Anda di halaman 1dari 10

A.

Kronologi Kasus
Bermula pada hari Selasa tanggal 15 Maret 2022 sekira pukul 18.30 Wib
terdakwa dihubungi oleh sdr. DONY (DPO) untuk mengambil Narkotika jenis sabu di
depan pintu mask Perm Graha Laras Sentul yang berada di Jalan Raya Bogor Km.51
Kelurahan Cimandala, Kecamatan Sukaraja - Kota Bogor, lalu pada sekira pukul
21.00 Wib terdakwa tiba ditempat tersebut dan langsung mengambil 1 (satu) paket
Narkotika jenis sabu yang berada didalam 1 (satu) bungkus kantong plastik hitam dan
dibungkus dengan plastik klip bening dan dililit dengan lakban warna coklat.
Kemudian setelah mendapatkan Narkotika jenis sabu tersebut, terdakwa pulang
kerumahnya dan pada sekira pukul 22.00 Wib sesampainya terdakwa dirumahnya,
terdakwa langsung membuka paket Narkotika jenis sabu tersebut dan atas perintah
sdr. DONY Narkotika jenis sabu tersebut terdakwa bagi menjadi 8 (delapan) paket
dengan ukuran berat yang berbeda-beda.
Pada hari yang sama sekira pukul 23.55 Wib terdakwa mengirimkan paket ke-
1 dengan berat 26 (dua puluh enam) gram atas perintah sdr. DONY dengan cara
menempel Narkotika jenis sabu tersebut di bunderan Perm Prima Harapan Kel.
Harapan Baru, Kec. Bekasi Utara - Kota Bekasi. Kemudian pada hari Rabu tanggal 16
Maret 2022 sekira pukul 14.00 Wib terdakwa atas perintah sdr. DONY mengirimkan
paket ke-2 dengan berat 15 (lima belas) gram di depan Binus University yang berada
di Jalan Lingkar Boulevard Blok WA No. 1 Summarecon Bekasi, Kel. Marga Mulya,
Kec. Medan Satria – Kota Bekasi. Kemudian pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2022
sekira pukul 15.30 Wib atas perintah sdr. DONY, terdakwa mengirimkan paket ke-3
dengan berat 11 (sebelas) gram di depan MAN I Bekasi yang berada di Kel. Teluk
Pucung, Kec. Bekasi Utara - Kota Bekasi, lalu pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2022
sekira pukul 14.20 Wib atas perintah sdr. DONY. terdakwa menempelkan paket ke-4
dengan berat 6 (enam) gram di pinggir danau Perumahan Duta Harapan, Kel. Harapan
Baru, Kec. Bekasi Utara - Kota Bekasi.
Pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2022 sekira pukul 14.30 Wib terdakwa
kembali diperintahkan sdr. DONY meminta terdakwa untuk menempelkan paket ke-5
dengan berat 16 (enam belas) gram di depan SMK Gelora yang berada di Kel. Teluk
Pucung, Kec. Bekasi Utara - Kota Bekasi, lalu pada hari Minggu tanggal 20 Maret
2022 sekira pukul 15.00 Wib sdr. DONY kembali menyuruh terdakwa untuk
menempelkan paket ke-6 dengan berat 11 (sebelas) gram di Perm Prima Harapan,
Kel. Harapan Baru, Kec. Bekasi Utara Kota Bekasi. Kemudian untuk paket ke-7
dengan berat 2 (dua) gram terdakwa gunakan sendiri dirumah terdakwa dan untuk
paket ke-8 dengan berat lebih kurang 13 (tiga belas) gram terdakwa simpan didalam
bekas kotak Handphone Redmi Note 9 dan terdakwa letakkan didalam lemari yang
berada dikamar terdakwa. Selanjutnya pada hari Senin tanggal 21 Mart 2022 sekira
pukul 22.30 Wib terdakwa ditangkap oleh saksi FAISAL JONATHAN, saksi YOKI
EKO PURNOMO dan saksi VICTOR GULTOM (masing-masing anggota
Satresnarkoba Polres Metro Bekasi) di Kawasan Alexsindo Kel. Medan Satria, Kec.
