MAKALAH
PANCASILA
Disusun oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
Oktober 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam mata kuliah Pancasila yang
bertemakan “Pengantar Filsafat”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Pengertian Filsafat...........................................................................................6
B. Landasan Ontologis Pancasila.........................................................................7
C. Landasan Epistemologi Pancasila....................................................................9
D. Landasan Aksiologi Pancasila.......................................................................10
E. Pancasila Sistem Filsafat................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Soediman Kartohadiprodjo sebagaimana telah dikutip oleh Sri Soemantri
sebagai berikut: Apakah sebabnya dan apakah artinya kalau ia (maksudnya Ir.
Soekarno) berkata bahwa filsafat Pancasila ini berjiwa kekeluargaan? Ini
disebabkan, karena pertama-tama Pancasila ini untuk pertama kali disajikan
kepada khalayak ramai sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang
kelak akan didirikan. Karena negara itu adalah manusia tiada negara tanpa
manusia, maka filsafat Pancasila ini diterapkan pada kehidupan manusia. Dan
kehidupan manusia yang didasari filsafat Pancasila, jadi Bangsa Indonesia itu
melihatnya sebagai suatu kehidupan kekeluargaan.1
1
Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: Alumni,
1992), hlm. 3.
0
Aceng Rachmat, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 134.
0
Ibid., hlm. 135.
4
Melihat hal demikian tersebut, penyusun tertarik untuk mengulas lebih
detail dan mendalam tentang Pengantar Filsafat Pancasila yang terfokus pada
kajian Filsafat dalam Pancasila. Oleh karena itu, kajian atas bagaimana ideologi
Pancasila ini dapat terbentuk melalui pandangan filssafat yang dirasa sangat
penting, khususnya bagi generasi mendatang untuk dapat dijadikan motivasi
sekaligus inspirasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah untuk
dibahas dalam makalah ini, yaitu:
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologi (kebahasaan), kata filsafat merupakan serapan dari
bahasa Yunani: “Philosophia”, berasal dari kata kerja “filosofein” yang berarti
mencintai kebijaksanaan. Philoshophia berasal dari gabungan kata “Philein” yang
berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan.0
0
Ali Muhdi, dkk, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai Pemandu Reformasi,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012), hlm. 240.
0
Loekisno Chairil Warsito, dkk, Pengantar Filsafat, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Press, 2012), hlm. 8.
0
Muhammad Sholikhin, Filsafat dan Metafisika Dalam Islam, (Yogyakarta: Narasi,
2008), hlm. 152.
0
A. Sonny Keraf & Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis,
(Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 14.
6
batas. Filsafat tidak menyelidiki dari satu sisi saja, namun filsafat juga
menyelediki dari berbagai sisi yang menarik perhatian manusia.0
Filsafat adalah kegiatan bertanya dan mencari terus tanpa kenal lelah.
Filsafat tidak tidak membuat memperoleh pengetahuan dan erudisi, namun kita
hanya memperdalam ketidaktahuan saja.0
Ontologi merupakan kajian filsafat tertua yang berupaya mencari inti yang
ada pada setiap kenyataan atau realitas yang sebenarnya. Ontologi memiliki objek
telaah yaitu Being (yang ada). Jadi ontologi membahas tentang apa saja yang ada
yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu yang bersifat universal.
0
Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.
10.
0
K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, (Jakarta: Teraju, 2005), hlm. 16.
0
Bryan Magee, The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2008),
hlm. 6.
0
Ibid., hlm. 7.
7
Adapun beberapa pendapat para ahli filsafat dalam mendefinisikan tentang
ontologi, sebagai berikut:
Jadi, ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat yang terfokus
untuk membahas segala realitas yang ada (Being) secara total tanpa terikat oleh
satu perwujudan tertentu yang bersifat universal dan bersifat hakiki. Atau secara
dasarnya dapat dikatakan ontologi adalah “The theory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan).”
0
Ignatus Wibowo dan B. Herry Priyono, Sesudah filsafat: esai-esai untuk Franz Magnis-
Suseno,
(Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 54.
0
Ali Muhdi, dkk, Merevitalisasi Pendidikan……., hlm. 249.
0
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi
dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm. 57.
0
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 1.
