Anda di halaman 1dari 2

Pengembangan teknik diagnostik yang kuat dalam bidang biologi medis telah menjadi kunci

penting dalam penanganan penyakit yang kompleks. Salah satu teknik yang telah menjadi
tonggak dalam diagnosis imunologi adalah teknik Diagnostik Imunofluoresensi Tidak Langsung
(Indirect Immunofluorescence, IIF). Teknik ini memungkinkan identifikasi dan karakterisasi
berbagai zat biologis, termasuk antibodi dan antigen, dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Teknik Diagnostik Imunofluoresensi Tidak Langsung pertama kali dikembangkan pada 1941
oleh Coons dan Kaplan, yang menggunakan antibodi sebagai sonda untuk melacak antigen
dalam jaringan. Metode ini awalnya digunakan dalam penelitian mikrobiologi untuk mendeteksi
dan mengidentifikasi agen infeksius. Namun, seiring berjalannya waktu, teknik ini telah diadopsi
secara luas dalam diagnosis medis, terutama dalam bidang imunologi klinis.
Dalam teknik Diagnostik Imunofluoresensi Tidak Langsung, sampel yang diuji diberi perlakuan
dengan antibodi primer yang spesifik terhadap antigen yang ingin dideteksi. Setelah itu, sampel
tersebut diberi perlakuan dengan antibodi sekunder yang telah dikonjugasi dengan fluorophore.
Fluorophore akan menempel pada antibodi primer yang telah melekat pada antigen, dan
kemudian fluoresensi ini dapat dideteksi dengan mikroskop fluoresensi.
Salah satu aplikasi utama dari teknik ini adalah dalam diagnosis penyakit autoimun, di mana
sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat dalam tubuh. Diagnostik Imunofluoresensi
Tidak Langsung memungkinkan identifikasi antibodi tertentu yang terlibat dalam patogenesis
penyakit autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik, atau dermatomiositis.
Dengan bantuan teknik ini, dokter dapat membuat diagnosis yang lebih akurat dan memulai
pengobatan yang tepat waktu.
Meskipun telah ada pengembangan teknik diagnostik lainnya, Diagnostik Imunofluoresensi
Tidak Langsung tetap menjadi salah satu metode yang paling andal dan luas digunakan dalam
diagnosis penyakit imunologi. Dengan pengembangan teknologi, terutama dalam bidang
konjugasi antibodi dan teknik deteksi, teknik ini terus ditingkatkan untuk memberikan hasil yang
lebih cepat, akurat, dan reliabel, yang memungkinkan penanganan penyakit yang lebih efektif
dan tepat waktu
Diagnostic Indirect Immunofluorescence (IIF) assay merupakan metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengukur kadar antigen tertentu dalam sampel. Metode ini banyak
digunakan dalam bidang medis, klinik, dan penelitian untuk mengidentifikasi dan mengukur
kadar antigen dalam berbagai sampel seperti darah, cairan darah, serum, dan urine. Asal mula IIF
assay berasal dari pengembangan teknik imunofluorescensi (IF) yang dilakukan oleh Dr. George
Hitchings pada tahun 1988. Dr. Hitchings mendapatkan Nobel Fisiologi atau Medis untuk
penemuan ini. Proses IIF assay umumnya mengikuti langkah berikut:
1. Pembersihan sampel: Sampel yang akan dianalisis dibersihkan menggunakan metode
yang sesuai untuk menghilangkan senyawa yang tidak berhubungan dengan antigen yang
ingin diukur.
2. Pemrosesan sampel: Sampel yang telah dibersihkan akan diproses menggunakan metode
yang sesuai untuk menghilangkan senyawa yang tidak berhubungan dengan antigen yang
ingin diukur.
3. Pencocokan antigen: Pada langkah ini, antigen yang ingin diukur akan dipencocokan
dengan antisera yang telah ditentukan sebelumnya. Antisera ini merupakan antibodi yang
telah diperoleh dari sampel yang positif terhadap antigen yang ingin diukur.
4. Reaksi imunofluorescensi: Setelah antigen dan antisera terpencocokan, akan terjadi reaksi
imunofluorescensi. Reaksi ini terjadi ketika antibodi yang terdapat dalam antisera
berikatan dengan antigen yang terdapat dalam sampel.
5. Pengamatan hasil: Setelah reaksi imunofluorescensi terjadi, hasil reaksi dapat diamati
menggunakan mikroskop fluoresensi. Mikroskop fluoresensi akan memancarkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu yang akan menyebabkan antigen yang terikat dengan
antibodi berpendar.
6. Interpretasi hasil: Hasil pengamatan mikroskop fluoresensi akan diinterpretasikan oleh
dokter atau ahli patologi untuk menentukan keberadaan dan kadar antigen dalam sampel.

Anda mungkin juga menyukai