Anda di halaman 1dari 18

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa: Eva Yuliani Siti Susanti
Asal Institusi : SD Negeri 2 Sindangsari
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki
pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang
diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih
mendalam tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab
masalah secara lebih mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang
terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik.
Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab


telah masalah
diidentifikasi

1 Guru kurang kreatif Masalah Proses Pembelajaran 1) Kurangnya pengetahuan guru


dalam mengembangkan tentang IT (laptop/komputer,
pemanfaatan teknologi Kajian Literatur : infokus, printer, dan internet)
sebagai media (Mizana Qistina.,dkk., (2019)., PENGEMBANGAN disebabkan oleh faktor usia dan
pembelajaran dalam MULTIMEDIA INTERAKTIF MATA PELAJARAN IPA kesulitan dalam mencari file;
mata pelajaran IPAS KELAS IVC SD NEGERI 034 TARAIBANGUN KABUPATEN 2) Kurangnya minat guru dalam
kelas 4 materi gaya di KAMPAR., (PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU mengikuti pelatihan pemanfaatan
sekitar kita pada topik SEKOLAH DASAR Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 ISSN : media pembelajaran.
mengapa kita tidak 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949) 3) Guru tidak punya akses sarana
melayang di udara ?. dan prasarana yang mendukung,
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/81207727/pdf-libre.pdf? baik di sekolah maupun di rumah
1645511144=&response-content-disposition=inline%3B+filename 4) Pendidik tidak mampu
%3DPengembangan_Multimedia_Interaktif_Mata.pdf&Expires=1 mengembangkan media
698369580&Signature=fwRq1-QwInOH8DRMOgwz-4- pembelajaran sesuai
kebutuhannya.
CQItXXD4WBgAHBHflyFeyd23H8s5~vYwC4aCbAzN4~NEoqJ
5) Pendidik tidak memiliki minat
KcZytHEKTm-
dalam mempelajari kemajuan
VwzTAHiSFUvKcYOuxkn~CmZlphFVeyzyvdg4BRfL3GgPGNl
teknologi untuk pembelajaran
aB99SBn5GUJSTm~0al7wBJf0Dr4VDBuJLtPTnXALhLIBW7m
-
NeEbxwktg1NTGKhA4Y4jpWQfYBmI56ivoekssWLMwDMok0
lyUMkWHdP8Yvt~4iGXj7cPYsm9e~mO1AyqJHj5Yy2qLOKFV
YDOONZNF1eohsB3B1QGjXNaI-
McoUujLK3IuJiy5gJQrWWBlHgpfu51wZmrJnFjLFC63jycFQ__
&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagian besar


dilakukan dengan ceramah tanpa menggunakan media
pembelajaran yang konkret, sehingga mengakibatkan pesan yang
disampaikan kurang maksimal. Kondisi yang demikian
menyebabkan kurangnya kesempatan siswa dalam membangun
pengalaman belajar.Ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman
guru mengenai metode, model dan pendekatan pembelajaran, dan
penggunaan bahan ajar yang kurang menarik dan kurang
bervariasi, serta penggunaan media interaktif pada mata pelajaran
IPA belum pernah dilakukan di SD Negeri 034, karena kurangnya
kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan media yang
lebih inovatif sehingga membuat pembelajaran terasa
membosankan. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya antusias
siswa pada mata pelajaran IPA, karena siswa tidak memiliki
gambaran nyata tentang bagaimana proses materi pada mata
pelajaran IPA terjadi di alam sekitar yang sebenarnya. Oleh sebab
itu media sangat penting untuk mendukung pembelajaran.

