Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :

IWAN SETIAWAN FIKRI


NIM. 2021030003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )


YAHYA BIMA
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Makalah Model Konsep Asuhan Keperawatan

Komunitas.

Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan nilai individu sesuai dengan

perjanjian yang tertulis dalam selabus dan memenuhi nilai standar SKS yang diambil oleh setiap mahasiwa dan

mahasiswi Program Khusus yang menempuh pendidikan di STIKES YAHYA BIMA.

Penulis mengaku masih terbatasnya kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki. Penyelesaian

makalah ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, masukan, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Bima, Agustus 2022

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................................ iii


BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1. 3.Tujuan ....................................................................................................... 1
2. BAB 2 TINJAUAN TEORI ........................................................................ 3
3. 1.Proses Asuhan Keperawatan Komunita .................................................... 3
2.2.Pengkajian ................................................................................................. 3

2.3.Diagnosa Keperawatan...........................................................................’’ 14

2.4.Perencanaan............................................................................................ 17

2.5.Pelaksanaan ............................................................................................ 23

2.6.Evaluasi .................................................................................................. 25

BAB 3 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Komunitas merupakan suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan


dalam kelompok – kelompok dengan kepentingan bersama, baik yang bersifat
fungsional maupun yang mempunyai terrirorial (Deden, 2012).
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan sosial. Suatu bidang dalam bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta masyarakat (Deden, 2012).
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin.
Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus,
saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan
sebagai proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
(Deden, 2012).
1.2.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses asuhan keperawatan komunitas?


2. Bagaimana pengkajian dalam asuhan keperawatan komunitas?
3. Bagaimana diagnose keperawatan dalam asuhan keperawatan komunitas?
4. Bagaimana intervensi dalam asuhan keperawatan komunitas?
5. Bagaimana implementasi dalam asuhan keperawatan komnitas?
6. Bagaimana evaluasi yang benar dalam asuhan keperawatan komunitas?
1.3.Tujuan

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu memahami proses penyusunan asuhan keperawatan dalam


keperawatan komunitas
2. Mampu menjelaskan dan membuat pengkajian asuhan keperawatan dalam
keperawatan komunitas
2

3. Mampu membuat diagnose keperawatan dalam asuhan keperawatan komunitas


4. Mampu menyusun intervensi dalam asuhan keperawatan komunitas komunitas
5. Mampu memahami pembuatan implementasi dalam asuhan keperawatan
6. Mampu memahami dan menyusun evaluasi dalam asuhan keperawatan
komunitas
3

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1.Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat, perawat
kesehatan komunitas juga menggunaan pendekatan proses keperawatan. Proses
keperawatan tersebut terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Selama dalam proses keperawatan, terjadilah interaksi
antara klien dengan perawat yang diharapkan dapat terjadi dengan baik, dinamis,
dan selalu menggunakan komunikasi yang efektif (Ketut, 2016).
2.2.Pengkajian
Merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau kelompok yang menyangkut
permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu: a. pengumpulan data,
b. pengolahan data, c. analisis data, d. perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan e. prioritas masalah (Deden, 2012).
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama yaitu
inti komunitas (core) dan delapan subsisteem yang melengkapinya inti komunitas
menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic,
sejarah komunitas, nilai dan kenyakinan serta riwayat komunitas, sedangkan
delapan subsistem lainnya meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, dan
transportasi politik di pemerintah pelayanan kesehatan dan social, komunikasi,
ekonomi (Komang, 2011).
a. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang memengaruhinya (Deden, 2012).

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:


1) Data Inti

a) Riwayat atau sejarag perkembangan komunitas


4

Uraikan mengenai lokasi, luas wilayah, iklim, tipe komunitas,


keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas (Deden, 2012).
b) Data Demografi
Kaji jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status
perkawinan, ras/suku, Bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan komposisi keluarga (Deden, 2012).
c) Vital Statistik
Jabaran atau uraian data tentang : angka kematian kasar atau CDR,
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran
(Deden, 2012).
d) Status kesehatan komunitas
Dapat dilihat dari : angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR,
Cakupan imunisasi, status kesehatan kelompok berdasarkan
kelompok umur : Bayi, Balita, Usia Sekolah, Remaja, dan Lansia,
kelompok khusus di masyarakat : Ibu Hamil, Pekerja Industri,
Kelompok Penyakit Kronis, Penyakit Menular (Deden, 2012).

Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini


:
a) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
b) Tanda – tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi Rate.
Suhu Tubuh.

c) Kejadian Penyakit (dalam satu tahun terakhir) :


(1) ISPA, Astma, TBC Paru
(2) Penyakit kulit
(3) Penyakit mata
(4) Penyakit rheumatic
(5) Penyakit jantung
(6) Penyakit gangguan jiwa
(7) Kelumpuhan
(8) Penyakit menahun lainnya
d) Riwayat penyakit keluarga
5

e) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari


(1) Pola pemenuhan nutrisi
(2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
(3) Pola istrahat tidur
(4) Pola eliminasi
(5) Pola aktivitas gerak
(6) Pola pemenuhan kebersihan diri
(7) Status psikososial
(a) Komunikasi dengan sumber – sumber kesehatan
(b) Hubungan dengan orang lain
(c) Peran di masyarakat
(d) Kesedihan yang dirasakan
(e) Stabilitas emosi
(f) Penelantaran anak atau lansia
(g) Perlakuan yang salah dalam kelompok (perilaku
tindakan kekerasan)
(8) Status pertumbuhan dan perkembangan
(a) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
(b) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan
kesehatan
(c) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok,
minum kopi yang berlebihan, mengonsumsi alcohol,
penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat
terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak, dan purin
(Deden, 2012).

2) Data Lingkungan Fisik


a) Pemukiman
(1) Luas bangunan
(2) Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilium
(3) Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen
(4) Atap rumah : genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
(5) Dinding : tembok, kayu, bamboo, atau lainnya (sebutkan)
6

(6) Lantai : semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya


(sebutkan)

(7) Ventilasi : kurang atau lebih dari 15020% dari luas lantai
(8) Pencahayaan : kurang/baik
(9) Penerangan : kurang/baik
(10)Kebersihan : kurang/baik
(11)Pengaturan ruangan dan perabotan : kurang/baik
(12)Kelengkapan alat rumah tangga : kurang/baik
b) Sanitasi
(1) Penyediaan air bersih (MCK)
(2) Penyediaan air minum
(3) Pengelolaan jamban : bagaiman jenisnya, berapa jumlahnya
dan bagaimana jaraknya dengan sumber air bersih
(4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
(5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana untuk tempat
pembuangan sampah, bagaimana pengelolaannya: dibakar,
ditimbun, atau cara lainnya sebutkan.
(6) Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan
(7) Sumber polusi: pabrik, rumah tangga, industry lainnya sebutkan
c) Fasilitas
d) Batas – batas wilayah
e) Kondisi geografis
3) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a) Pelayanan kesehatan
(1) Lokasi sarana kesehatan
(2) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader)
(3) Jumlah kunjungan
(4) System rujukan
b) Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)
(1) Lokasi
(2) Kepemilikan
(3) Kecukupan
7

4) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia
5) Keamanan dan Transportasi
a) Keamanan
(1) Sistem keamanan lingkungan
(2) Penanggulangan kebakaran
(3) Penanggulangan bencana
(4) Penanggulangan polusi, udara, air, dan tanah
b) Transportasi
(1) Kondisi jalan
(2) Jenis transportasi yang dimiliki
(3) Sarana transportasi yang ada
6) Politik dan Keamanan
a) System pengprganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7) System Komunikasi
a) Sarana untuk komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal)
(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c) Jenis Bahasa yang digunakan
9) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
8

b) Fasilitas tempat rekreasi


Jenis Data
1) Data Subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkap secara
langsung melalui lisan.
2) Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukur.
Tabel 1.1. Kisi – kisi instrument pengkajian komunitas (Komang, 2011).
Sub Variabel Item Pertanyaan Sumber Data
No Variabel Strategi
1 Core demografi Nama Data primer Kuesioner
Usia Jenis
kelamin