8
C. Landasan Epistemologi Pancasila
Istilah epistemologi sendiri berasal dari bahasa Yunani episteme yang
berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan, pikiran, ilmu. Kata
“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai yang artinya
mendudukkan, menempatkan atau meletakkan. Maka, harfiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam
kedudukan setepatnya. Epistemologi kadang juga disebut teori pengetahuan
(theory of knowledge; Erkentnistheorie).0
Bisa dikatakan bahwa, epistemologi adalah salah satu kajian cabang dari
filsafat yang mendasari dasar-dasar tentang bagaimana ilmu pengetahuan bermula.
Jadi adalah pemikiran sistematik yang mendasar mengenai pengetahuan, dan
membahas tentang bagaimana asal mula pengetahuan, metode atau cara
memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.
0
J. Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan, (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), hlm. 18.
0
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila……., hlm. 57.
0
Mujamir Qomar, Epistemologi Pendidikan……., hlm. 1.
0
Ibid., hlm. 4.
9
D. Landasan Aksiologi Pancasila
Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu sesuatu yang
diinginkan, disukai atau yang baik. Aksiologi membahas tentang tujuan ilmu
pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu digunakan, bagaimana keterkaitannya
antara cara penggunaan ilmu tersebut sesuai kaidah moral dan bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral. Aksiologis
mencoba merumuskan teori yang konsisten untuk perilaku yang etis. Dalam qalbu
ia bertanya seperti “what is good?”.0
0
Ibid., hlm. 6.
0
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 33-34.
0
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila……., hlm. 57.
0
Mujamir Qomar, Epistemologi Pendidikan……., hlm. 1.
0
Ibid.
10
keindahan dari pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan
manusia sesuai dengan kaidah.
11
yang berupa sila-sila, yang masing-masing sila-sila yang dimaksud mempunyai
fungsi sendiri-sendiri tetapi sangat berkaitan dan tidak bisa dilepaskan satu dan
lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan tujuan untuk mencapai tujuan
berdirinya Negara Republik Indonesia.0
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
0
Syahrial Syarbaini dan Aliaras Wahid, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: PAMU
Universitas Esa Unggul, 2018), hlm. 46.
12
1. Filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang berusaha
ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya-bertanya tanpa
lelah agar dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan tersebut akan
dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya hanya akan memperdalam
ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya ketidaktahuan yang
mereka produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut akan membuatnya
memperoleh banyak materi untuk bertanya secara filsafat yang akan berusaha
mencari tahu atas pertanyaan yang dikumpulkannya hingga akhirnya para
pelakunya memperoleh pengetahuan juga kebenaran.
2. Ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat yang terfokus untuk
membahas segala realitas yang ada (Being) secara total tanpa terikat oleh satu
perwujudan tertentu yang bersifat universal dan bersifat hakiki. Atau secara
dasarnya dapat dikatakan ontologi adalah “The theory of being qua being
(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).”
3. Epistemologi adalah salah satu kajian cabang dari filsafat yang mendasari
dasar-dasar tentang bagaimana ilmu pengetahuan bermula. Jadi adalah
pemikiran sistematik yang mendasar mengenai pengetahuan, dan membahas
tentang bagaimana asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.
4. Aksiologi merupakan suatu bagian cabang filsafat yang mendeskripsikan
tentang kegunaan dan manfaat dari hasil yang diperoleh melalui pemikiran-
pemikiran saat memikirkan objek yang dipikirkan, aksiologi juga
mengacukan bagaimana dan seperti apakah nilai-nilai atau etika (moralitas)
serta keindahan dari pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam
kehidupan manusia sesuai dengan kaidah.
5. Pemaknaan Pancasila sebagai sebagai sistem filsafat, maka kita dapat
memaknai Pancasila sebagai perwujudan pemikiran terdalam bangsa
Indonesia, bersifat menyeluruh dan utuh yang terdiri dari bagian-bagian
berupa sila-sila, dimana masing-masing sila tidak dapat dilepaskan satu dan
lainnya untuk mencapai tujuan berdirinya Negara Republik Indonesia.
13
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, A. Sonny dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
14
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius.
Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung:
Alumni.
Warsito, Loekisno Chairil. dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press.
Wibowo, Ignatus dan B. Herry Priyono. 2006. Sesudah filsafat: esai-esai untuk
Franz Magnis-Suseno. Yogyakarta: Kanisius.
15