(Yanti Oktavia., (2014)., USAHA KEPALA SEKOLAH


DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS GURU DALAM
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH., ( Volume 2 Nomor 1, Juni
2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi
Pendidikan Halaman 808 ‐ 831).

https://ejournal.unp.ac.id/index.php/bahana/article/view/
3828/3061
Kreativitas guru dalam pembelajaran di SDS 027 Tanjung
Simpang Yayasan Mutiara Gambut masih tergolong rendah. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa sikap keseharian guru selama
melaksanakan tugas seperti: (1) Masih ada guru yang belum
sepenuhnya menggunakan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar, padahal media sangat penting bagi peserta didik
untuk meningkatkan minat dan mempermudah peserta didik
memahami materi pembelajaran yang diberikan. Hal ini
disebabkan karena kurangnya sosialisasi tentang tekhnik
pembuatan dan penggunaan media pembelajaran dan sulitnya
birokrasi peminjaman media disekolah. (2) Masih banyak guru
yang hanya mengandalkan metode ceramah dalam menyampaikan
materi, sehingga dalam proses belajar mengajar guru lebih banyak
berbuat dari pada siswa. Hal ini dapat mematikan kreativitas siswa
karena tidak adanya kebebasan untuk berbuat dan bekerja. (3)
Masih ada guru yang kurang mampu dalam pengelolaan kelas
sehingga dari tahun ketahun tidak ada perubahan baik dalam
pengaturan ruang kelas maupu pengaturan tempat duduk siswa,
padahal kelas yang bersih dan nyaman dapat meningkatkan minat
belajar siswa. (4) Ada beberapa guru yang hanya memanfaatkan
ruangan kelas untuk proses belajar mengajar. Padahal lingkungan
sekolah bisa dijadikan bahan pembelajaran contohnya, pelajaran
sain tentang akar dan daun dapat langsung membawa siswa
kehalaman atau taman sekolah.

(Candra, F. A., & Sinaga, F. J. (2022). Kendala Guru dalam


Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Information
Communication Technology (ICT) di SD. Prosiding Pendidikan
Dasar, 1(1), 257-264).
https://journal.mahesacenter.org/index.php/ppd/article/view/197

Kendala pendidik memakai media pembelajaran berbasis ICT


dalam pembelajaran di SD dapat diambil beberapa kesimpulan,
diantaranya yaitu:

1) Kurangnya pengetahuan guru tentang IT (laptop/komputer,


infokus, printer, dan internet) disebabkan oleh faktor usia
dan kesulitan dalam mencari file;
2) Arus listrik di sekolah tidak normal serta internet tidak
dapat menjangkau keseluruh kelas;
3) Tidak diwajibkan bagi guru mengajar dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis ICT oleh pihak
sekolah.

Astini, N. K. S. (2019, August). Pentingnya literasi teknologi


informasi dan komunikasi bagi guru sekolah dasar untuk
menyiapkan generasi milenial. In Prosiding Seminar Nasional
Dharma Acarya (Vol. 1, No. 1).

https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/index.php/dharmaacarya/
article/view/194/187#

Ada tiga penyebab utama guru masih gagap dengan kemajuan di


era digital, yaitu (1) kompetensi guru-guru di Indonesia sangat
rendah dalam dunia TIK, 30 persen yang ada di Indonesia sudah
berusia di atas 45 tahun, bahkan sudah mau memasuki masa
pensiun. (2) konten teknologi pendidikan masih minim dan (3).
perlu adanya fasilitas dan infrastruktur yang memadai di daerah-
daerah.

Hasil Wawancara Guru :


Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Riska Sundari, S.Pd
selaku guru SDN 2 Sindangsari, dapat disimpulkan bahwa kurang
terampilnya dalam menggunakan media pembelajaran disebabkan
oleh:

1. Kurangnya minat guru dalam mengikuti pelatihan


pemanfaatan media pembelajaran.
2. Guru belum terampil dalam mengoprasikan IT.
3. Terbatasnya media pembelajaran di sekolah.
4. Kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan media
pembelajaran yang sederhana namun dapat menarik minat
peserta didik.
Hasil Wawancara Guru Pamong ( Bu Riri ) :
1. Guru tidak punya akses sarana dan prasarana yang
mendukung, baik di sekolah maupun di rumah.
2. Tidak ada kemauan untuk memanfaatkan TIK dari faktor
internal guru.
Hasil Wawancara Pakar ( Pak Sabar ) :
1. Kesediaan guru untuk update di bidang IT kurang.

2 Metode pembelajaran Masalah Proses Pembelajaran 1. Kurangnya pemahan guru


yang digunakan oleh terhadap metode – metode
guru dalam mata Kajian Literatur : pembelajaran yang variative
pelajaran IPAS kelas 4 (AsepSupriatna, Sony Kuswandi, Ali Aenul Quthbi) 2. Guru kurang mengikuti
materi gaya di sekitar Penerapan Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Hasil pelatihan-pelatihan pendidikan
kita pada topik Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA. yang berhubungan dengan
mengapa kita tidak https://jurnal.rakeyansantang.ac.id/index.php/ths/article/view/ pengelolaan kelas ataupun
melayang di udara ? 289/61 pengenalan metode pembelajaran
masih monoton dan Beberapa faktor penyebab Metode pembelajaran yang digunakan 3. Terbatasnya waktu yang dimiki
membosankan. oleh guru dalam mata pelajaran IPA masih monoton dan guru untuk mengikuti
membosankan : pengembangan diri
4. Guru tidak memahami kebutuhan
Siswa kelas IV kurang memahami materi IPA, proses belajar belajar peserta didik sehingga
yang masih berpusat pada guru sehingga pengetahuan siswa penggunaan menerapkan metode
sangat terbatas karena siswa tidak diberikan kesempatan pembelajaran yang kurang tepat
untuk mengeluarkan pendapatnya, guru hanya menggunakan
metode ceramah saja, guru menganggap proses
pembelajaran hanya sekedar menjelaskan dan menyampaikan
materi pembelajaran. Atau guru hanya mencatat di papan
tulis, memberi contoh kemudian memberi soal-soal latihan di
buku paket pada siswa, dan proses pembelajaran yang masih
menggunakan metode/strategi pembelajaran yang tidak
bervariatif.

Adawiyah, F. (2021). Variasi Metode Mengajar Guru Dalam


Mengatasi Kejenuhan Siswa Di Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Paris Langkis, 2(1), 68-82.

https://e-journal.upr.ac.id/index.php/parislangkis/article/view/
3316/2700
Kendala guru dalam penggunaan metode mengajar bervariasi
diantaranya karena tidak ada pelatihan bagi guru-guru dalam
menggunakan metode mengajar sehingga banyak guru yang
tidak paham dan tidak mengerti dengan penggunaan media,
dan ini yang menyebabkan guru tidak menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi. Selain itu Kurangnya pengetahuan
guru tentang siswa-siswa yang dihadapi seperti tingkat
kecerdasan siswa, bakat dan minat secara tidak langsung
mempengaruhi penggunaan variasi metode mengajar guru,
karena guru akan kesulitan untuk mempertimbangkan metode
yang mana yang sesuai untuk kelompok siswa tertentu.

Hasil Wawancara :

Setelah dilakukan wawancara dengan Titin Kartini, S.Pd. selaku


guru SDN 2 Sindangsari dapat disimpulkan bahwa :

1. Penerapan metode pembelajaran yang kurang variative


disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru terhadap
metode-metode pembelajaran yang tepat digunakan dalam
pembelajaran IPA.
2. Rendahnya pengetahuan guru dalam mengembangkan
metode pembelajaran dikarenakan guru kurang mengikuti
pelatihan-pelatihan dalam pengembangan keterampilan
mengajar.
3. Terbatasnya waktu yang dimiliki oleh guru sehingga
kurang mampu membagi waktu untuk mengajar,
pengembangan diri, dan keluarga.

Dari hasil wawancara dengan Nandan Hendansyah, S.Pd. selaku


ketua KKG dapat disimpulkan bahwa guru masih menggunakan
pembelajaran yang konvensional disebabkan karena kurangnya
pemahaman guru terhadap metode pembelajaran yang tepat untuk
proses pembelajaran. Kurang tidak memiliki cukup waktu dalam
mengembangkan pemahamnnya terhadap metode maupun model
pembelajaran karena terbatasnya waktu yang dimiliki oleh guru.
Terkadang selain mengajar peserta didik, guru pun disibukkan
oleh pekerjaan lain seperti pengerjaan administrasi sekolah
sehingga tidak dapat mengikuti pelatihan-pelatihan kependidikan.

3 Motivasi siswa untuk Masalah Proses Pembelajaran Lebih lanjut setelah melakukan analisis
belajar masih rendah. penyebab masalah motivasi siswa untuk
Kajian Literatur : belajar masih rendah disebabkan oleh
(Wiwik Andeka., Yulia Darniyanti, M.Pd., Agus Saputra, M.Pd) beberapa faktor, yaitu:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 1. Kesiapan belajar peserta didik
MOTIVASI BELAJAR SISWA SDN 04 SITIUNG (Consilium untuk belajar terhambat karena
Journal Education and Counseling p- ISSN : 2775-9465 e- ISSN : gangguan kesehata maupun
27761223) gangguan lingkungan.
https://unars.ac.id/ojs/index.php/consilium/article/view/1179/781 2. Rendahnya minat peserta didik
dalam belajar.
Di dapat informasi dari guru yang mengajar, bahwa motivasi 3. Pendidik belum mampu
belajar siswa cukup rendah. Motivasi belajar dapat timbul karena mengelola kelas sehingga
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi suasana kelas menjadi
motivasi belajar yaitu : faktor fisik meliputi nutrisi, kesehatan dan membosankan.
fisik (terutama pancaindra). Faktor psikologis, yaitu hubungan 4. Pendidik kurang memberikan
dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas kesempatan kepada peserta didik
untuk terlibat aktif dalam
belajar pada siswa meliputi tingkat kecerdasan, gangguan pembelajaran.
emosional dan kebiasaan belajar yang buruk. Kurang adanya
motivasi yang kuat menjadi salah satu penyebab rendahnya minat
peserta didik. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah cara
mengajar guru yang kurang menarik. Selain itu lingkungan serta
sarana dan prasarana pendukung juga ikut mempengaruhi terhadap
rendahnya hasil belajar peserta didik.

Rike Kurnia Sari.,Faizal Chan., Dwi Kurnia Hayati., Akhmad


Syaferi.,Halimah Sadiah. (2023)., ANALISIS FAKTOR
RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PROSES PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI 80/I RENGAS
CONDONG KECAMATAN MUARA BULIAN., (Al-Jahiz:
Journal of Biology Education ResearchISSN 2722-5070 (Print)
ISSN 2722-5275 (Online)Vol.1 No.2 Desember 2020).

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/Al-Jahiz/article/view/
3146/2083

Peserta didik mengalami rendahnya motivasi belajar


karena bosan dengan cara pembelajaran yang monoton, yaitu
peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat. Selain itu,
terdapat indikator yang menunjukkan rendahnya motivasi belajar
peserta didik seperti rendahnya kemampuan peserta didik dalam
menangkap materi pelajaran, konsentrasi peserta didik di dalam
kelas, keaktifan peserta didik di dalam kelas, sikap peserta didik
dalam kelas, dan kebiasaan belajar peserta didik (Wahyuninisih,
2011:4). Jika motivasi belajar peserta didik rendah, maka
akan kesulitan dalam menjalani proses pembelajaran, terlebih
pembelajaran IPA yang membutuhkan ketekunan dan ketelitian.
Kemudian dari hasil pengamatan awal di SD Negeri 80/I
Rengas Condong Kecamatan Muara Bulian, dijumpai kondisi
belajar peserta didik saat berlangsungnya pembelajaran IPA di
dalam kelas pada diri peserta didik ada yang mengantuk,
corat-coret buku atau menggambar sendiri, mengobrol dengan
teman sebangku, melamun pada waktu guru menjelaskan
materi pelajaran. Permasalahan ini bisa saja disebabkan peserta
didik dalam kondisi sakit, kurang gizi, tidak senang dengan cara
guru mengajar, tidak suka dengan mata pelajarannya sendiri
atauadanya problem pribadi. Permasalahan yang muncul
semacam inilah guru harus tanggap dan berusaha
memulihkan motivasi belajar peserta didik.

Hasil Wawancara:
Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Riska Sundari, S.Pd
selaku guru kelas IV SDN 2 Sindangsari, dapat disimpulkan
bahwa rendahnya motivasi belajar peserta didik yaitu :
1. Peserta didik merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan bersama guru. Jika guru mampu
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan
memilih metode pembelajaran yang bervariatif serta
memanfaatkan media pembelajaran yang tepat dan
menarik maka peserta didik akan termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran dengan baik.
2. Kurangnya peran aktif orang tua dalam membimbing dan
memberi dorongan kepada peserta didik yang sangat
berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.

Menurut hasil wawancara dengan Nandan Hendansyah, S,Pd.


Selaku ketua KKG dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
siswa yang rendah disebabkan karena guru kurang menciptakan
pembelajaran yang interaktif. Peserta didik kurang dilibatkan
dalam proses pembelajaran sehingga merasa bosan karena guru
hanya menggunakan metode ceramah.
4 Guru kurang paham Masalah Proses Pembelajaran Lebih lanjut setelah melakukan analisis
dalam menggunakan penyebab masalah Guru kurang paham
model-model Kajian Literatur : dalam menggunakan model-model
pembelajaran yang Yani Wisianingsih., M. Shofi Mubarok., (2020). PENERAPAN pembelajaran yang inovatif, yaitu:
inovatif dalam mata MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DI KELAS IV 1. Guru tidak mau mengembangkan
pelajaran IPAS kelas 4 SD NEGERI SRIDADI 02 TAHUN PELAJARAN2018/2019 keterampilan mengajar sehingga
materi gaya di sekitar PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARANINOVATIF terlalu nyaman dengan
kita pada topik DI KELAS IV SD NEGERI SRIDADI 02 TAHUNPELAJARAN penerapan pembelajaran yang
mengapa kita tidak 2018/2019., (VOL.10NO.2SEPTEMBER 2020ISSN: 2089-3876). konvensional.
melayang di udara ?. https://journal.peradaban.ac.id/index.php/jdpgsd/article/view/ 2. guru kurang memahami langkah-
1365/929 langkah pembelajaran sesuai
Pada pembelajaran sebelumnya terdapat kendala dalam sintak yang ada pada model
menerapkan model pembelajaran sehingga materi yang pembelajaran.
disampaikan tidak tersalurkan dengan baik. Seperti kendala yang 3. Guru tidak melakukan kolaborasi
dihadapi guru adalah kurangnya menyiasati waktu, pengelolaan dengan teman sejawat di sekolah
dan pengawasan kelas yang tidak dapat berjalan maksimal, mengenai penerapan model-
ketidakaktifan dan kurangnya minat siswa dalam proses model pembelajaran yang
pembelajaran.Terdapat siswa yang mudah memahami pelajaran inovatif.
namun ada juga siswa yang lamban memahami pelajaran.
Shofi Wedhi Prayuda., Wasitohadi., Theresia Sri Rahayu (2018).,
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MUATAN IPA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN
GAMBAR PADA SISWA KELAS 4 SDN BRINGIN 01.,
(JUSTEK | Jurnal Sains dan Teknologi ISSN 2620-5475 Vol. 1,
No. 1, Mei 2018, Hal. 01-09).
https://journal.ummat.ac.id/index.php/justek/article/view/399/350

Dalam proses pembelajaran yang terjadi selama ini, guru masih


menerapkan pendekatan klasikal dan proses pembelajaran yang
masih konvensional. Dimana suasana kelas cenderung teacher
centered (cara belajar yang masih berpusat pada guru) dan metode
yang digunakan adalah metode ceramah yang masih menjadi
pilihan utama dalam pembelajaran, kemudian kurangnya
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru dalam memilih
dan menggunakan model pembelajaran sehingga mengakibatkan
siswa susah untuk menerima pembelajaran IPA dengan maksimal,
pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru masih sangat kurang
untuk mengembangkan budaya belajar siswa, sehingga siswa tidak
memiliki motivasi belajar yang tinggi dan hasil belajar yang
dicapai rendah, pembelajaran IPA yang diajarkan oleh guru
dengan menggunakan model pembelajaran yang konvensional
membuat siswa tidak aktif, dan bosan membuat siswa kurang
berminat mengikuti pembelajaran.

Mislinawati, M., & Nurmasyitah, N. (2018). KENDALA GURU


DALAM MENERAPKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA SD NEGERI 62
BANDA ACEH. Jurnal Pesona Dasar, 6(2).

https://jurnal.usk.ac.id/PEAR/article/view/12194/9462

Guru menghadapi berbagai kendala dalam menerapkan model


pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru menunjukkan bahwa terdapat beberapa kegiatan
yang belum maksimal dilakukan oleh guru diantaranya dalam
rancangan penerapan pembelajaran guru kurang memahami
langkah- langkah pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model
pembelajaran. Sehingga, guru kurang mampu dalam menstimulasi
siswa untuk menemukan sendiri masalah yang ada pada materi
pembelajaran.

Hasil Wawancara:
Setelah melakukan wawancara dengan Bapak Heri Mulyana, S.Pd
selaku Kepala SDN 2 Sindangsari, dapat disimpulkan bahwa :
1. Guru tidak mau mengembangkan keterampilan mengajar
sehingga terlalu nyaman dengan penerapan pembelajaran yang
konvensional.
2. Kurang pahamnya guru terhadap pergantian kurikulum menjadi
Kurikulum Merdeka yang baru diterapkan di sekolah.
3. Guru tidak menerapkan medel pembelajaran yang bervariasi
disebabkan kurangnya pengenalan model-model pembelajaran.

Hasil Wawancara dengan Guru Pamong ( Bu Riri ) :


1. Untuk penggunaan pembelajaran yang inovatif guru perlu
waktu lama untuk mempersiapkan pembelajaran.
2. Guru kurang memahami bagaimana model pembelajaran
yang menarik dan inovatif.
3. Guru tidak melakukan kolaborasi dengan teman sejawat di
sekolah mengenai penerapan model-model pembelajaran
yang inovatif.

5 Hasil belajar peserta Masalah Hasil Pembelajaran Lebih lanjut setelah melakukan analisis
didik dalam mata penyebab masalah Hasil belajar peserta
pelajaran IPAS kelas 4 Kajian Literatur : didik masih rendah yaitu:
materi gaya di sekitar Fajarani Wahyu Praptika Sari., Nurhasanah., Baiq Niswatul Khair., 1. Rendahnya pemahaman siswa
kita pada topik ( 2022 )., Pengaruh Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar dalam menerima pelajaran yang
mengapa kita tidak diberikan oleh guru.
melayang di udara ?. IPA., (JCAR 4(4) (2022) Journal of Classroom Action Research). 2. kurang tepatnya pemilihan
masih rendah. https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jcar/article/view/2236/1556 pendekatan, media dan metode yang
digunakan guru dalam proses
Pembelajaran di Indonesia masih banyak berpusat pada pembelajaran.
guru (teacher center) (Wulandari, 2015). Pada sistem 3.
pembelajaran model Teacher Centered Learning, guru lebih
banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk
ceramah (lecturing) (Yustiqvar, et al., 2019; Ramdani, et al.,
2019). Pada saat mengikuti pembelajaran atau mendengarkan
ceramah, siswa sebatas memahami sambil membuat catatan, bagi
yang merasa memerlukannya (Ajizah, et al., 2022), Ketidak
sesuaian penerapan pendekatan yang digunakan selama proses
pembelajaran, guru masih belum memahami secara keseluruhan
bagaimana penerapan saintifik di sekolah, sehingga hasil belajar
siswa masih rendah karena siswa dalam pembelajaran merasakan
bosan dan pasif saat proses pembelajaran hanya guru yang
memberikan informasi serta siswa hanya bertugas
mendengarkan penjelasan dari guru .

Khalida, B. R., & Astawan, I. G. (2021). Penerapan Metode


Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
VI SD. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru, 4(2), 182-189.

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIPPG/article/view/
35552/20799

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh faktor internal


dan eksternal siswa. Faktor internal contohnya adalah motivasi
belajar, intelegensi, kebiasaan, kejenuhan dan rasa percaya
diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat
diluar siswa, seperti guru sebagai kegiatan belajar, strategi
pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Irawan, A. F. (2022). Efektivitas Pendekatan TPACK Terhadap


Hasil Belajar IPA Sekolah Dasar. SNHRP, 985-990.

https://snhrp.unipasby.ac.id/prosiding/index.php/snhrp/article/
view/422

Rendahnya hasil belajar IPA siswa pada anak sekolah dasar kelas
IV dipengaruhi oleh rendahnya pemahaman siswa dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dan kurang tepatnya
pemilihan pendekatan, media dan metode yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran.

Hasil Wawancara :
Setelah melakukan wawancara kepada Ibu Santi Susanti selaku
guru SDN 2 Sindangsari dapat disimpulkan bahwa rendahnya
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Peserta didik kesulitan memahami materi yang telah


dipelajari.
2. Guru belum menerapkan model dan metode yang tepat
sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
3. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran sehingga
peserta didik tidak mampu menerima materi pembelajaran
dengan baik.

Kurangnya pemahaman Rahmah, S., Yuliati, L., & Irawan, E. B. (2017). Penguasaan Konsep IPA Lebih lanjut setelah melakukan analisis
siswa terhadap mata pada Siswa Sekolah Dasar. -, 3(1). penyebab masalah Kurangnya
pelajaran IPAS kelas 4 https://rumahjurnal.net/index.php/PS2DMP/article/view/207 pemahaman siswa terhadap mata
materi gaya di sekitar pelajaran IPAS yaitu:
kita pada topik Banyak siswa mengalami kesulitan memahami konsep-konsep 1. Siswa kurang didorong
mengapa kita tidak IPA. Pengamatan pada metode pembelajaran IPA di sekolah- keterlibatannya dalam proses
melayang di udara ? sekolah selama ini menimbulkan dugaan bahwa siswa kurang pembelajaran
memiliki pengalaman, kurang mendapat kesempatan untuk 2. penyediaan sarana belajar
mengalami sendiri gejala-gejala alam yang harus mereka pelajari kurang dimanfaatkan oleh guru,
dan kuasai. Siswa kurang didorong keterlibatannya dalam proses sehingga pembelajaran masih
pembelajaran sehingga siswa mengalami kesulitan dalam dilakukan secara konvensional
memahami materi pelajaran dan hasil belajarnya kurang optimal. 3. kurang tepatnya metode
pembelajaran yang digunakan
oleh guru.
Pratiwi, E. M., Gunawan, G., & Ermiana, I. (2022). Pengaruh 4. Guru belum menggunakan
Penggunaan Video Pembelajaran terhadap Pemahaman Konsep IPA
sumber ajar yang bervariasi
Siswa. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(2), 381-386.
5. guru kurang memahami
kebutuhan belajar siswa.
https://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/view/466/320

Siswa kurang terlibat dalam mengembangkan pengetahuannya


menjadi pemahaman. Siswa hanya diarahkan untuk merangkum
dan mengerjakan tugas di rumah tanpa dituntut memahami
materi. Selain itu, penyediaan sarana belajar kurang
dimanfaatkan oleh guru, sehingga pembelajaran masih dilakukan
secara konvensional. Hal tersebut menyebabkan siswa merasa
kesulitan memahami materi khususnya ketika materi IPA
diajarkan.

Hasil wawancara
Setelah melakukan wawancara dengan Riska Sundari, S.Pd. selaku
guru di SDN 2 Sindangsari, dapat disimpulkan bahwa kurangnya
pemahaman peserta didik terhadap pelajar IPA yaitu kurang
tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru
belum menggunakan sumber ajar yang bervariasi seperti
memanfaatkan lingkungan sekitar, atau sumber ajar dari internet
sehingga peserta didik kurang fokus dalam belajar.

Meurut hasil wawancara dengan Nandan Hendansyah, S.Pd.


selaku ketua KKG, dapat disimpulkan bahwa pemahaman peserta
didik terhadap pelajaran IPA masih rendah disebabkan karena
guru kurang memahami kebutuhan belajar siswa. Keragaman cara
berpikit peserta didik menuntut guru untuk memahami gaya
belajar siswa sehingga guru harus dapat memfasilitasi siswa dalam
belajar sesuai kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai