Anda di halaman 1dari 9

ANATOMI TEORI “ RANDALL COLLINS”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Teori Sosiologi


Sebagai Persyaratan Tugas Akhir Semester 1
Program Studi Magister Sosiologi

Diajukan Oleh:
Muhammad Naufal Faris
NIM. 202210270211006

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI


DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022-2023
Randall Collins
Randall Collins merupakan seorang tokoh sosiologi atau ahli dalam ilmu sosiologi
yang berasal dari Amerika Serikat. Tepatnya dia dilahirkan di Knoxville, Tennessee, Amerika
Serikat tanggal 29 Juli tahun 1941. Collins di besarkan dalam lingkungan militer karena
ayahnya merupakan seorang intelejen militer, yang semula ditugaskan di Uni Soviet
kemudian ia di pindahkan untuk kembali ke Berlin ( Jerman ) yang berada dibawah pengaruh
militer dari Amerika Serikat. Karena latar belakangnya militer tersebut maka Collins banyak
menimba pengalamannya yang mendukung lahirnya pemikiran – pemikiran tentang konflik
sebagai suatu teori yang memecahkan permasalahan sosial karya tulisannya yang mempunyai
judul “conflict sociology ( 1975 ) dan “ The Credential Society ( 1979 ) yang mengataan
bahwasannya konflik sangat penting dan selalu memberikan alternatif dalam menyelesaikan
masalah fenomena social. Melalui pendekatan mikro yang bersifat emosi social ( the micro of
social emotions ).
Randall Collins yang merupakan lulusan dari Harvard universitas Harvard, universitas
Stanford, universitas California dan universitas Berkeley ini mulai menjadi sosiolog sejak
muda, Karena sang ayahnya yang kala itu bekerja di intelegensi militer di akhir perang dunia
yang lalu masuk untuk bergabung dengan departemen luar negeri Amerika sebagai pejabat
dinas urusan luar negeri. Salahsatu kenang – kenangannya pada awal tugasnya adalah
kedatangannya di Berlin untuk bergabung dengan ayahnya di musim panas pada tahun 1945.
Randall Collins bersama saudara perempuannya tidak dapat bermain di taman karena ditaman
ranjau darat dan suatu hari serdadu Rusia kala itu datang ke halaman rumah untuk menggali
kuburan para korban perang. Kejadian ini memberikan perasaan bahwa konflik adalah
penting bagi konteksnya kekerasan.
Dalam perjalanannya menjadi sosiolog, pendapat -pendapat yang dikemukaan oleh
Randall Collins terispirasi atau terpengaruhi dari tokoh – tokoh sosiologi yang sudah cukup
besar Namanya dan karyanya, tokoh – tokoh tersebut antara lain seperti Emile Durkheim,
Erving Goffman, Marcel Mauss, mary Douglas, W. Lloyd Warner, Georg Simmel, Karl Marx
dan lainnya. Teori yang dikemukaan oleh Collins ini memiliki pengaruh sedikit dari Marx
tetapi mendapatkan pengaruh lebihnya mendapatkan pengaruhnya dari Weber dan Durkheim.
Bagi Collins menyatakan bahwa stratifkasi sosial adalah suatu lembaga yang
menyentuh begitu banyak ciri kehidupan diantaranya termasuk didalamnya adalah kekayaan
politik, karier, keluarga, klub, komunitas dan gaya hidup ( lifestyle). Selanjuutnya Collins
mempercayai bahwa seorang manusia akan berusaha untuk memaksimalkan status
subjektifnya dan kemampuan untuk melakukannya tergantung dari simber daya mereka dan
sumber daya orang – orang yang berhubungan dengan mereka. Darisini maka bisa
disimpulkan bahwa manusia pada dasarnya akan mementingkan diri sendiri yang mana hal
tersebut kemungkinan besar memunculkan perbedaan atau kepentingan dalam ranah sosial
yang lain.
Collins memperluas analisanya dari stratifikasi kearah sosial lainnya, diantaranya
adalah hubungan antar jenis kelamin, Collins memandang bahwa keluarga merupakan konflik
seksual, yang mana laki – laki menjadi pemenang dari keberhasilan mendominasi perempuan
dan tunduk terhadap segala ketidaksetaraan. Hubungan antar kalangan kelompok usia,
perbedaan umur menurut Collins merupakan sebuah konflik. Yang mana hal tersebut
ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki oleh seorang dewasa dapat mendominasi anak –