2 Lingkungan fisik
3 pendidikan
4 komunikasi
5 Layanan kesehatan

6 Keamanan dan
transportasi
7 Ekonomi
8 Politik dan
pemerintahan
9 Rekreasi
Sumber Data

1) Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh penglaji dalam hal ini mahasiswa atau
tenaga kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengakajian (Deden,
2012).
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya:
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record
(Deden, 2012).
Cara Pengumpulan Data
9

1) Wawancara atau anamnesa


Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk
tanya jawab antara perawat dengan klien atau keluarga pasien,
masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan
pasien (Deden, 2012).
Sebelum terjun kemasyarakat instrument pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrumen yang perlu
dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat
antara lain kuesioner pendoman wawancara dan pedoman observatif
untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina
rasa percaya (trust) dengan perawatan diperlukan kontak yang lama
dengan komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar
persetujuan (informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan
atau cap jempol setiap akan melakukan tindakan yang membutuhkan
persetujuan komunitas. Informed consent juga mencantumkan
jaminam kerahasiaan terhadap isi persetujuan dan pendapat yang telah
disampaikan. Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh
yang munguasai program (Komang, 2011).

2) Pengamatan
Dilakukan meliputi aspek fisik, psikologi, perilaku dan sikap dalam
rangka menegakkan diagnosis keperawatan (Deden, 2012).
3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnose keperawatan dengan cara :
I (Inspeksi) : Melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau
keluarga yang sakit
P (Palpasi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba
pada bagian tubuh yang mengalami gangguan A (Auskultasi) :
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi
pada bagian tubuh tertentu
10

P (Perkusi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk


jari telunjuk atau reflex hammer pada bagian tubuh tertentu (Deden,
2012).
4) Windshield Survey
Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan dilingkungan
komunitas untuk menemukan gambaran tentang kondisi dan situasi
yang terjadi dikomunitas lingkungan sekitar komunitas, kehidupan
komunitas dan karakteristik penduduk yang temui dijalan saat survey
dilakukan (Komang, 2011).
5) Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan
berapa lama observasi akan dilakukan apa dimana waktu dan tempat
komunitas yang akan diobservasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan
menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu
kemudian catat semua yang terjadi dengan tambahan penggunaan
kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut
aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan dikomunitas.
Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas norma nilai
kekuatan dan proses pemecahan masaah dikomunitas (Komang, 2011).
6) Focus Group Discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran
mengenai satu topic melalui proses diskusi kelompok berdasarkan
pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu situasi/produk
tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi
terhadap sesuatu misalnya pelayanan dan tidak mencari konsesus serta
tidak mengambil keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan
peserta FGD terdiri atas 6-12orang harus homogeny dikelompokkan
berdasarkan kesaman jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi
(pendidikan, suku, status perkawinan, dsb) lama diskusi maksimal 2jam
(Komang, 2011).
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas
seperti kuisoner pedoman wawancara, pedoman observasi atau
11

windshield survey, kisi-kisi instrument pengkajian sebaiknya dibuat


terlebih dahulu agar data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada
komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang digunakan lebih
efektif dan efisien (Komang, 2011).
b. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan
cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategorisasi data
a) Karakter demografi
b) Karakter geografi
c) Karakter sosial ekonomi
d) Sumber dan pelayanan kesehatan
2) Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimilikii sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan
analisa data:
1) Menetapkan kebutuhan komunitas
2) Menetapkan kekuatan
3) Mengidentifikasi pola respon komunitas
4) Mengidetifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan Tabel
1.2. Format analisis data komunitas (Komang, 2011).
Data Diagnosis keperawatan komunitas
• Insiden TB dalam 6 bulan  Tingginya angka TB di wilayah… yang
terakhir…….. berhubungan dengan tidak
• ….%proporsi penduduk adekuatnya penggunaan fasilitas
dengan kasus TB layanan kesehatan untuk
• Status imunisasi balita….. penanggulangan TB dan keterbatasan
• Ventilasi udara dalam kulitas sarana pelayanan TB.
rumah….%
• Riwayat/frekuensi batuk pada
seluruh anggota keluarga…%
12

