Anda di halaman 1dari 2

A.

PENDAHULUAN
Mengacu UU No. 22 Tahun 1999 Kota Dumai memiliki luas wilayah 1.772,38 Km2 dengan garis
bibir pantai sepanjang 134 Km. Berada di pesisir Timur Sumatera yang berbatasan dengan selat
Malaka1 yang menjadi nilai strategis bagi sektor kelautan dan kepelabuhanan. Topografi Kota
Dumai berada pada ketinggian rata-rata 5 Mdpl pada koordinat 1 o23’00”-1o24’23” Lintang Utara
dan 101o23’37” - 101o28’13” Bujur Timur. yang cenderung tinggi pada bagian Selatan dan rendah
di bagian Utara, serta memiliki 15 sungai yang dapat dilayari perahu kecil.

Kota Dumai yang terus berkembang sebagai Hub jalur perdagangan laut dunia, harus segera
berbenah dan berkomitmen untuk mengatasi masalah lingkungan yang terjadi, karena
permasalahan tersebut adalah trade off bagi pembangunan daerah industri dan tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakatnya. Tahun 2022 penduduk Dumai berjumlah
294.579 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,1 persen per tahun sejak tahun 2000.

Aktivitas kependudukan dan perekonomian yang tumbuh pesat pasti memiliki eksternalitas
negatif yang bersifat spill over3 seperti: (1) Kebakaran Hutan dan Kabut Asap; (2) Sampah dan
Tumpahan Minyak di perairan pantai dan laut; (3) termasuk perubahan iklim; (4) krisis air
bersih, dan sebagainya, dengan implikasi semakin menurunnya kapasitas serta daya dukung
lingkungan. Hal ini membutuhkan aksi nyata yang terpadu secara kolektif dari seluruh pihak
tanpa terkecuali, dengan bergotong royong memberdayakan seluruh potensi, bahkan apabila
perlu dapat dilakukan kerja sama dengan negara lain yang berada di kawasan Selat Malaka.

B. LATAR BELAKANG
Menurut UU No. 23 Tahun 1997 definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Ratifikasi Perlindungan Kehidupan Laut melalui UU No.19 Tahun 1961 serta Ratifikasi Protokol
Kyoto melalui UU No.17 Tahun 2004 mengaitkan Indonesia dalam perjanjian: (1) Biodiversitas;
(2) Perubahan Iklim; (3) Disertifikasi; (4) Perlindungan Spesies Terancam, (5) Limbah
Berbahaya; (6) Hukum Laut; (7) Perlindungan Ozon; (8) Polusi Kapal; dan (9) Perkayuan
Tropis.

Meski telah diatur berbagai regulasi internasional, kenyataannya masyarakat Kota Dumai tetap
merasakan dampak dari rusaknya lingkungan akibat: (1) illegal logging; (2) banjir, kemarau
panjang dan kebakaran hutan; (3) limbah dan sampah industri; (4) limbah pertambangan,
limbah pariwisata maupun limbah rumah sakit; (4) polusi air dan udara maupun polusi suara.
Membenahi penataan lingkungan hidup Kota Dumai, dapat dilakukan melalui pendekatan
edukasi4 yang menumbuhkan dan mempengaruhi kesadaran kolektif masyarakat sehingga
merubah perspektif dan perilakunya agar menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.
Issue ini menjadi agenda global, terkait dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan
(Sustainable Development Goals).
Berdasarkan penjelasan diatas, sebaiknya pihak terkait mendorong berbagai inisiatif dan
meningkatkan peran serta masyarakat dalam tujuan-tujuan pembangunan yang berkelanjutan
dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menumbuhkan penyadartahuan
masyarakat, termasuk bahkan menciptakan sebuah momentum sebagai suatu rekayasa sosial
yang sesuai dengan lokalitas setempat, tidak hanya sebagai solusi namun sekaligus dapat
mengkreasikan nilai tambah baru bagi perekonomian melalui peningkatan multiplier effect
sebuah kebijakan. Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti pelaksanaan “Hari Laut Kota
Dumai” sebagai sebuah event yang mengandung nilai: (1) kebudayaan; (2) ekonomi kreatif; (3)
penyadartahuan publik; (4) penegasan identitas dan teritori dalam konteks Hankamnas; (5)
meningkatkan diplomasi dalam skala regional dan global; (6) partisipasi aktif publik dalam
upaya mencapai SDGs

C. JUSTIFIKASI
1. UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
2. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
3. UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH;
4. UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan;
5. UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
6. UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
7. UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;

1
Berbagai publikasi menyatakan bahwa sejak abad ke-11 Selat Malaka telah menjadi jalur
perdagangan dan pelayaran paling sibuk di dunia
2
Laporan Tahunan Pemerintah Kota Dumai Tahun 2014
3
Tidak mengenal batas wilayah teritori dan waktu
4
Edukasi lingkungan adalah suatu proses membangun populasi manusia di dunia yang sadar
dan peduli terhadap keseluruhan lingkungan serta segala masalah yang berkaitan dengannya,
dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap maupun tingkah laku,
motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif,
guna mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini, kemudian mencegah
timbulnya masalah baru (UNESCO, Deklarasi Tbilisi, 1977).

Anda mungkin juga menyukai