Medan Satria - Kota Bekasi saat sedang menunggu sr. DONY yang akan
mengantarkan paket Narkotika jenis ganja.
Pada saat dilakukan introgasi oleh para saksi, terdakwa mengaku menyimpan
Narkotika jenis sabu dirumahnya yang beralamat di Jalan Perjuangan Teluk Pucung
RT.003/003 Kel. Teluk Pucung, Kec. Bekasi Utara – Kota Bekasi, saat dilakukan
penggeledahan dirumah terdakwa yang disaksikan oleh saksi ADE HERMAWAN
dan saksi SAHRUL GUNAWAN ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) paket
Narkotika jenis sabu yang terdakwa simpan didalam bekas kotak Handphone 1 Redmi
Note 9 dan terdakwa letakkan didalam lemari yang berada dikamar terdakwa, selain
itu ditemukan barang bukti lain berupa 2 (dua) unit timbangan digital, 1 (satu) unit
Handphone merk Redmi beserta kartu didalamnya dan 1 (satu) unit sepeda motor
Honda Scoopy dengan No.Polisi B-4241-KUA. Selanjutnya terdakwa berikut barang
bukti yang ditemukan dibawa ke Polres Metro Bekasi guna pemeriksaan lebih lanjut.
Akibat perbuatan terdakwa, majelis hakim berpendapat bahwa seluruh unsur-
unsur dalam dakwaan kesatu, Pasal 114 ayat (2) UU RI Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika telah terpenuhi terhadap diri terdakwa, maka terdakwa ditambah keyakinan
majelis hakim, dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak pidana “tanpa hak atau
melawan hukum menerima narkotika golongan I dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5 (lima) gram”, dan oleh karena itu terdakwa harus dijatuhi pidana sesuai
dengan perbuatan terdakwa yang telah terbukti dan menjatuhkan hukuman terhadap
terdakwa MUHAMMAD TAUFIK KURNIAWAN Alias OPIK Bin APENG dengan
pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dan denda sebesar Rp1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah) dengan ketentuan jika denda tidak dibayar harus diganti dengan pidana
penjara selama 3 (tiga) bulan dan seterusnya.
B. Metode yang digunakan oleh Majelis Hakim
1. Metode Interpretasi
a. Dalam hal pertimbangan berdasarkan unsur Ad.1. Unsur Setiap Orang
Menimbang, bahwa yang dimaksudkan dengan "setiap orang' dalam undang-
undang in menurut hemat Majelis sama pemahamannya dengan "barang
siapa" sebagaimana termuat dalam delik pidana umum lainnya, yaitu disini
adalah orang (een eider) atau manusia (naturlijke persoon) yang dianggap
cakap dan mampu sebagai subjek hukum, dimana menurut Buku Pedoman
Pelaksanaan Tugas dan administrasi Buku II, edisi Revisi tahun 2004, Hal
208 Dari Mahkamah Agung RI dan Putusan Mahkamah Agung RI
Nomor :1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 Terminologi kata " Barang
Siapa" atau "HiJ" adalah sebagai Siapa Saja yang harus di jadikan
terdakwa/dader atau setiap orang sebagai subjek hukum (pendukung hak dan
Kewajiban) yang dapat dan mampu di mintai pertanggungjawaban dalam
segala tindakannya.
Analisis:
Majelis hakim dalam pertimbangan diatas menggunakan interpretasi
gramatikal yang menerangkan terkait penafsiran kata-kata atau istilah-istilah
dalam perundang-undangan sesuai kaedah bahasa (hukum tata bahasa) yang
berlaku. Bahasa merupakan sarana yang penting bagi hukum, karena
merupakan alat satu-satunya yang dipakai pembuat undang-undang dalam
merumuskan pasal-pasal dan penjelasannya. Metode Interpretasi gramatikal
ini merupakan cara penafsiran yang paling sederhana untuk mengetahui
makna yang terkandung di dalam pasal-pasal tersebut. Dalam
mengungkapkan maknanya disamping harus memenuhi standar logis, juga
harus mengacu pada kelaziman bahasa sehari-hari yang digunakan
masyarakat. Berdasarkan atas perkara a quo yang menerangkan terkait unsur
"setiap orang' dalam undang-undang ini menurut hemat Majelis sama
pemahamannya dengan "barang siapa" sebagaimana termuat dalam delik
pidana umum lainnya, yaitu disini adalah orang (een eider) atau manusia
(naturlijke persoon) yang dianggap cakap dan mampu sebagai subjek hukum,
dimana menurut Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan administrasi Buku II,
edisi Revisi tahun 2004, Hal 208 Dari Mahkamah Agung RI dan Putusan
Mahkamah Agung RI Nomor :1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995. Oleh
karenanya majelis hakim menggunakan penafsiran interpretasi gramatikal
terkait unsur barang siapa didapatkan atas sumber yang dijadikan patokan
majelis hakim baik dengan disesuaikan dengan perkara yang diadili atau
dengan kata lain majelis hakim melihat definisi secara leksikalnya guna
mengetahui maksud dan penjelasan terkait unsur dari pasal yang diputus
terhadap terpidana.
b. Dalam hal pertimbangan berdasarkan unsur Ad. 2 Unsur Tanpa Hak atau
Melawan Hukum poin pertama
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan "tanpa hak" adalah tiadanya
kewenangan yang melekat pada diri seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan menurut Undang-Undang atau tidak termasuk lingkup tugas dan
wewenang seseorang atau karena tidak mendapat izin dari pejabat yang
berwenang sebagaimana ditentukan Undang-Undang, sedangkan dimaksud
dengan / "melawan hukum (widderrecht telikheic)" menurut undang-undang
maupun doktrin hukum pidana adalah suatu perbuatan yang bertentangan
hukum, baik dalam arti formil yaitu bertentangan dengan undang-undang atau
hukum tertulis lainnya, maupun dalam arti materil yakni bertentangan nilai-
nilai kepatutan, nilai-nilai keadilan yang hidup dan dijunjung tinggi oleh
masyarakat;
Analisis :
Majelis hakim dalam pertimbangan diatas menggunakan interpretasi
gramatikal yang menerangkan terkait penafsiran kata-kata atau istilah-istilah
dalam perundang-undangan sesuai kaedah bahasa (hukum tata bahasa) yang
berlaku. Terhadap pertimbangan diatas dikaitkan dengan interpretasi
gramatikal yang digunakan majelis halkim dalam memutus perkara tersebut
terbukti terhadap unsur tanpa hak dengan mencari, menggali informasi atau
pemaknaan terhadap unsur tersebut melalui bahasa atau mencari
pemahaman/definisi secara leksisal yang dapat meyakinkan hakim bahwa
unsur tanpa hak yang dilakukan terpidana terbukti.
c. Dalam hal pertimbangan berdasarkan unsur Ad. 2 Unsur Tanpa Hak atau
Melawan Hukum poin kedua
Menimbang, bahwa dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 35
tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan
untuk kepentingan terapi serta mempunyai potensi yang besar mengakibatkan
ketergantungan.
Analisis:
Berdasarkan atas pertimbangan hakim tersebut, selain hakim dalam membuat
suatu penafsiran terhadap pemahan dalam unsur tanpa hak atau melawan
hukum menggunakan interpretasi gramatikal didukung juga dengan
interpretasi secara sistematis, yang menerangkan terkait penafsiran terhadap
peraturan perundang-undangan dengan menghubungkannya dengan peraturan
hukum yang ada. Berdasarkan atas pertimbangan itu, majelis hakim dalam
menyakinkan terkait unsur tanpa hak atau melawan hukum bukan hanya
sebatas penafsiran berdasarkan bahasa atau leksikal namun mencari secara
sistematik aturan yang ada dalam undang-undang terkait batasan untuk dapat
atau tidak dapat digunakannya narkotika guna untuk menjadi batasan
seseorang menggunakan narkotika itu tergolong tanpa hak atau melawan
hukum.
d. Dalam hal pertimbangan berdasarkan unsur Ad. 2 Unsur Tanpa Hak atau
Melawan Hukum poin ketiga dan keempat
Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 12 Ayat 1, 2 dan 3 UU. RI No. 35
tahun 2009 berbunyi sebagai berikut:
1) Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam
proses produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Pengawasan produksi Narkotika Golongan I untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara ketat ole Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan produksi
dan/atau penggunaan dalam produksi dengan jumlah yang sangat
terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Menimbang, bahwa yang tergolong dalam Narkotika Golongan I termasuk
Heroin/Putaw, Kokain, Ganja, Metamfetamina atau Sabu-Sabu, dan lainnya
sebagaimana yang tercantum dalam Daftar Narkotika Golongan I didalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Analisis :
Majelis hakim menggunakan interpretasi restriktif yang menjelaskan suatu
ketentuan undang-undang dimana ruang lingkup ketentuan itu dibatasi dengan
berititik tolak pada arti atau dapat dikatakan penafsiran dengan membatasi
cakupan pada suatu ketentuan. Berdasarkan atas hal tersebut dikaitkan dengan
Pasal 12 Ayat 1, 2 dan 3 Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika yang telah mengatur secara rinci dan membatasi bahwa jenis
Narkotika yaitu Metamfetamina atau Sabu-Sabu dalam perkara a quo
tergolong kedalam Golongan I sehingga hakim dalam menafsirkan jenis
narkotika tersebut tetap mengacu kepada aturan yang berlaku dalam Undang-
Undang Narkotika yang menerangkan bahwa Metamfetamina atau Sabu-Sabu
tercantum dalam Daftar Narkotika Golongan I .
e. Dalam hal pertimbangan berdasarkan unsur Ad. 2 Unsur Tanpa Hak atau
Melawan Hukum poin keenam
Menimbang, bahwa dimana diketahui dari fakta hukum diatas, Terdakwa,
memperoleh Narkotika jenis Sabu berupa 1 (satu) bungkus plastic klip bening
yang didalamnya berisi Kristal warna putih sabu dengan berat brutto 13,66
gram tersebut pada mulanya didapatkan Terdakwa dengan cara dititipkan oleh
DONY kepada Terdakwa pada hari Selasa tanggal 15 Maret 2022 sekitar jam
21.00 WIB di Perm Graha Laras Sentul JI. Raya Bogor KM. 51 dengan cara
di tempel, dimana Terdakwa mau membantu DONY mengedarkan Narkotika
jenis Sabu tersebut karena pekerjaan susah dan Terdakwa tidak
bekerja, kemudian DONY menawarkan kerjaan menjualkan sabu, beberapa
hari kemudian melalui telepon dari DONY, Terdakwa disuruh DONY ke
bogor untuk mengambil sabu dengan cara diarahkan ke lokasi tempat sabu
disimpan, setelah mengambil sabu dalam plastik hitam dengan jumlah total
keseluruhannya adalah seberat 100 gram, lalu Terdakwa pulang kerumah,
setelah itu sabu seberat 100 gram tersebut ditimbang ke paketan yang lebih
kecil menjadi 8 (delapan) paket dan 1 (satu) paket untuk dikonsumsi
Terdakwa atas arahan DONY, setelah itu Terdakwa diarahkan DONY untuk
mengantarkan sabu itu ke pembeli dengan cara ditempel, yang selanjutnya
Narkotika jenis Sabu tersebut sudah Terdakwa tempel pada 6 (enam) lokasi
atas arahan DONY, dimana barang bukti sabu berat bruto 13,66 gram yang
merupakan hasil penangkapan tersebut merupakan sisa yang belum
terjual/ditempel oleh Terdakwa.
f. Dalam hal pertimbangan berdasarkan unsur Ad. 3 unsur menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
menyerahkan atau menerima narkotika golongan I, dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau
dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram poin kesatu
Menimbang bahwa sesuai ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, yang dimaksud dengan Narkotika adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilang kan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dapat dibedakan kedalam golongan-
golongan.
Analisis:
Berdasarkan atas pertimbangan diatas, majelis hakim menggunakan
interpretasi otentik, yang mengartikan Penafsiran itu dilakukan oleh
pembuat undang-undang sendiri dengan mencantumkan arti beberapa kata
yang digunakan di dalam suatu peraturan. Dalam jenis interpretasi ini hakim
tidak diperkenankan melakukan penafsiran dengan cara lain selain dari apa
yang telah ditentukan pengertiannya di dalam undang-undang itu sendiri.
Berdasarkan atas pertimbangan di atas disesuaikan dengan penjelasan terkait
interpretasi secara otentik maka dalam perkara tersebut terkait pengertian
narkotika telah ada dalam BAB I ketentuan umum dalam Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang dimaksud
dengan Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilang kan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dapat dibedakan kedalam golongan-golongan.
g. Dalam hal pertimbangan berdasarkan unsur Ad. 3 unsur menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
menyerahkan atau menerima narkotika golongan I, dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau
dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram poin ketiga
Menimbang, bahwa unsur menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
mengandung pengertian sebagai berikut (lihat : AR. Sujono, Bony Daniel,
Komentar & Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2011, hlm. 255-257) : Menawarkan
untuk dijual berarti memberi kesempatan kepada orang lain melakukan
penjualan barang agar mendapatkan uang. Orang lainlah yang melakukan
penjualan, sehingga posisi orang yang mendapat kesempatan adalah mendapat
kekuasaan menjual dan atas penjualan tersebut dia mendapatkan keuntungan
materi sesuai kesepakatan antara yang menawarkan/pemilik barang.
Menawarkan untuk dijual dapat pula berarti mengunjukkan sesuatu kepada
orang lain dengan maksud orang lain membeli (Kamus Besar Bahasa
Indonesia/KBBI). Dalam hal ini dapat dilakukan dengan langsung kepada
calon pembeli baik secara lisan maupun menggunakan sarana telekomunikasi
atau lainnya, baik ditunjukkan barangnya atau tidak, yang penting proses
menawarkan ini harus ada maksud agar lawan bicara membeli apa yang
ditawarkan; Menjual mempunyai makna memberikan sesuatu kepada orang
lain untuk memperoleh uang pembayaran atau menerima uang (KBBI). Hal
ini berarti ada transaksi dan ada pertemuan antara penjual dan pembeli.
Kewajiban penjual adalah menyerahkan barang sedangkan kewajiban pembeli
menyerahkan uang pembayaran. Dikatakan menjual apabila barang sudah
diberikan atau setidak-tidaknya kekuasaan barang sudah tidak ada lagi
padanya, pengertian menjual di sini tidak perlu disyaratkan yang harus
seketika diberikan tergantung kesepakatan pihak penjual dan pembelian;
Membeli mempunyai makna memperoleh sesuatu melalui penukaran
(pembayaran) dengan uang (KBBl). Ini berarti bahwa harus ada maksud
terhadap barang tertentu yang akan diambil, dan haruslah ada pembayaran
dengan uang yang nilainya sebanding dengan harga barang yang diperoleh;
Menerima berarti mendapatkan sesuatu karena pemberian dari pihak lain
(KBBI). Akibat dari menerima tersebut barang menjadi miliknya atau setidak-
tidaknya berada dalam kekuasaannya; Menjadi perantara dalam jual beli
adalah sebagai penghubung antara penjual dan pembeli dan atas tindakannya
tersebut mendapatkan jasa/keuntungan. Jasa atau keuntungan di sini dapat
berupa uang atau barang atau bahkan fasilitas. Jasa atau keuntungan
merupakan faktor yang penting, tapa jasa maupun keuntungan yang diperoleh
maka tidak dapat disebut sebagai perantara dalam jual beli. Perantara
bertindak sendiri-sendiri dalam rangka mempertemukan antara penjual dan
pembeli dan perantara
mempunyai pertanggungjawaban yang berdiri sendiri; Menukar berarti
menyerahkan barang dan atas tindakannya tersebut mendapat pengganti baik
sejenis maupun tidak sejenis sesuai dengan kesepakatan; Menyerahkan
berarti memberikan sesuatu kepada kekuasaan orang lain (KBBI).
Analisis:
Majelis hakim dalam pertimbangan diatas menggunakan interpretasi
gramatikal yang menerangkan terkait penafsiran kata-kata atau istilah-istilah
dalam perundang-undangan sesuai kaedah bahasa (hukum tata bahasa) yang
berlaku. Penafsiran ini penting dilakukan majelis hakim untuk mencari arti,
maksud dan tujuan dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam suatu
kaidah hukum, dengan memperhatikan apakah kata-kata itu kata kerja, kata
benda, kata sifat atau keadaan, kata ganti, ataukah kata dasar, kata jadian, kata
ulang, kata majemuk, atau kata imbuhan dengan awalan sisipan dan akhiran,
atau kata depan, dan sebagainya yang tidak ada dalam penjelasan dari
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Metode Argumentasi
a. Dalam hal pertimbangan putusan halaman 19 dari 37
Menimbang, bahwa dari pemeriksaan dipersidangan telah ditemukan alat
bukti berupa keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa dimana setelah
majelis hakim menghubungkan dan menyesuaikan satu dengan lain bukti-
bukti tersebut, dan telah pula dinilai cukup kebenarannya, maka dapat
diperoleh adanya fakta-fakta hukum sebagai berikut: (poin 5)
Bahwa benar, maksud dan tujuan Terdakwa terhadap Narkotika jenis Sabu
dalam bentuk 1 (sat) bungkus plastik klip bening yang didalamnya berisi
Kristal warna putih sabu dengan berat brutto 13,66 gram tersebut, adalah
untuk ditempelkan di suatu tempt nantinya sambil menunggu arahan DONY,
dimana Terdakwa sudah selama 5 (lima) bulan menjadi tukang tempel milik
DONY dan Terdakwa sudah pernah mendapatkan Narkotika jenis Sabu dari
DONY sebanyak 5 (lima) kali, dimana selama menjadi tukang tempel
Narkotika jenis Sabu milk DONY tersebut, Terdakwa memperoleh
keuntungan sebesar Rp. 4.000.000,- dan dapat mengkonsumsi sabu gratis
sebanyak 2 (dua) gram.
Analisis :
Majelis hakim dalam pertimbangan diatas menggunakan argumentasi secara
analogi. Hakim akan memperluaskan dengan metode analogi untuk dapat
menerapkan undang-undang pada peristiwanya. Dengan analogi maka
peristiwa yang serupa, sejenis atau mirip dengan yang diatur dalam undang-
undang diperlakukan sama. Analogi dapat diterapkan apabila menghadapi
peristiwa yang mirip termasuk juga apabila kepentingan masyarakat hukum
menuntut penilaian yang sama. Analogi selain sebagai salah satu metode
penemuan hukum juga sebagai penciptaan sesuatu hal yang baru. Penemuan
hukum secara analogi yang dilakukan oleh majelis hakim dalam perkara a
quo menerangkan istilah-istilah yang digunakan dalam berkas perkara seperti
kata “menjadi tukang tempel” dalam UU RI No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika tidak ada penjelasan secara spesifik mengenai kata tersebut dalam
aturan akan tetapi kata-kata tersebut dapat dikaitkan dengan kronologis
perkara yang ada dengan fakta-fakta persidangan yang ada dalam perkara a
quo sebagaimana yang dijelaskan oleh Shidarta yang menerangkan langkah
utama penalaran hukum yang salah satunya mengindentifikasi fakta-fakta
untuk menghasilkan suatu stuktur (pata) kasus yang sungguh-sungguh
diyakini oleh hakim sebagai kasus yang riil terjadi.
C. Kesimpulan
Berdasarkan atas dasar pertimbangan putusan majelis hakim terkait perkara a quo,
penulis menyimpulkan bahwa majelis hakim dalam perkara a quo telah melakukan
penemuan hukum dengan metode interpretasi dengan bentuk interpretasi secara
gramatikal, otentik, sistematis dan metode argumentasi secara analogi.

Anda mungkin juga menyukai