• Riwayat batuk lama(lebih 3


bulan)…..%
• …%keluarga belum
memanfaatkan layanan
kesehatan.
• …%pengetahuan keluarga
tentang TB masih rendah.
• 91% remaja mengalami Risiko meningkatnya kejadian
keputihan. infertilisasi pada agregat remaja
• 40% remaja yang mengalami diwilayah…. Yang berhubungan
keputihan menderita gatal. dengan tingginya kejadian gangguan
• Upaya yang dilkaukanremaja organ reproduksi remaja dan
dalam mengatasi keputihan 83% kurangnya kebiasaan perawatan
didiamkan saja. organ reproduksi remaja.
• 55% remaja memiliki
kemampuan tentang kesehatan
reproduksi yang masih rendah.
• 40,8% remaja memiliki
pengetahuan terkait kebiasaan
hygiene personal kesehatan
reproduksi yang masih

rendah.

d. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan Berdasarkan analisa


data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
masyarakat, sekaligus dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi
(Deden, 2012).
e. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya :
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalsh untuk diatasi
5) Tersedianya sumber daya masyarakat
6) Aspek politik
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan
menurut Abraham H. Maslow, yaitu :
13

1) Keadaan yang mengancam kehidupan


2) Keadaan yyang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan (Deden, 2012).
Tabel 1.3. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas RW….
Kelurahan….. (Komang, 2011)
Masalah keperawatan A B C D E F G H Total
Risiko meningkatnya kejadian 2 3 2 5 2 3 2 2 21
intertilitas pada agregat remaja.
Kurangnya kebiasaan hygiene 3 4 3 3 3 3 3 3 25
personal
Keterangan : Pembobotan :

A. risiko keparahan 1.Sangat rendah


B. minat masyarakat 2.rendah
C. kemungkinan diatasi 3.cukup
D. waktu 4.tinggi
E. dana 5.sangat tinggi
F. fasilitas
G. Sumber daya
H. Tempat
2.3.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Jadi, diagnosis keperawatan adalah sutau pernyataan yang
jelas, padat dan pasti tentang kasus dan masalah kesehatan pasien yang dapat
diatasii dengan tindakan keperawatan. Diagnos akeperawatan mengandung
komponen utama, yaitu :
a. (P) Problem (masalah) : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b. (E) Etiologi (penyebab) : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadapp intervensi keperawatan,
yang meliputi :
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologi dan sosial
3) Interaksi perilaku dan lingkungan
14

c. (S) Sign atau Siymptom (tanda atau gejala) : informasi yang diperlukan untuk
merumuskan diagnose, serangkaian petunjuk timbulnya masalah (Deden, 2012).
Menurut Komang (2011) Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan
jenis diagnosis sebagai berikut :
1. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera atau wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptive. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari komponen
problem(P) saja, tanpa kom[ponen etiologi (E).
Contoh diagnosis sejahtera atau wellness :

Potensial peningkatan tumbuh kembang balita di RT 05 RW 01 desa X


kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (kota 95%),80% berat
badan balita di atas garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA,
cakupan posyandu 95%.

2. Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan,


tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan
timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas risiko
terdiri atas problem (P)., etiologi (E), dan symptom/sign (S). Contoh diagnosis
resiko :
Risiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05 RW 01 desa X
kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif
ditandai dengan pernah terjadi perkelahian antar RT, kegiatan gotong-royong
dan silaturahmi rutin RW jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait
kesehatan jiwa belum pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul
dengan melakukan kegiatan yang tidak positif, seperti berjudi.
3. Diagnosis actual/gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan atau masalah
kesehatan di komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptif.
Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual terdiri atas problem(P),
etiologi (E), dan symptom/sign (S).
Contoh diagnosis actual :

