Anda di halaman 1dari 4

NAMA : LUTHFIAH AINA

NIM : 043809989

TUGAS/MK : 2/ PENGATAR ILMU HUKUM

KASUS

Feri dan Firman merupakan teman dekat (bukan saudara) karena rumah mereka berdua
berdekatan. Suatu hari Firman dipindahkan tugas ke kota lain. Sehingga rumah Firman kosong
dalam waktu yang cukup lama. Karena ditinggalkan begitu saja rumah Firman menjadi tidak
terawat terutama rumput di depan, samping dan belakang rumahnya yang sudah tumbuh begitu
lebat hampir menutupi seluruh rumah Firman. Feri yang awalnya merasa tidak nyaman melihat
keadaan rumah Firman akhirnya memutuskan untuk membersihkan halaman depan, samping
dna belakang rumah Firman.

Pertanyaan (Dalam Hukum Positif)

1. Analisis perbuatan apakah yang dilakukan oleh Feri, serta apa saja konsekuensi dari
perbuatan tersebut. Jelaskan disertai dasar hukumnya!

Jawaban: Tindakan Feri dalam kasus diatas adalah feri mengambil keputusan untuk
kepentingan sendiri, kosekunsinya doni bisa dikasuskan atas dasar memasuki wilayah halaman
rumah orang tanpa izin dari pemilik (Firman).

2. Analisislah oleh saudara tergolong hukum apakah kasus di atas jika dilihat dari isinya serta
dari masa berlakunya!

Jawaban: Kasus diatas adalah hukum pribadi

3. Dalam mazhab ilmu hukum dikenal beberapa aliran, salah satunya adalah aliran positivisme,
jelaskan serta kaitkan dengan kasus di atas!

Jawaban: Positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang


beranggapan bahwa teori hukum itu hanya bersangkut paut dengan hukum positif saja. Ilmu
hukum tidak membahas apakah hukum positif itu baik atau buruk, dan tidak pula membahas
soal efektivitas hukum dalam masyarakat. Termasuk dalam aliran ini ajaran Analytical
Jurisprudence yang dikemukakan oleh John Austin. Inti dari ajaran Analytical Jurisprudence
adalah Law is a command (hukum merupakan perintah dari penguasa).

John Austin mendefinisikan hukum sebagai berikut:

”Law is a command set, either directly or circuitously, by a sovereign individual or body,


to a members of some independent political society in which his auhority is supreme.” Jadi
hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung ataupun tidak langsung, dari pihak yang
berkuasa kepada warga masyarakatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen,
dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) merupakan otoritas yang tertinggi. Menurut Austin
hukum adalah peraturan-peraturan yang berisi perintah, yang diperuntukkan bagi makhluk
yang berakal dan dibuat oleh makhluk yang berakal yang mempunyai kekuasaan terhadap
mereka itu. Jadi, landasan dari hukum adalah “kekuasaan dari penguasa”. Austin menganggap
hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system),
dimana keputusan-keputusan hukum yang benar/tepat biasanya dapat diperoleh dengan alat-
alat logika dari peraturan-peraturan hukum yang telah ditentukan sebelumnya tanpa
memperhatikan nilai-nilai yang baik atau buruk.

Austin membedakan hukum menjadi:

I. Hukum yang dibuat oleh Tuhan untuk manusia (Law set by God to men = Law of God)

II. Hukum yang dibuat oleh manusia untuk manusia (Law set by men to men = Human Law)

Hukum buatan manusia (Human Laws) dapat dibedakan dalam:

1). Positive Law atau law strictly, yaitu hukum yang dengan tepat disebut “hukum positif”,
yang dapat berupa:

a. hukum yang dibuat oleh kekuasaan politik yang lebih tinggi untuk orang-orang yang
secara politis merupakan bawahannya. Contohnya adalah undang-undang.

b. peraturan-peraturan yang diadakan oleh orang-orang sebagai pribadi (private


persons) berdasarkan hak-hak yang sah (legal right) yang diberikan kepadanya oleh
penguasa yang lebih tinggi. Contohnya adalah hak-hak yang diberikan kepada wali
(guardian) atas orang yang ada dibawah perwaliannya. Dasar hukum dari hak tersebut
pada hakekatnya didapat secara tidak langsung dari penguasa yang lebih tinggi yang
memberikan hak tersebut kepada si wali.

2). Positive Morality atau law improperly, yaitu hukum yang bukan dalam arti sebenarnya.

Merupakan aturan-aturan yang tidak dibuat oleh seorang penguasa politik, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang dapat berupa ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
perkumpulan-perkumpulan, peraturan tentang mode, dalil-dalil tentang ilmu alam, maupun
ketentuan-ketentuan yang lazim dinamakan ”hukum internasional.”

Ciri-Ciri Hukum Positif

Hukum positif (positive law) atau “hukum yang disebut dengan sebenarnya” harus
memenuhi 4 unsur yaitu:

a). command (perintah)

b). sanction (sanksi/ancaman hukuman)

c). duty (kewajiban)

d). sovereignty (kedaulatan)

Hukum yang disebut sebenarnya (yang dengan tepat disebut hukum) adalah suatu jenis perintah
(species of commands) yang berasal dari satu sumber tertentu dimana pihak lain dituntut untuk
melaksanakannya jika tidak ingin dibebankan dengan sesuatu yang tidak enak yang berupa
sanksi. Kewajiban yang disebut sebenarnya, mengharuskan suatu perintah untuk dilaksanakan.
Tiap hukum positif dibuat oleh seseorang yang berdaulat atau oleh satu badan yang terdiri dari
beberapa orang yang berdaulat untuk keperluan anggota-anggota dari masyarakat politik yang
merdeka, dimana penguasa atau badan hukum tersebut di atas, mempunyai kedaulatan yang
penuh yang memegang kekuasaan tertinggi.

Unsur “perintah” mempunyai arti bahwa:

- satu pihak menghendaki agar orang lain melakukan kehendaknya

- pihak yang diperintah akan mengalami penderitaan jika perintah itu tidak dijalankan
atau ditaati

- perintah tersebut merupakan pembedaan kewajiban terhadap yang diperintah

- perintah tersebut hanya dapat terlaksana jika yang memerintah itu adalah pihak yang
berdaulat.
John Austin mencoba menganalisa arti dari ”command” (perintah). Suatu perintah
berbeda dengan keinginan. Keduanya dibedakan oleh kekuatan dan tujuan dari pihak yang
memerintah atau menyatakannya untuk menimbulkan suatu kemalangan atau suatu penderitaan
dalam hal keinginan atau perintah tersebut diabaikan. Jika seseorang tidak dapat atau tidak
ingin melukai atau memberikan beban penderitaan bagi orang lain yang tidak menuruti
perintahnya, maka keinginan orang tersebut bukanlah suatu perintah (command), meskipun
keinginan tersebut dinyatakan dalam suatu kalimat perintah. Namun jika seseorang dapat atau
ingin menyakiti atau memberi suatu penderitaan bagi orang lain yang tidak tunduk atau
menuruti keinginannya, maka ekspresi atau keinginan orang tersebut sama dengan suatu
perintah (command). Kemalangan atau penderitaan yang diberikan dalam hal suatu perintah
tidak dituruti inilah yang disebut sebagai SANKSI.

Pada prinsipnya, aliran hukum positif adalah aliran pemikiran hukum yang memberi penegasan
terhadap bentuk hukum (undang-undang), isi hukum (perintah penguasa), ciri hukum (sanksi,
perintah, kewajiban dan kedaulatan) dan sistematisasi norma hukum. Secara implisit aliran ini
pada hakekatnya menegaskan beberapa hal:

1). bahwa pembentuk hukum adalah penguasa

2). bahwa bentuk hukum adalah undang-undang

3). bahwa hukum diterapkan terhadap pihak yang dikuasai, yang dimensi keharusannya
diketatkan melalui pembebanan sanksi terhadap pelanggarnya.

Anda mungkin juga menyukai