anak akibat sumberdaya tersebut. Akan tetapi, ketika anak – anak tersebut tumbuh dewasa
dan mendapatkan berbagai sumber daya serta mampu melawan, maka hal tersebut bisa
menjadi pemicu adanya konflik antar generasi. Hubungan organisasi – organisasi formal,
Collins memandang dan penilainnya menurut Collins bahwa dalam organisasi formal mereka
merupakan jaringan pengaruh – pengaruh antar pribadi dan dalam kepentingan bagi yang
berkonflik.
Collins mengatakan bahwa adanya perselisihan relative jarang terjadi, apalagi
perusakan fisik. Kondisi yang terjadi hanya manuver untuk memisahkan hubungan
organisasi. Teori konflik sama sekali tidak meninggalkan teori solidaritas sosial, cita – cita
sosial, sentiment sosial, dan perasaan. Mengacu pada Simmel, Collins berpendapat bahwa
kekuasaan, otoritas, aatau pengaruh merupakan sifat dari suati proses interaksional, bukan
merupakan sifat kepribadian individu ( dalam Irawan, 2012 ).
Hal yang menjadi poin terpenting dalam teori konflik bagi Collins menurutnya tidak
menganalisis cita – cita dan moral sebagai kesucian selama memberikan hasil dari sosiologi.
Adapun ahli dalam teori sosiologi khususnya teori konflik seperti Marxdan engels, melihat
kondisi dimana ide – ide dan cita – cita dinyatakan, bagaimana dan kapan mereka
menciptakan solidaritas, kapan mereka bermaksud mendominasi dengan memberikannya
aturan – aturan atau undang – undang, dan kapan semua proses ini disusun. Selama membuat
perlawanan atau konflik memberikan jalan untuk jenis analisis ini telah diperluas bukan
hanya sebagai sebuah analisis dari semua kondisi organisasi yang menciptakan ide ide,
melainkan juga sampai pada sebuah analisis dari apa yang disebut sarana produksi emosional.
Teori konflik yang dikembangkan dengan menteorikan dan Menyusun prinsip –
prinsip secara implisit yang telah meningkat pada penelitian observasi,. Versi klasik dari teori
konflik sebenarnya sejarah makro Marx, Weber, Pareto, dan yang lainnya, yang
menefleksikan pada pola sejarah dalam bentuk sekala besar, telah diarahkan pada fokus
menurut perubahan bentuk stratifikasi, golongan politik dan konflik – konflik, pandangan –
pandangan ideologi seperti periode dominasi doktrin dan moral.
Teori konflik yang dikemukaan oleh Collins lebih sintetis dan integrative, karena arus
orientasi cenderung ke mikro. Meskipun kecendrungannya pada mikro, namun Collins mulai
dengan teori besar yang berasal dari Marx dan weber sebagai pedomannya dalam melakukan
analisisnya. Dia memulainya dari prinsip Marxian, alasannya ia ingin mencoba untuk
memodifikasi kasus sebagai dasar untuk pengembangan sebuah teori konfliknya.
Kritik dari Tumen ( 1973 ) dan Hazelrig ( 1972 ) terhadap Dahrendrorf yaitu;
Pertama, model dari teori konflik yang dikembangkan oleh dahrendrorf tidak jelas untuk
merefleksikan ide Marxian. Kedua, konflik teori lebih dari common sense sebagaimana teori
Marxian. Ketiga, teori konflik tampaknya digunakan untuk memecah problem konseptual
yang ada pada tataran ide. Keempat, seperti struktur fungsional, teori konflik lebih bersifat
makro dan hasil analisisnya tidak mampu untuk digunakan mengetahui individu.
Untuk mengatasi kelemahan dari Dahrendorf maupun dari Coser, maka Rendhall
Collins melakukan pendekatan konflik pada arus mikro. Pendekatan ini dinilai lebih
integratif, Ia melihat stratifikasi sosial dan organisasi merupakan dua hal yang sering
berhubungan dengan kehidupan umat manusia dalam kehidupannya sehari – hari, seperti
kekayaan, politik, karir, keluarga, kelompok, masyarakat, dan gaya hidup. Collins
menyadarkan terorinya pada fenomenologi dam etnometodologi. Namun demikian, starting
point teorinya berasal dari teorinya Marxian dan Weberian. Ia memodifikasi argumentasi dari
marx.
Pendekatan konflik yang dikemukaan oleh Collins dibagi menjadi tiga prinsip dasar,
yang pertama, Collins mempercayai bahwa teori konflik harus memfokuskan pada kehidupan
nyata daripada kehidupan abstrak. Kemampuan inikelihatannya untuk menghindari gaya
analisis kaum Marxian yang mengkhayal. Kedua, Collins mempercayai bahwa konflik yang
berasal dari stratifikasi harus bisa menentukan faktor yang mempengaruhi interaksi. Ketiga,
Collins memberikan penjelasannya bahwa dalam sebuah grup lain bersumber sedikit.
Variable pokok enyebab konflik adalah perbedaan sumber material yang dimiliki oleh para
pelaku. Para pelaku ini bersumber material yang dimiliki berusaha untuk menguasai pelaku
lain yang bersumber material lebih lemah. Keempat, Collins melihat bahwa semua grup
dengan sumber dan tenaganya bisa memaksakan sistem ide mereka kepada seluruh
masyarakat. Dan yang kelima, Collins memiliki saran atau menyarankan untuk para ahli
sosiologi semestinya tidak berteori secara sederhana tentang stratification, tetapi semestinya
mempelajari hal tersebut secara keseluruhan, jika mungkin dengan metode dan lapangan yang
berbeda, percobaan mesti diruuskan dan diuji melalui studi program yang berbeda, para ahli
sosiologi mesti mencari penyebab dari apa yang telah terjadi dari fenomena sosial, khususnya
penyebab dari bermacam – macam bentuk perilaku sosial.
Collins telah memberikan penjelasannya tentang terjadinya hubungan konflik dalam
kehidupan sosial, terutama pada hubungan jenis kelamin dan hubungan antara kelompok
umur. Dia mengambil contoh pada lingkup keluarga. Keluarga adalah arena konflik seksual
dimana laki – laki menjadi pemenang dan wanita didominasi oleh laki – laki. Hubungan
antara kelompok umur secara khusus antara yang muda dengan yang tua juga sebagai
penyebab konflik. Collins memandang penyebab konflik itu adalah perbedaan sumber yang
dimiliki berbagai kelompok umur. Orang dewasa mempunyai bermacam sumber termasuk
didalamnya adalah pengalaman, kekuatan, dan kemampuan memuaskan kebutuhan fisik dari
yang muda. Secara daya tarik berlawanan, salahsatu sumber dari orang muda yang dimiliki
adalah daya Tarik secara fisik. Dengan demikian, karena kelompok umur yang lebih tua
mempunyai sumber yang lebih besar dan banyak daripada kelompok muda, berarti anak
muda didominasi oleh orang dewasa.
Collins sadar bahwa ilmu sosiologi tidak berhasil pada tingkat mikro, karena teori
konflik tidak bisa di dilakukan tanpa analisis pada tingkat masyarakat. Kontribusi Collins
datang bersamaan dengan berkembangnya kontribusi empiris dari Garfinkel, Sacles, dan
schegloff. Teori – teori itu sebenarnya terpusat pada tingkatan makro.
Collins melihat teori Marxian sebagai inti permulaan teori konflik, tetapi dia melihat
sebagai struktur fungsional sebagai ide secara mendalam, ini sebuah ciri ingin
menghindarinya. Teori konflik dari Collins ini ada pengaruh sedikit oleh Marx, tetapi lebih
banyak dipengaruhi oleh Weber dan Durkhrim.
Teori Marxian dan struktur fungsional yang ditempatkan Collins dalam memilih dan
memutuskan bahwa pada tingkat status sosial merupakan sebuah institusional, yaitu
paradigma fakta sosial. Meskipun demikian, teori konflik ini dibangun dalam rangka
menentang secara langsung teori – teori struktural fungsional sehingga pola pikir dalam
berbagai proporsi yang ditawarkan oleh keduanya saling bertentangan. Untuk lebih jelas
mengenai beberapa hal yang bertentangan dari kedua teori ini diantara lain adalah yang
pertama, menurut teori fungsional, struktural masyarakat berada dalam kondisi statis atau
lebih tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan, sedangkan dalam teori konflik justru
sebaliknya, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh
pertentangan yang terus menerus diantara unsurnya. Kedua, dalam teori fungsional struktural
setiap elemen atau setiap institusi dianggap memberikan dukungan terhadap stabilitas,
sedangkan teori konflik melihat bahwa setiap elemen memberikan sumbangan terhadap
disintegrasi sosial. Ketiga, teori fungsional struktural melihat anggota masyarakat terlihat
secara informal oleh norma – norma, nilai – nilai, dan moralitas umum. Adapun teori konflik
menilai keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan oleh adanya
tekanan atau paksaan dari golongan yang sedang berkuasa.
Konsep sentral teori ini adalah kekuasaan dan wewenang. Menurut teori ini kekuasaan
dan wewenang menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap
struktur. Menurut Ritzer, ini teori konflik adalah distribusi kekyuasaan dan wewenang secara
tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik sosial yang sistematis.
Perbedaan wewenang diantara individu dalam masyarakat itulah yang harus menjadi
perhatian utama para sosiolog. Struktur yang sebenarnya dari konflik harus diperhatikan
dalam peranan sosial. Tugas utama untuk menganalisis konflik adalah mengidentifikasi
berbagai peranan dan kekuasaan dalam masyarakat.
Dalam berbagai pembahasan didalam teori konflik, konsep – konsep kepentingan
laten, kepentingan manifes, kelompok semu, kelompok kepentingan, posisi dan wewenang
merupakan unsur – unsur dasar yang dapat menjelaskan bentuk – bentuk konflik yang terjadi.
Di samping itu, konflik juga dapat mendorong perubahan dan pembangunan. Sekanjutnya,
dijelaskan bahwa dalam situasi konflik melakukan tindakan – tindakan khususnya golongan
yang dikuasai melakukan perubahan dalam struktur sosial. Apabila konflik terjadi secara
hebat, maka perubahan yang timbul akan bersifat radikal. Demikian pula apabila konflik
disertai dengan kekerasan maka perubahan kekerasan akan secara cepat.
Fungsi konflik ada tiga, diantaranya yang pertama adalah sebagai alat untuk
memelihara solidaritas. Kedua, membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain.
Dan yang ketiga, mengaktifan peran individu yang semula terisolasi.
Konflik akan terjadi apabila kedia keadaan terjadi secara bersamaan, yaitu yang
pertama, keadaan dimana suatu kelompok mengalami pengakuan status yang rendah dan
tidak mendapatkan kesempatan kesempatan untuk masuk kedalam jaringan sosial yang
rendah dan tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk kedalam jaringan sosial yang dinilai
penting. Kedua, keadaan dimana suatu kelompok mempunyai lapangan sumber institusional
yang besar jika dibandingkan dengan kelompok lain, meskipun berada dalam masyarakat
yang mempunyai tingkatan sistem yang sama. Ketiga, intensitas konflik ( semakin
terdiferensiasi pembagian pekerjaan semakin terpusat usaha mengambilan keputusan ), sebab
di dalam konflik yang intens dengan diferensiasi yang tidak kompleks akan semakin mudah
perubahan struktur terjadi, semakin tinggi pula derajat solidaritas konfliknya.
Collins mengemukakan bahwa mikrososiologi melibatkan analisis terperinci
mengenai apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam melakukan
pengamatan yang sebentar, sedangkan makrososiologi melibatkan analisis proses sosial yang
mempunyai skala besar dan berjangka panjang. Masih menurut Collins juga telah
menetapkan dua landasan untuk mengatakan perbedaannya antara mikrososiologi dengan
makrososiologi, yakni dengan melihat faktor waktu dan ruang. Dalam skala ruang, Collins
mengatakan bahwa pokok pembahasan dari sosiologi dapat berkisar yang dimulai dari
seseorang, kelompok kecil, kerumunan, atau organisasi, komunitas hingga ke kalangan
komunitas masyarakat teritorial. Sedangkan mikrososiologi menurutnya lebih memfokuskan
pada seseorang dan juga ruang lingkup atau kelompok kecil, tapi kalau makrososiologi nya
lebih kepada kalangan atau pengelompokan yang lebih besar seperti organisasi, komunitas
dan masyarakat teritorial 9 dalam Kamanto, 2005 ).
Jika kita melihatnya dengan menggunakan skala ruang dan waktu yang telah
dikatakan oleh Collins ( 1981 ), kita akan menemukan bahwa baik dari segi ruang atau waktu
dalam ruang lingkup mesososiologi yang lebih terbatas ketimbang dari makrososiologi.
Randall Collins (Ritzer, 2005: 160), mengatakan bahwa kontribusi terpenting dari
teori konflik adalah penambahan analisis dari teori di tingkat mikro ke tingkat makro. Dia
mencoba menunjukkannya bahwa stratifikasi dan organisasi berdasarkan atas interaksi
kehidupan sehari-hari. dia berkata bahwa konflik adalah proses sentral kehidupan sosial.
Karena akar teoretisnya, Collins mendekati konflik dari sudut pandang individu dalam
fenomenologi dan etnometodologi sementara ahli teori lainnya memulai dan bertahan untuk
menganalisis pada tingkat sosial. Meskipun Collins lebih menyukai teori skala kecil dan pada
tingkat individu, dia menyadari bahwa sosiologi saja tidak akan berhasil hanya didasarkan
pada analisis tingkat mikro. Teori konflik tidak dapat berbuat apa-apa tanpa analisis pada
tingkat masyarakat. Meskipun sebagian besar ahli teori konflik percaya pada struktur ini
adalah (di luar) aktor - dan memaksanya. Collins cenderung melihat Struktur sosial tidak
lepas dari aktor-aktor yang membangunnya dan yang menjadi panutan Interaksi merupakan
inti dari struktur sosial. Ia lebih melihat struktur sosial.
Pola interaktif dan bukan entitas eksternal dan menarik. Collins memilih tengah
Perhatian terhadap stratifikasi sosial karena stratifikasi sosial merupakan institusi yang
menyentuh. Dengan begitu banyak aspek atau ciri kehidupan seperti kekayaan, politik, karier,
keluarga, klub, komunitas, dan gaya hidup.
Dalam pendekatan konflik stratifikasi, Collins yang berangkat dari beberapa asumsi.
Orang-orang dianggap bersifat sosial (sociable) tetapi juga mudah berkonflik dalam
hubungan interpersonal sosial mereka. Konflik dapat muncul dalam hubungan sosial “melalui
konsumsi”. Kekerasan” yang selalu dapat digunakan oleh seseorang atau banyak orang dalam
suatu lingkungan sosial. Dia percaya bahwa orang mencoba memaksimalkan "status
subjektif" mereka dan Kemampuan untuk melakukannya tergantung pada sarana dan sumber
daya mereka kekuatan orang lain dengan siapa mereka berinteraksi. Dia melihat bahwa orang
memiliki kepentingannya sendiri. Sehingga adanya benturan – benturan akan mungkin terjadi
yang disebabkan oleh adanya kepentingan – kepentingan tersebut yang pada dasarnya saling
bertentangan.
Collins (Ritzer, 2005:162-164), juga mengembangkan lima prinsip analisis konflik
diterapkan pada stratifikasi sosial, meskipun ia percaya bahwa Lima Prinsip bisa aplikasi di
semua bidang kehidupan sosial. Pertama, teori konflik harus fokus gaya memperhatikan
kehidupan nyata daripada desain abstrak.
Analisis material Marxis bukan gaya abstraksi fungsionalisme struktural. Dalam hal
ini, Collins tidak berpikir bahwa seseorang sepenuhnya rasional. Ini mengakui bahwa orang-
orang rentan tangisan emosional untuk mencari kepuasan. Kedua, teori konflik Pertama,
urutan materi yang memengaruhi interaksi harus dipertimbangkan dengan cermat. Meskipun
aktor dapat dipengaruhi oleh faktor material, tidak semua aktor demikian dapat memiliki efek
yang sama. Variabel utama adalah sumber daya khusus aktor lain. Ketiga, kelompok dominan
dalam situasi ketimpangan Sumber daya cenderung berusaha mengeksploitasi mereka yang
sumber dayanya terbatas. Keempat, perlu melihat fenomena budaya seperti kepercayaan dan
pemikiran dari sudut pandang mereka sendiri. kepentingan, sumber daya dan kekuasaan.
Kelima, penelitian ilmiah harus dilakukan stratifikasi dan semua aspek kehidupan lainnya.
Konflik alternatif Randall Collins fokus pada stratifikasi sosial, yaitu sebuah institusi
yang menyentuh beberapa ciri-ciri kehidupan, meliputi kesehatan, politik, karir, keluarga,
club, komunitas, gaya hidup, dan lainnya. Ia juga mengatakan bahwa perselisihan relatif
jarang terjadi, apalagi perusakan fisik. Kondisi yang terjadi sebenarnya hanya manuver untuk
memisahkan hubungan organisasi. Pemisahan hubungan organisasi ini karena adanya
perselisihan atau adanya saling tarik menarik kekuasaan antar individu dalam organisasi
tersebut. Teori konflik sama sekali tidak meninggalkan teori solidaritas sosial, cita-cita sosial,
sentimen sosial, dan perasaan.