Gangguan atau masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang


berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene personal, ditandai
15

dengan 92% remaja megatakan mengalami keputihan patologis, upaya yang


dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja, 92%
remaja mengatakan belum pernah memperoleh informasi kesehatan
reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan dengan
tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk
penanggulangan diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan,
prioritas masalah kesehatan komunitas yang ada perlu ditetapkan bersama
masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya
mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat berdasarkan kategori dapat
diatasi, kemudahan, dan kekhususan, mengingat banyaknya masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Penentuan prioritas masalah keperawatan
komunitas dapat dilakukan melalui metode berikut.
1. Paper and pencil tool (Ervin, 2002 dalam Komang, 2011)
Contoh penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas
menggunakan metode paper and pencil tool tertera dalam table 3.3)
2. Skoring diagnosis keperawatan komunitas (Depkes, 2003 dalam Komang,
2011)
Contoh penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas
menggunakan metode skoring diagnosis keperawatan komunitas tertera
dalam table 1
Tabel 1.4. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas RW….

Kelurahan…. (Komang, 2011)


Kemungkinan Peningkatan
Pentingnya masalah perubahan positif terhadap
untuk dipecahkan : jika diatasi : 0 kualitas hidup
Masalah 1 Rendah tidak ada bila diatasi : 0 TOTAL
2 Sedang 1 rendah tidak ada
3 tinggi 2 sedang 1 rendah
3 tinggi 2 sedang
Risiko 3 3 3 9
meningkatnya
kejadan
intertilitas pada
agregat remaja.
16

Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan
hygiene
personal

Jadi menegakkan diagnose keperawatan minimal harus mengandung 2


komponen yakni PES atau PE, disamping mempertimbangkan hal – hal sebagai
berikut :
a. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
b. Sumber dayya uang tersedia dari masyarakat
c. Partisipasi dan peran serta masyarakat
2.4.Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi
perencanaan keperawatan meliputi : a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Berfokus kepada masyarakat


2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistic
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam mencapai tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria yang mecakup:
T = S + P + K.1 + K.2 (S= Subyek, P=Predikat, K.1=Kondisi,

K.2=Kriteria)

Selain itu dalam peumusna tujuan harus memenuhi kriteria :

1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan


2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) Harus SMART (S : Specific, M : Measurable (dapat diukur), A : Attainable
(dapat dicapai), R : Relevant/Realistic (sesuai), T : TimeBound (waktu
tertentu), S : Sustainable (berkelanjutan) (Deden, 2012). Tabel 1.5. Tujuan
asuhan keperawatan komunitas (Komang, 2011)
17

Diagnosis keperawatan
komunitas TUM TUK

Resiko meningkatnya Tidak terjadi gangguan 1. Pengetahuan remaja


kejadian infertilitas infertilitas pada agregat terkait kesehatan
pada agregat remaja remaja putri. reproduksi meningkat
putri di wilayah….. dari ….. % menjadi ….. %
yang berhubungan 2. Menurunnya jumlah
dengan tingginya siswi yang mengalami
kejadian gangguan keputihan dari ….. %

organ reproduksi menjadi ….. %


remaja dan kurangnya 3. Terjadi peningkatan
kebiasaan perawatan perilaku remaja terkait
organ reproduksi kebiasaan perawatan
remaja. organ reproduksi sehari-
hari dari …..% menjadi
….. %
4. Remaja sudah
memanfaatkan layanan
UKS untuk membantu
mengatasi masalah
remaja.
Tingginya angka TB di Meningkatnya 1. Terjadi peninngkatan
wilayah ….. yang kemandirian masyarakat pengetahuan keluarga
berhubungan dengan di ….. dalam tentang penanganan TB
tidak adekuatnya menolong dirinya dari …. % menjadi …..%
penggunaan fasilitas sendiri agar 2. Terjadi peningkatan
layanan kesehatan kualitas sarana
terhindar dari
untuk kesehatan untuk
penyebaran TB.
penanggulangan TB penanggulangan TB
dan keterbatasan 3. Penemuan kasus TB
kualitas sarana secara mandiri oleh
pelayanan TB. masyarakat

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan langkah-langkah dalam


perencanaan kesehatan masyarakat, adalah :
1) Identifikasi alternative tindakan keperwatan.
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui
kegiatan musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokarya mini.
4) Pertimbangan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
18

5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang


sangat dirasakan oleh masyarakat
6) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistic 8) Disusun secara berurutan Rencana
kegiatan asuhan keperawatan komunitas yang akan dilakukan dan
ditetapkan menggunakan matriks pada table 1.6.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan
secara operasional dalam planning of action (POA) yang disusun dan
disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini masyarakat.
POA disusun dalam matriks pada table 1.7
Tabel 1.6. Rencana Kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas (Komang, 2011)
Diagnosis keperawatan TUM TUK Rencana Kegiatan Evaluasi
komunitas
20

Tabel 1.7. Planning Of Action (POA) (Komang, 2011)


Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Sumber Data Media PJ
Keperawatan

21
21

c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan


Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut :
1) Menggunakan kata kerja yang tepat
2) Dapat dimodifikasi
3) Bersifat spesifik
a) Siapa yang melakukan?
b) Apa yang dilakukan?
c) Dimana dilakukan?
d) Kapan dilakukan?
e) Bagaimana melalukan?
f) Frekuensi melakukan?
Contoh Kasus :

Mahasiswa AKPER Sukoharjo melaksanakan praktek keperawatan komunitas


di desa kemasan Sukoharjo membuat jamban umum melalui swadaya
masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan.
Dari contoh diatas, maka rencana tindakan yang akan dibuat, adalah :

a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topic :


“Pentingnya jamban bagi kesehatan masyarakat”, sebanyak 4 kali sesuai
dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di balai desa)
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik
formal maupun informal untuk menggalang dukungan.
c. Mahasiswa melibatkan partisifasi dan peran serta masyarakat dalam
menggalang dana untuk pembuatan jamban umum melalui dana upaya
kesehatan masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran desa.
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh
kepala desa atau masyarakat yang lain.
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun masyarakat informal
menghimbau dan mengajak masyarakat secara gotong royong membangun
jamban umum.
f. Kerjama dengan instansi yang terkait untuk mendapatkan bantuan teknis
pembuatan jamban umum yang memenuhi syarat kesehatan
(tenaga sanitarian)
22

2.5. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi perencanaan asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan kesehatan
masyarakat harus bekerja sama dengan anggota kesehatan lainya. dalam hal ini
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Menurut Deden
(2012) rinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah : a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan yang luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dean berdasarkan iman dan taqwa (IMTAQ)
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan profesi, tim
kesehatan lain, individu, kelompok, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan asa kemitraan.
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapaianya rencana program
yang telah disusun.
d. Mampu dan Mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melakukan asuhan keperawatan secara kompeten.
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin atas kemampuan atau keyakinan
dan kemandirian serta bertindak secara optimis bahwa asuhan keperawatan
yang diberikan akan tercapai.
Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat
memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan
model berubah. Perubahan yang terjadi dimasyarakat sebaiknya dimulai dari
tingkat individu, keluarga, masyarakat dan system di masyarakat. Ada beberapa
model berubah (Ervin, 2002 dalam Komang 2011), yaitu :
1. Model berubah kurt lewin
Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi
nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari:
23

a. Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru imbplementasi


dilakukan, dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk
melakukan perubahan.
b. Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok
c. Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil,
melalui pemantauan dan evaluasi
2. Strategi berubah Chin & Benne
Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas
dalam mengkaji status individu, kelompok, dan masyrakat dalam membuat
keputusan untuk berubah dikomunitas, bukan tahap proses berubah. Strategi
ini merupakan strategi untuk melakukan perubahan dikomunitas, bukan tahap
proses berubah. Menurut model ini, untuk melakukan perubahan diperlukan
strategi perubahan, yaitu:
a. Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan
dikomunitas, perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa
besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya perubahan tersebut
dimasyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas
untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan
bahaya merokok melalui media seperti poster, leaflet, modul data
kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat
langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan
terjadi perubahan pada individu.
b. Normative reedukatif, yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan
dengan norma yang ada di masyarakat.
c. Power coercive, yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik
politik maupun sanksi ekonomi, misalnya sanksi terhadap perokok yang
merokok ditempat umum berupa benda atau kurungan.

3. First order and second order change


Menurut model ini. First order bertujuan mengubah substansi atau isi
di dalam system, sedangkan pada secong order, perubahan ditunjukkan pada
sistemnya.
Contoh : adanya risiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan
remaha, perawat komunitas perlu mengubah susbtansi yang ada dalam system
24

(first order) seperti membentuk dan melatih kader kesehatan remaja (KKR) di
sekolah dan di masyarakat, melakukan promosi kesehatan kepada siswa, guru,
orangtua dan masyarakat, melakukan dukungan lintas-sektor dan lintas progam
kepada apparat terkait progam melalui jaringan kemitraan, dsb. Selain itu,
diperlukan juga perubahan pada system (second order) termasuk fasilitas yang
ada, seperti penyediaan klinik remaja, revitalisasi UKS disekolah, kebijakan
pemerintah terkait remaja, dsb.
Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok
dan organisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan
dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan partisipasi
dalam kegiatan masyarakat serta aktifitas lain yang berhubungan dengan
penyelesaian masalah. Perubahan di masyarakat dapat dievaluasi melalui
perkembangan koalisi, partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk mencapai
tujuan, dan perubahan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksaanan :

a. Keterpaduan antara : biaya, tenaga, waktu lokasi, sarana dan prasana


layanan kesehatan maupun sector lainya.
b. Keterlibatan kesehatan lainya, kader dan tokoh masyarakat dalam ahli
peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
d. Adanya penyelenggarakan system ruukan baik medis maupun rujukan
kesehatan.
2.6. Evaluasi atau Penelitian.
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Progam evaluasi
dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana progam dan pengambil
kebijakan tentang efektifitas dan efisiensi progam. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi
yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi
masyarakat setempat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi
masalah masyarakat (Komang, 2011).
Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat dan progam apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah media yang
digunakan tepat, ada tidaknya progam perencanaan yang didapat
25

diimplementasikan, apakah progam dapat menjangkau masyarakat, siapa yang


menjadi target sasaran progam, apakah progam yang dilakukan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Progam evaluasi ini dilakukan untuk memastikan apakah
hasil progam sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya progam,
sumber daya, dan waktu pelaksanaan progam yang telah dilakukan (Komang, 2011).
Evaluasi dapat berupa evaluasi strukturm proses, dan hasil. Evaluasi progam
merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses
pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan.
Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan perubahan perilaku masyarakat (Komang, 2011).
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan
balik selama progam berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan
setelah progam selesai dan mendapatkan informasi tentang efektivitas
pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas progam dapat dilakukan dengan
cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan progam. Menurut Komang
(2011) pengukuran efektivitas progam di komunitas dapat dilihat berdasarkan:
1. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara
mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komunitas.
2. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan. Pengukuran
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari detereminan
kesehatan.
3. Pengukuran komunitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur tingkat
keberhasilan pada keluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan
sumber intervensi kegiatan.Evaluasi meuat keberhasilan proses dan
keberhasilan tidakan keperawatan. Keberhasilan dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasian tersebut dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
dirumuskan sebelumnya (Deden, 2012).

BAB 3
26

SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan
Dalam keperawatan komunitas juga diperlukan pendekatan proses keperawatan
pada umumnya yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Perbedaan dari asuhan keperawatan umum dengan
komunitas yakni pada pengkajian. Dimana pada pengkajian komunitas juga perlu
dikaji status demografi, geografi, ekonomi, pendidikan pada komunitas tersebut.
Pada bagian analisa data, masalah dikumpulkan dan di kelompokkan ke dalam
prioritas masalah, sehingga masalah yang paling tinggi nilainya maka akan dijadikan
prioritas masalah. Di lanjutkan dengan intervensi yang disertai dengan Planning of
Action (POA), implementasi, dan evaluasi.
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
27

Achjar, Komang Ayu. 2011. Asuahan Keperawatan Komunitas : teori dan praktik. Jakarta:
EGC.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Swarjana, I Ketut. 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: ANDI.
LEMBAR KONSULTASI
Hari/Tanggal Keterangan Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai