Lab. Salinan buku panduan
praktikum yang dilaksanakan tiap periode diarsipkan di Perpustakaan Laboratorium dan
Perpustakaan Jurusan, masing-masing minimum 2 eksemplar. Tahap ini harus telah
selesai pada H – 5 minggu.
d. Pemeriksaan dan penyediaan bahan-bahan habis pakai
Sesuai dengan jenis modul yang dijadualkan untuk periode praktikum berjalan, laboran
dan asisten berkoordinasi untuk memeriksa ketersediaan bahan-bahan habis pakai yang
digunakan untuk masing-masing modul. Penyediaan bahan-bahan ini minimum sejumlah
kebutuhan ditambah persediaan untuk proses perawatan khusus. Proses pengadaan
bahan dilakukan sesuai tata cara pengadaan barang habis pakai dan dilakukan paling
lambat H – 2 minggu.
e. Pemeriksaan, penentuan parameter dan uji coba peralatan dan pengambilan data awal
Kegiatan ini merupakan tahap akhir persiapan praktikum dimana asisten berkoordinasi
dengan laboran melakukan uji coba terakhir peralatan sekaligus mengumpulkan data-
data awal yang dibutuhkan untuk praktikum. Kegiatan ini paling lambat diselesaikan
pada H – 1 minggu.
kesempatan untuk perbaikan pada H + 1 minggu. Peserta yang tidak memenuhi kriteria
nilai dimaksud dinyatakan gugur untuk periode tersebut.
e. Konsultasi Laporan
Kegiatan konsultasi laporan dilakukan dalam 2 tahap yaitu konsultasi asisten yang
dijadualkan maksimal hingga H + 1 bulan dan konsultasi dosen paling lambat H + 6
minggu dalam bentuk laporan terjilid. Proses konsultasi dan pelaporan memiliki bobot
penilaian 30 %. Nilai tahap ini adalah nilai rata-rata konsultasi asisten dan dosen. Setiap
praktikan wajib mengumpulkan laporan untuk mendapatkan yudisium.
f. Post-test
Kagiatan ini adalah tahap akhir uji pemahaman praktikan terhadap materi praktikum.
Jadual pelaksanaan post-test selambat-lambatnya adalah H + 7 minggu. Bobot penilaian
post-test adalah 20 %.
g. Yudisium
Kegiatan ini adalah tahap pengumuman nilai akhir praktikum (jumlah dari semua
komponen penilaian). Sekali lagi praktikan, asisten, laboran dan Ka. Lab bertemu untuk
mendapatkan proses umpan balik evaluasi pelaksanaan praktikum, pengisian kuisioner
praktikum dan silaturahmi. Urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktikum
diselesaikan di sini termasuk pengembalian training pack dan pembagian daftar nilai.
Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya pada awal H + 8 minggu.
4.3. PELAPORAN
Kegiatan ini meliputi penyusunan laporan keuangan, administrasi praktikum
(ringkasan proses pelaksanaan, rincian komponen nilai dan analisis kuisioner), inventarisasi
bahan habis pakai dan kondisi peralatan pasca praktikum. Kumpulan laporan dibuat rangkap
2 untuk arsip laboratorium dan laporan ke Jurusan. Laporan harus telah tersusun pada akhir
H + 8 minggu dan dilakukan bersama oleh Ka. Lab, asisten dan laboran.
BAB 5
PELAKSANAAN PENELITIAN
9. Pada dasarnya jam kerja laboratorium menyesuaikan dengan jam kerja kantor atau
antara pukul 08.00 – 16.00 WIB. Dalam kasus-kasus khusus dimungkinkan
pemanfaatan laboratorium di luar jam kerja dengan persetujuan Ketua Jurusan.
10. Pada masa kontrak, setiap peneliti diwajibkan untuk mentaati tata tertib laboratorium
yang berlaku.
BAB 6
PELAKSANAAN PELATIHAN
MODUL 1
CRITICAL SPEED APPARATUS
1.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh panjang poros terhadap kecepatan kritis.
2. Untuk mengetahui perbedaan kecepatan kritis antara poros tanpa beban
dan poros berbeban.
L/2
G
Jika sebuah piringan ditempatkan pada poros dengan titik berat terletak sejarak e dari
sumbu poros, maka ketika putaran terjadi, akan timbul gaya sentrifugal yang menyebabkan
poros terdefleksi sebesar y. Gaya sentrifugal tersebut adalah :
Fc = m ω 2
( y + e) 1-1)
Dengan mengabaikan berat piringan, defleksi yang diijinkan terjadi pada poros (analog
dengan poros sederhana) adalah :
Fc ⋅ L3
y = 1-2)
48EI
atau,
48 EI
Fc = = k ⋅y 1-3)
L3
Dari persamaan 1-1) dan 1-3) diperoleh :
e
y = 1-4)
k
−1
mω 2
dimana :
k adalah gaya yang menyebabkan defleksi satu satuan
m adalah massa sistem
ω adalah kecepatan sudut
Peningkatan kecepatan putar ω menyebabkan harga defleksi meningkat dan pada
k
ω cr = 1-5)
m
dan putaran kritisnya :
30 k
n cr = 1-6)
π m
MODUL 2
PENGUJIAN BUCKLING
2. 1. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh jenis ikatan ujung terhadap defleksi kolom.
2. Mengetahui distribusi defleksi sepanjang kolom pada pembebanan yang sama, pada
kondisi ujung tertentu.
2. 2. Teori Dasar
Suatu batang pendek yang dibebani gaya tekan murni oleh gaya P yang bekerja
sepanjang sumbu tengah akan memendek, sesuai dengan Hukum Hooke, sampai tegangan
mencapai batas elastis bahan. Kalau P masih terus dinaikkan, bahan akan menonjol dan
terdesak menjadi cakra yang datar dan retak. Jika batang tersebut panjang, kecil dan lurus,
pembebanan tersebut akan menyebabkan batang tertekuk (buckling) hingga batas tertentu
lalu patah tiba-tiba. Beban dimana batang tersebut patah disebut beban kritis. Jika batang
cukup panjang untuk patah akibat pembebanan buckling, disebut kolom.
P P P
y
L/4
A
0,707 L
L L L
L/2
A
B
L/4
2. 4. Jalannya Percobaan
A. Pengaruh kondisi ujung kolom.
1. Set kolom pada kondisi ujung engsel - engsel.
2. Set dial indicator pada posisi L/2.
3. Beri pembebanan hingga P = 4 kg/cm2.
4. Catat defleksi yang terjadi.
5. Ulangi prosedur 1 s/d 4 selama 3 kali.
6. Ulangi prosedur 1 s/d 5 untuk kondisi ujung yang lain.
B. Distribusi defleksi.
1. Set kolom pada kondisi ujung jepit - jepit.
(Tiap kelompok beda kondisi ujung kolomnya)
2. Set dial indicator pada posisi L/4 dari ujung bawah.
3. Beri pembebanan hingga P = 4 kg/cm2.
4. Catat defleksi yang terjadi.
5. Ulangi prosedur 1 s/d 4 selama 3 kali.
6. Ulangi prosedur 1 s/d 5 untuk L/2 dan 3L/4.
2. 6. Analisa Data
Analisa data dilakukan sebagai berikut :
A. Bandingkan defleksi yang terjadi pada tiap kondisi ujung-ujung yang berbeda dengan uji
t beda n mean. Jelaskan berdasarkan teori.
B. Gambarkan rata-rata defleksi tiap titik. Bandingkan dengan gambar teori.
MODUL 3
PRINSIP SUPERPOSISI
3. 1. Tujuan
1. Memperkirakan nilai modulus elastisitas bahan.
2. Membuktikan Maxwell-Betti Reciprocal Theorem (Prinsip Superposisi).
3. 2. Dasar Teori
Prinsip superposisi menyatakan, jika suatu struktur linier dikenai sejumlah beban, efek
kombinasi beban-beban tersebut sama dengan jumlah efek tiap beban yang dikenakan
secara sendiri-sendiri dalam urutan sembarang.
Keterangan gambar :
P1 P2
A B P1 dan P2 = beban struktur
q1 q1 dan q2 = perpindahan yang terjadi
q2
pada titik A dan B
3. 6. Analisa Data
A. Perkirakan harga E dari rata-rata harga percobaan. Dari tabel bahan perkirakan jenis
bahan yang digunakan
B. Apakah q1 = q1’ + q1’’ dan q2 = q2’ + q2’’ ? Uji dengan uji t untuk 2 mean.
MODUL 4
FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS
4.1. Tujuan
1. Menentukan jenis aliran berdasarkan perhitungan Bilangan Reynold
2. Menentukan faktor gesekan dalam pipa
b. Aliran Turbulen
Dalam aliran turbulen, partikel-partikel bergerak secara tidsak beraturan kesegala
arah. Tidaklah mungkin untuk menentukan lintasan gerak partikel fluida secara sendiri-
sendiri.
Untuk menentukan faktor gesekan yang timbul dalam aliran fluida digunakan rumusan
sebagai berikut :
1. Untuk Aliran Laminer
64
f = 4-2)
RE
2. Untuk aliran Turbulen
a. Pipa Halus
0 , 316
f = o , 25 4-3)
R E
b. Pipa Kasar
1 r0
= 2 log 4-4)
f ε • 1,74
Dimana : r0 = Jari – jari pipa (mm)
ε = Faktor kekasaran permukaan (mm)
II
4
III
S6
S5
S3
S2
3 S4
2
S1
6 S6
1
KETERANGAN GAMBAR :
1. Pompa :
Merk : Dab Italy
Kapasitas : 42 lt / menit
Head Total : 33 m
Putaran : 2850 rpm
Motor Power : 0,55 KW
2. Flow Meter
Type : NBAM.C0.
Diameter Pipa : 13 mm
3. Venturi Meter
Diameter Leher : 6,35 mm
Diameter Hulu : 2,22 mm
4. Manometer pipa U tabung kaca
a. Manometer Hg B
Diameter Luar : 27 mm
Diameter Dalam : 25,4 mm
∆ H Maksimum : 250 mm
b. Manometer Hg A
Diameter Luar : 27 mm
Diameter Dalam : 25,4 mm
∆ H Maksimum : 600 mm
5. Pipa PVC
Panjang (m) (
Diameter 10−3 m )
Pipa I 1,11 1,58
Pipa II 1,11 1,905
Pipa III 1,11 2,22
Pipa IV 0,465 1,58
Pipa V 0,3 2,22
Pipa VI 0,34 2,22
Ketinggian Manometer
Bukaan Flow Meter
Katup (m2/dt)
Pipa I Pipa II Pipa III
MODUL 5
VISUALISASI ALIRAN FLUIDA
5.1. Tujuan
1. Mempelajari pola aliran fluida dari berbagai jenis sambungan
2. Membandingkan pola aliran fluida pada beberapa tingkat kecepatan dan ukuran
sambungan
memiliki kecepatan aliran yang lebih tinggi dibanding yang lebih gelap. Contoh visualisasi
dengan cara pencahayaan dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar Visual
Debit Sambungan standar Sambungan variasi 1
(lt/dt) 1 2 3 4 5 Rata2 1 2 3 4 5 Rata2
Rata2
kolom
Gambar Visual
Debit Sambungan variasi 2 Sambungan variasi 4
(lt/dt) 1 2 3 4 5 Rata2 1 2 3 4 5 Rata2
Rata2
kolom
Rata – rata seluruh data
MODUL 6
GETARAN SEDERHANA
6.1. Tujuan
1. Membandingkan karakteristik getaran bebas tanpa redaman akibat variasi simpangan
awal, beban dan konstanta pegas.
2. Membandingkan karakteristik getaran bebas dengan redaman akibat variasi simpangan
awal, beban dan konstanta redaman viskos.
T = k δ st
δ st
T = k (δ st + x )
ma = m&x&
Karena W = k . δst dapat dilihat bahwa besar gaya resultan F dari kedua gaya tersebut (ke
bawah positif) adalah :
F = W - k . (δst + x) = - kx 6-1)
Jadi resultan gaya yang bekerja pada partikel sebanding dengan jarak OP yang diukur dari
posisi keseimbangan. Mengacu pada konvensi tanda, F selalu mengarah pada posisi
keseimbangan O. Substitusikan F ke dalam persamaan fundamental F = m . a dan mengacu
bahwa a merupakan turunan kedua &x& dari x terhadap waktu t, maka diperoleh :
m &x& + kx = 0 6-2)
Catat bahwa konvensi tanda yang sama harus diberlakukan pada percepatan &x& dan
pergerakan x, yaitu ke bawah positif. Penyelesaian umum untuk persamaan 6-2) adalah :
T = k (δ st + x )
ma = m&x&
c&x
Penyelesaian ini berhubungan dengan gerakan tanpa getaran. Pada saat λ1 dan λ2
bernilai negatif kedua-duanya, x mendekati nol pada saat t meningkat tak terhingga.
Bagaimanapun pada kenyataannya sistem akan mencapai posisi keseimbangannya
setelah beberapa waktu tertentu.
2. Critical damping : c = cc; Persamaan karakteristik 6-10) memiliki akar ganda bernilai λ = -
cc / 2m. Penyelesaian umum untuk persamaan diferensial 6-38) adalah :
Gerakan yang terjadi juga tanpa getaran. Sistem teredam kritis merupakan satu bahasan
khusus dalam rekayasa teknik untuk mendapatkan kondisi dimana sistem dapat
mencapai posisi keseimbangannya dalam waktu sesingkat mungkin tanpa mengalami
osilasi.
3. Light damping : c < cc; Akar-akar persamaan 6-10) merupakan bilangan kompleks
sekawan (conjugate complex). Penyelesaian umum untuk persamaan diferensial 6-9)
berbentuk :
x = e − ( c / 2 m ) t (C1 sin ω d t + C 2 cos ω d t ) 6-15)
2
c
ωd = ωn 1 − 6-16)
cc
Dalam hal ini konstanta c/cc dinamakan faktor damping.
2. Stop watch
3. Beban dalam beberapa variasi berat
4. Fluida dengan beberapa variasi viskositas
5. Pegas dalam beberapa variasi konstanta pegas
6. Penggaris
Sesuaikan tabel diatas untuk kombinasi variabel lain, untuk data frekuensi dan perioda
MODUL 7
PENGUJIAN AERODINAMIKA
7.1. Tujuan
1. Membandingkan koefisien drag model mobil pada terowongan angin.
2. Mempelajari profil kecepatan model mobil.
3. Mempelajari pola aliran angin di sekitar bodi model mobil
UQ dA
x
Gambar 12 :Profil gaya drag
Resultan dari tegangan geser dan distribusi tekanan akan menghasilkan komponen gaya-
gaya sebagai berikut :
∫ ∫
FD = cosθ .( p.dA) + sin θ .(τ .dA) 7-4)
Gaya hambat biasa diekspresikan dalam bilangan tak berdimensi yaitu koefisien drag (CD)
2
yang didefinisikan sebagai total drag force dibagi dengan 1 2 .ρ .U ∞ . A atau :
FD
CD = 7-5)
1 .ρ .U 2 . A
2 ∞
Profil kecepatan aliran fluida di sekitar bodi benda uji aerodinamis dihitung
berdasarkan persamaan Bernoulli dengan menggunakan tabung pitot sebagai berikut
[http://www.princeton.edu/~asmits/Bicycle_web /bicycle_aero.html] :
p + ½ ρV2 + ρgh = konstan 7-6)
Dimana : p = tekanan ρ = densitas
V = kecepatan g = percepatan gravitasi
h = elevasi
Dengan memposisikan tabung pada aliran dan mengukur beda tekanan maka kecepatan
dapat diukur secara akurat. Persamaan Bernoulli sepanjang aliran pada tabung dari arah
hulu sampai ujung Pitot menunjukkan bahwa tabung mengukur tekanan titik stagnasi.
Sehingga untuk menentukan kecepatan Ve, harus mengetahui nilai densitas, dan beda
tekanan (p0 – pe). Beda tekanan ini biasanya dapat diukur langsung dari alat ukur tekanan
statik yang diletakkan pada dinding saluran atau pada permukaan benda uji [McMahon, et.
Al; 2002].
Pengukuran kecepatan aliran diawali dengan pengukuran densitas udara, yaitu dari
persamaan gas ideal [Hollman, JP; 1985; 270]:
p = ρRT 7-7)
Dimana : p = tekanan udara luar T = temperatur udara luar
R = konstanta gas = 287 J kg-1 K-1
Viskositas udara dihitung dengan hukum Sutherland [Apsley, D; halaman 1] :
3
µ T 2 T0 + S
= 7-8)
µ 0 T0 T + S
Dimana untuk udara T0 = 273 K, µ0 = 1,71 x 10-5 kg-1 dt-1, S = 110,4 K.. Dari pengukuran
tekanan maka dapat ditentukan besar kecepatan luarnya [Apsley, D; halaman 2] :
1
ρU 2 = p 0 − pe 7-9)
2
Distribusi kecepatan juga direlasikan dengan angka Reynold :
ρDU
Re = 7-10)
µ
dimana : D = diameter hidrolik U = kecepatan rata-rata
µ = viskositas kinematik
Tekanan statis pada suatu penampang saluran adalah sama dengan tekanan pada
dinding untuk suatu saluran lurus. Sedangkan tekanan stagnasi (tekanan total) adalah
tekanan yang diukur pada daerah dimana aliran fluida diperlambat hingga nol dengan proses
perlambatan tanpa gesekan.
Pada pengukuran tekanan stagnasi, tekanan diukur pada kecepatan yang
diperlambat tanpa gesekan sampai kecepatannya (Vo) adalah nol dan pada pengukuran yang
dilakukan tidak terdapat perbedaan ketinggian sehingga zo = z maka persamaan Bernoulli di
atas menjadi :
p V2
po = + 7-11)
ρ 2
dimana : p : tekanan statis
po : tekanan stagnasi
Tekanan dinamis merupakan selisih antara tekanan stagnasi dengan tekanan statis,
sehingga :
1
.ρ .V 2 = po − p 7-12)
2
Proses pengambilan data untuk uji pola aliran adalah sebagai berikut :
a. Gunakan kipas sebagai pengganti blower, set pada tingkat kecepatan terendah.
b. Pasang pipa pengarah asap pada lantai terowongan, buatlah asap dan stabilkan.
c. Hidupkan kipas dan rekam aliran asap yang melalui model mobil selama 5 menit.
d. Ulangi proses b-c untuk model mobil yang lain.
e. Ubah data video menjadi data gambar dengan cara sebagaimana dijelaskan pada modul
visualisasi aliran fluida (modul 5)
N = Mtot
l1
Fd
MODUL 8
HEAT EXCHANGER
8.1. Tujuan
1. Mempelajari cara kerja heat exchanger sederhana
2. Membandingkan efisiensi pertukaran panas aliran searah dan berlawanan arah
a b
Th m
mh − dTh
Th k
∆ Ta ∆T ∆ Tb
Tc k
Tc m
mc + dTc
dA
o Atotal
m = masuk Luas
k = keluar
Gambar 16 : Distribusi suhu dalam penukar panas aliran searah lintas- tunggal
Sumber : Frank Kreith dan Arko Priono, 1994, hal 554
Keuntungan tambahan bisa didapat dari susunan aliran berlawanan karena untuk laju
aliran tertentu diperlukan permukaan yang lebih kecil dibandingkan kondisi aliran searah.
Untuk menentukan laju perpindahan panas dalam semua kasus digunakan persamaan :
dq = UdA∆T 9-1)
Dimana m adalah laju aliran massa dalam lbm / h, c p adalah panas jenis pada tekanan
konstan pada Btu/ lbm F , dan T ialah suhu curahan (bulk) rata rata fluida dalam F. Indeks h
menunjukan fluida yang panas dan indeks c fluida yang dingin; tanda plus dalam suku ketiga
berlaku untuk aliran searah, dan minus untuk aliran lawan jika panas jenis fluida tidak
berubah dengan suhu , kita dapat menuliskan keseimbangan panas dalam dari lubang
sampai satu penampang sembarang dalam penukar panas.
- C h (Th − Thm ) = C c (Tc − Tcm ) 9-3)
dimana :
C h = mh c ph , laju aliran kapasitas panas perjam* untuk fluida panas (Btu/h F)
Panjang penukaran panas adalah (indeks m berarti “masuk “; indeks k berarti “keluar”) :
cc T − Thm
= − hk 9-4)
ch Tck − Tcm
Cc (Tcout − Tcin )
atau : ε = 9-7)
Cmin (Thin − Tcin )
Dimana : Cmin ialah harga mhcph atau mccpc yang lebih kecil
2. Stop watch
3. Gelas ukur
BAB 1
PERBANDINGAN DUA PERLAKUAN
1.1. Pendahuluan
Eksperimen dilakukan untuk membandingkan dua teknologi atau lebih untuk
pengembangan teknik baru, modifikasi dan perbaikan teknik-teknik yang sudah ada.
Kegiatan eksperimen salah satunya meliputi pengumpulan data dan mendapatkan
kesimpulan dari hasil eksperimen. Statistik memberikan metode berbasis logika untuk
mengevaluasi hasil tersebut seperti halnya perencanaan proses eksperimen yang
efektif untuk pengumpulan data.
Perlakuan (treatment) sering digunakan dan mengacu pada sesuatu yang
dibandingkan. Sesuatu yang diberi perlakuan dalam eksperimen disebut unit
eksperimen atau subyek eksperimen. Sifat-sifat subyek penelitian yang dicatat
setelah mengalami perlakuan disebut respon. Bentuk perlakuan misalnya varietas
bibit, penggunaan obat dan tidak, dua macam program pelatihan, lokasi geografis
sawah dan sebagainya. Subyek eksperimen misalnya sebidang kebun, tikus
percobaan, anak-anak, petani dan lain-lain.
Bagaimana subyek dipilih dan diberi perlakuan disebut desain eksperimen
atau desain sampel. Desain yang baik dan teliti sangat penting untuk keberhasilan
eksperimen yang menghasilkan perbandingan yang valid antara dua perlakuan. Dua
ciri umum desain yang baik dan teliti adalah :
a. Randomisasi subyek terhadap perlakuan.
b. Pencocokan atau penyerupaan subyek untuk mengurangi pengaruh luar.
∑ (X 1 − X )
2
X1, X2, ....., Xn n1
1
dari populasi 1 X =
n1
∑ Xi 2
s1 = i =1
n1 − 1
i =1
n2
∑ (Y1 − Y )
2
Y1, Y2, ....., Yn n2
1
dari populasi 2 Y =
n2
∑ Yi s2 2 = i =1
n2 − 1
i =1
b. Y1, Y2, ....., Yn2 adalah sampel acak dari N(µ2, σ).
∑ (X i − X ) +∑ (Yi − Y )
2 2
1 1
X − Y ± t α / 2 s gab +
n1 n 2
tα/2 adalah titik atas α/2 dari distribusi t dengan derajat kebebasan n1 + n2 – 2
Pengujian H0, µ1 - µ2 = δ0 uji statistiknya :
X −Y −δ0
t= dengan d.f = n1 + n2 – 2
1 1
s gab +
n1 n 2
Contoh 1.1 :
Hasil pengamatan banyaknya susu hasil sapi perahan dengan perbedaan perlakuan
jenis makanan yang diberikan A dan B. Dari sampel 25 sapi, 13 ekor diberi makanan
A dan 12 ekor diberi makanan B. Hasil perahan (pon) :
Makanan A 44, 44, 56, 46, 47, 38, 58, 53, 49, 35, 46, 30, 31
Makanan B 35, 47, 55, 29, 40, 39, 32, 41, 42, 57, 51, 39
a. Dapatkan 95% confidence interval untuk beda rata-rata hasil perahan tiap ekor
sapi antara 2 perlakuan.
b. Olah data yang secara kuat mengindikasikan hasil perahan yang lebih sedikit
dengan perlakuan B dibanding perlakuan A (α uji = 0.05).
Jawab :
Diasumsikan bahwa data dua perlakuan adalah sampel acak dengan rata-rata µ1 dan
µ2, dan variannya σ2.
Perhitungan dengan ringkasan statistik :
a. Dengan confidence level α/2 = 0.025, dengan tabel t didapat t0.025 = 2.069 dan d.f
= n1 + n2 – 2 = 23. Sehingga confidence interval 95% untuk µ1 - µ2 adalah :
1 1 1 1
x − y ± t 0.025 s gab + = 45.15 − 42.25 ± 2.069 × 8.36 +
n1 n 2 13 12
Untuk d.f = 23, nilai tabel t0.05 = 1.714 yang lebih besar dibanding nilai
pengamatan. Maka hipotesa nol tidak ditolak dengan α = 0.05
s1 2 s 2 2
X − Y ± z α / 2 s gab +
n1 n2
Contoh 1.2 :
Studi tentang hasil ujian pelajar kota dan desa dengan mengambil sampel 90 pelajar
kota dan 100 pelajar desa. Nilai ujian :
Pelajar desa Pelajar kota
Ukuran sampel 90 100
Rata-rata 76.4 81.2
Standar deviasi 8.2 7.6
Jawab :
Rata-rata nilai ujian dinotasikan dengan µ1 dan µ2. Dari data sampel diketahui bahwa
n1 = 90; n2 = 100; x = 76.4; y = 81.2; s1 = 8.2; s2 = 7.6
a. Karena 1 - α = 0.98 didapat α/2 = 0.01 dan z0.01 = 2.33. Sehingga confidence
interval 98% untuk µ1 - µ2 adalah :
s1 2 s 2 2 (8.2 )2 (7.6 )2
x − y ± z 0.01 + = 76.4 − 81.2 ± 2.33 +
n1 n2 90 100
1.3. Randomisasi
Randomisasi adalah pemilihan subyek eksperimen yang akan mendapat
perlakuan berbeda dengan suatu kontrol. Randomisasi mencegah sumber-sumber
yang tidak terkontrol dari suatu variasi dari gangguan terhadap respon. Untuk itu
diperlukan suatu prosedur randomisasi :
a. Dari n = n1 + n2 subyek eksperimen yang ada pilih n1 subyek secara acak yang
akan mendapat perlkuan 1 dan n2 subyek secara acak yang akan mendapat
perlakuan 2.
n
b. Pemilihan acak memberikan kemungkinan pilihan sebanyak .
n1
1.4. Perbandingan Pasangan
Konsep pemasangan atau pencocokan sangat mendasar untuk memberikan
peluang kompromi antara 2 hal yaitu homogenitas dan keaneka ragaman subyek
eksperimen. Misalnya bentuk sederhana pasangan dimana satu subyek mendapat
perlakuan 1 dan subyek yang lain mendapat perlakuan 2 dengan pemilihan secara
acak. Desain ini disebut sampel dengan pemasangan atau perbandingan pasangan.
Pasangan (X1, Y1), (X2, Y2), ....., (Xn, Yn) adalah independen. Analisa statistik :
1 n
D = ∑ Di sD = ∑
2
n
(Di − D )2
n i =1 i =1 n −1
Contoh 1.3 :
Studi tentang efek samping obat terhadap tekanan darah. Sampel diambil 15 orang
dewasa yang mengkonsumsi obat selama 6 bulan dan kemudian diukur tekanan
darahnya. Hasil pengukuran ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 13 : Tekanan darah sebelum dan sesudah konsumsi obat
Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sebelum (x) 70 80 72 76 76 76 72 78 82 64 74 92 74 68 84
Sesudah (y) 68 72 62 70 58 66 68 52 64 72 74 60 74 72 74
d = (x – y) 2 8 10 6 18 10 4 26 18 -8 0 32 0 -4 10
Perhitungan statistik :
15
∑ (d i − d )
2
15
di
d =∑ = 8.80 sD = i =1
= 10.98
i =1 15 14
BAB 2
ANALISA VARIAN (ANOVA)
Untuk mengetahui pengaruh variasi dua buah variabel bebas dan pengaruh interaksi
antar variabel tersebut terhadap variabel terikat digunakan analisa varian ANOVA dengan
desain faktorial yang dirumuskan pada tabel sebagai berikut :
q
Factor B SS B = pr ∑ y . j. − y... ( )2 q–1 MSB MSB / MSE
j =1
p q
Interaksi
(
SS AB = r ∑∑ y ij . − y i.. − y . j . + y ... )2 (p – 1)(q –
MSAB MSAB/MSE
A dan B i =1 j =1 1)
p q r
Residual SSE = ∑∑ ∑ y ijk − y ij . ( )2 pq (r-1) MSE
i =1 j =1 k =1
p q r
Total ∑ ∑ ∑ (yijk − y... )2 pqr – 1
i =1 j =1 k =1
Keterangan :
yi .. = rata-rata baris y. j. = rata-rata kolom
SS vol = 6 x5 x[(2,40 − 2,34 )2 + (2,33 − 2,34 )2 + (2,53 − 2,34 )2 + (1,99 − 2,34)2 + (2,43 − 2,34 )2 ]
= 4,0586
Dengan cara yang sama diperoleh SS untuk variabel lainnya.
Nilai F tabel dilihat pada tabel F yang terdapat pada buku-buku statistik dengan
metode pemilihan mengikuti kriteria F(α; df1; df2) untuk α adalah derajat kesalahan data
statistik yang diijinkan (dalam hal ini dipilih 0,05 atau 5%), df1 adalah df variabel yang diuji, df2
adalah df residual. Jadi nilai F tabel untuk volume diperoleh dengan F (0,05; 4; 100).
Dari hasil analisa pada tabel 4-3 dapat dilihat bahwa F tabel < F ratio jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa volume minyak dan penambahan udara bertekanan berpengaruh
secara signifikan terhadap waktu pengereman baik secara individual maupun secara
bersama, dengan tingkat kesalahan 5%.
Cengel, Y.A, Cimbala, J.M, 2006, Fluid Mechanics Fundamental and Applications,
McGraw-Hill, New York
Fox, Robert W. And Mc Donald, Alan T, 1994, Introduction of Fluid Mechanics, 4th edition,
John Wiley and Son, Inc,
Giles, Ranald V; 1986, Penerjemah Ir. Herman Widodo Soemitro; Seri BukuSchaum, Teori
Dan Soal – soal, Mekanika Fluida dan Hidrolika; Edisi kedua; Penerbit Erlangga;
Jakarta
Hibbeler, RC, 1982, Mekanika Teknik (Statika), Terjemahan Yaziz Hasan, Edisi Pertama,
Prenhalindo, Jakarta.
http://www.f1indonesia.com; 2005
http://www.galcit.caltech.edu/awt.htm, 2002
http://www.dur.ac.uk/car/mercsmoke.htm, 2003
http://www.nasa.gov; 2003
http://www.f1technical.net/article47.html; 2005
http://www.desktopaero.com/appliedaero/blayers.html, 2002
http://www.mh-aerotools.de/airfoils/glossary.html, 2002
Kreith, F, 1994, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, Alih bahasa Arko Prijono, Edisi ketiga,
Erlangga, Jakarta
Lee, S-H and Ih, J-G, 2003, Effect of Non-uniform Perforation in the Concentric
Resonator on the Transmission Loss and Back Pressure Center for Noise and
Vibration Control, The 32nd International Congress and Exposition on Noise
Control Engineering Jeju International Convention Center, Seogwipo, Korea.
Streeter, Victor L; Wylie, E. Benjamin; 1991. Alih Bahasa Arko Priijono, M.S.E; Mekanika
Fluida Jilid II; Edisi Delapan; Penerbit Erlangga; Jakarta.
Streeter, Victor L; Wylie, E. Benjamin; 1993. Alih Bahasa Arko Priijono, M.S.E; Mekanika
Fluida Jilid I; Edisi Delapan; Penerbit Erlangga; Jakarta.
White, Frank M; 1991, Mekanika Fluida; Jilid 2 Edisi kedua; Erlangga; Jakarta
Prediksi Harga
No. Nama Barang Jumlah
Satuan Total
Jumlah
Catatan :
Lembar 1 diarsipkan di Lab. bersama dengan bukti pembelian asli.
Lembar 2 dikirimkan ke Jurusan bersama fotocopi bukti pembelian.
LAMPIRAN 2 : FORMULIR BP
Sifat Pengajuan
No. Nama Barang Jumlah Perkiraan Harga Keterangan
R U N
Jumlah
R : Replacement U : Upgrading N : New
Catatan :
Lembar 1 diarsipkan di Lab sebagai bukti pengajuan.
Lembar 2 dan 3 dikirimkan ke Jurusan untuk mendapatkan keputusan.
Lembar 3 dikembalikan ke Lab bersama Berita Acara Serah Terima Barang, jika
pengadaan disetujui.
Paraf
Pemanfaatan
Nama No. Petugas
No. Jml Kondisi
Barang Register Tgl Tgl
Nama NIM TTD TTD Keperluan Serah Terima
pinjam Kembali
........................................... ..................................................
NDP/NIP. .......................... NDP/NIP. .................................
Kepada Yth :
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Univ. Widyagama Malang
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, dengan ini saya :
Nama : ...............................................................................
NIM/NDP/NIP : ...............................................................................
Alamat : ...............................................................................
Tlp / HP : ...............................................................................
Institusi : ...............................................................................
Tema/judul : .............................................................................
Bidang kajian : ..............................................................................
Peralatan : ..............................................................................
..............................................................................
Waktu : .............................................................................. (jadual terlampir)
Untuk keperluan tersebut saya bersedia memenuhi biaya yang dibutuhkan untuk
penggunaan sumber daya terkait. Untuk keperluan analisa data, saya memerlukan / tidak
memerlukan bimbingan*).
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan perkenan Bapak/Ibu, saya
ucapkan banyak terima kasih.
Malang, ........................................
Yang mengajukan,
......................................................
NIM/NDP/NIP................................
Catatan :
1. Tembusan kepada Ka. Lab disertai rekomendasi penerimaan/penolakan Kajur.
2. *) coret yang tidak perlu
PENDAFTARAN
DI SEKJUR.
TECH. MEETING
DI LAB.
KULIAH
PENYEGARAN
PRE-TEST
T
LULUS ? MENGULANG 2X
Y
Y T
PRAKTIKUM LULUS ? GUGUR
LAPORAN
T
TERKUMPUL ?
POST TEST
YUDISIUM