Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL 1

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI SD

NAMA : RIA AFRIANI


NIM : 856486141
POKJAR : RENGAT
SOAL

1. MENJELASKAN LANDASAN FILOSOFIS, PSIKOLOGIS DAN SOSIOLOGIS-


ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN SD
2. MEMBEDAKAN CIRI-CIRI PENDIDIKAN SD DENGAN PENDIDIKAN TK DAN
SMP
3. MENDESKRIPSIKAN KARAKTERISTIK BERBAGAI BENTUK
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SD
4. MEMAPARKAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SD DI ERA BARU DAN ERA
REFORMASI
5. MENJELASKAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK, MOTORIK,
SOSIAL DAN EMOSIONAL

JAWABAN

1. Landasan merupakan alas, dasar, atau tumpuan. Istilah landasan dapat diartikan
sebagai pondasi. Dengan istilah tersebut, dapat dipahami bahwa landasan merupakan
suatu pijakan, titik tumpu atau titik tolak, suatu pondasi tempat berdirinya suatu hal.
Ada beberapa landasan dalam pendidikan sekolah Dasar yaitu :
a. Landasan filosofis dan Psikologis-Pedagogis pendidikan sekolah Dasar.
Kata filosofis terbentuk dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo
yang artinya “cinta” dan sophia yang artinya “kebijaksanaan” (Syahrial,2010).
Dengan demikian filosofis diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Secara maknawi
filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami
hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa landasan filosofis merupakan landasan
berdasarkan filsafat yang menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh, dan
konseptual yang menghasilkan konsepsikonsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Selanjutnya, dalam pendidikan Landasan filosofis pendidikan merupakan
seperangkat pemikiran-pemikiran ataupun suatu asumsi yang dapat dijadikan titik
tolak dalam merumuskan berbagai konsep-konsep yang diperlukan dalam
pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan suatu sistem gagasan
tentang pendidikan dan dedikasi atau dijabarkan dari suatu sistem filsafat umum
yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Landasan filosofis pendidikan
tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan yang apa adanya, melainkan berisi
tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan.
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat aliran pemikiran. Hal ini muncul
sebagai implikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat. Selanjutnya
Landasan psikologis-pedagogis sebagai sesuatu landasan yang dijadikan titik tolak
dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang jiwa atau
psikis manusia yang selalu mengalami perkembangan dimulai dari bayi hingga
fisik manusia yang selalu mengalami perkembangan dari bayi hingga usia lanjut
sehingga dapat memudahkan proses pendidikan (Wardani, 2023). Landasan
psikologis-pedagogis merupakan cara pandang pendidikan dasar dengan melihat
fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu yang
sesuai dengan karakteristik psikologis pendidikan.
Pandangan filosofis dan psikologis-pendagogis mewakili cara pandang para pakar
dibidang filsafat, psikologi, dan pedagogik/ilmu mendidik terhadap keniscayaan
proses pendidikan anak usia sekolah yaitu 6-13 tahun. Keniscayaanyang dimaksud
yaitu: 1)pelembagaan proses pendidikan anak dalam sistem pendidikan
sekolah/homeschooling diyakini sangat strategis/ sangat tepat dilakukan agar
dapat membangun perkembangan anak secara sistemik; 2) pendewasaan sistemik
diyakini akan lebih efektif dan mampu memberikan hasil yang baik dan
menguntungkan dibandingkan dengan pendewasaan yang alami; 3) berbagai teori
filsafat dan psikologis yang menekankan pentingnya pewarisan budaya,
pengembangan potensi individu, yang mendukung proses pendewasaan anak
melalui pendidikan persekolahan.
b. Landasan Sosiologis-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi
proses pendidikan dalam proses pendewasaan peserta didik dalam konteks
kehidupan bermasyarakat , dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari
generasi tua kepada peserta didik yang sedang mendewasakan dalam konteks
pembudayaan (Wardani, 2023). Berdasarkan sosiologis dan antropologis
masyarakat dan bangsa Indonesia sangatlah heterogen dalam berbagai aspeknya.
Untuk itu sistem pendidikan nasional dalam pengelolaannya juga dilaksanakan
secara heterogen. Namun demikian, masyarakat Indonesia harus bersifat
kebinaekaan yang artinya harus tetap memegang teguh persatuan di tengah
perbedaan. Oleh karena itu sistem pendidikan nasional Indonesia yaitu menganut
prinsip disversifikasi dalam pengembangan kurikulumnya, sebagai bentuk
perwujudan kelenturan atau fleksibel dan mampu beradaptasi terhadap kondisi
sosiologis dan antropologis Indonesia. Dalam impilkasinya pendidikan Indonesia
menerapkan politik pendidikan yang terdesentralisasi yang artinya sistem
pendidikan nasional terbagi kedalam kewenangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Dengan demikian pendidikan sekolah dasar akan mampu
memfungsikan dirinya sebagai lembaga pendidikan formal yang dapat memberikan
landasan pengembangan diri sebagai individu yang hidup di tengah keberagaman
masyarakat. Dalam hal ini sistem pendidikan di Indonesia bersifat demokratis,
berkeadilan, tidak deskriminatif, terbuka, sebagai proses pembudayaan sepanjang
hayat, dan mampu memperdayakan seluruh komponen masyarakat, sehingga
pendidikan nasional mampu mengakomodasikan berbagai keberagaman sosial dan
budaya masyarakat dan bangsa Indonesia.