Ia berpendapat bahwa kekuasaan, otoritas atau pengaruh merupakan sifat dari suatu
proses interaksional, bukan merupakan sifat dari kepribadian individu. Menurutnya mengenai
karyanya yang lebih awal, sumbangan utamanya kepada teori konflik adalah menambahkan
suatu level mikro kepada teori-teori level makro tersebut. Khususnya, Ia berusaha
menunjukkan bahwa startifikasi dan organisasi didasarkan pada interaksi-interaksi kehidupan
sehari-hari.

Randall Collins menjelaskan bahwa fokusnya pada konflik tidak bersifat ideologis,
dimana Ia tidak mulai dengan pandangan politis, bahwa konflik itu baik atau buruk. Tetapi,
lebih kepada, Ia menjelaskan memilih konflik sebagai fokus berdasarkan alasan realistis,
konflik mungkin adalah proses sentral dalam kehidupan sosial. Tidak seperti orang-orang
lain yang mulai dan menetapkan di level masyarakat, Ia mendekati konflik dari suatu sudut
pandang individu karena akar-akar teoritisnya terletak di dalam fenomenologi dan
etnometodologi.

Memang, Ia lebih menyukai teori-teori pada level individual dan berskala kecil. Menurutnya,
bahwa sosiologi tidak dapat berhasil pada level mikro saja, teori konflik tidak dapat
dilaksanakan tanpa level analisis masyarakat. Randall Collins mengarahkan analisisnya pada
konflik struktural (Makro) pada level individual (Mikro). Interaksi Sosial yang terjadi di
masyarakat tersusun dalam sistem stratifikasi dan organisasi sosial tertentu.

Menurut Randall Collins, organisasi merupakan sebuah arena konflik. Konflik antar
suatu organisasi dengan organisasi lain ataupun konflik di dalam organisasi itu sendiri.

Interaksi sosial yang dilakukan oleh individu berkaitan dengan adanya kepentingan,
kekuasaan, kekayaan, status sosial, yang masing-masing ingin dicapai oleh individu dalam
organisasi sosial tersebut. Hal inilah yang menjadi konflik sosial itu ada antar individu dalam
organisasi, yaitu adanya perebutan kepentingan yang juga adanya paksaan dari yang berkuasa
pada saat itu dan berkuasa atas yang dikuasi.

Perselisihan yang ada pada organisasi, baik antar organisasi maupun antar individu
yang ada dalam organisasi tersebut. Disinilah terjadinya kerusakan ikatan emosianal antar
individu dan organisasi, karena adanya manuver yang bisa saja menentang aturan-aturan atau
silang pendapat dengan individu yang lainnya. Terbukti bahwa, konflik yang ada tidak
menimbulkan kerusakan secara fisik, melainkan hanya terjadi kerusakan hubungan sosial
atau ikatan emosial saja. Contohnya bisa kita lihat pada organisasi politik (partai politik),
organisasi masyarakat lainnya, organisasi keagamaan, dan lainnya. Disitu tidak bisa
dihindarkan kepentingan dan perebutan kekuasaan terjadi sehingga konflik tidak bisa
dihindarkan, pasti akan terjadi antar individu. Itulah terjadi karena adanya ego emosinal yang
dimiliki oleh individu yang meninginkan dirinya untuk berada pada otoritas tertinggi dalam
organisasi tersebut.

Bisa dilihat, contoh kasusnya pada organisasi politik, akhirnya berlomba-lomba untuk
mendirikan partai politik, karena adanya ketidakpahaman atau kepentingan untuk berkuasa
oleh individu terkait, yang mana sesama pendiri partai, sesama anggota saling konflik. Dari
sinilah bisa melihat bagaimana manuver-manuver individu itu terjadi untuk memberikan
pengaruh atas otoritas yang ingin dicapainnya, seperti menjadi ketua umum.

Randall Collins membagi sosiologi ke dalam empat tradisi besar yaitu tradisi konflik,
yang beberapa poin utamanya dikemukakan oleh Karl Marx sebagai tokoh utama tradisi
konflik; Tradisi rasional/utilitarian, tradisi ini sangat memiliki kedekatan dan berhubungan
dengan disiplin ekonomi. Pada akhir tahun 1800an utilitarianism tidak banyak digunakan dan
ekonomi lebih diprofesionalkan sampai pada tahun 1950an ketika sosiolog mulai
memformulasikan teori yang dikenal dengan teori pertukaran sosial. Di bidang lain seperti
politik, filsafat, dan beberapa ahli ekonomi memilih pendekatan ini untuk mengaplikasikan di
bidang yang mereka tekuni pada tahun 1970an dan 1980an, paham ini berkembang luas dan
biasa disebut sebagai "pilihan rasional" dan ada beberapa yang menyebut" tindakan rasional",
di bidang orientasi kebijakan menyebutnya "pilihan publik" teori. Randall sendiri
menggunakan istilah utilitarian untuk menyebut tradisi ini.

Tradisi Durkheim. Collin membagi Tradisi Pemikiran Durkheim dalam dua


pandangan yang berhubungan dengan penekanan makro atau mikro. Pendahulunya sebagian
besar adalah sosiologis makro, seperti Montesqueau, Comte, dan Spencer. Durkheim sendiri
menambahkan mikroaplikasi melalui Teori Ritual. Oleh karena itu, pemikiran Durkheim ada
dua pandangan, yang satu dari level teori makro tentang pembagian kerja dan struktur sosial
secara umum dan merujuk pada Talcot Parson dan para Fungsionalis seperti Bourdieu dengan
Teori Kapital Kultural. Pandangan lainnya dari para pengikutnya (Durkheim) dan
menemukan aplikasi yang modern atas teori mikro melalui para sosiologis seperti Erving
Goffman dan Basil Bernstein.
Sumber :
Irawan, I.B ( 2012 )Teori – Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma ( Fakta Sosial, Definisi
Sosial, dan Perilaku sosial ). Jakarta: Kencana.
Sunarto, Kamanto ( 2005 ) Pengantar Sosiologi. Jakarta : Universitas Indonesia Publishing.
Windiyarti, dara. ( 2013 ) Konflik Sosial dalam Novel Tiba – Tiba Malam Karya Putu
Wijaya: Kajian Sosiologis. Sidoarjo : SEMIOTIKA, 14(1), 2013:55–67
Suwaryo, Utang. Pengantar Sosiologi Pemerintahan
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM442703-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai