Anda di halaman 1dari 78

BUKU PANDUAN

LAB. FENOMENO DASAR MESIN

Disusun Oleh :
Ir. Nurida Finahari, MM,MT

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
2006
JMFT Univ. Widyagama Malang

Laboratorium adalah salah satu sarana pembelajaran yang menduduki ranking


tertinggi khususnya pada pembelajaran ilmu-ilmu pasti dan rekayasa teknik. Hal ini
disebabkan tumbuhnya keyakinan bahwa kelengkapan penguasaan teori-teori yang diajarkan
di ruang kuliah akan menjadi sempurna jika telah melalui tahap praktikum di laboratorium.
Itulah sebabnya mengapa mahasiswa-mahasiswa yang aktif di laboratorium selalu
dipandang sebagai kelompok ‘genius’.
Bertolak belakang dengan anggapan-anggapan tersebut, tata laksana organisasi
laboratorium justru belum dipandang sebagai satu aspek manajerial yang penting ditangani
secara profesional. Posisi Kepala Laboratorium juga masih menjadi posisi ‘asal ada’. Tugas
dan wewenangnya masih dikacaukan dengan tugas dan wewenang Jurusan. Bahkan untuk
aspek sumber daya fisik seperti mesin-mesin, peralatan praktek dan pendukung juga belum
dikelola secara rapi. Maka sarana prestisius ini terbengkalai sangat lama.
Sejalan dengan isu kemandirian kampus dan peningkatan biaya pendidikan yang luar
biasa, pemanfaatan laboratorium sebagai salah satu sumber penghasilan Jurusan mulai
dilirik dan dikembangkan. Pembenahan tata laksana organisasi laboratorium tiba-tiba
menjadi satu unsur manajerial Jurusan yang dipandang penting. Dalam arah profesionalisasi
peran laboratorium inilah Buku Panduan Laboratorium Fenomena Dasar Mesin disusun,
sebagai langkah awal pembenahan.
Mengingat keterbatasan penyusun dan dangkalnya pengalaman maupun
pengetahuan dan kurangnya wawasan tentang pengelolaan laboratorium, tentunya buku ini
masih jauh dari sempurna. Koreksi dan masukan dari berbagai pihak akan menjadi bahan
acuan penyempurnaan untuk edisi-edisi selanjutnya. Namun demikian, dengan segala
keterbatasannya, semoga buku ini dapat memenuhi fungsinya sebagaimana mestinya.

Malang, awal Juli 2006


Penyusun

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 2


JMFT Univ. Widyagama Malang

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAGIAN I : TATA LAKSANA ORGANISASI LABORATORIUM
BAB 1 : Organisasi Pengelolaan Laboratorium 5
BAB 2 : Sistem Pengadaan Barang 9
BAB 3 : Sistem Inventori dan Perawatan 12
BAB 4 : Pelaksanaan Praktikum 13
BAB 5 : Pelaksanaan Penelitian 16
BAB 6 : Pelaksanaan Pelatihan 18

BAGIAN II : MODUL PRAKTIKUM


MODUL 1 : Critical Speed Apparatus 20
MODUL 2 : Pengujian Bucling 23
MODUL 3 : Prinsip Superposisi 26
MODUL 4 : Pengujian Fluid Circuit Apparatus 29
MODUL 5 : Visualisasi Aliran Fluida 34
MODUL 6 : Getaran Sederhana 39
MODUL 7 : Pengujian Aerodinamika 45
MODUL 8 : Heat Exchanger 53

BAGIAN III : METODE STATISTIK UNTUK ANALISA DATA


BAB 1 : Perbandingan Dua Perlakuan 58
BAB 2 : Analisa Varian (ANOVA) 66

DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 3


JMFT Univ. Widyagama Malang

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 4


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 1
ORGANISASI PENGELOLAAN LABORATORIUM

1.1. PENDAHULUAN
Laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan belajar mengajar di
perguruan tinggi. Sarana berupa tempat ini menjadi media bagi mahasiswa maupun dosen
untuk memperdalam pengetahuan tentang suatu teori dalam bentuk penelitian dan pelatihan
praktis. Bentuk-bentuk kegiatan ini membutuhkan prasarana berupa peralatan, sumber daya,
energi dan prasarana terkait lainnya. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dibutuhkan
pengaturan dan personalia pelaksana. Dalam hal ini laboratorium dapat dipandang sebagai
suatu bentuk organisasi. Agar dapat menjalankan fungsinya secara maksimal, laboratorium
juga memerlukan sistem manajemen yang mencakup masalah sumber daya manusia,
peralatan, administrasi dan lain-lain.
Sebagaimana sistem organisasi lainnya, Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (Lab.
FDM) memiliki visi : menjadi tempat belajar yang rekreatif, obyektif, inovatif dan
aplikatif, dengan demikian mengemban misi :
1. mengembangkan metode pembelajaran yang rekreatif sehingga memudahkan proses
penyerapan dan peningkatan pemahaman bahan ajar di laboratorium.
2. mengembangkan pola pikir yang obyektif dan inovatif pada seluruh anggota dan
masyarakat pengguna laboratorium sebagai satu ciri sikap masyarakat akademik yang
terpelajar.
3. mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang bersifat aplikatif yang mendatangkan
manfaat langsung bagi anggota, masyarakat pengguna lab maupun masyarakat umum
sebagai wujud pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya di bidang penelitian
dan pengabdian pada masyarakat.

Lab. FDM merupakan laboratorium yang mengkhususkan diri pada pengajaran


praktek dan pengembangan teori-teori dasar Teknik Mesin yang meliputi bidang Mekanika
Fluida, Perpindahan Panas, Statika dan Dinamika Permesinan, Sistem Kontrol dan
Mekatronika. Maka tujuan pendirian Lab. FDM adalah menyediakan sarana
pembelajaran ilmu-ilmu dasar Teknik Mesin yang rekreatif, obyektif, inovatif dan
aplikatif bagi civitas akademika, masyarakat ilmiah pada umumnya dan masyarakat

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 5


JMFT Univ. Widyagama Malang

industri. Sementara itu konsep rencana strategis jangka panjang (Renstra) yang sedang
dikembangkan Lab. FDM meliputi :
a. Rencana jangka pendek.
Meliputi perbaikan manajemen administrasi laboratorium, perawatan dan pengembangan
peralatan, pelaksanaan praktikum, dan pengembangan penelitian baik yang bersifat dasar
maupun inovasi. Di samping itu untuk mengembangkan suasana akademik, laboratorium
FDM menyelenggarakan diskusi terbuka secara rutin pada hari Sabtu minggu pertama
setiap bulan. Materi dan hasil diskusi dikumpulkan dan diupayakan untuk disebar-luaskan
dalam bentuk buletin.
b. Rencana jangka panjang.
Meliputi rencana mencapai kondisi mandiri secara finansial melalui pengadaan pelatihan-
pelatihan dan kegiatan penelitian berbasis pendanaan hibah.

1.2. STRUKTUR ORGANISASI


Secara sederhana struktur organisasi Lab. FDM adalah sebagai berikut :

Untuk kelancaran jalannya organisasi pengelolaan laboratorium dilakukan penjadualan


pertemuan rutin pengelola laboratorium minimal setiap 3 bulan sekali untuk mengevaluasi
merencanakan, mengevaluasi pelaksanaan dan pengembangan program-program kerja
laboratorium sesuai visi, misi, tujuan dan konsep Renstra yang telah disusun.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 6


JMFT Univ. Widyagama Malang

1.3. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


Tugas dan tanggung jawab yang menjadi kewenangan masing-masing posisi dalam
struktur organisasi Lab. FDM adalah :
1. Kepala Laboratorium
Kepala laboratorium (Ka. Lab) adalah orang yang mendapatkan wewenang dan
bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan untuk menjadi pimpinan di lingkungan
laboratorium. Dengan demikian Ka. Lab memiliki tugas dan tanggung jawab manajerial
laboratorium yang meliputi perencanaan, pengoperasian, pengendalian dan
pengembangan sistem laboratorium sesuai visi, misi, tujuan dan Renstra yang telah
dikembangkan. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Ka. Lab
berkoordinasi dengan Sekretaris Jurusan, khususnya pada bidang administrasi dan
akademik.
2. Asisten
Asisten adalah mahasiswa yang memenuhi persyaratan akademik dan perilaku tertentu
berdasarkan sistem seleksi yang diterapkan laboratorium untuk menjadi pelaksana teknis
penerapan dan pengembangan ilmu-ilmu dasar maupun aplikatif yang menjadi ciri
khusus laboratorium di laboratorium. Pada dasarnya asisten membantu tugas-tugas Ka.
Lab dalam ruang lingkup akademik. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,
asisten berkoordinasi dengan laboran, khususnya dalam hal pemanfaatan sarana-
prasarana laboratorium. Asisten melaporkan tugas-tugasnya secara berkala pada Ka.
Lab dan berhak mendapatkan honorarium atas kerjanya sesuai tata aturan yang berlaku
di laboratorium yang bersangkutan.
3. Laboran
Laboran adalah karyawan Jurusan yang bertugas di laboratorium (dengan tingkat
keahlian yang sesuai standar laboratorium) untuk membantu Ka. Lab sebagai pelaksana
teknis administrasi, pengadaan, pengembangan dan perawatan sarana-prasarana
laboratorium. Laboran melaporkan tugas-tugasnya secara berkala kepada Ka. Lab dan
disamping mendapatkan gaji dari Jurusan juga berhak mendapatkan insentif sesuai tata
aturan yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 7


JMFT Univ. Widyagama Malang

1.4. ADMINISTRASI DAN KEUANGAN LABORATORIUM


Untuk kepentingan tertib administrasi, pengelolaan keuangan, pengendalian dan
pengembangan laboratorium maka disediakan beberapa buku catatan meliputi :
a. Buku Tamu
b. Pengarsipan Administrasi Praktikum
c. Ekspedisi dan Pengarsipan Surat Menyurat
d. Buku Kendali Pemanfaatan Peralatan
e. Pengarsipan Daftar Hadir dan Berita Acara Pertemuan Rutin
f. Pengarsipan Materi dan Hasil Diskusi Rutin
g. Buku Inventaris dan Transaksi Perpustakaan Laboratorium
Pada dasarnya aspek administrasi adalah salah satu tugas dan tanggung jawab
laboran namun mengingat beberapa aspek admionistrasi melibatkan asisten maka dalam
pelaksa-naannya laboran bekerja sama dengan asisten. Beberapa buku catatan hanya perlu
disediakan untuk diisi langsung para penggunanya.
Untuk permasalahan pengelolaan keuangan, buku-buku catatan yang diperlukan
disesuaikan dengan sumber keuangan dan pos pengeluaran laboratorium. Secara umum
sumber keuangan laboratorium berasal dari :
a. Dana praktikum
b. Biaya penelitian
c. Biaya pelatihan
d. Jasa bimbingan
e. Sumber-sumber insidental (misal pesanan alat, hibah dll)
Dari berbagai sumber pendanaan di atas, alokasi pemanfaatan dana dibedakan
menjadi 4 yaitu operasional (O), perawatan (M), pengembangan (I) dan kesejahteraan (K).
Prosentase alokasi dana ditetapkan sebesar 50% O, 15% M, 15% I dan 20% K. Maka buku
catatan yang dibutuhkan adalah :
a. Buku Kas Umum
b. Buku Kas M, I dan K
Pemanfaatan dana pengembangan dan kesejahteraan ditetapkan dalam rapat
pengelola laboratorium dan dilaporkan secara rutin kepada Ketua Jurusan.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 8


JMFT Univ. Widyagama Malang

1.5. TATA TERTIB LABORATORIUM


Tata tertib yang berlaku di laboratorium FDM merupakan acuan perilaku masyarakat
pengelola maupun pengguna sebagai cerminan sikap insan akademik yang ilmiah dan
beretika. Aturan tata tertib tersebut meliputi :
a. Etika berpakaian
Setiap anggota masyarakat laboratorium FDM sangat dianjurkan untuk :
- berpakaian utuh, bersih, tersetrika, ringkas dan pantas
- menjaga kebersihan dan kerapian rambut dan kuku jari
- bersepatu
b. Etika kerja
Setiap anggota masyarakat laboratorium FDM sangat dianjurkan untuk :
- tepat waktu dan menjalankan tata aturan secara cerdas, kreatif dan inovatif
- menjaga kebersihan lingkungan sebelum dan sesudah digunakan bekerja
- menjaga kebersihan, menggunakan peralatan sesuai pedoman dan mengembali-
kannya ke tempat semula
- meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan
c. Pengembangan sikap dan perilaku
Setiap anggota masyarakat laboratorium FDM sangat dianjurkan untuk :
- menjaga kerukunan, harmonisasi dan tenggang rasa dalam menjalin hubungan
kemasyarakatan
- mengembangkan obyektifitas penilaian
- secara dinamis, kreatif dan inovatif senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan
akademik, kecerdasan emosional dan kekuatan keimanan kepada Tuhan YME

1.6. EVALUASI KINERJA PENGELOLA


Evaluasi kinerja pengelola laboratorium didasarkan pada observasi pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari, analisa hasil pencatatan administrasi dan pertumbuhan keuangan
serta analisa hasil kuisioner praktikum. Sistem evaluasi dilakukan secara musyawarah dalam
pertemuan rutin di awal semester, dibukukan dan dikirimkan kepada Jurusan sebagai
laporan. Evaluasi kinerja personal hanya dilakukan terhadap laboran dan asisten dalam
bentuk DP3 oleh Ka. Lab. Kinerja Ka. Lab secara personal dilakukan oleh Ketua Jurusan.
DP3 laboran berkaitan dengan sistem kepegawaian, sedangkan untuk asisten berkaitan
dengan prestasi dan sertifikasi.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 9


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 2
SISTEM PENGADAAN BARANG

Barang-barang laboratorium dibedakan atas 3 macam, yaitu barang keperluan


administrasi (BKA), peralatan laboratorium (PL) dan peralatan penunjang (PP). Barang
keperluan administrasi meliputi ATK, furnitur dan peralatan pelengkap ruangan. Peralatan
laboratorium adalah semua modul laboratorium yang digunakan untuk keperluan praktikum,
pelatihan dan penelitian. Peralatan penunjang meliputi peralatan bantu pengoperasian,
perawatan dan pengembangan peralatan laboratorium. Ketiga jenis barang tersebut
dibedakan juga atas umur pemakaiannya menjadi Barang Habis Pakai (BHP) dan Barang
Permanen (BP).
Berdasarkan jenis-jenis barang tersebut, metode pengadaan barang yang berlaku di
Lab. FDM dibedakan menjadi 2 macam :
1. Sistem Pengadaan Barang Habis Pakai.
Pengadaan barang-barang habis pakai di bawah persetujuan dan pengendalian
langsung Ka. Lab, menggunakan dana perawatan dan pengembangan laboratorium,
tanpa kepanitian. Pelaksana teknis pengadaan barang adalah laboran dan/atau asisten.
Pengajuan dan pelaporan pengadaan barang habis pakai menggunakan Formulir BHP
rangkap 2 (lampiran 1) dimana lembar 1 diarsipkan pada File Pengadaan Laboratorium
dan lembar 2 dikirimkan sebagai laporan kepada Jurusan.
2. Sistem Pengadaan Barang Permanen.
Pengadaan barang-barang permanen di bawah persetujuan dan pengendalian langsung
Ketua Jurusan, menggunakan dana pengembangan Jurusan. Pelaksana teknis
pengadaan barang adalah panitia yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada Ketua
Jurusan berdasarkan tata aturan yang diberlakukan Jurusan. Pengajuan pengadaan
barang permanen dilakukan oleh Ka. Lab menggunakan Formulir BP rangkap 3
(lampiran 2) dimana lembar 1 diarsipkan pada File Pengadaan Laboratorium dan sisanya
diserahkan kepada Jurusan sebagai acuan pembentukan kepanitiaan. Lembar 2
nantinya diarsipkan di Jurusan sedangkan Lembar 3 disertakan dalam Berita Acara
Serah Terima Barang untuk laboratorium pada saat realisasi pengadaan.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 10


JMFT Univ. Widyagama Malang

Terdapat 3 sifat pengajuan barang permanen yaitu :


1. R (replacement) adalah pengajuan penggantian barang karena barang lama cacat,
rusak maupun hilang. Pengajuan R untuk barang yang cacat atau rusak harus disertai
bukti laporan kondisi barang. Jika barang hilang diperlukan justifikasi laporan yang akan
dinilai Ketua Jurusan.
2. U (upgrading) adalah pengajuan peningkatan kualitas barang yang telah dimiliki.
Diperlukan justifikasi meliputi alasan, manfaat dan metode perawatan barang yang akan
ditingkatkan kualitasnya.
3. N (New) adalah pengajuan barang baru. Diperlukan justifikasi alasan, manfaat dan
metode perawatan barang yang diajukan.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 11


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 3
SISTEM INVENTORI DAN PERAWATAN

3.1. SISTEM INVENTORI


Sistem inventori merupakan sistem penyimpanan, dokumentasi dan pengen-dalian
penggunaan barang-barang inventaris laboratorium. Sistem ini berlaku untuk barang-barang
permanen yang usia pemakaiannya relatif lama. Semua barang permanen yang
diinventarisasi wajib diberikan nomor registrasi sesuai tata aturan laboratorium untuk
memudahkan pengorganisasian peralatan dan menghindarkan kesalahan penggunaan
maupun kehilangan. Sistem penomoran yang berlaku di Lab. FDM adalah sebagai berikut :

“Nomor urut/nama lab.kelompok alat/bulan/tahun pengadaan”

Contoh : No registrasi 01/FDM.Flu/II/06 adalah alat nomor 1 milik Lab. FDM kelompok Fluida
yang diterima pada bulan Februari 2006.

Nomor registrasi barang-barang permanen inventaris laboratorium dicatat dalam Buku


Kendali Pemanfaatan Peralatan Lab (BKPL). menggunakan format sesuai tata aturan yang
berlaku pada masing-masing laboratorium (lampiran 3).

3.2. SISTEM PERAWATAN


Sistem perawatan barang dibedakan dalam 2 kategori yaitu :
1. Perawatan rutin dijadual per 2 mingguan meliputi pembersihan dari debu, minyak dan
kotoran-kotoran lain serta uji coba operasi untuk peralatan dinamis (peralatan yang sistem
kerjanya melibatkan gerak seperti pompa, motor listrik, pegas dan lain-lain). Jika dalam
masa perawatan rutin ditemui adanya kerusakan maka pengajuan perbaikan peralatan
segera diajukan ke Jurusan. Untuk kerusakan-kerusakan kecil (termasuk kerusakan yang
dapat ditangani sendiri), perbaikan dilakukan cukup atas persetujuan Ka. Lab. Proses
perawatan dan pengajuan perbaikan kerusakan dicatat dalam Formulir Perawatan
Peralatan Laboratorium (Formulir PPL - lampiran 4).
2. Perawatan khusus adalah perawatan yang dilakukan per 3 bulan berupa uji coba
pengoperasian peralatan secara menyeluruh termasuk proses pengambilan data contoh
untuk uji akurasinya. Hasil proses ini juga dicatat dalam Formulir PPL.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 12


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

4.1. PERSIAPAN
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pendaftaran peserta praktikum
Proses pendaftaran peserta praktikum ditetapkan dan dilakukan oleh Jurusan dengan
pelaksana teknis Sekretaris Jurusan. Ka. Lab mengambil salinan daftar peserta paling
lambat 3 bulan sebelum pelaksanaan praktikum (H – 3 bulan).
b. Pembagian kelompok, penyusunan jadual pelaksanaan dan pengajuan anggaran
Di bawah koordinasi Ka. Lab, asisten membuat pembagian kelompok, menyusun jadual
dan anggaran pelaksanaan praktikum. Daftar kelompok dan jadual pelaksanaan
diumumkan paling lambat H – 1 bulan (pada technical meeting). Rencana anggaran
diajukan paling lambat H - 2 bulan sebelum.
c. Pemeriksaan, perbaikan dan pengembangan buku panduan praktikum
Pada tahap ini di bawah koordinasi dan pemeriksaan Ka. Lab, asisten memeriksa
kelengkapan buku panduan praktikum, memperbaiki dan mengembangkannya sesuai
perkembangan dan kondisi peralatan praktikum. Sebelum dicetak, buku panduan
praktikum harus telah diperiksa dan disetujui oleh Ka. Lab. Salinan buku panduan
praktikum yang dilaksanakan tiap periode diarsipkan di Perpustakaan Laboratorium dan
Perpustakaan Jurusan, masing-masing minimum 2 eksemplar. Tahap ini harus telah
selesai pada H – 5 minggu.
d. Pemeriksaan dan penyediaan bahan-bahan habis pakai
Sesuai dengan jenis modul yang dijadualkan untuk periode praktikum berjalan, laboran
dan asisten berkoordinasi untuk memeriksa ketersediaan bahan-bahan habis pakai yang
digunakan untuk masing-masing modul. Penyediaan bahan-bahan ini minimum sejumlah
kebutuhan ditambah persediaan untuk proses perawatan khusus. Proses pengadaan
bahan dilakukan sesuai tata cara pengadaan barang habis pakai dan dilakukan paling
lambat H – 2 minggu.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 13


JMFT Univ. Widyagama Malang

e. Pemeriksaan, penentuan parameter dan uji coba peralatan dan pengambilan data awal
Kegiatan ini merupakan tahap akhir persiapan praktikum dimana asisten berkoordinasi
dengan laboran melakukan uji coba terakhir peralatan sekaligus mengumpulkan data-
data awal yang dibutuhkan untuk praktikum. Kegiatan ini paling lambat diselesaikan
pada H – 1 minggu.

4.2. PELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN SISTEM PENILAIAN


Proses pelaksanaan praktikum dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan berikut (Diagram
alir pada lampiran 5) :
a. Technical Meeting
Kegiatan ini adalah pertemuan seluruh peserta praktikum dengan asisten, laboran dan
Ka. Lab untuk mendapatkan pengarahan tentang tata cara praktikum, tata tertib dan
penggunaan laboratorium. Pada pertemuan ini setiap peserta praktikum mendapatkan
training pack, daftar kelompok, jadual praktikum, buku panduan dan jadual penyegaran.
Kegiatan ini dijadualkan paling lambat H – 1 bulan.
b. Penyegaran Teori Dasar Praktikum
Kegiatan ini adalah upaya penyegaran ingatan dan peningkatan pemahaman teori-teori
dasar yang diujikan pada praktikum melalui diskusi kelompok di bawah arahan Dosen
Pembimbing Praktikum. Kegiatan ini dijadualkan 3 x pertemuan @ 60 menit paling
lambat H – 2 minggu.
c. Pre-test
Kegiatan ini adalah uji pemahaman awal teori-teori dasar praktikum dan memiliki bobot
penilaian 20 % dengan nilai minimal untuk lulus adalah C (Nilai angka ≥ 60). Kegiatan ini
dijadualkan paling lambat H - 1 minggu. Peserta yang tidak lulus diberikan kesempatan
2x mengulang pada minggu tersebut. Peserta yang tidak lulus hingga 3x pre-test
dinyatakan gugur untuk periode tersebut.
d. Pengambilan Data
Kegiatan pengambilan data dilakukan sesuai jadual per kelompok di bawah arahan 1
asisten untuk masing-masing modul. Lembar data hasil percobaan harus mendapatkan
pengesahan dari asisten yang bersangkutan sebelum diproses menjadi laporan.
Presensi praktikan dan kinerja selama proses pengambilan data dipantau oleh asisten
dan diberikan bobot penilaian 30 % dengan nilai minimal untuk lulus adalah C (Nilai
angka ≥ 60). Peserta yang belum memenuhi kriteria nilai dimaksud diberikan

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 14


JMFT Univ. Widyagama Malang

kesempatan untuk perbaikan pada H + 1 minggu. Peserta yang tidak memenuhi kriteria
nilai dimaksud dinyatakan gugur untuk periode tersebut.
e. Konsultasi Laporan
Kegiatan konsultasi laporan dilakukan dalam 2 tahap yaitu konsultasi asisten yang
dijadualkan maksimal hingga H + 1 bulan dan konsultasi dosen paling lambat H + 6
minggu dalam bentuk laporan terjilid. Proses konsultasi dan pelaporan memiliki bobot
penilaian 30 %. Nilai tahap ini adalah nilai rata-rata konsultasi asisten dan dosen. Setiap
praktikan wajib mengumpulkan laporan untuk mendapatkan yudisium.
f. Post-test
Kagiatan ini adalah tahap akhir uji pemahaman praktikan terhadap materi praktikum.
Jadual pelaksanaan post-test selambat-lambatnya adalah H + 7 minggu. Bobot penilaian
post-test adalah 20 %.
g. Yudisium
Kegiatan ini adalah tahap pengumuman nilai akhir praktikum (jumlah dari semua
komponen penilaian). Sekali lagi praktikan, asisten, laboran dan Ka. Lab bertemu untuk
mendapatkan proses umpan balik evaluasi pelaksanaan praktikum, pengisian kuisioner
praktikum dan silaturahmi. Urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktikum
diselesaikan di sini termasuk pengembalian training pack dan pembagian daftar nilai.
Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya pada awal H + 8 minggu.

4.3. PELAPORAN
Kegiatan ini meliputi penyusunan laporan keuangan, administrasi praktikum
(ringkasan proses pelaksanaan, rincian komponen nilai dan analisis kuisioner), inventarisasi
bahan habis pakai dan kondisi peralatan pasca praktikum. Kumpulan laporan dibuat rangkap
2 untuk arsip laboratorium dan laporan ke Jurusan. Laporan harus telah tersusun pada akhir
H + 8 minggu dan dilakukan bersama oleh Ka. Lab, asisten dan laboran.

4.4. EVALUASI INTERNAL


Proses evaluasi internal merupakan pertemuan internal pengelola laboratorium untuk
menindak-lanjuti hasil kuisioner, inventarisasi dan penyelesaian permasalahan-permasalahan
praktikum yang melibatkan Ka. Lab, asisten dan laboran baik secara individu maupun
kelembagaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga arah perkembangan dan kualitas laboratorium
sesuai visi, misi, tujuan dan konsep Renstra.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 15


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 5
PELAKSANAAN PENELITIAN

Laboratorium FDM terbuka bagi seluruh masyarakat akademik pengguna


laboratorium baik dari lingkungan se-universitas, rekan sejawat dan mahasiswa dari
universitas lain maupun masyarakat industri, untuk melakukan penelitian dalam bidang ilmu
yang sesuai dengan bidang ilmu FDM. Beberapa aturan dasar untuk para peneliti tersebut
adalah :
1. Mengajukan permohonan penggunaan laboratorium ditujukan kepada Ketua Jurusan
dengan tembusan kepada Ka. Lab, menggunakan Formulir Permohonan Pelaksanaan
Penelitian (Formulir 3P – lampiran 5). Pengajuan formulir dilakukan setidaknya 1
bulan sebelum rencana jadual pelaksanaan (dilampirkan).
2. Jika permohonan yang diajukan disetujui oleh Ketua Jurusan maka Ka. Lab akan
merundingkan biaya penelitian yang harus dibayarkan peneliti sesuai permohonan
yang diajukan. Secara umum, biaya yang diberlakukan di laboratorium FDM adalah :
a. Penggunaan peralatan Rp. 100.000,- per paket
b. Biaya bahan habis pakai dihitung berdasarkan keperluan atau disediakan sendiri
oleh pengguna
c. Jasa bimbingan analisa data Rp. 100.000,- per paket
3. Peneliti yang berasal dari lingkungan Univ. Widyagama Malang diberikan keringanan
biaya peralatan 50% dan bebas jasa bimbingan analisa data.
4. Penggunaan peralatan diharuskan berada di bawah arahan dan pengawasan laboran
dan/atau asisten.
5. Pada dasarnya peralatan laboratorium tidak diperkenankan dibawa keluar.
6. Sebelum dan sesudah pemakaian dilakukan pemeriksaan fungsi, kelengkapan dan
kebersihan peralatan.
7. Kerusakan yang terjadi pada saat peralatan berada dibawah tanggung jawab peneliti
menjadi tanggung jawab peneliti untuk memperbaiki hingga pulih sebagaimana
mestinya ataupun mengganti dengan spesifikasi yang sama atau setara.
8. Pengelola laboratorium berkewajiban menjamin kelangsungan proses penelitian
selama masa kontrak.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 16


JMFT Univ. Widyagama Malang

9. Pada dasarnya jam kerja laboratorium menyesuaikan dengan jam kerja kantor atau
antara pukul 08.00 – 16.00 WIB. Dalam kasus-kasus khusus dimungkinkan
pemanfaatan laboratorium di luar jam kerja dengan persetujuan Ketua Jurusan.
10. Pada masa kontrak, setiap peneliti diwajibkan untuk mentaati tata tertib laboratorium
yang berlaku.

Di samping menerima peneliti-peneliti dari luar, pengelola laboratorium juga memiliki


target minimal 1 penelitian mandiri setiap tahun dengan memanfaatkan peralatan-peralatan
yang ada secara kreatif sebagai salah satu kegiatan yang memanfaatkan sistem perawatan
khusus. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat diterbitkan Jurnal Berkala yang dapat
diajukan untuk proses akreditasi sekaligus untuk meningkatkan kompetensi laboratorium.
Penelitian-penelitian taraf lanjut yang aplikatif dan inovatif diharapkan dapat tumbuh
dari hasil diskusi rutin bulanan. Disamping sarana pengembangan SDM dan kompetensi
laboratorium, hasil penelitian-penelitian tersebut diharapkan dapat mengundang datangnya
dana hibah dari Pemerintah, Industri Rekanan, Sponsor maupun masyarakat pengguna.
Dengan demikian akan terjadi Lingkaran Pertumbuhan yang tidak terputus.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 17


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 6
PELAKSANAAN PELATIHAN

Pelaksanaan pelatihan di laboratorium merupakan upaya pemanfaatan sumber daya


laboratorium secara maksimal untuk pengembangan dan peningkatan kompetensi. Pelatihan-
pelatihan yang dilaksanakan dibedakan dalam 2 jenjang yaitu :
1. Pelatihan Dasar
Pelatihan dasar adalah pelatihan yang menyajikan materi pengembangan modul-modul
praktikum dengan biaya pelatihan per paket berkisar pada Rp. 100.000,- hingga Rp.
150.000,- sesuai bahan habis pakai yang diperlukan. Masa pelatihan hanya berkisar 2-3
hari dengan kalayak sasaran siswa SMU/SMK dan mahasiswa S1 dengan jumlah
peserta minimum 5 orang.
2. Pelatihan Terapan.
Pelatihan terapan diarahkan pada materi-materi aplikatif berbasis pemrograman,
mekatronika dan mikrokontroler. Biaya pelatihan berkisar pada Rp. 750.000,- hingga Rp.
1.500.000,- per paket sesuai jenis peralatan yang digunakan dengan masa pelatihan
sekitar 1-2 hari. Kalayak sasaran adalah kalangan industri, dosen dan mahasiswa pasca
sarjana dengan jumlah peserta minimum 5 orang.
Untuk melaksanakan Program Pelatihan, pengelola laboratorium merencanakan
tahapan pengembangan sarana prasarana meliputi peningkatan kualitas, penambahan dan
pembaruan peralatan; penyediaan ruang pelatihan yang representatif; menyusun modul
pelatihan dan meningkatkan keahlian SDM. Sebagai media publikasi direncanakan
pembuatan katalog produk laboratorium, menyusun profil, membuat leaflet dan poster,
menerbitkan Buletin Diskusi dan Jurnal Hasil Penelitian, yang dikirimkan kepada kalayak
sasaran secara rutin.
Pelatihan Dasar ditargetkan dapat dilaksanakan secara rutin dalam jangka waktu 2
tahun mendatang. Untuk Pelatihan Terapan diupayakan dapat terlaksana pada tahun kelima.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 18


JMFT Univ. Widyagama Malang

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 19


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 1
CRITICAL SPEED APPARATUS

1.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh panjang poros terhadap kecepatan kritis.
2. Untuk mengetahui perbedaan kecepatan kritis antara poros tanpa beban
dan poros berbeban.

1.2. Dasar Teori


Perhitungan poros untuk getaran transversal dilakukan agar poros aman terhadap
resonansi yang terjadi ketika amplitudo getaran meningkat tajam dan mencapai harga yang
dapat mengakibatkan kegagalan. Resonansi terjadi jika kecepatan poros mencapai titik kritis
dimana frekuensi gaya-gaya luar sama dengan (atau kelipatan dari) frekuensi getaran poros.

L/2
G

Gambar 1 : Skema pengujian critical speed

Jika sebuah piringan ditempatkan pada poros dengan titik berat terletak sejarak e dari
sumbu poros, maka ketika putaran terjadi, akan timbul gaya sentrifugal yang menyebabkan
poros terdefleksi sebesar y. Gaya sentrifugal tersebut adalah :

Fc = m ω 2
( y + e) 1-1)

Dengan mengabaikan berat piringan, defleksi yang diijinkan terjadi pada poros (analog
dengan poros sederhana) adalah :

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 20


JMFT Univ. Widyagama Malang

Fc ⋅ L3
y = 1-2)
48EI
atau,
48 EI
Fc = = k ⋅y 1-3)
L3
Dari persamaan 1-1) dan 1-3) diperoleh :
e
y = 1-4)
k
−1
mω 2
dimana :
k adalah gaya yang menyebabkan defleksi satu satuan
m adalah massa sistem
ω adalah kecepatan sudut
Peningkatan kecepatan putar ω menyebabkan harga defleksi meningkat dan pada

ω = k / m harga y → ∞, yang berarti pada kecepatan tersebut, poros patah. Kecepatan


tersebut dinamakan kecepatan kritis. Jadi :

k
ω cr = 1-5)
m
dan putaran kritisnya :
30 k
n cr = 1-6)
π m

1.3. Alat yang Digunakan


Data-data peralatan Critical Speed Apparatus adalah sebagai berikut :
a. Bahan poros : Structural Carbon Steel (0,15 - 0,25% C)
b. Diameter poros : 8 mm
c. Panjang maksimum poros : 1 m
d. Bert poros : 0,45 kgf
e. Bahan lempeng : Baja Carbon
f. Massa lempeng : 0,26 kg
g. Diameter luar lempeng : 47 mm
h. Modulus elastisitas poros (E) : 204 GN/m2
Untuk mengukur kecepatan digunakan tachometer

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 21


JMFT Univ. Widyagama Malang

1.4. Jalannya Percobaan


A. Variasi panjang poros.
1. Setel bantalan pada posisi 0,4 m. Kencangkan semua baut
2. Hidupkan mesin, tingkatkan kecepatan perlahan-lahan hingga tercapai harga
defleksi terbesar.
Catatan :
Defleksi terbesar terjadi hanya pada satu kecepatan saja. Di bawah atau di atas
kecepatan tersebut, defleksinya mengecil.
3. Ukur kecepatannya dengan tachometer.
4. Lakukan percobaan 1 s/d 3 sebanyak 3 kali
5. Ulangi prosedur 1 s/d 3 untuk 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 ; 0,9 dan 1 m.
B. Pengaruh lempeng
Lakukan prosedur A untuk L = 1 m, dengan lempeng dipasang di L = 0,5 m. Ulangi
hingga 3 kali.

1.5. Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 1. Data Hasil Percobaan Critical Speed


A. B. ncr (rpm) ncr (rpm)
No L (m) ncr (rpm) No tanpa dengan
beban beban

1.6. Analisa Data


Analisa data dilakukan sebagai berikut :
A. Gunakan uji t untuk beda n mean (untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh
panjang poros terhadap kecepatan kritis). Buat grafik aktual dan grafik regresi dari
L vs ncr rata-rata
B. Bandingkan harga ncr (L = 1 m) pada A dan B dengan uji t untuk beda 2 mean.
Jelaskan mengapa demikian.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 22


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 2
PENGUJIAN BUCKLING

2. 1. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh jenis ikatan ujung terhadap defleksi kolom.
2. Mengetahui distribusi defleksi sepanjang kolom pada pembebanan yang sama, pada
kondisi ujung tertentu.

2. 2. Teori Dasar
Suatu batang pendek yang dibebani gaya tekan murni oleh gaya P yang bekerja
sepanjang sumbu tengah akan memendek, sesuai dengan Hukum Hooke, sampai tegangan
mencapai batas elastis bahan. Kalau P masih terus dinaikkan, bahan akan menonjol dan
terdesak menjadi cakra yang datar dan retak. Jika batang tersebut panjang, kecil dan lurus,
pembebanan tersebut akan menyebabkan batang tertekuk (buckling) hingga batas tertentu
lalu patah tiba-tiba. Beban dimana batang tersebut patah disebut beban kritis. Jika batang
cukup panjang untuk patah akibat pembebanan buckling, disebut kolom.
P P P

y
L/4
A
0,707 L

L L L
L/2

A
B
L/4

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2. : Skema pengujian Buckling

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 23


JMFT Univ. Widyagama Malang

Teori kolom berdasarkan rumus Euler dibedakan atas 4 kategori, yaitu :


(a). Kolom dengan ujung engsel - engsel.
(b). Kolom dengan ujung jepit - jepit.
(c). Kolom dengan ujung jepit - bebas.
(d). Kolom dengan ujung jepit - engsel.
Titik infleksi adalah titik awal dimana kolom mulai tertekuk. Pada setiap jenis kondisi
ujung kolom, titik infleksinya berbeda. Beban kritis pada tiap kondisi dirumuskan sebagai
berikut :
1. Ujung engsel - engsel (bulat) :
π 2EI
Pc r = 2-1)
L2
2. Ujung jepit - jepit (mati) :
4π 2 E I
Pcr = (Titik infleksi L/4 dari masing-masing ujung) 2-2)
L2
3. Ujung jepit - bebas :
π 2EI
Pc r = (Titik infleksi L merupakan 1/2 kurva a) 2-3)
4 L2
4. Ujung jepit - engsel :
2π 2 EI
Pcr = (Titik infleksi 0,707 L dari ujung engsel) 2-4)
L2

2. 3. Alat yang Digunakan


Digunakan buckling apparatus tipe pembebanan hidrolik dengan dial indicator. Data-
data yang diperlukan :
1. Bahan kolom : Baja karbon rendah (ST 42)
2. Diameter : 8 mm
3. Panjang : 300 mm
4. Modulus elstisitas bahan (E) : 260 N/mm2

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 24


JMFT Univ. Widyagama Malang

2. 4. Jalannya Percobaan
A. Pengaruh kondisi ujung kolom.
1. Set kolom pada kondisi ujung engsel - engsel.
2. Set dial indicator pada posisi L/2.
3. Beri pembebanan hingga P = 4 kg/cm2.
4. Catat defleksi yang terjadi.
5. Ulangi prosedur 1 s/d 4 selama 3 kali.
6. Ulangi prosedur 1 s/d 5 untuk kondisi ujung yang lain.

B. Distribusi defleksi.
1. Set kolom pada kondisi ujung jepit - jepit.
(Tiap kelompok beda kondisi ujung kolomnya)
2. Set dial indicator pada posisi L/4 dari ujung bawah.
3. Beri pembebanan hingga P = 4 kg/cm2.
4. Catat defleksi yang terjadi.
5. Ulangi prosedur 1 s/d 4 selama 3 kali.
6. Ulangi prosedur 1 s/d 5 untuk L/2 dan 3L/4.

2. 5. Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 2. Data Hasil Percobaan Buckling


A. No Ujung 1 Ujung 2 Ujung 3 Ujung 4

B. No L/4 L/2 3L/4

2. 6. Analisa Data
Analisa data dilakukan sebagai berikut :
A. Bandingkan defleksi yang terjadi pada tiap kondisi ujung-ujung yang berbeda dengan uji
t beda n mean. Jelaskan berdasarkan teori.
B. Gambarkan rata-rata defleksi tiap titik. Bandingkan dengan gambar teori.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 25


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 3
PRINSIP SUPERPOSISI

3. 1. Tujuan
1. Memperkirakan nilai modulus elastisitas bahan.
2. Membuktikan Maxwell-Betti Reciprocal Theorem (Prinsip Superposisi).

3. 2. Dasar Teori
Prinsip superposisi menyatakan, jika suatu struktur linier dikenai sejumlah beban, efek
kombinasi beban-beban tersebut sama dengan jumlah efek tiap beban yang dikenakan
secara sendiri-sendiri dalam urutan sembarang.

Keterangan gambar :
P1 P2
A B P1 dan P2 = beban struktur
q1 q1 dan q2 = perpindahan yang terjadi
q2
pada titik A dan B

Gambar 3 : Skema pengujian superposisi

Prinsip super posisi dapat dinyatakan dalam rumusan berikut :


q1 = f1.1 P1 + f1.2 P2
q2 = f2.1 P1 + f2.2 P2 3-1)
dimana :
fij = koefisien fleksibilitas bahan (koefisien pengaruh yang
menyebabkan terjadinya perpindahan pada titik I akibat beban j).

Persamaan 1) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut :


{ q } = [ f ] { P}
 q1   f 1.1  P1 
  =    3-2)
 q2   f 2.1  P2 

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 26


JMFT Univ. Widyagama Malang

Dengan menggunakan rumus-rumus statika dalam masalah defleksi dapat ditentukan


modulus elastisitas dan koefisien fleksibilitas sebagai berikut :
x2 x3
EIq = − PL + P
2 6
 x3 x2 
EIq = P − 
6 2
x 3 − 3x 2
q=P
6EI
Jadi :
x 3 − 3x 2
f = 3-3)
6EI
x 3 − 3x 2
E=P 3-4)
6qI

3. 3. Alat Yang Digunakan


Alat yang digunakan adalah beam deflection apparatus dan mistar ukur.

3. 4. Urutan Pelaksanaan Percobaan


A. Memperkirakan Nilai Modulus Elastisitas Bahan :
1. Jepit plat pada alat, sejajarkan dengan plat penanda posisi.
2. Kenakan beban P pada jarak x tertentu dari jepitan (P dan x ditentukan
asisten)
3. Catat lendutan pada titik tersebut.
4. Ulangi prosedur 1 s/d 3 sebanyak 5 kali.
5. Hitung E dengan persamaan 4)
B. Membuktikan Teori.
1. Jepit plat pada alat, sejajarkan dengan plat penanda posisi.
2. Kenakan beban P1 dan P2 tertentu pada x1 dan x2 tertentu.
3. Catat defleksi q1 dan q2 pada titik x1 dan x2.
4. Ulangi langkah 1 s/d 3 sebanyak 10 kali.
5. Lepas beban P2 dari x2, ukur defleksi q1’ dan q2’ pada titik x1 dan x2. Ulangi 10 kali.
6. Lepas beban P2, pasang beban P1 pada x1, ukur defleksi q1’’ dan q2’’ pada
titik x1 dan x2. Ulangi 10 kali.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 27


JMFT Univ. Widyagama Malang

3. 5. Tabel Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 3. Data Hasil Percobaan Superposisi

A No q E B No q1 q1’ q1’’ q1’ +q1’’


1 1
: :
: :
: :
10 10

No q2 q2’ q2’’ q2’ +q2’’


1
:
:
:
10

3. 6. Analisa Data
A. Perkirakan harga E dari rata-rata harga percobaan. Dari tabel bahan perkirakan jenis
bahan yang digunakan
B. Apakah q1 = q1’ + q1’’ dan q2 = q2’ + q2’’ ? Uji dengan uji t untuk 2 mean.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 28


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 4
FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

4.1. Tujuan
1. Menentukan jenis aliran berdasarkan perhitungan Bilangan Reynold
2. Menentukan faktor gesekan dalam pipa

4.2. Teori Dasar


Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri dengan bentuk
wadahnya. Bila berada dalam keseimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya tangensial
atau gaya geser. Semua fluida memiliki suatu derajat kompresibilitas dan memberikan
tahanan kecil terhadap perubahan bentuk.
Fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu fluida dalam bentuk cairan dan gas dengan
perbedaan utama :
1. Cairan praktis tidak kompresibel, gas kompresibel.
2. Cairan mengisi volume tertentu dan memiliki permukaan bebas, sedangkan gas dengan
masa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh wadahnya.
Fluida cair dibedakan atas fluida ideal dan fluida nyata, dimana fluida nyata memiliki
viskositas (kekentalan ) yang menyebabkan timbulnya gesekan dalam aliran. Ada dua jenis
aliran mantap dari fluida-fluida nyata, yaitu :
a. Aliran Laminer
Dalam aliran laminer, partikel-partikel fluida bergerak di sepanjang lintasan lurus dan
sejajar. Aliran ini terjadi hingga tercapai kecepatan kritis dimana aliran berubah menjadi
turbulen. Batas kecepatan kritis tersebut adalah Bilangan Reynold 2000. Bilangan
Reynold adalah angka perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya akibat
kekentalan. Bilangan Reynold untuk pipa bundar dinyatakan dalam rumus :
Vd
RE = 4-1)
v
m
Dimana : V = Kecepatan Fluida  
 dt 
d = Diameter piupa (m)
v = Kekentalan kinematik fluida m
2
( dt
)

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 29


JMFT Univ. Widyagama Malang

b. Aliran Turbulen
Dalam aliran turbulen, partikel-partikel bergerak secara tidsak beraturan kesegala
arah. Tidaklah mungkin untuk menentukan lintasan gerak partikel fluida secara sendiri-
sendiri.
Untuk menentukan faktor gesekan yang timbul dalam aliran fluida digunakan rumusan
sebagai berikut :
1. Untuk Aliran Laminer

64
f = 4-2)
RE
2. Untuk aliran Turbulen
a. Pipa Halus
0 , 316
f = o , 25 4-3)
R E
b. Pipa Kasar

1 r0
= 2 log 4-4)
f ε • 1,74
Dimana : r0 = Jari – jari pipa (mm)
ε = Faktor kekasaran permukaan (mm)

4.3. Alat yang digunakan


Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. Fluida yang digunakan adalah air dengan v = 0 ,864 m


2
( dt
)
b. Pipa yang digunakan jenis PVC sehingga dapat dianggap pipa halus.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 30


JMFT Univ. Widyagama Malang

II
4
III

S6
S5
S3

S2
3 S4
2
S1

6 S6
1

Gambar 4 : Skema Peralatan Fluid Circuit Exp. App

KETERANGAN GAMBAR :

1. Pompa :
Merk : Dab Italy
Kapasitas : 42 lt / menit
Head Total : 33 m
Putaran : 2850 rpm
Motor Power : 0,55 KW
2. Flow Meter
Type : NBAM.C0.
Diameter Pipa : 13 mm
3. Venturi Meter
Diameter Leher : 6,35 mm
Diameter Hulu : 2,22 mm
4. Manometer pipa U tabung kaca
a. Manometer Hg B
Diameter Luar : 27 mm
Diameter Dalam : 25,4 mm
∆ H Maksimum : 250 mm

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 31


JMFT Univ. Widyagama Malang

b. Manometer Hg A
Diameter Luar : 27 mm
Diameter Dalam : 25,4 mm
∆ H Maksimum : 600 mm
5. Pipa PVC

Panjang (m) (
Diameter 10−3 m )
Pipa I 1,11 1,58
Pipa II 1,11 1,905
Pipa III 1,11 2,22
Pipa IV 0,465 1,58
Pipa V 0,3 2,22
Pipa VI 0,34 2,22

6. V-Weir dengan sudut V = 700


7. Kotak Penampung (p x l x t = 30 x 30 x 60 cm)

4.4. Prosedur Percobaan


Sebelum melakukan semua jenis percobaan, perlu dilakukan langkah-langkah awal
sebagai berikut :
a. Tutup semua katup pada instalasi dan pembagi saluran.
b. Hidupkan mesin dengan menekan tombol on.
c. Biarkan mesin bekerja beberapa menit hingga stabil.

Urutan langkah pengambilan data selanjutnya adalah sebagai berikut :


a. Percobaan untuk menentukan faktor gesekan pipa I
1. Buka katup K3 dan saluran S1, handle sumbu pipa
2. Buka katup utama + 150 , biarkan + 3 menit sampai keadaan stabil.
3. Pastikan letak kedudukan manometer Hg A dan B.
4. Lakukan pengukuran dengan berbagai variasi bukaan katup utama.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 32


JMFT Univ. Widyagama Malang

b. Percobaan untuk menentukan faktor gesekan pipa II


1. Buka katup K4 dan saluran S1, handle sumbu pipa
2. Buka katup utama + 150 , biarkan + 3 menit sampai keadaan stabil.
3. Pastikan letak kedudukan manometer Hg A dan B.
4. Lakukan pengukuran dengan berbagai variasi bukaan katup utama.
Percobaan untuk menentukan faktor gesekan pipa III
1. Buka katup K5 dan salauran S1, handle sumbu pipa
2. Buka katup utama + 150 , biarkan + 3 menit sampai keadaan stabil.
3. Pastikan letak kedudukan manometer Hg A dan B.
4. Lakukan pengukuran dengan berbagai variasi bukaan katup utama.

4.5. Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 4. Data Hasil Percobaan Fluid Circuit Exp. App.

Ketinggian Manometer
Bukaan Flow Meter
Katup (m2/dt)
Pipa I Pipa II Pipa III

4.6. Analisa Data


Analisa data percobaan mengacu pada perintah berikut :
a. Untuk semua jenis percobaan hitunglah Bilangan Reynoldnya dan tentukan jenis aliran
yang terjadi.
b. Dari Bilangan Reynold yang dihitung tentukan faktor gesekan tiap pipa. Bandingkan
dengan Uji t.
c. Gambarkan grafik hubungan perubahan kecepatan aliran terhadap faktor gesekan pipa.
Analisa bentuk grafik yang terjadi berdasarkan teori yang ada.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 33


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 5
VISUALISASI ALIRAN FLUIDA

5.1. Tujuan
1. Mempelajari pola aliran fluida dari berbagai jenis sambungan
2. Membandingkan pola aliran fluida pada beberapa tingkat kecepatan dan ukuran
sambungan

5.2. Teori Dasar


Aliran dapat dianalisa berdasarkan gambar, foto atau film. Ada empat tipe dasar pola
garis yang dipakai untuk manggambarkan aliran:
1. Garis alir yaitu garis yang dimana-mana menyinggung vector kecepatan pada suatu saat
tertentu.
2. Garis lintas yaitu lintasan sesungguhnya yang ditempuh partikel fluida tertentu.
3. Garis alur yaitu tempat kedudukan parteikel-partikel yang sebelumnya telah melalui suatu
titik yang ditetapkan.
4. Garis waktu yaitu himpunan partikel fluida yang pada saat tertentu membentuk garis.

Gambar 5 : Pola Aliran (a). Garis-garis alir


(b). Tabung alir berupa sekumpulan garis alir yang tertutup

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 34


JMFT Univ. Widyagama Malang

Hubungan geometri garis alir dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 6 : Hubungan geometri untuk mendefinisikan suatu garis alir

Garis alir didefinisikan dalam komponen-komponen vector:


dx dy dz dr
= = = (5-1)
u υ w V
Komponen u, υ , w merupakan fungsi posisi dan waktu. Persamaan ini dapat diintegralkan
untuk memperoleh garis alir yang melalui ( x0 , y 0 , z 0 , t 0 ) tetapi cukup sulit. Cara yang efektif

adalah memakai parameter ds sebagai berikut :


dx dy dz
=u ; =υ ; =w (5-2)
ds ds ds
Persamaan diatas diintegralkan terhadap s pada t tetap dengan syarat awal ( x0 , y 0 , z 0 , t 0 )

pada s = 0 kemudian s dihilangkan untuk memperoleh fungsi (x, y, z, t ) untuk menyatakan


garis alir tersebut.
Pengamatan pola aliran dilakukan untuk mempelajari pola aliran yang terjadi. Pada
penelitian secara simulasi, hasil simulasi dapat diperoleh dalam bentuk gambar visual yang
dapat dianalisa pola alirannya seperti tampak pada gambar 5 di atas.
Pengamatan umum dilakukan adalah dengan cara langsung (visual) dengan
pengambilan data dengan kamera. Analisa pola aliran dilakukan dengan perbedaan yang
terjadi pada data yang diambil. Fluida yang dipakai (misal air) pada eksperimen umumnya
diinjeksi bahan pewarna. Cara lain adalah dengan teknik pencahayaan yang dilakukan pada
saluran fluida sehingga didapat beda gelap terang pola aliran. Bagian yang lebih terang

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 35


JMFT Univ. Widyagama Malang

memiliki kecepatan aliran yang lebih tinggi dibanding yang lebih gelap. Contoh visualisasi
dengan cara pencahayaan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 7 : Visualisasi pola aliran dalam pipa.


Sumber : M. Rudman et. al; 2004; halaman 42.

5.3. Alat yang digunakan


Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Modul visualisasi fluida
2.

Gambar 8 : Skema peralatan visualisasi fluida

3. Kamera digital (Handycam).


4. Computer untuk pengolahan data dengan menggunakan sofware Image J.
5. Stop watch.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 36


JMFT Univ. Widyagama Malang

6. Jenis-jenis sambungan : elbow, sambungan T, nozel, difuser, penghalang sirip, sudden


enlargement dan sudden constraction (masing-masing memiliki 1 standar dan 3 variasi
ukuran)
7. Bahan pewarna.
8. Ember plastic.
9. Gelas ukur.

5.4. Prosedur Percobaan


Secara umum proses pengambilan data dilakukan menurut urutan berikut :
a. Set alat visualisasi dengan jenis sambungan yang telah ditentukan termasuk memasang
screen pada tandon atas untuk meredam riak.
b. Nozzle pra sambungan uji disiapkan untuk menjaga aliran tetap laminar.
c. Debit air diatur dan diukur dengan mengatur 3 buah katup yang ada.
d. Bahan pewarna diinjeksikan kedalam saluran sebelum sambungan untuk mengamati
pola aliran.
e. Kamera diletakkan di depan saluran sambungan uji (lihat posisi pada gambar 8) dan
diaktifkan dalam mode rekam jika aliran bahan pewarna telah stabil. Ambil gambar
selama 5 menit .
f. Langkah selanjutnya sama seperti tahapan diatas untuk tingkat kecepatan dan jenis
sambungan yang berbeda.

5.5. Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 5. Rancangan Pengambilan Data

Gambar Visual
Debit Sambungan standar Sambungan variasi 1
(lt/dt) 1 2 3 4 5 Rata2 1 2 3 4 5 Rata2

Rata2
kolom

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 37


JMFT Univ. Widyagama Malang

Gambar Visual
Debit Sambungan variasi 2 Sambungan variasi 4
(lt/dt) 1 2 3 4 5 Rata2 1 2 3 4 5 Rata2

Rata2
kolom
Rata – rata seluruh data

5.6. Analisa Data


Analisa data percobaan mengacu pada perintah berikut :
a. Data gambar yang diperoleh dalam bentuk film / video ditransfer dalam bentuk foto
dengan menggunakan Software Image Mixer 1.8 sebanyak 5 buah yang diambil dari
menit 1 – 5 perekaman.
b. Data gambar yang telah berbentuk foto dianalisa simpangan garis alirannya (amplitudo
aliran) dengan menggunakan software ImageJ versi 5.0 dan ditabelkan seperti tabel 5.
c. Analisalah foto yang diperoleh dan bandingkan dengan gambar acuan garis alir dari teori
dasar. Bandingkan juga pola aliran dari ukuran-ukuran variasi terhadap ukuran standar.
d. Analisalah amplitudo aliran yang terjadi dengan menggunakan analisa ANOVA. Jelaskan
hasil yang diperoleh.
e. Bisa ditambahkan analisa yang membandingkan berbagai jenis sambungan (yang
dikerjakan kelompok lain) sebagai kelengkapan pengetahuan.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 38


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 6
GETARAN SEDERHANA

6.1. Tujuan
1. Membandingkan karakteristik getaran bebas tanpa redaman akibat variasi simpangan
awal, beban dan konstanta pegas.
2. Membandingkan karakteristik getaran bebas dengan redaman akibat variasi simpangan
awal, beban dan konstanta redaman viskos.

6.2. Teori Dasar


Untuk menganalisa getaran, diasumsikan partikel berada pada posisi P di sembarang
waktu t (Gambar 9b).Dinyatakan dengan x, pergeseran OP diukur dari posisi keseimbangan
O (arah ke bawah positif), tampak bahwa gaya-gaya yang bekerja pada partikel adalah berat
W dan gaya T yang dihasilkan pegas dimana, pada posisi ini, memiliki besar T = k . (δst + x).

T = k δ st
δ st

T = k (δ st + x )

ma = m&x&

Gambar 9 : Skema getaran bebas tanpa redaman

Karena W = k . δst dapat dilihat bahwa besar gaya resultan F dari kedua gaya tersebut (ke
bawah positif) adalah :
F = W - k . (δst + x) = - kx 6-1)

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 39


JMFT Univ. Widyagama Malang

Jadi resultan gaya yang bekerja pada partikel sebanding dengan jarak OP yang diukur dari
posisi keseimbangan. Mengacu pada konvensi tanda, F selalu mengarah pada posisi
keseimbangan O. Substitusikan F ke dalam persamaan fundamental F = m . a dan mengacu
bahwa a merupakan turunan kedua &x& dari x terhadap waktu t, maka diperoleh :
m &x& + kx = 0 6-2)
Catat bahwa konvensi tanda yang sama harus diberlakukan pada percepatan &x& dan
pergerakan x, yaitu ke bawah positif. Penyelesaian umum untuk persamaan 6-2) adalah :

x = C1x1 + C2x2 = C1 sin ( )


k / m t + C2 cos ( k /m t ) 6-3)
Koefisien t yang kita peroleh dari rumusan di atas mengacu pada frekuensi putar natural
yang dinyatakan dengan ωn. Didapat,

Frekuensi putar natural = ωn = k/m 6-4)

Substitusi k / m pada persamaan 6-3) diperoleh :


x = C1 sin ωn t + C2 cos ωn t 6-5)
Diferensiasi dua kali persamaan 6-5) terhadap t akan diperoleh rumusan untuk kecepatan
dan percepatan pada waktu t :
v = x& = C1 ωn cos ωn t - C2 ωn sin ωn t 6-7)
a = &x& = - C1 ωn 2 sin ωn t - C2 ωn 2 cos ωn t 6-8)
Nilai dari konstanta C1 dan C2 tergantung pada kondisi awal gerakan.
Satu tipe redaman khusus adalah viscous damping yang disebabkan oleh gesekan
fluida pada kecepatan rendah dan medium. Sebagai contoh, perhatikan sebuah benda
bermassa m tergantung pada pegas dengan konstanta k, diasumsikan bahwa benda
terpasang pada plunyer dashpot (gambar 10). Besar gaya gesek yang bekerja pada plunyer
akibat fluida yang melingkupinya sama dengan cx& , dimana konstanta c dinyatakan dalam
N.s/m atau lb.s/ft dan disebut koefisien viscous damping, yang nilainya dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisik fluida dan konstruksi dashpot. Persamaan geraknya adalah : + ↓ ∑ F = ma
W − k (δ st + x ) − cx& = m&x&
m&x& + cx& + kx = 0 6-9)
Substitusikan x = eλ t
dalam persamaan 6-9) kemudian bagilah dengan eλ t
maka akan
diperoleh persamaan karakteristik :
mλ2 + cλ + k = 0 6-10)

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 40


JMFT Univ. Widyagama Malang

T = k (δ st + x )

ma = m&x&

c&x

Gambar 10 : Skema getaran bebas dengan redaman

dan diperoleh akar-akar persamaan :


2
c  c  k
λ =− ±   − 6-11)
2m  2m  m
Didefinisikan koefisien redaman kritis cc sebagai nilai yang menyebabkan suku di bawah akar
pada persamaan 6-11) sama dengan nol, yaitu :
2
 cc  k k
  − =0 cc = 2m = 2mω n 6-12)
 2m  m m
dimana ωn adalah frekuensi putar natural dari sistem tanpa redaman. Kita dapat memilah 3
jenis kasus redaman berdasarkan nilai koefisien c yaitu :
1. Heavy damping : c > cc; Akar persamaan karakteristik 6-10) λ1 dan λ2 adalah nyata dan
berbeda. Penyelesaian umum dari persamaan diferensial 6-9) adalah :

x = C1eλ 1 t + C2eλ 2 t 6-13)

Penyelesaian ini berhubungan dengan gerakan tanpa getaran. Pada saat λ1 dan λ2
bernilai negatif kedua-duanya, x mendekati nol pada saat t meningkat tak terhingga.
Bagaimanapun pada kenyataannya sistem akan mencapai posisi keseimbangannya
setelah beberapa waktu tertentu.
2. Critical damping : c = cc; Persamaan karakteristik 6-10) memiliki akar ganda bernilai λ = -
cc / 2m. Penyelesaian umum untuk persamaan diferensial 6-38) adalah :

x = (C1 + C2t )e −ω n t 6-14)

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 41


JMFT Univ. Widyagama Malang

Gerakan yang terjadi juga tanpa getaran. Sistem teredam kritis merupakan satu bahasan
khusus dalam rekayasa teknik untuk mendapatkan kondisi dimana sistem dapat
mencapai posisi keseimbangannya dalam waktu sesingkat mungkin tanpa mengalami
osilasi.
3. Light damping : c < cc; Akar-akar persamaan 6-10) merupakan bilangan kompleks
sekawan (conjugate complex). Penyelesaian umum untuk persamaan diferensial 6-9)
berbentuk :
x = e − ( c / 2 m ) t (C1 sin ω d t + C 2 cos ω d t ) 6-15)

dimana ωd dirumuskan sebagai :


2
k  c 
ω = −
2
d 
m  2m 
Substitusikan k / m = ω n2 dan merujuk persamaan 6-12), diperoleh :

2
c 
ωd = ωn 1 −   6-16)
 cc 
Dalam hal ini konstanta c/cc dinamakan faktor damping.

6.3. Alat yang digunakan


Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Modul getaran sederhana

Gambar 11 : Modul getaran sederhana

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 42


JMFT Univ. Widyagama Malang

2. Stop watch
3. Beban dalam beberapa variasi berat
4. Fluida dengan beberapa variasi viskositas
5. Pegas dalam beberapa variasi konstanta pegas
6. Penggaris

6.4. Prosedur Percobaan


Secara umum proses pengambilan data dilakukan menurut urutan berikut :
a. Set modul getaran untuk jenis pegas, massa dan fluida viskos (untuk getaran dengan
redaman) yang telah ditentukan.
b. Pada kertas pada pencatat getaran, hidupkan dan catat kecepatan putar alat perekam.
c. Tarik massa ke bawah sejauh simpangan awal yang telah ditetapkan.
d. Lepaskan dan biarkan getaran yang terjadi selama 5 menit atau hingga getaran terhenti.
e. Matikan pencatat getaran dan ganti kertas untuk mencatat percobaan selanjutnya.
f. Catat amplitudo tiap menit, frekuensi dan perioda tiap kertas catatan dan tabelkan.
g. Ulangi langkah b-f sebanyak 5 kali.
h. Ulangi langkah a-g untuk variasi percobaan yang lain

6.5. Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 6. Rancangan Pengambilan Data Amplitudo

Variasi Konstanta Pegas (k)


Variasi beban (m)

Sesuaikan tabel diatas untuk kombinasi variabel lain, untuk data frekuensi dan perioda

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 43


JMFT Univ. Widyagama Malang

6.6. Analisa Data


Analisa data percobaan mengacu pada perintah berikut :
a. Hitunglah nilai perioda, amplitudo tiap menit dan frekuensi teoritis getaran sesuai kondisi
tiap percobaan. Bandingkan hasilnya dengan nilai rata-rata percobaan.
b. Buatlah analisa ANOVA tentang pengaruh kombinasi variabel getaran bebas yang telah
ditentukan terhadap perioda, amplitudo dan frekuensi. Jelaskan hasilnya.
Bisa ditambahkan analisa yang membandingkan perilaku getaran bebas dengan dan tanpa
redaman (yang dikerjakan kelompok lain) sebagai kelengkapan pengetahuan.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 44


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 7
PENGUJIAN AERODINAMIKA

7.1. Tujuan
1. Membandingkan koefisien drag model mobil pada terowongan angin.
2. Mempelajari profil kecepatan model mobil.
3. Mempelajari pola aliran angin di sekitar bodi model mobil

7.2. Teori Dasar


Benda yang terbenam dalam aliran fluida yang bergerak (immersed bodies) akan
mengalami gaya-gaya akibat interaksi dengan fluida. Gaya yang ditimbulkan ini akibat
adanya normal stresses (tegangan normal dan shear stress (tegangan geser) yang
disebabkan oleh viskositas fluida. Pada aliran 2 dimensi, gaya-gaya yang sejajar dengan
aliran fluida disebut drag forces (gaya hambat). Gaya hambat yang terjadi dapat berupa skin
friction drag (FDf) yaitu gaya hambat akibat gaya geser yang menyinggung permukaan secara
tangensial yang timbul sebagai akibat adanya viskositas (tegangan geser antara fluida dan
permukaan benda) dan pressure drag (FDp) yaitu gaya hambat akibat gaya tekan yang tegak
lurus terhadap permukaan benda. Resultan dari friction drag dan pressure drag ini disebut
sebagai profile drag (gaya hambat total).
y
p.dA τ.dA

UQ dA

x
Gambar 12 :Profil gaya drag

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 45


JMFT Univ. Widyagama Malang

Resultan dari tegangan geser dan distribusi tekanan akan menghasilkan komponen gaya-
gaya sebagai berikut :

dFx= ( p.dA). cos θ + (τ .dA). sin θ 7-1)

dFy = (− p.dA). sin θ + (τ .dA). cos θ 7-2)


Komponen gaya ke arah sumbu-x adalah gaya hambat. Maka gaya hambat yang
terbentuk dapat didefinisikan sebagai berikut :
FD = FDf + FDp 7-3)

∫ ∫
FD = cosθ .( p.dA) + sin θ .(τ .dA) 7-4)

Gaya hambat biasa diekspresikan dalam bilangan tak berdimensi yaitu koefisien drag (CD)
2
yang didefinisikan sebagai total drag force dibagi dengan 1 2 .ρ .U ∞ . A atau :

FD
CD = 7-5)
1 .ρ .U 2 . A
2 ∞

dimana : CD : koefisien drag


FD : gaya drag
ρ : massa jenis fluida
U∞ : kecepatan fluida
A : luasan yang mewakili daerah tegak lurus dengan aliran

Streamline body digunakan dengan tujuan untuk mengurangi adverse pressure


gradient dibelakang titik maximum thickness dari body, yang akan menyebabkan terjadinya
penundaan titik separasi, penyempitan daerah wake dan akan mengurangi gaya drag yang
terjadi. Tetapi penambahan bentuk streamline body menyebabkan penambahan surface
area dari body tersebut, hal ini menyebabkan skin fricktion drag bertambah. Maka hanya
penambahan streamline yang optimum yang akan memberikan gaya drag total yang
minimum.

Gambar 13 : Sreamline body

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 46


JMFT Univ. Widyagama Malang

Profil kecepatan aliran fluida di sekitar bodi benda uji aerodinamis dihitung
berdasarkan persamaan Bernoulli dengan menggunakan tabung pitot sebagai berikut
[http://www.princeton.edu/~asmits/Bicycle_web /bicycle_aero.html] :
p + ½ ρV2 + ρgh = konstan 7-6)
Dimana : p = tekanan ρ = densitas
V = kecepatan g = percepatan gravitasi
h = elevasi
Dengan memposisikan tabung pada aliran dan mengukur beda tekanan maka kecepatan
dapat diukur secara akurat. Persamaan Bernoulli sepanjang aliran pada tabung dari arah
hulu sampai ujung Pitot menunjukkan bahwa tabung mengukur tekanan titik stagnasi.
Sehingga untuk menentukan kecepatan Ve, harus mengetahui nilai densitas, dan beda
tekanan (p0 – pe). Beda tekanan ini biasanya dapat diukur langsung dari alat ukur tekanan
statik yang diletakkan pada dinding saluran atau pada permukaan benda uji [McMahon, et.
Al; 2002].
Pengukuran kecepatan aliran diawali dengan pengukuran densitas udara, yaitu dari
persamaan gas ideal [Hollman, JP; 1985; 270]:
p = ρRT 7-7)
Dimana : p = tekanan udara luar T = temperatur udara luar
R = konstanta gas = 287 J kg-1 K-1
Viskositas udara dihitung dengan hukum Sutherland [Apsley, D; halaman 1] :
3
µ  T  2  T0 + S 
=    7-8)
µ 0  T0   T + S 
Dimana untuk udara T0 = 273 K, µ0 = 1,71 x 10-5 kg-1 dt-1, S = 110,4 K.. Dari pengukuran
tekanan maka dapat ditentukan besar kecepatan luarnya [Apsley, D; halaman 2] :
1
ρU 2 = p 0 − pe 7-9)
2
Distribusi kecepatan juga direlasikan dengan angka Reynold :
ρDU
Re = 7-10)
µ
dimana : D = diameter hidrolik U = kecepatan rata-rata
µ = viskositas kinematik

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 47


JMFT Univ. Widyagama Malang

Gambar 14 : Skema tabung Pitot


Sumber : http://www.princeton.edu/~asmits/Bicycle_web/bicycle_aero.html

Tekanan statis pada suatu penampang saluran adalah sama dengan tekanan pada
dinding untuk suatu saluran lurus. Sedangkan tekanan stagnasi (tekanan total) adalah
tekanan yang diukur pada daerah dimana aliran fluida diperlambat hingga nol dengan proses
perlambatan tanpa gesekan.
Pada pengukuran tekanan stagnasi, tekanan diukur pada kecepatan yang
diperlambat tanpa gesekan sampai kecepatannya (Vo) adalah nol dan pada pengukuran yang
dilakukan tidak terdapat perbedaan ketinggian sehingga zo = z maka persamaan Bernoulli di
atas menjadi :

p V2
po = + 7-11)
ρ 2
dimana : p : tekanan statis
po : tekanan stagnasi
Tekanan dinamis merupakan selisih antara tekanan stagnasi dengan tekanan statis,
sehingga :

1
.ρ .V 2 = po − p 7-12)
2

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 48


JMFT Univ. Widyagama Malang

7.3. Alat yang digunakan


Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Terowongan angin dengan sumber blower dan kipas

a. Pengujian drag dan pola aliran

b. Tabung pitot dan pengukuran tekanan

Gambar 15 : Terowongan angin skala laboratrium

2. Model mobil, dalam hal ini terdapat 4 jenis model VW


3. Tabung pitot untuk pengukuran statis dan dinamis
4. Stop watch
5. Sumber dan pengarah asap
6. Handycam
7. Alat ukur drag

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 49


JMFT Univ. Widyagama Malang

7.4. Prosedur Percobaan


Proses pengambilan data untuk uji drag adalah sebagai berikut :
a. Hidupkan blower dan ukur kecepatan angin pada tiap tingkat kecepatan, catat dan
matikan blower.
b. Set alat ukur drag pada atap terowongan angin, pasang model mobil pada gantungan
dan stabilkan.
c. Hidupkan blower pada satu tingkat kecepatan, catat simpangan pada alat ukur drag.
Matikan blower.
d. Ulangi proses b-c sebanyak 5 kali.
e. Ulangi proses b-d untuk tingkat kecepatan angin yang lain.
f. Ulangi proses b-e untuk model mobil yang lain. Tabulasikan datanya.

Proses pengambilan data untuk uji pola aliran adalah sebagai berikut :
a. Gunakan kipas sebagai pengganti blower, set pada tingkat kecepatan terendah.
b. Pasang pipa pengarah asap pada lantai terowongan, buatlah asap dan stabilkan.
c. Hidupkan kipas dan rekam aliran asap yang melalui model mobil selama 5 menit.
d. Ulangi proses b-c untuk model mobil yang lain.
e. Ubah data video menjadi data gambar dengan cara sebagaimana dijelaskan pada modul
visualisasi aliran fluida (modul 5)

Proses pengambilan data untuk profil kecepatan adalah sebagai berikut :


a. Hidupkan blower dan ukur kecepatan angin pada tiap tingkat kecepatan, catat dan
matikan blower.
b. Set tabung pitot pada atap terowongan angin, tandai posisi awal fluida pada tabung dan
pasang model mobil pada dudukan mika.
c. Hidupkan blower pada satu tingkat kecepatan, catat beda ketinggian yang terjadi pada
tabung pitot uji statis dan dinamis. Matikan blower
d. Ulangi proses b-c sebanyak 5 kali.
e. Ulangi proses b-d untuk tingkat kecepatan angin yang lain.
f. Ulangi proses b-e untuk model mobil yang lain. Tabulasikan datanya.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 50


JMFT Univ. Widyagama Malang

7.5. Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 7a. Rancangan Pengambilan Data Uji Drag

Variasi kecepatan angin


Variasi model mobil

Tabel 7b. Rancangan Pengambilan Data Pola Aliran


Foto pada menit ke
Variasi model mobil
1 2 3 4 5

Tabel 7c. Rancangan Pengambilan Data Profil Kecepatan


(Buat 2 tabel masing-masing untuk pengukuran statis dan dinamis)

Variasi kecepatan angin


Variasi model mobil

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 51


JMFT Univ. Widyagama Malang

7.6. Analisa Data


a. Transformasikan data simpangan menjadi data gaya drag berdasarkan analisa gaya-
gaya dan dimensi alat ukur drag sebagai berikut :
l2

N = Mtot

l1
Fd

Dari skema di atas terdapat persamaan gaya :


l1 M tot l2
= Jadi Fdrag = x M tot
l 2 Fdrag l1
Dimana : l1 = panjang alat ukur drag = 78 mm
l2 = panjang simpangan alat ukur drag
Mtot = massa alat ukur ditambah massa mobil model
b. Analisa data hasil perhitungan gaya drag dengan ANOVA. Jelaskan hasilnya.
c. Jelaskan foto pola aliran berdasarkan teori dasar yang ada.
d. Transformasikan data beda ketinggian tabung pitot menjadi data tekanan statis dan
dinamis selanjutnya data tekanan diubah menjadi data kecepatan. Petakan rata-rata
kecepatan pada tiap titik pengukuran dalam grafik posisi vs kecepatan. Jelaskan
hasilnya berdasarkan teori dasar yang ada.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 52


JMFT Univ. Widyagama Malang

MODUL 8
HEAT EXCHANGER

8.1. Tujuan
1. Mempelajari cara kerja heat exchanger sederhana
2. Membandingkan efisiensi pertukaran panas aliran searah dan berlawanan arah

8.2. Teori Dasar


Suhu fluida di dalam penukaran panas umumnya tidak konstan, tapi berbeda dari satu
titik ke titik lainnya pada waktu panas mengalir dari fluida yang panas ke yang lebih dingin.
Pada tahanan termal yang konstan pun laju aliran panas akan berbeda-beda sepanjang
lintasan penukar panas karena harganya bergantung pada beda suhu pada penampang
tertentu. Gambar 16 melukiskan perubahan suhu yang terjadi pada salah satu atau kedua
fluida dalam penukaran panas cangkang dan pipa sederhana. Jarak antara garis-garis penuh
sebanding dengan beda suhu ∆T antara kedua fluida.

a b

Th m
mh − dTh

Th k

∆ Ta ∆T ∆ Tb

Tc k
Tc m
mc + dTc
dA

o Atotal
m = masuk Luas
k = keluar

Gambar 16 : Distribusi suhu dalam penukar panas aliran searah lintas- tunggal
Sumber : Frank Kreith dan Arko Priono, 1994, hal 554

Keuntungan tambahan bisa didapat dari susunan aliran berlawanan karena untuk laju
aliran tertentu diperlukan permukaan yang lebih kecil dibandingkan kondisi aliran searah.
Untuk menentukan laju perpindahan panas dalam semua kasus digunakan persamaan :
dq = UdA∆T 9-1)

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 53


JMFT Univ. Widyagama Malang

Persamaan tersebut harus dintegrasikan seluas permukaan perpindahan panas A sepanjang


panjang penukar panas. Jika konduktansi satuan keseluruhan U konstan dan perubahan
energi kinetik diabaikan, dan jika cangkang penukar panas diisolasi maka persamaan 9.1
mudah diintegrasikan secara analitik untuk aliran searah atau aliran berlawanan.
Kesimbangan energi pada luas deferensial dA menghasilkan
dq = - mh c ph dT h = ± mc c pc dTc = UdA (Th − Tc ) 9-2)

Dimana m adalah laju aliran massa dalam lbm / h, c p adalah panas jenis pada tekanan

konstan pada Btu/ lbm F , dan T ialah suhu curahan (bulk) rata rata fluida dalam F. Indeks h

menunjukan fluida yang panas dan indeks c fluida yang dingin; tanda plus dalam suku ketiga
berlaku untuk aliran searah, dan minus untuk aliran lawan jika panas jenis fluida tidak
berubah dengan suhu , kita dapat menuliskan keseimbangan panas dalam dari lubang
sampai satu penampang sembarang dalam penukar panas.
- C h (Th − Thm ) = C c (Tc − Tcm ) 9-3)

dimana :
C h = mh c ph , laju aliran kapasitas panas perjam* untuk fluida panas (Btu/h F)

C c = mc c pc , laju aliran kapasitas panas perjam untuk fluida dingin (Btu/h F)

Panjang penukaran panas adalah (indeks m berarti “masuk “; indeks k berarti “keluar”) :
cc T − Thm
= − hk 9-4)
ch Tck − Tcm

untuk aliran searah atau berlawanan :


∆Ta − ∆Tb
∆T = 9-5)
ln (∆Ta / ∆Tb )
Efektifitas pertukaran panas dirumuskan dalam :
Ch (Thin − Thout )
ε= 9-6)
Cmin (Thin − Tcin )

Cc (Tcout − Tcin )
atau : ε = 9-7)
Cmin (Thin − Tcin )

Dimana : Cmin ialah harga mhcph atau mccpc yang lebih kecil

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 54


JMFT Univ. Widyagama Malang

8.3. Alat yang digunakan


Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Modul heat exchanger

Gambar 17 : Skema modul Heat Exchanger

2. Stop watch
3. Gelas ukur

8.4. Prosedur Percobaan


Proses pengambilan data dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
a. Set katup-katup pada modul heat exchanger untuk posisi aliran searah.
b. Hidupkan pompa dan stabilkan aliran air dingin dengan mengatur katup aliran balik untuk
ukuran debit yang telah ditentukan.
c. Siapkan stopwatch dan alirkan air panas. Catat suhu masuk dan keluar sistem untuk air
dingin (tid dan tod) dan untuk air panas (tip dan top) tiap selang waktu tertentu.
d. Tutup semua katup dan matikan pompa. Biarkan semua pipa dingin kembali.
e. Ulangi proses b-d sebanyak 5 kali.
f. Ulangi proses b-e untuk aliran tidak searah.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 55


JMFT Univ. Widyagama Malang

8.5. Data Hasil Percobaan


Data-data percobaan ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 9. Data suhu sistem pada aliran searah

Air dingin Air panas


No. Debit tid tod tip top
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Susun tabel serupa untuk aliran berlawanan arah.

8.6. Analisa Data


a. Transformasikan data suhu menjadi data efisiensi dengan menggunakan rumus-rumus
yang ada.
a. Analisa data hasil perhitungan efisiensi untuk tiap jenis aliran dengan ANOVA. Jelaskan
hasilnya.
b. Buatlah grafik rata-rata efisiensi pada tiap tingkat debit yang dipilih untuk aliran searah
dan berlawanan arah menjadi satu. Bandingkan hasilnya.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 56


JMFT Univ. Widyagama Malang

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 57


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 1
PERBANDINGAN DUA PERLAKUAN

1.1. Pendahuluan
Eksperimen dilakukan untuk membandingkan dua teknologi atau lebih untuk
pengembangan teknik baru, modifikasi dan perbaikan teknik-teknik yang sudah ada.
Kegiatan eksperimen salah satunya meliputi pengumpulan data dan mendapatkan
kesimpulan dari hasil eksperimen. Statistik memberikan metode berbasis logika untuk
mengevaluasi hasil tersebut seperti halnya perencanaan proses eksperimen yang
efektif untuk pengumpulan data.
Perlakuan (treatment) sering digunakan dan mengacu pada sesuatu yang
dibandingkan. Sesuatu yang diberi perlakuan dalam eksperimen disebut unit
eksperimen atau subyek eksperimen. Sifat-sifat subyek penelitian yang dicatat
setelah mengalami perlakuan disebut respon. Bentuk perlakuan misalnya varietas
bibit, penggunaan obat dan tidak, dua macam program pelatihan, lokasi geografis
sawah dan sebagainya. Subyek eksperimen misalnya sebidang kebun, tikus
percobaan, anak-anak, petani dan lain-lain.
Bagaimana subyek dipilih dan diberi perlakuan disebut desain eksperimen
atau desain sampel. Desain yang baik dan teliti sangat penting untuk keberhasilan
eksperimen yang menghasilkan perbandingan yang valid antara dua perlakuan. Dua
ciri umum desain yang baik dan teliti adalah :
a. Randomisasi subyek terhadap perlakuan.
b. Pencocokan atau penyerupaan subyek untuk mengurangi pengaruh luar.

1.2. Sampel Acak Independen dari Dua Populasi


Untuk menggambarkan perbandingan dua populasi atau dua perlakuan,
ditinjau sampel berukuran n1 dari populasi 1 dan sampel n2 dari populasi 2. Data yang
diambil adalah respon sesuai desain eksperimen. Pengumpulan data dari subyek
sebanyak n1 + n2 secara acak dibagi dalam dua kelompok ukuran n1 dan n2. Setiap

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 58


JMFT Univ. Widyagama Malang

anggota kelompok pertama mendapat perlakuan 1 dan setiap anggota kelompok


kedua mendapat perlakuan 2.
Tabel 10. Ringkasan rumus

Sampel Ringkasan statistik


n1

∑ (X 1 − X )
2
X1, X2, ....., Xn n1
1
dari populasi 1 X =
n1
∑ Xi 2
s1 = i =1
n1 − 1
i =1

n2
∑ (Y1 − Y )
2
Y1, Y2, ....., Yn n2
1
dari populasi 2 Y =
n2
∑ Yi s2 2 = i =1
n2 − 1
i =1

Kerangka kerja statistik adalah mengambil kesimpulan terhadap parameter :


(rata rata populasi 1) – (rata-rata populasi 2) = µ1 - µ2
Setiap pernyataan atau pengujian hipotesa harus didasarkan pada asumsi yang
mengacu pada struktur distribusi. Struktur data sampel acak independen :
a. X1, X2, ....., X n1 adalah sampel acak berukuran n1 dari populasi 1 yang rata-

ratanya dinotasikan dengan µ1 dan variannya dinotasikan dengan σ12.


b. Y1, Y2, ....., Yn2 adalah sampel acak berukuran n2 dari populasi 2 yang rata-

ratanya dinotasikan dengan µ2 dan variannya dinotasikan dengan σ22.


c. X1, X2, ....., X n1 adalah independen terhadap Y1, Y2, ....., Yn2 . Dengan kata lain,

pengukuran respon pada satu perlakuan adalah tidak saling berhubungan


terhadap pengukuran respon pada perlakuan yang lain.

1.2.1. Kesimpulan dari sampel kecil.


Asumsi yang digunakan untuk sampel kecil adalah :
a. Dua buah distribusinya normal.
b. Varian populasi σ12 dan σ22 adalah sama.
Asumsi dalam bentuk lain :
a. X1, X2, ....., X n1 adalah sampel acak dari N(µ1, σ).

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 59


JMFT Univ. Widyagama Malang

b. Y1, Y2, ....., Yn2 adalah sampel acak dari N(µ2, σ).

Catat bahwa σ sama untuk kedua distribusi.


c. X1, X2, ....., X n1 dan Y1, Y2, ....., Yn2 adalah independen.

Perhitungan varian dilakukan dengan persamaan estimator gabungan :


n1 n2

∑ (X i − X ) +∑ (Yi − Y )
2 2

2 i =1 i =1 (n1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s 22


s gab = =
n1 + n 2 − 2 n1 + n 2 − 2
dimana penyebut n1 + n2 – 2 adalah komponen derajat kebebasan (degree of
freedom = d.f).
Confidence interval untuk µ1 - µ2 dari 100(1 - α)% :

1 1
X − Y ± t α / 2 s gab +
n1 n 2

tα/2 adalah titik atas α/2 dari distribusi t dengan derajat kebebasan n1 + n2 – 2
Pengujian H0, µ1 - µ2 = δ0 uji statistiknya :
X −Y −δ0
t= dengan d.f = n1 + n2 – 2
1 1
s gab +
n1 n 2

Tabel 11. Daerah tolak level α


Alternatif hipotesa Daerah tolak level α
H1 : µ1 - µ2 ≠ δ0 t> tα/2
H1 : µ1 - µ2 > δ0 t > tα
H1 : µ1 - µ2 < δ0 t > - tα

Contoh 1.1 :
Hasil pengamatan banyaknya susu hasil sapi perahan dengan perbedaan perlakuan
jenis makanan yang diberikan A dan B. Dari sampel 25 sapi, 13 ekor diberi makanan
A dan 12 ekor diberi makanan B. Hasil perahan (pon) :
Makanan A 44, 44, 56, 46, 47, 38, 58, 53, 49, 35, 46, 30, 31
Makanan B 35, 47, 55, 29, 40, 39, 32, 41, 42, 57, 51, 39

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 60


JMFT Univ. Widyagama Malang

a. Dapatkan 95% confidence interval untuk beda rata-rata hasil perahan tiap ekor
sapi antara 2 perlakuan.
b. Olah data yang secara kuat mengindikasikan hasil perahan yang lebih sedikit
dengan perlakuan B dibanding perlakuan A (α uji = 0.05).

Jawab :
Diasumsikan bahwa data dua perlakuan adalah sampel acak dengan rata-rata µ1 dan
µ2, dan variannya σ2.
Perhitungan dengan ringkasan statistik :

Perlakuan A : x = 45.15 ∑ (x i − x )2 = 767.69 s12 = 64.0

Perlakuan B : y = 42.25 ∑ ( y i − y )2 = 840.25 s12 = 76.4

Ukuran sampel n1 = 13 dan n2 = 12. Varian sampel gabungan :

2 (n1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s 22 767.69 + 840.25


s gab = = = 69.9
n1 + n 2 − 2 23

a. Dengan confidence level α/2 = 0.025, dengan tabel t didapat t0.025 = 2.069 dan d.f
= n1 + n2 – 2 = 23. Sehingga confidence interval 95% untuk µ1 - µ2 adalah :

1 1 1 1
x − y ± t 0.025 s gab + = 45.15 − 42.25 ± 2.069 × 8.36 +
n1 n 2 13 12

= 2.90 ± 6.92 atau (-4.02; 9.82)


Dengan confidence interval 95% ini berarti rata-rata hasil perlakuan A lebih sedikit
sebesar 4.02 pon atau lebih banyak 9.82 pon dibanding perlakuan B.
b. Uji H0 : µ1 = µ2 vs H1 : µ1 > µ2, asumsi α = 0.05 daerah tolak adalah R : t > t0.05.
Nilai t diuji dengan uji statistik :
X −Y −δ 0 45.15 − 42.25 2.90
t= = = = 0.84
1 1 1 1 3.45
s gab + 8.63 +
n1 n 2 13 12

Untuk d.f = 23, nilai tabel t0.05 = 1.714 yang lebih besar dibanding nilai
pengamatan. Maka hipotesa nol tidak ditolak dengan α = 0.05

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 61


JMFT Univ. Widyagama Malang

1.2.2. Kesimpulan dari sampel besar.


Sampel dikatakan besar jika ukuran n1 dan n2 lebih besar dari 25 atau 30.
Confidence interval untuk µ1 - µ2 dari 100(1 - α)% :

s1 2 s 2 2
X − Y ± z α / 2 s gab +
n1 n2

zα/2 adalah titik atas α/2 dari N (0, 1).


Pengujian H0, µ1 - µ2 = δ0 uji statistiknya :
X −Y −δ 0
Z=
s1 2 s 2 2
s gab +
n1 n2

yang memiliki pendekatan distribusi N (0, 1) di bawah H0.

Contoh 1.2 :
Studi tentang hasil ujian pelajar kota dan desa dengan mengambil sampel 90 pelajar
kota dan 100 pelajar desa. Nilai ujian :
Pelajar desa Pelajar kota
Ukuran sampel 90 100
Rata-rata 76.4 81.2
Standar deviasi 8.2 7.6

a. Tentukan confidence interval 98% untuk perbedaan rata-rata nilai ujian.


b. Dengan 2% tingkat signifikansi, lakukan pengujian untuk menentukan apakah
terdapat beda yang signifikan antara rata-rata nilai ujian.

Jawab :
Rata-rata nilai ujian dinotasikan dengan µ1 dan µ2. Dari data sampel diketahui bahwa
n1 = 90; n2 = 100; x = 76.4; y = 81.2; s1 = 8.2; s2 = 7.6
a. Karena 1 - α = 0.98 didapat α/2 = 0.01 dan z0.01 = 2.33. Sehingga confidence
interval 98% untuk µ1 - µ2 adalah :

s1 2 s 2 2 (8.2 )2 (7.6 )2
x − y ± z 0.01 + = 76.4 − 81.2 ± 2.33 +
n1 n2 90 100

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 62


JMFT Univ. Widyagama Malang

= -4.8 ± 2.7 atau (-7.5; -2.2)


Jadi rata-rata nilai ujian pelajar kota adalah 2.2 lebih tinggi sampai 7.5 lebih tinggi
dari pelajar desa.
b. Karena confidence interval tidak termasuk nol, maka hipotesa nol H0 : µ1 = µ2
ditolak pada α = 0.02.

1.3. Randomisasi
Randomisasi adalah pemilihan subyek eksperimen yang akan mendapat
perlakuan berbeda dengan suatu kontrol. Randomisasi mencegah sumber-sumber
yang tidak terkontrol dari suatu variasi dari gangguan terhadap respon. Untuk itu
diperlukan suatu prosedur randomisasi :
a. Dari n = n1 + n2 subyek eksperimen yang ada pilih n1 subyek secara acak yang
akan mendapat perlkuan 1 dan n2 subyek secara acak yang akan mendapat
perlakuan 2.
n
b. Pemilihan acak memberikan kemungkinan pilihan sebanyak   .
 n1 
1.4. Perbandingan Pasangan
Konsep pemasangan atau pencocokan sangat mendasar untuk memberikan
peluang kompromi antara 2 hal yaitu homogenitas dan keaneka ragaman subyek
eksperimen. Misalnya bentuk sederhana pasangan dimana satu subyek mendapat
perlakuan 1 dan subyek yang lain mendapat perlakuan 2 dengan pemilihan secara
acak. Desain ini disebut sampel dengan pemasangan atau perbandingan pasangan.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 63


JMFT Univ. Widyagama Malang

Pemasangan subyek eksperimen berdasarkan karakteristik yang identik dapat


mengurangi variasi sumber yang ada. Struktur pengamatan dapat dilihat pada skema
berikut ini, dengan X dan Y menotasikan respon perlakuan 1 dan 2 :

Tabel 12. Tabulasi data berpasangan


Pasangan Perlakuan 1 Perlakuan 2 Beda
1 X1 y1 D1 = X1 – Y1
2 X2 Y2 D2 = X2 – Y2
: : : :
: : : :
n Xn Yn Dn = Xn – Yn

Pasangan (X1, Y1), (X2, Y2), ....., (Xn, Yn) adalah independen. Analisa statistik :

1 n
D = ∑ Di sD = ∑
2
n
(Di − D )2
n i =1 i =1 n −1

Kesimpulan untuk sampel kecil dengan beda rata-rata δ diasumsikan bahwa


beda yang terjadi Di = Xi – Yi adalah independen dengan distribusi N(δ, σD). Dengan
n n
D = ∑ Di / n dan s D = ∑ (Di − D ) / (n − 1)
2
maka :
i =1 i =1

a. Confidence interval 100(1 - α)% untuk δ adalah :

D ± tα / 2 s D / n dengan t berhubungan dengan derajat kebebasan n-1.

b. Pengujian H0 : δ = δ0 berdasarkan uji statistik :


D −δ 0
t= dengan d.f = n -1
sD / n
Untuk sampel yang lebih besar dengan aplikasi teorema batas pusat (bab 8),
beda didefinisikan sebagai D1, ....., Dn dianggap mendekati distribusi normal dari
(D − δ ) / (s D / n ). Kesimpulannya dapat didasarkan pada titik prosentase distribusi
N(0, 1) atau secara ekuivalen pada titik prosentase distribusi t dengan derajat
kebebasan “tak terbatas”.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 64


JMFT Univ. Widyagama Malang

Contoh 1.3 :
Studi tentang efek samping obat terhadap tekanan darah. Sampel diambil 15 orang
dewasa yang mengkonsumsi obat selama 6 bulan dan kemudian diukur tekanan
darahnya. Hasil pengukuran ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 13 : Tekanan darah sebelum dan sesudah konsumsi obat
Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sebelum (x) 70 80 72 76 76 76 72 78 82 64 74 92 74 68 84
Sesudah (y) 68 72 62 70 58 66 68 52 64 72 74 60 74 72 74
d = (x – y) 2 8 10 6 18 10 4 26 18 -8 0 32 0 -4 10

Perhitungan statistik :
15
∑ (d i − d )
2
15
di
d =∑ = 8.80 sD = i =1
= 10.98
i =1 15 14

Dengan confidence interval 95% untuk beda rata-rata δ :


sD
d ± t 0.025
15
untuk t0.025 didasarkan pada d.f = 14. Dari tabel t didapat t0.025 = 2.145. Maka :
10.98
8.80 ± 2.145 × = 8.80 ± 6.08 atau (2.72; 14.88)
15
Berarti bahwa confidence interval 95% pengurangan rata-rata terhadap subyek
adalah sebesar 2.72 dan 14.88
Uji hipotesa :
d 8.80
t= = = 3.10
sD / n 10.98 15
berada di daerah tolak. Konsekuensinya H0 ditolak terhadap H1 pada level signifikansi
sebesar 5%.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 65


JMFT Univ. Widyagama Malang

BAB 2
ANALISA VARIAN (ANOVA)

Untuk mengetahui pengaruh variasi dua buah variabel bebas dan pengaruh interaksi
antar variabel tersebut terhadap variabel terikat digunakan analisa varian ANOVA dengan
desain faktorial yang dirumuskan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 14 : Tabel ANOVA untuk desain faktorial p x q


Mean
Source Sum of Squares d.f F ratio
Square
p
SS A = qr ∑ ( y i.. − y ... )
2
Factor A p–1 MSA MSA / MSE
i =1

q
Factor B SS B = pr ∑ y . j. − y... ( )2 q–1 MSB MSB / MSE
j =1

p q
Interaksi
(
SS AB = r ∑∑ y ij . − y i.. − y . j . + y ... )2 (p – 1)(q –
MSAB MSAB/MSE
A dan B i =1 j =1 1)
p q r
Residual SSE = ∑∑ ∑ y ijk − y ij . ( )2 pq (r-1) MSE
i =1 j =1 k =1

p q r
Total ∑ ∑ ∑ (yijk − y... )2 pqr – 1
i =1 j =1 k =1

Keterangan :
yi .. = rata-rata baris y. j. = rata-rata kolom

y... = rata-rata seluruh data y ij . = rata-rata data

y ijk = data tunggal p = jumlah variasi faktor A

q = jumlah variasi faktor B r = jumlah ulangan data

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 66


JMFT Univ. Widyagama Malang

Rumusan hipotesa yang digunakan adalah :


Tolak Ho : σ1 = ....... = σk = 0 (tidak ada pengaruh faktor A) jika
MS A
> Fα (q − 1; ( p − 1)(q − 1))
MSE
Tolak Ho : σ1 = ....... = σk = 0 (tidak ada pengaruh faktor B) jika
MS B
> Fβ ( p − 1; ( p − 1)(q − 1))
MSE
Untuk memperjelas proses perhitungan untuk analisa ANOVA digunakan contoh tabel data
dan contoh perhitungannya sebagai berikut :
Tabel 15. Contoh data waktu pengereman (detik)

Volume Tekanan 0 (kg/cm2) Rata Tekanan 0,05 (kg/cm2) Rata


(cc) 1 2 3 4 5 rata 1 2 3 4 5 rata
100 0,78 0,78 0,77 0,76 0,79 0,78 2,71 2,70 2,70 2,80 2,80 2,74
200 3,98 3,99 3,99 4,00 3,96 3,98 2,41 2,37 2,40 2,39 2,39 2,39
300 3,69 3,70 3,72 3,65 3,62 3,68 3,16 3,17 3,17 3,18 3,18 3,17
400 4,44 4,40 4,50 4,60 4,40 4,47 2,02 2,02 2,00 2,00 2,00 2,01
500 4,29 4,29 4,20 4,30 4,30 4,28 0,88 0,88 0,87 0,87 0,89 0,88
Rata2
3,44 2,24
kolom

Tekanan 0,1 (kg/cm2) Rata Tekanan 0,15 (kg/cm2) Rata


1 2 3 4 5 rata 1 2 3 4 5 rata
1,61 1,60 1,60 1,58 1,59 1,60 2,4 2,40 2,30 2,20 2,20 2,40
2,29 2,20 2,30 2,30 2,10 2,24 1,69 1,70 1,70 1,70 1,69 1,70
1,77 1,76 1,75 1,76 1,76 1,76 2,09 2,09 2,08 2,08 2,10 2,09
1,2 1,20 1,20 1,15 1,6 1,6 1,93 1,93 1,90 1,96 1,94 1,93
1,73 1,72 1,71 1,71 17,0 4,77 2,04 2,04 2,03 2,03 2,05 2,04
2,31 2,01

Tekanan 0,2 (kg/cm2) Rata Tekanan 0,25 (kg/cm2) Rata Rata2


1 2 3 4 5 rata 1 2 3 4 5 rata baris
3.70 3,70 3,68 3,69 3,70 3,69 3,49 3,49 3,50 3,48 3,48 3,49 2,40
2,49 2,48 2,48 2,50 2,50 2,49 1,6 1,6 1,18 1,17 1,22 1,6 2,33
2,53 2,53 2,54 2,54 2,52 2,53 1,94 1,95 1,93 1,94 1,94 1,94 2,53
0,86 0,86 0,85 0,87 0,87 0,86 1,48 1,48 1,47 1,49 1,48 1,48 1,99
1,60 1,60 1,59 1,61 1,60 1,60 1 1,00 0,99 0,99 1,00 1,00 2,43
2,17 1,82 2,34
Sumber : Dwi A. Purwanto; 2005; Pengaruh perbandingan volume pencampuran fluida
udara dan minyak terhadap waktu pengereman pada kendaraan; Bab IV
skripsi;; Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 67


JMFT Univ. Widyagama Malang

Contoh perhitungan analisa ANOVA adalah sebagai berikut :


a. Perhitungan Sum of Square (SS)
Untuk variabel volume maka didapat perhitungan SS sebagai berikut :

SS vol = 6 x5 x[(2,40 − 2,34 )2 + (2,33 − 2,34 )2 + (2,53 − 2,34 )2 + (1,99 − 2,34)2 + (2,43 − 2,34 )2 ]

= 4,0586
Dengan cara yang sama diperoleh SS untuk variabel lainnya.

b. Perhitungan degree of freedom (df)


Degree of freedom untuk variabel volume = jumlah variasi volume – 1
=5–1=4
Dengan cara yang sama diperoleh df untuk variabel lainnya.
c. Perhitungan Mean Square
Mean square = Sum of square / df
MSvol = SSvol / dfvol
= 4,0586 / 4 = 1,015
Dengan cara yang sama diperoleh mean square untuk variabel lainnya.
d. Perhitungan F ratio
F ratio = Mean square variabel / Mean square residual
F ratiovol = MSvol / MSres
= 1,015 / 0,0290 = 34,99
Dengan cara yang sama diperoleh F ratio untuk variabel lainnya.
Seluruh hasil perhitungan dapat ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 17. Hasil perhitungan ANOVA


Mean
Sumber Sum of square df F Ratio F Tabel
square
Volume 4,0586 4 1,015 34,99 2,46
Udara bertekanan 40,4851 5 8,097 279,2 2,31
Interaksi 851,1476 20 42,557 1467,5 1,68
Residual 2,9000 100 0,0290
Total 898,5914 129

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 68


JMFT Univ. Widyagama Malang

Nilai F tabel dilihat pada tabel F yang terdapat pada buku-buku statistik dengan
metode pemilihan mengikuti kriteria F(α; df1; df2) untuk α adalah derajat kesalahan data
statistik yang diijinkan (dalam hal ini dipilih 0,05 atau 5%), df1 adalah df variabel yang diuji, df2
adalah df residual. Jadi nilai F tabel untuk volume diperoleh dengan F (0,05; 4; 100).
Dari hasil analisa pada tabel 4-3 dapat dilihat bahwa F tabel < F ratio jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa volume minyak dan penambahan udara bertekanan berpengaruh
secara signifikan terhadap waktu pengereman baik secara individual maupun secara
bersama, dengan tingkat kesalahan 5%.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 69


JMFT Univ. Widyagama Malang

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 70


JMFT Univ. Widyagama Malang

Apsley, D; Wind Tunnel; Hidraulic 2.

Cengel, Y.A, Cimbala, J.M, 2006, Fluid Mechanics Fundamental and Applications,
McGraw-Hill, New York

Fox, Robert W. And Mc Donald, Alan T, 1994, Introduction of Fluid Mechanics, 4th edition,
John Wiley and Son, Inc,

Giles, Ranald V; 1986, Penerjemah Ir. Herman Widodo Soemitro; Seri BukuSchaum, Teori
Dan Soal – soal, Mekanika Fluida dan Hidrolika; Edisi kedua; Penerbit Erlangga;
Jakarta

Hibbeler, RC, 1982, Mekanika Teknik (Statika), Terjemahan Yaziz Hasan, Edisi Pertama,
Prenhalindo, Jakarta.

Holman, J.P, 1986, Heat Transfer, McGraw-Hill.

http://www.f1indonesia.com; 2005

http://www.galcit.caltech.edu/awt.htm, 2002

http://www.dur.ac.uk/car/mercsmoke.htm, 2003

http://www.nasa.gov; 2003

http://www.f1technical.net/article47.html; 2005

http://www.desktopaero.com/appliedaero/blayers.html, 2002

http://www.mh-aerotools.de/airfoils/glossary.html, 2002

http://www.princeton.edu/~asmits/Bicycle_web /bicycle_aero.html, 2004

Kreith, F, 1994, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, Alih bahasa Arko Prijono, Edisi ketiga,
Erlangga, Jakarta

Lee, S-H and Ih, J-G, 2003, Effect of Non-uniform Perforation in the Concentric
Resonator on the Transmission Loss and Back Pressure Center for Noise and
Vibration Control, The 32nd International Congress and Exposition on Noise
Control Engineering Jeju International Convention Center, Seogwipo, Korea.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 71


JMFT Univ. Widyagama Malang

Mc.Mahon, H; Jagoda, J; Komerath, N and Seitzmen, J; 2002, Pressure Measurement in a


Subsonic Wind Tunnel; Georgia Tech, School of Aerospace Engineering

Popov, EP,1983, Mekanika Teknik (Mekanik of Material), Terjemahan Tanisan Astamar


Zainul, M.sc, Edisi kedua (Versi SI), Erlangga.

Singer, FL, 1985, Kekuatan Bahan, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Streeter, Victor L; Wylie, E. Benjamin; 1991. Alih Bahasa Arko Priijono, M.S.E; Mekanika
Fluida Jilid II; Edisi Delapan; Penerbit Erlangga; Jakarta.

Streeter, Victor L; Wylie, E. Benjamin; 1993. Alih Bahasa Arko Priijono, M.S.E; Mekanika
Fluida Jilid I; Edisi Delapan; Penerbit Erlangga; Jakarta.

Su, Z, 1996, Pressure Drop in Perforated Pipes for Horizontal Wells,


http://www.ipt.ntnu.no/~jsg/studenter/doctor/zesu.html

White, Frank M; 1991, Mekanika Fluida; Jilid 2 Edisi kedua; Erlangga; Jakarta

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 72


JMFT Univ. Widyagama Malang

LAMPIRAN 1 : FORMULIR BHP

FORMULIR PENGADAAN BARANG HABIS PAKAI


LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN

Prediksi Harga
No. Nama Barang Jumlah
Satuan Total

Jumlah

Pemeriksaan Pembelian Menyetujui, Malang, .........................


Kepala Lab. FDM Kepala Lab. FDM Yang Mengajukan,

.................................. .................................. ......................................


NDP/NIP................... NDP/NIP................... NDP/NIM ......................

Catatan :
Lembar 1 diarsipkan di Lab. bersama dengan bukti pembelian asli.
Lembar 2 dikirimkan ke Jurusan bersama fotocopi bukti pembelian.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 73


JMFT Univ. Widyagama Malang

LAMPIRAN 2 : FORMULIR BP

FORMULIR PENGADAAN PERALATAN LABORATORIUM


LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN

Sifat Pengajuan
No. Nama Barang Jumlah Perkiraan Harga Keterangan
R U N

Jumlah
R : Replacement U : Upgrading N : New

Keputusan : Disetujui Tidak Disetujui Dengan catatan

Penerimaan Barang Menyetujui, Malang, .........................


Ka. Lab................... Ketua Jurusan Ka. Lab .......................,

.................................. .................................. ......................................


NDP/NIP................... NDP/NIP................... NDP/NIP ......................

Catatan :
Lembar 1 diarsipkan di Lab sebagai bukti pengajuan.
Lembar 2 dan 3 dikirimkan ke Jurusan untuk mendapatkan keputusan.
Lembar 3 dikembalikan ke Lab bersama Berita Acara Serah Terima Barang, jika
pengadaan disetujui.

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 74


JMFT Univ. Widyagama Malang

LAMPIRAN 3 : BUKU KENDALI PEMANFAATAN PERALATAN LAB.

Paraf
Pemanfaatan
Nama No. Petugas
No. Jml Kondisi
Barang Register Tgl Tgl
Nama NIM TTD TTD Keperluan Serah Terima
pinjam Kembali

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 75


JMFT Univ. Widyagama Malang

LAMPIRAN 4 : FORMULIR PPL

FORMULIR PERAWATAN DAN PERBAIKAN


PERALATAN LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN

No. Nama ALat Jenis Tindakan Hasil Rekomendasi

Persetujuan Pemeriksaan Malang, ....................................


Ka. Lab. FDM Laboran

........................................... ..................................................
NDP/NIP. .......................... NDP/NIP. .................................

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 76


JMFT Univ. Widyagama Malang

LAMPIRAN 5 : FORMULIR 3P (Menggunakan kertas kop laboratorium)

FORMULIR PERMOHONAN PELAKSANAAN PENELITIAN


LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN
No. : ......./FDM-3P/bulan/tahun

Kepada Yth :
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Univ. Widyagama Malang

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, dengan ini saya :

Nama : ...............................................................................
NIM/NDP/NIP : ...............................................................................
Alamat : ...............................................................................
Tlp / HP : ...............................................................................
Institusi : ...............................................................................

Mengajukan permohonan untuk dapat melakukan penelitian di Laboratorium Fenomena


Dasar Mesin untuk :

Tema/judul : .............................................................................
Bidang kajian : ..............................................................................
Peralatan : ..............................................................................
..............................................................................
Waktu : .............................................................................. (jadual terlampir)

Untuk keperluan tersebut saya bersedia memenuhi biaya yang dibutuhkan untuk
penggunaan sumber daya terkait. Untuk keperluan analisa data, saya memerlukan / tidak
memerlukan bimbingan*).
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan perkenan Bapak/Ibu, saya
ucapkan banyak terima kasih.

Malang, ........................................
Yang mengajukan,

......................................................
NIM/NDP/NIP................................

Tembusan kepada Yth.


1. Kepala Laboratorium Fenomena Dasar Mesin

Catatan :
1. Tembusan kepada Ka. Lab disertai rekomendasi penerimaan/penolakan Kajur.
2. *) coret yang tidak perlu

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 77


JMFT Univ. Widyagama Malang

LAMPIRAN 5 : DIAGRAM ALIR PRAKTIKUM

PENDAFTARAN
DI SEKJUR.

TECH. MEETING
DI LAB.

KULIAH
PENYEGARAN

PRE-TEST

T
LULUS ? MENGULANG 2X

Y
Y T
PRAKTIKUM LULUS ? GUGUR

PERBAIKAN T SESUAI T PERBAIKAN


MAX. 2 MINGGU STANDAR ? TIDAK TERCAPAI

LAPORAN

T
TERKUMPUL ?

POST TEST

YUDISIUM

Panduan Lab. Fenomena Dasar Mesin 78

Anda mungkin juga menyukai