2. Adapun yang membedakan Ciri-Ciri Pendidikan SD Dengan Pendidikan TK Dan SMP


diantaranya yaitu :
a. Usia sekolah anak SD dimulai dari usia 6-13 tahun, Tk dimulai dari usia 4-5 tahun,
dan tingkatan SMP dari usia 13 tahun- 16 tahun yang artinya kategori usia anak
lebih dewasa dibandingkan SD ataupun TK
b. Tahap perkembangan berfikir anak SD umumnya pra-operasional dan operasional
konkret, dan masih pada awal operasi abstrak yang artinya kemampuan menalar
anak SD masih dalam batasan, siswa SD belum mampu menalara lebih kritis
dibandingkan siswa SMP, dan siswa TK masih berfikir dalam tahapan menerima
segala informasi dan mengutarakan apa yang mereka dengar ataupun lihat.
c. Guru di SD sebagai guru kelas yang menaungi 1 kelas dan bertanggung jawab
penuh serta mengajarkan berbagai mata pelajaran. Sementara itu, guru di TK juga
bertanggung jawab penuh dikelasnya akan tetapi tidak mengajarkan materi seperti
di SD melainkan mengenalkan berbagai bentuk interaksi ataupun mengenalkan
pembelajaran membaca dan menghitung. Selanjutnya, guru di SMP umumnya
sebagai guru bidang studi yang mengajar 1 bidang studi yang dikuasainya.
d. Pada sekolah dasar wajib belajar selama 6 tahun, TK hingga batas usia anak masuk
sekolah Dasar antar 6-7 tahun, dan SMP wajib belajar selama 3 tahun.
e. Gedung dan fasilitas yang terdapat di SD umumnya terdiri dari 6 ruang kelas,
ruang kepala sekolah, tidak ada ruang guru, administrasi ataupun perpustakaan,
demikian juga di TK , akan tetapi ruang TK disesuaikan dengan jumlah siswa yang
ada. Sementara itu SMP untuk gedung dan fasilitas sekolah lebih lengkap, dengan
adanya ruang guru, kepala sekolah, administrasi, perpustakaan, dan bahkan
lapangan sekolah.

