1. Kajian Literatur
● Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
● Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik
masalah.
● Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan
dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
● Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan
sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
● Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab
masalah tersebut.
● Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis
penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
● Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman
dalam masalah yang diidentifikasi.
● Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan
pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
● Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
● Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda
menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data
yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih
spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut.
1.3.Pengukuran Technological
Pedagogical Content Knowledge
untuk Guru Matematika SMA di
Daerah Tertinggal
Nena Restiana, Heni Pujiastuti (
https://doi.org/10.31980/mosharafa.
v8i1.407)
Teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) telah berkembang begitu pesat
dalam satu dekade terakhir ini.
Perkembangan tersebut mengakibatkan
banyak perubahan hampir di segala
bidang, tak terkecuali bidang
pendidikan. Pemanfaatan TIK dalam
bidang pendidikan, salah satunya
dibutuhkan sebagai upaya efisiensi dan
efektifitas proses pembelajaran. Akan
tetapi, ada banyak hambatan yang
dihadapi dalam penerapannya,
diantaranya kurangnya pemahaman
guru terhadap teknologi. Penelitian ini
berupaya mendeskripsikan pemahaman
guru tersebut, ditinjau dari kerangka
kerja TPACK (Technological,
Pedagogical and Content Knowledge).
Penelitian ini dilakukan terhadap 24
guru matematika SMA di daerah
tertinggal di propinsi Banten. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif.
2. Hasil wawancara
Berikut ini Hasil simpulan dari
beberapa narasumber, diantaranya
Wakil kepala sekolah, dan rekan
sejawat sebagai berikut:
(htpp:/universitaspahlawan.ac.id
1.3.1.2. http://wahidpriyatna.com
Belum adanya pembiasaan membaca.
Pembiasaan ini bisa dimulai dengan
menyediakan bacaan yang beragam dan
menarik serta membuat ruang baca
publik yang nyaman dan kekinian di
dalam sekolah. Ruang baca publik yang
kekinian ini bisa menjadi peluang
kampanye literasi dan numerasi melalui
media sosial sehingga lebih banyak
siswa yang termotivasi untuk datang
dan membaca.
2. Hasil wawancara
1.3.2.1. Memotivasi orang tua peserta
didik dengan cara mengundangnya
ketika penerimaan rapor setiap
semester dan memberikan pengarahan
kepadanya tentang prestasi anaknya di
sekolah supaya lebih ditingkatkan, dan
penataan meningkatan minat baca
dimana perpustakaan diperbaiki supaya
peserta didik tertarik mengunjungi dan
membaca buku di perpustakaan.
1.3.2.2 http://core.ac.uk
pembelajaran yang diterapkan guru
1.2 Peserta didik masih
yaitu dominan mengerjakan soal dan
memiliki motivasi
jarang memanfaatkan soal yang 1. guru kurang mampu
belajar yang rendah
berkaitan dengan literasi. melakukan proses
*Gejala peserta didik pembelajaran yang
1.4 Kajian literatur
kurang motivasi belajar membuat peserta didik
1. Cenderung cepat bosan 1.4.1. http://repo.undiksha.ac.id menjadi ingin melakukan
dengan kegiatan belajar, pengamatan dan
2. Kurang semangat dalam siswa di Indonesia rendah dalam eksperimen
belajar, karena berbagai numerasi suatu masalah yaitu
faktor terutama dukungan kurangnya pengenalan latihan soal 2.siswa dengan motivasi
keluarga berbasis numerasi yang diberikan belajar tinggi memiliki
3. Perhatiannya tidak kepada siswa untuk melatih kemampuan pemecahan
fokus pada kemampuannya, sehingga siswa merasa masalah yang cenderung
pembelajaran,karena kesulitan dalam menyelesaikannya baik, siswa mampu
terbiasa bermain gadget (Fiangga, 2019). Oleh karena itu mememuhi empat indikator
4. Hal-hal yang membuat keterampilan guru dalam menyusun pemecahan masalah
diri merasa kesulitan dan menyajikan soal-soal berbasis menurut polya yaitu (1)
dalam memecahkan soal, numerasi untuk melatih kemampuan memahami masalah, (2)
karena belum terbiasa literasi numerasi siswa sangat membuat rencana, (3)
dalam soal pemecahan dibutuhkan apalagi untuk siswa di melaksanakan rencana, (4)
masalah sehingga Sekolah Dasar. Pada saat ini, setiap mengecek kembali. Siswa
menunda mengerjakan pembelajaran di Sekolah Dasar dengan motivasi belajar
tugas sekolah. umumnya mewajibkan tematik sedang memiliki
(Kemendikbud, 2016). Pelaksanaan kemampuan pemecahan
untuk menerapkan tematik di tingkat masalah sedang, siswa
sekolah dasar, nyatanya belum dapat mampu memenuhi
memberikan jaminan 4 terhadap indikator memahami
pengalaman siswa dalam memecahkan masalah dan membuat
masalah berbasis numerasi dikarenakan rencana tetapi siswa
hal tersebut berkaitan dengan bermasalah dalam
kreativitas siswa. melaksankan rencana
penyelesaian.
1.4.2.https://www.jppipa.unram.ac.id
Kemampuan Integensi yang rendah
sehingga sulit untuk menerjemahkan
berkaitan dengan angka(numerasi)
1.3.Literasi
Sebagian besar peserta
didik masih kurang
dalam pemahaman
konsep yang berkaitan
dengan membaca
(literasi)