Toaz - Info Makalah Kesehatan Mental Narapidana Dan Anak Jalanan PR
Toaz - Info Makalah Kesehatan Mental Narapidana Dan Anak Jalanan PR
Oleh :
Kelompok 7
Feny angraini fitri (1711311005)
Weriska Oktrivani (1711311023)
Fadil akbar (1711312003)
Syafrida wulandari (1711312007)
Nia Sandra (1711312027)
Intan Olivia Risca (1711312039)
Mutiara Salam (1711313017)
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesehatan Jiwa Pada
Narapidana Dan Anak Jalanan”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta
membantu penyelesaian tugas makalah ini. Secara khusus kami ucapkan terima kasih
kepada ibu Ns. , M.Kep. Kami menyadari didalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekerungan yang harus di
perbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun hal pengkonsilidasian.
Oleh karena itu kami kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempuraan makalah ini sehingga maksud dan tujuan dapat tercapai sesuai dengan
yang diharapkan serta nantinya dapat membantu pembaca semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
A.Narapidana ....................................................................................................... 2
B. Anak Jalanan……………………………………………………...................
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terpidana
adalah seseorang yang di pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), Anak jalanan adalah anak
yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan
hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di
jalan dan tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri,
berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran
di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam
dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi.
Kesehatan jiwa menurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah
berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang
dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari
stress yang serius (kusumawati & hartono, 2011)
Adapun gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara berbagai factor somatic, psikologi dan social dan
menandakan dekompensasi proses penyesuaian diri. Gejala gangguan jiwa
tersebut dapat berupa gangguan pada penampilan. Bahasa, proses piker,
sensorium dan fungsi kognitif. Kewaspadaan keterjagaan kesadaran ,
perhatian dan konsentrasi, ingatan, orientasi, fungsi luhur, kemampuan
abstraksi, afek dan emosi, persepsi, psikomotor, kemauan dorongan kehendak,
kepribadian dan pola hidup (maramis & maramis, 2009)
Indonesia merupakan urutan ke sepuluh jumlah tahanan terbanyak di
dunia. Rasio jumlah tahanan Indonesia berada dalam posisi 180 dengan rasio
67 orang per 100.000 penduduk. Tahanan wanita berada dalam urutan 84.
Jumlah populasi penjara bertambah 20 % sejak tahun 2000. Total populasi
perempuan sebagai narapidanapun meningkat 50 %. Proporsi perempuan
dan anak perempuan dalam total populasi penjara perempuan meningkat
5,4 % sejak tahun 2000, dan akhir akhir ini naik menjadi 6, 8 %
(www.mantannapi.com).
B. Tujuan penulisan
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dari kesehatan jiwa
pada narapidana dan anak jalanan serta memahami asuhan keperawatan pada
narapidana dan anak jalanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Narapidana
1. Pengertian Narapidana
Narapidana adalah orang yang sedang menjalani pidana penjara.
Pengertian narapidana menurut kamus Bahasa Indonesia adalah orang
hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena melakukan tindak
pidana).
Menurut UU Nomor 12 Tahun 1995 (dalam Lubis, dkk, 2014) tentang
Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.
Menurut Harsono (dalam Lubis, dkk, 2014), mengatakan bahwa
narapidana adalah seseorang yang dijatuhkan vonis bersalah oleh hakim dan
harus menjalani hukuman.
Selanjutnya Wilson (dalam Lubis, dkk, 2014) mengatakan bahwa
narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakat
untuk belajar bermasyarakat dengan baik.
Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya
karena melanggar norma hukum yang ada sehingga dipisahkan oleh hakim
untuk menjalani hukuman.
Selanjutnya Dirjosworo (dalam Lubis dkk, 2014) narapidana adalah
manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar norma hukum
yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 (dalam
Lubis dkk, 2014) tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut
Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 (dalam Soraya, 2013)
tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
Dengan demikian, pengertian narapidana adalah seseorang yang
melakukan tindak kejahatan dan telah dinyatakan bersalah oleh hakim di
pengadilan serta dijatuhi hukuman penjara
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindak Pidana
Sebagai salah satu perbuatan yang menyimpang dari norma pergaulan
hidup manusia, kejahatan (tindak pidana) merupakan masalah sosial, yaitu
masalah ditengah-tengah masyarakat, dimana pelaku dan korbannya adalah
anggota masyarakat juga. Menurut Willis (dalam Lubis dkk, 2014) kenakalan
remaja yang mengarah kepada tindak pidana disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Predisposing faktor
Yaitu faktor-faktor yang memberi kecenderungan tertentu terhadap
perilaku remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir, atau oleh kejadian-
kejadian ketika kelahiran bayi, yang disebut birth injury, yaitu luka di kepala
ketika bayi ditarik dari perut ibu.
2) Lemahnya Pertahanan Diri
Yaitu faktor yang ada di dalam diri untuk mengontrol dan
mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.
Lemahnya pertahanan diri disebabkan karena faktor pendidikan di keluarga.
Hal tersebut dimanfaatkan oleh orang yang bermaksud jahat untuk
mempengaruhi anak melakukan perilaku kejahatan seperti mencuri, memeras,
membunuh dan lainlain.
Orang yang berada di penjara atau lapas bukan orang dengan masalah
kejiwaan (ODMK), namun berisiko menjadi ODMK. Oleh karena itu dalam
Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa, dijelaskan adanya upaya promosi
kesehatan di lapas sebagai salah satu target promosi kesehatan jiwa. Lengkapnya
dijelaskan dalam pasal 8, ayat (9) upaya promotif di lingkungan lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan dilaksanakan dalam bentuk:
Pengalaman hidup dalam penjara atau lapas sangat berat bagi seorang
perempuan, khususnya yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Menurut konvensi
internasional seorang narapidana perempuan mengalami kekerasan karena
mengalami penderitaan fisik (suhu kamar yang panas), seksual (pisah dari suami)
dan psikologis (kehilangan kemerdekaan, pisah dari anak dan keluarga),
termasuk ancaman tertentu (persidangan tertunda, vonis yang dijatuhkan),
pemaksaan (mengikuti aturan dalam lapas seperti jam bertamu, kerja angkut air got),
perampasan kemerdekaan di depan umum (hidup dalam lingkungan lapas saja, tidak
boleh keluar lapas) dan dalam kehidupan pribadi (tidak bisa melakukan hoby, dll)
(Wiwiek Afifah,2013).
1. Tingkat mikro memberikan penjelasan bahwa anak memilih untuk turun ke jalanan
lebih dilatar belakangi oleh anak itu sendiri dan dari keluarga. Sebab dari disi si anak
yaitu seperti lari dari rumah (sebagai contoh anak yang selalu hidup dengan orang tua
yang terbiasa dengan menggunakan kekerasan, seperti sering menampar, memukul,
menganiaya karena kesalahan kecil, jika sudah melampaui batas toleransi anak, maka
anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan), disuruh bekerja
dengan kondisi masih sekolah atau disuruh putus sekolah, berpetualang, atau
bermain-main. Sebab-sebab yang berasal dari keluarga adalah penelantaran,
ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan dasar, salah perawatan dari orang
tua sehingga mengalami kekerasan di rumah (childabuse), serta kesulitan
berhubungan dengan keluarga karena terpisah dari orangtua. Permasalahan atau
sebab-sebab yang timbul baik dari anak maupun keluarga ini saling terkait satu sama
lain.
3. Tingkat yang terakhir, yakni tingkat makro memberikan penjelasan seperti peluang
pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian
yang besar, biaya pendidikan yang tinggi dan perilaku guru yang diskriminatif, dan
belum adanya kesamaan persepsi instansi pemerintah terhadap anak jalanan. Oleh
karenanya, anak dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya cenderung
memilih untuk turun kejalanan yang tidak memerlukan keahlian besar.
Anak jalanan memiliki ciri-ciri khusus baik secara fisik dan psikis. Menurut
Departemen Sosial RI, 2001 karakteristik anak jalanan pada ciri-ciri fisik dan psikis,
yakni :
a. Ciri Fisik: warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan
kurus, pakaian tidak terurus
b. Ciri Psikis meliputi mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat
sensitif, berwatak keras, serta kreatif.
1. Ciri-ciri fisik
Penampilan dan warna kulit kusam
Rambut kemerah-merahan
Kebanyakan berbadan kurus
Pakaian tidak terurus
2. Ciri-ciri psikis
Mobilitas tinggi
Acuh tak acuh
Penuh curiga
Sangat sensitif
Berwatak keras
Kreatif
4 . Kondisi Kesehatan Jiwa Pada Anak Jalanan
Secara teori perbedaan perilaku atau psikososial antara laki-laki dan perempuan
berbeda dimulai dari perbedaan jenis kelamin, yaitu perbedaan fisik antara laki-laki
dan perempuan dan perbedaan perilaku pada laki-laki yang lebih agresif kebanyakan
penelitian menemukan anak perempuan lebih empatik atau suka menolong
(keenandansaw, 1997) dan beberapa menemukan bahwa anak perempuan lebih
penurut terhadap orangtua dan mencari persetujuan orang dewasa di banding laki-laki
(Erlena, 2018).
Sebagian besar jenis kelamin laki-laki lebih banyak karena dari hasil observasi
kebanyakan dari mereka tinggal dijalanan karena memiliki banyak tekanan dan
permasalahan dikeluarganya mereka lebih memilih tinggal dijalanan karena ingin
hidup bebas dan tanpa kekangan dari orang lain(Erlena, 2018).
Pekerja anak di jalanan sudah menjadi hal biasa dan dianggap sebagai
pemandangan umum bagi sebagian masyarakat. Keluarga yang seharusnya menjadi
tempat pemenuhan kebutuhan anak baik fisik maupun psikologis, dalam hal ini
disalahgunakan karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan
sehingga mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi produktif.
Di Indonesia hingga saat ini terdapat kurang lebih 6 sampai 12 juta anak-anak
yang dijadikan pekerja dan menyebar di berbagai sektor baik formal maupun
informal, dari sekian jumlah anak tersebut, banyak yang ditemukan banyak yang
bekerja pada sektor-sektor berbahaya dan mengancam keselamatan fisik, psikis
maupun nyawa mereka (UNICEF, 2004). Selain itu anak-anak jalanan juga beresiko
menjadi korban kekerasan baik fisik maupun psikis, penurunan kesehatan akibat pola
makan yang tidak sehat sehingga asupan gizi kurang, kehilangan kesempatan belajar
dan mendapat pendidikan layak, melakukan atau menjadi korban kriminalitas yang
membahayakan jiwanya.
Secara teori sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. (Sutejo, 2017).
WHO menjabarkan kesehatan mental sebagai suatu keadaan yang baik dimana
seseorang menyadari kemampuannya, dapat menghadapi stres yang normal, dapat
bekerja secara produktif dan menyenangkan, serta dapat berkontribusi dalam
komunitasnya. Kesehatan jiwa bukan hanya tak ada penyakit jiwa dan masalah
kesehatan jiwa bukan penyakit jiwa.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Erlena, 2018), dalam hasil penelitian
anak jalan di salah satu kelurahan di Indonesia, didapatkan hasil sehat jiwa anak
jalanan masih rendah. Hal ini karena pada masa pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan psikis anak jalanan kurang mendapatkan perhatian dari keluarga sehingga
terjadi bebarapa gangguan kesehatan jiwa yang muncul tanpa mereka sadari seperti
kehilangan identitas diri dan tanggung jawab sosial pada diri mereka serta
ketidakstabilan emosional.
Orang yang berada di penjara atau lapas bukan orang dengan masalah
kejiwaan (ODMK), namun berisiko menjadi ODMK. Oleh karena itu dalam
Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa, dijelaskan adanya upaya promosi
kesehatan di lapas sebagai salah satu target promosi kesehatan jiwa. Lengkapnya
dijelaskan dalam pasal 8, ayat (9) upaya promotif di lingkungan lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan dilaksanakan dalam bentuk:
Di Indonesia hingga saat ini terdapat kurang lebih 6 sampai 12 juta anak-anak
yang dijadikan pekerja dan menyebar di berbagai sektor baik formal maupun
informal, dari sekian jumlah anak tersebut, banyak yang ditemukan banyak yang
bekerja pada sektor-sektor berbahaya dan mengancam keselamatan fisik, psikis
maupun nyawa mereka (UNICEF, 2004). Selain itu anak-anak jalanan juga beresiko
menjadi korban kekerasan baik fisik maupun psikis, penurunan kesehatan akibat pola
makan yang tidak sehat sehingga asupan gizi kurang, kehilangan kesempatan belajar
dan mendapat pendidikan layak, melakukan atau menjadi korban kriminalitas yang
membahayakan jiwanya
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca dan juga penulis dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai retardasi mental.
Penulis meminta saran dan kritikan kerena makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan, dan penulis mohon maaf apabila ada yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
Pardede, Yudit Oktaria Kristiani. 2008. Konsep Diri Anak Jalanan Usia
Remaja. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma: Bandung
Bachtiar Agus Salim, Pidana Penjara Dalam Stelsel Pidana di Indonesia, USU
Press, 2009.
Yosep, Edisi Revisi, Cet. Ke-3, Keperawatan Jiwa, Bandung, Refika Aditama.