3. Mendeskripsikan Karakteristik Berbagai Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD


yaitu sebagai berikut (Ditjen Dikti, 2006):
a. Kemelekwacanaan ( literacy)
Kemelekwacanaan maksudnya yaitu Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan
kemelekwacanaan, bukan pada pembentukan kemampuan akademik.
Kemelekwacanaan disini maksudnya yaitu pada kepemahaman siswa tentang
berbagai fenomena di lingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan
kehidupan. Contohnya : jika anak tk hanya mengetahui warna-warna dari lampu
rambu lalu lintas, anak SD sudah haru paham betul makna pada setiap lampu lalu
litas, dan untuk anak SMP harus lebih memahami apa manfaat dari adanya lampu
lalu lintas yang ada dijalan, dan alasannya diberikan simbol-simbol warna yang
berbeda pada setiap rambu lampu lalu lintas.
b. Kemampuan berkomuniikasi.
Dalam hal kemampuan berkomunikasi Pendidikan SD diarahkan dalam
pembentukan kemampuan berkomunikasi yang baik dan sesuai dengan konteksnya
yaitu mampu mengkomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun
informasi yang di dapat dari berbagai sumber, kepada orang lain dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Jika anak Tk kemampuan berkomunikasi
menyampaikan apa yang didengar dengan menduplikatnya, anak SD mampu
mengembangankan apa yang didengarnya dengan menggunakan pendapatnya
sendiri, dan anak SMP mulai mampu menelaah mana yang tepat untuknya ataupun
yang kurang pas.
c. Kemampuan memecahkan masalah ( problem solving)
Kemampuan memecahkan masalah dalam hal ini mencakup merasakan adanya
masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan
masalah, mengeksplorasi alternative pemecahan masalah dan memilih alternative
yang paling layak digunakan.
d. Kemampuan bernalar ( resoning)
Kemampuan bernalar ( resoning) yaitu anak mampu menggunakan logika dan
bukti-bukti secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada kesimpulan.
Pendidikan SD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir
secara logis sehingga kemampuan bernalarnya berkembang. Siswa yang terlatih
daya nalarnya, tidak akan cepat dipercaya pada sesuatu yang tidak masuk akal.
Adapun karakteristik khusus pendidikan SD meliputi:
a. Siswa SD
Siswa SD merupakan anak-anak yang berusia 6-12 tahun, kemampuan
kognitif siswa SD pada tahap pra-operasional, operasi konkret, dan pada awal
operasi abstrak. Sementara anak SMP berada pada tahap operasi abstrak. Siswa SD
masih berpandangan holistik yang artinya mereka melihat dunia ini sebagai satu
keseluruhan yang terpadu serta belum mampu melihat suatu bagian yang terpisah-
pisah. Selain itu, kemampuan siswa SD lebih bervariasi dibandingkan siswa SMP
dikarenakan siswa SD penerimaannya tanpa ada seleksi sementara SMP
menggunakan sistem seleksi sehingga variasi kemampuan siswa tidak begitu jauh
terlihat perbedaannya.
b. Guru
Guru di SD memiliki perananan sebagai guru kelas dan diwajibkan
mengajarkan 5 pelajaran di SD yaitu Bahasa Indonesia, MTK, IPA, IPS, dan PKN,
dan mengajarkan mata pelajaran lain kecuali Agama dan PJOK. Guru SD
bertanggung jawab penuh pada kelas yang dipegangnya, dan berbagai administrasi
kelas serta administrasi sekolah.
c. Kurikulum
Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan
pendidikan SD/komite sekolah yang berada dibawah koordinasi dinas kabupaten.
Selian itu, pendidikan SD dilaksanakan selama 6 tahun dan dibagi kedalam 6
tingkatan kelas.
d. Gedung dan peralatan pembelajaran
Gedung dan peralatan pembelajaran di SD umumnya bervariasi. Ada yang
sederhana dan adapula yang sudah modern. Secara umum, gedung SD terdiri dari
3-6 kelas, ruang guru, dan ruang kepala sekolah. Ruang khusus, dan perpustakaan
tidak ada. Peralatan pembelajaran umumnya tersimpan didalam lemari yang
terdapat di setiap kelas yang telah disediakan. Selain itu, kegiatan olahraga
umumnya dilaksanakan dihalaman sekolah dan juga lapangan sekolah apabila
sekolah Dasar tersebut memiliki lapangan sekolah.
e. Pembelajaran
Sistem pembelajaran di SD yaitu menanamkan kemampuan dasar kepada
siswa sehingga mampu menyiapkan siswa yang mampu hidup dengan wajar di era
globalisasi dan mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Pembelajaran
di SD menekankan keterpaduan, bersifat holistik, menggunakan berbagai contoh
konkret, pengalaman langsung, yang sesuai dengan karskteristik siswa SD dan
tujuan dasar pendidikan SD.

4. Perkembangan pendidikan SD pada era orde baru ini perkembangan pendidikan


nasional, termasuk di dalamnya pendidikan dasar khususnya sekolah dasar, dipolakan
secara nasional dalam konteks pembangunan jangka panjang I (PJP I) tahun
1969/1970-1993/1994 dan bagian awal dari PJP II tahun 1994/1995- 2018/2019. Perlu
diingat bahwa pendidikan pada era ini secara historis, politis dan social kultural
merupakan kelanjutan dari perkembangan pendidikan sebelumnya yakni pendidikan
sejak merdeka tahun 1945 sampai dengan kurun waktu pemerintahan presiden
Soekarno yang kemudian di sebut pendidikan nasional pada era orde lama yang
berakhir pada tahun 1967 ketika presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto dan
menandai dimulainya era orde baru. Pendidikan SD di era orde baru yakni pada era
pemerintahan di bawah presiden Suharto (1967-1998) yang mana proses pendidikan di
era orde baru lebih mencangkup kurikulum dan perangkat pendidikan secara
keseluruhan, selain itu adanya perluasan dan pemerataan pendidikan dimaksudkan
untuk menciptakan keadaan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan, yang didukung dengan pengangkatan guru baru
danpenghapusan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang sebelumnya menjadi
beban bagi orangtua/wali murid. Selain itu, kurikulum yang digunakan pada era orde
baru sering berubah-ubah, mulai dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum
1984, dan kurikulum 1994. Selanjutnya, Perkembangan pendidikan sekolah dasar di
era reformasi ini ditandai dengan dilantiknya BJ.Habibie menjadi wakil presiden dan
presiden RI ketiga pada tanggal 21 mei 1998 merupakan tonggak sejarah dimulainya
suatu era dalam sejarah politik kontemporer Indonesia. Sejak saat itulah sebagai
symbol dimulainya gerakkan reformasi nesional menyeluruh, dikenal sebagai era
reformasi. Pendidikan pada zaman reformasi mengalami suatu perkembangan yang
pada dasarnya lebih maju daripada pendidikan pada zaman orde baru. Pendidikan pada
zaman reformasi mengutamakan pada perkembangan peserta didik yang lebih terfokus
pada pengelolaan masing- masing daerah (otonomi pendidikan). Dalam hal tenaga
kependidikan diberlakukan suatu kualifikasi profesional untuk lebih meningkatkan
mutu pendidikan Indonesia. Sedangkan sarana dan prasarana juga sudah mengalami
suatu peningkatan yang baik. Namun daripada hal tersebut pendidikan yang ada di
Indonesia masih belum mengalami suatu pemerataan. Ini terlihat dari adanya beberapa
sekolah-sekolah terutama di daerah pedalaman masih terdapat keterbatasan dalam
berbagai aspek penyelenggaraannya. Dinamika sosial politik Indonesia yang juga
berdampak pada perubahan kurikulum merupakan suatu bentuk penyempurnaan dalam
bidang pendidikan untuk meningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Pendidikan pada
zaman reformasi mengalami suatu perkembangan yang pada dasarnya lebih maju
daripada pendidikan pada zaman orde baru. Pendidikan pada zaman reformasi
mengutamakan pada perkembangan peserta didik yang lebih terfokus pada pengelolaan
masing – masing daerah (otonomi pendidikan). pendidikan di era reformasi bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia,
mengembangkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keahlian, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta kepribadian
yang mantap dan mandiri. Kurikulum pun berbasis kompetensi, begitu juga dengan
bentuk pendidikan yang berubah dari sentralistik (orde lama) menjadi desentralistik.
Kurikulum di era reformasi ini adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang
biasa dikenal dengan kurikulum KTSP tahun 2006. Kurikulum ini lebih menekankan
pada pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi, pendekatan dan metode
yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual dan juga guru bukan satu-satunya
sumber ilmu pengetahuan. Perbedaan yang mencolok pendidikan SD di era orde baru
dan era reformasi adalah terletak pada Kurikulum yang digunakan, yang mana
kurikulum pada era reformasi lebih kontekstual dan mudah digunakan sesuai dengan
tujuan dalam pendidikan. Selain iu, di era reformasi ini terdapat visi dan misi nasional
yang bertujuan agar terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah. Pada era reformasi ini juga waktu berlangsungnya
pendidikan Cuma di pagi hari saja tidak seperti di era orde baru, dan juga untuk jumlah
jam mengajar tingkat SD yaitu 24 jam dalam seminggu.

5. Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Sosial Dan Emosional Siswa SD


Karakteristik perkembangan siswa SD meliputi berbagai aspek, berikut
penjelasannya:
a. Karakteristik perkembangan fisik
Karakteristik perkembangan fisik anak SD umumnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti; 1) pengaruh keluarga/keturunan, faktor keturunan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik anak SD, umumnya fisik anak SD akan tidak begitu
jauh berbeda dengan fisik orang tuanya ataupun keluarganya yang sedarahnya
dengannya. Contohnya, ayah Andi tinggi, ibu Andi standar secara tidak langsung
fisik Andi tinggi, akan tetapi tetap tidak menutup kemungkinan bahwa fisik anak
akan berbeda dari orang tua karena masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak.; 2) Gizi, anak dengan gizi terpenuhi dan terawat dengan
baik, serba berkecukupan umumnya juga akan terlihat lebih tinggi dan sehat untuk
seumurnya. Sebaliknya anak dengan gizi yang kurang maka, pertumbuhannya akan
sedikit lambat.; 3)Tingkat sosial Ekonomi, anak yang dibesarkan dengan tingkat
sosial ekonomi yang lebih umumnya seluruh kehidupannya akan terpenuhi dan
terutama unutuk kebutuhan fisiknya.; 4) Faktor Emosional, anak yang memiliki
emosional yang baik makan pertumbuhan fisiknya juga baik, dan anak yang
memiliki emosional yang kurang baik akan menimbulkan terbentuknya streoid
adrenal yang berlebihan yang menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan.;
5)Jenis kelamin, anak usia SD umumnya tingkat pertumbuhannya tidak jauh
berbeda dengan teman sebayanya, dan biasanya anak perempuan lebih tinggi
dibandingkan anak laki-laki.; 6)kesehatan, dengan kesehatan yang baik maka fisik
anak SD juga bertumbuh danberkembang dengan baik.; 7) Suku bangsa/ras,
biasanya suku bangsa/ras akan mempengaruhi tumbuh kembang fisik anak SD,
keadaan fisik anak akan dipengaruhi dengan suku/ras nenek moyangnya. Misalnya
anak yang memiliki keturunan Belanda umumnya mereka tinggi-tinggi,
dibandingkan dengan yang keturunan asli Indonesia. Akan tetapi tetap tidak
menutup kemungkinan, fisik akan berbeda berdasarkan banyaknya faktor lain yang
mempengaruhi.
b. Perkembangan motorik
Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karna adanya kerja
sama antara otot, otak dan saraf. Bagi anak yang memiliki kelainan otak, walaupun
system saraf dan otot sudah berkembang dengan baik , ia tidak dapat menggunakan
motorik dengan sempurna. Namun pada anak yang sehat keterampilan motorik
akan berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan. Semakin
bertambah usia anak maka semakin sempurna gerakkan motoriknya, hingga benar-
benar dapat menyamai orang dewasa seperti cara menendang, cara memegang dan
cara berjalan.
c. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi anak SD umumnya teraktualisasi dengan tertawa lepas ketika
bahagia, dan marah, merajuk atau cemberut ketika mereka marah ataupun kecewa.
Anak SD sudah memahami ungkapan-ungkapan emosi yang baik ataupun yang
kurang baik dan memahami apa efek yang akan terjadi apabila mereka terlalu
berlebihan mengungkapkan ekspresinya. Secara tidak langsung anak SD mulai
dapat mengendalikan emosinya. Akan tetapi pola pemikiran anak SD masih
berubah-rubah dan terkadang menunjukan lonjakan-lonjakan emosi yang ingin
diakui. Untuk itu perlunya peranan guru membantu anak untuk dapat mengontrol
emosinya. Peran pengasuhan dari orang tua juga sangat berpengaruh, apabila orang
tua bersikap otoriter maka anak juga akan berperilaku menjadi penakut atau
sebaliknya menjadi agresif, dan apabila orang tua demokratis maka akan
menunjang emosi anak yang menyenangkan. Pada sekolah dasar sudah mulai tahu
bahwa ungkapan emosi terutama emosi yang kurang baik, secara sosial tidak
diterima oleh teman sebayanya atau orang lain,sehingga anak mulai berusaha
mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut
d. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial merupakan gambaran anak dalam kehidupannya ketika
bersosial, baik dimasyarakat, berteman/bergaul. Pada sekolah dasar perkembangan
sosial juga sering disebut usia berkelompok. Disini ditandai dengan adanya minat
anak terhadap aktivitas bersama teman-teman. anak-anak akan merasa puas dengan
berperilaku berkelompok apabila ia diakui di kelompok tersebut. Umumnya, anak-
anak senang bermain dengan kelompoknya dibandingkan dengan lainnya. Agar
perkembangan sosial anak berkembang dengan baik, untuk itu perlu adanya
oengawasan. Karena perilaku anak umumnya akan terbentuk sesuai dengan teman
bermainnya.

Referensi :

Syahrial, Sarbini. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Jakarta. Ghalia, 2010.


Wardani.2023. Perspektif Pendidikan SD. Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai