Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODE BERPIKIR ILMIAH

Dosen Pengampuh:
Agus Iqbal Hawabi, M.Psi., Psikolog

Oleh:

1. Gita Ayu Cahyaningrum (230401110243)


2. Nisa Naja Nela (230401110244)
3. Ulfatu Fiki Ainurrohmah (230401110245)
4. Fathimah Zahra Muhammad (230401110246)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Kami bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, yang telah memberikan
kemudahan kepada kami untuk menyusun dokumen ini secara efisien dan menyelesaikannya
sesuai jadwal. Makalah ini berjudul "METODE BERPIKIR ILMIAH".

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen. Selain itu,
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada
pembaca dan penulis, khususnya yang berkaitan dengan manfaat penggunaan bimbingan
kelompok dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Iqbal Hawabi,
M.Psi, psikolog, atas perannya sebagai pengajar mata kuliah Filsafat Ilmu. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada para mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Terakhir, kami menyadari bahwa masih ada beberapa kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami menerima masukan dan ide-ide yang akan membantu kami untuk
memperbaiki tulisan kami kedepannya, sehingga kami dapat menghasilkan makalah yang lebih
baik untuk tugas berikutnya. Kami berharap pembaca dan kami sendiri bisa menemukan manfaat
dari materi ini. Amin.

Malang, 23 September 2023

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 6
2.1 Pemahaman Deduktif dan Induktif ............................................................................................. 6
2.2 Penerapan Deduktif dan Induktif ................................................................................................ 9
2.3 Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Deduktif dan Induktif................................................ 11
2.4 Hubungan antara Deduktif dan Induktif ................................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................................................... 14
PENUTUP........................................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berpikir adalah proses menciptakan pengetahuan. Proses ini adalah runtutan


pemikiran yang mengikuti alur berpikir tertentu sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan pengetahuan. Orang berpikir bertujuan mencari pemahaman,membentuk
pendapat dan kesimpulan,serta memutuskan apa yang mereka inginkan (Achmadi,
1998). Menurut Himsworth (1997), manusia merupakan makhluk yang berpikir. Dalam
setiap momen hidupnya, sejak lahir sampai meninggal, manusia tidak pernah berhenti
untuk berpikir. Hampir tidak ada permasalahan terkait kehidupan yang berada di luar
pemikiran seseorang, mulai dari pertanyaan yang paling sepele hingga yang paling
mendasar (Hardiman, 2004).

Pemikiran ilmiah menggunakan akal untuk mempertimbangkan, memutuskan,


mengembangkan, dan sebagainya. (James, 1999). Pada dasarnya setiap objek di dunia
memerlukan metode tertentu. Seperti dengan memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu
mungkin memerlukan banyak metode atau dapat dicapai dengan menggunakan banyak
metode yang berbeda (Ahmad Saebani, 2009). Terakhir , pendapat merupakan suatu aspek
yang berbeda sehingga memerlukan penggunaan metode yang berbeda dalam
mendapatkan Pengetahuan yang dapat digunakan dalam metode berpikir ilmiah
(Sumadi, 2010). Metode berpikir ilmiah dapat dilakukan melalui tiga jenis penalaran,
yaitu penalaran deduktif, penalaran induktif, dan penalaran eliminatif (Redja,
2001).

4
1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas selanjutnya pada makalah ini, diantaranya:

1. Bagaimana Cara Memahami Pemahaman Deduktif dan Induktif?


2. Bagaimana Cara Menerapkan Deduktif dan Induktif?
3. Apa Saja Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Deduktif dan Induktif?
4. Apa Hubungan antara Deduktif dan Induktif?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui Cara Memahami Pemahaman Deduktif dan Induktif


2. Mengetahui Cara Menerapkan Deduktif dan Induktif
3. Mengetahui Apa Saja Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Deduktif dan Induktif
4. Mengetahui Hubungan antara Deduktif dan Induktif

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemahaman Deduktif dan Induktif

Berdasarkan etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani: "Meta" berarti "terpisah"
atau "di belakang" sesuatu, dan "Hodos" berarti "perjalanan" yang perlu dipertimbangkan
dengan cermat (Richard, 1986). Oleh karena itu, istilah "metode" mengacu pada proses
mengidentifikasi langkah-langkah (teknik dan metode) yang perlu diikuti dalam konteks saat
ini untuk memaksimalkan pemahaman saat ini. Dengan demikian, metodologi menjembatani
kesenjangan dalam pengetahuan adalah suatu proses, metode, atau teknik untuk
mengkonsolidasikan pengetahuan dan memverifikasi kebenaran hipotesis yang telah
ditetapkan sebelumnya (Branner, 2002).

Proses yang digunakan para ilmuwan untuk menemukan informasi baru dikenal sebagai
metode ilmiah. Untuk melakukan hal ini, pengetahuan baru dikerjakan secara metodis, dan
pengetahuan lama dikerjakan dengan cara direvisi (Kattsoff, 1992). Metode ilmiah digunakan
untuk memastikan bahwa ilmu pengetahuan dapat maju, berkembang, dan bisa menemukan
solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi. Keaslian dan penerapan penelitian ilmiah dibatasi
oleh waktu, ruang, lokasi, dan keadaan tertentu (Milton, 2004).

Kondisi alamiah yang ditimbulkan oleh adanya prinsip alamiah (hukum alam)
dipertanyakan oleh para filsuf karena metode ilmiah dipengaruhi oleh faktor-faktor alam yang
terus bergeser dan berubah. Menurut para filsuf, salah satu penyebab keteraturan alam adalah
hukum alam (Zuhairini, 1995). Karena keteraturan itu sangat tinggi, maka harus digunakan
sebagai tolok ukur untuk memastikan kebenarannya. Perlu diakui bahwa pendekatan
metodologis yang didasarkan pada kondisi alamiah, dinamis, dan teratur memunculkan ilmu
pengetahuan positivis (Titus, 1959). Ilmu pengetahuan selalu berkembang melalui pengukuran
spesifik menggunakan metodologi, teori, eksperimen, dan observasi. Teori-teori dan metode
berpikir ini diragukan dalam perkembangan selanjutnya, karena paradigma yang berbeda dapat
digunakan untuk disiplin ilmu yang berbeda (Sidi, 1973). Kemajuan ilmiah dapat dihasilkan
dari perkembangan proses berpikir ilmiah. Modernisasi bukanlah satu-satunya perkembangan
yang mudah dan penuh harapan dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, manusia mampu
melakukan hal-hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin dicapai. Dalam menanggapi
keinginan alam, manusia tidak lagi tinggal diam (Peursen, 2003).

6
a. Pengertian Deduktif dan Induktif

Penalaran deduktif adalah metode penalaran yang menerapkan konsep umum dan
kemudian menghubungkannya ke detail-detail yang spesifik. Penalaran deduktif umumnya
melibatkan penarikan kesimpulan khusus dari informasi umum atau kesimpulan khusus menuju
informasi umum.

Pendekatan deduktif adalah cara untuk mencapai kesimpulan berdasarkan premis dan
logika. Beberapa kesimpulan dapat dicapai oleh para peneliti dalam kasus-kasus deduktif yang
kompleks. Pendekatan deduktif dimulai dengan pemahaman umum tentang fakta-fakta, dari
informasi baru yang berkaitan dengan pertanyaan atau petunjuk spesifik diturunkan.
Singkatnya, deduktif adalah proses penalaran yang dimulai dengan konsep umum (keyakinan,
hipotesis, dan konsepsi) dan diakhiri dengan hal yang spesifik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus, yaitu faktor masalah dan
peristiwa berdasarkan faktor umum. Peneliti harus selalu memulai dengan teori ketika
melakukan penelitian deduktif (hasil penelitian deduktif). Penalaran deduktif digunakan untuk
menguji teori. Seorang peneliti tidak dapat melakukan penelitian deduktif tanpa adanya teori.

Proses induksi adalah cara berpikir di mana kesimpulan umum ditarik dari fakta atau
pengamatan khusus. Pendekatan induktif adalah teknik yang digunakan dalam pendekatan
pemikiran ilmiah untuk mengekstrapolasi kesimpulan umum dari pengamatan atau kejadian
khusus. Pengamatan adalah landasan dari pendekatan induktif. Untuk membuat kesimpulan
yang luas tentang dampak plagiarisme dan strategi untuk mencegahnya, teknik induktif dapat
digunakan untuk memantau dan memeriksa kasus-kasus plagiarisme.

7
b. Perbedaan Pemikiran Deduktif dan Induktif

Proses berpikir pemikiran Deduktif diawali dengan asumsi atau hipotesis umum, lalu
mengidentifikasi implikasi atau kesimpulan khusus dari asumsi tersebut.

Urutan Langkah:

1. Asumsi umum
2. Penarikan kesimpulan khusus dari asumsi tersebut
3. Pengujian atau verifikasi kesimpulan khusus tersebut.

Karakteristik Utama: Asumsi umum digunakan untuk menarik kesimpulan khusus yang harus
logis apabila asumsi tersebut benar.
Proses berpikir pemikiran Induktif diawali dengan pengamatan atau data khusus

serta mengidentifikasi pola atau tren untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan

umum.

Urutan Langkah:

1. Pengumpulan data khusus.


2. Identifikasi pola atau tren.
3. Membuat generalisasi umum.
4. Menguji generalisasi tersebut.

Karakteristik Utama: Dari kasus-kasus spesifik, generalisasi umum dibuat, dan kesimpulan
berdasarkan probabilitas atau kemungkinan.

Berikut adalah perbedaan antara metode berpikir induktif dan deduktif:

Induktif:

1. Berangkat dari fakta-fakta khusus menuju kesimpulan yang umum.


2. Menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk mengumpulkan data.
3. Kesimpulan yang dihasilkan bersifat probabilitas atau kemungkinan.

Contoh: "Semua manusia yang diamati memiliki jantung, oleh karena itu semua manusia
memiliki jantung."

8
Deduktif:

1. Berangkat dari premis umum menuju kesimpulan yang khusus.


2. Menggunakan logika dan premis yang sudah ada untuk mencapai kesimpulan.
3. Kesimpulan yang dihasilkan bersifat pasti atau benar.

Contoh: "Semua manusia merupakan makhluk hidup, John merupakan manusia, oleh karena
itu John merupakan makhluk hidup."

Dalam metode berpikir ilmiah, kedua pendekatan ini saling melengkapi. Metode
induktif digunakan untuk mengumpulkan data dan mengidentifikasi pola atau hubungan,
sedangkan metode deduktif digunakan untuk menguji dan memvalidasi kesimpulan yang
dihasilkan dari metode induktif. Kombinasi kedua metode ini memungkinkan ilmuwan untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih komprehensif dan akurat.

2.2 Penerapan Deduktif dan Induktif

Penerapan deduktif dan induktif adalah dua metode penerapan yang digunakan dalam
filsafat ilmu. Penerapan deduktif adalah metode penerapan yang menarik kesimpulan khusus
dari pernyataan atau premis umum. Ini adalah pendekatan top-down di mana kesimpulan
diambil berdasarkan premis-premis. Di sisi lain, penerapan induktif adalah pendekatan bottom-
up di mana kesimpulan umum diambil dari observasi atau premis tertentu. Ini adalah metode
penerapan di mana kesimpulan diambil dari bukti-bukti. Dalam konteks penelitian ilmiah,
penerapan deduktif digunakan untuk menguji hipotesis dan teori, sedangkan penerapan induktif
digunakan untuk menghasilkan hipotesis dan teori. Metode ilmiah memadukan penerapan
deduktif dan induktif untuk membangun pengetahuan ilmiah. Penerapan deduktif memberikan
dasar yang kuat bagi penelitian ilmiah, sedangkan penerapan induktif membantu menghasilkan
pengetahuan dan hipotesis baru.

9
Contoh Induktif: Mengamati Perilaku Anjing

1. Pemikiran Induktif:
a. Pengamatan: Seorang pemilik anjing memperhatikan bahwa anjingnya selalu
gembira dan bersemangat setiap kali dia membawa tali keikatannya.
b. Pengumpulan Data: Pemilik anjing mencatat perilaku anjingnya setiap kali
membawa tali keikatannya. Dia mencatat bahwa anjingnya menggoyangkan
ekornya, melompat-lompat, dan menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia.
c. Identifikasi Pola: Setelah beberapa waktu, pemilik anjing ini melihat pola bahwa
setiap kali dia membawa tali keikatan, anjingnya menunjukkan perilaku gembira
yang sama.
d. Generalisasi Umum: Berdasarkan pola ini, pemilik anjing membuat generalisasi
bahwa anjingnya sangat senang saat melihat tali keikatannya.
e. Pengujian dan Verifikasi: Untuk menguji generalisasi ini, dia mencoba
eksperimen dengan tali keikatan dan mencatat kembali perilaku anjingnya. Jika
anjingnya terus menunjukkan reaksi yang sama, pemilik anjing semakin yakin
dengan generalisasinya.

Contoh Deduktif: Penerapan Aturan Lalu Lintas

2. Pemikiran Deduktif:
a. Asumsi: Pemilik mobil memiliki asumsi bahwa lampu lalu lintas berwarna merah
berarti berhenti dan lampu berwarna hijau berarti berjalan.
b. Penarikan Kesimpulan Khusus: Ketika pemilik mobil melihat lampu lalu lintas
di depannya berubah menjadi hijau, dia menarik kesimpulan khusus bahwa
sekarang saatnya untuk melanjutkan perjalanan.
c. Pengujian dan Verifikasi: Pemilik mobil kemudian menginjak pedal gas dan
melanjutkan perjalanan saat lampu berwarna hijau. Jika tidak ada masalah atau
insiden, kesimpulan deduktifnya terverifikasi.

10
2.3 Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Deduktif dan Induktif

Adapun kelebihan dan keterbatasan dari pendekatan deduktif dan induktif antara lain
adalah:

a. Kelebihan Pendekatan Deduktif

Keunggulan yang dimiliki oleh metode deduktif terletak pada fokus yang mendalam ketika
menganalisis materi, sehingga waktu yang digunakan menjadi lebih efisien. Selain itu,
keterampilan yang digunakan dapat disusun dengan lebih terstruktur karena tujuannya jelas.
Metode ini cocok digunakan dalam proses pembelajaran, seperti saat guru memberikan
penjelasan sebelum pembelajaran dimulai. Selain itu, dalam deduksi kesimpulannya
merupakan hasil logis dari premis yang ada. Jadi, dalam penalaran yang baik, kesimpulan akan
benar jika premisnya benar.

b. Kelebihan Pendekatan Induktif

Metode induktif dalam filsafat memiliki kelebihan yang membuatnya menjadi metode
penting dalam memahami dunia dan mengembangkan pengetahuan. Salah satu kelebihan
utama metode ini yakni kemampuannya dalam menyusun generalisasi berdasarkan pengamatan
konkret. Metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi pola-pola umum dan prinsip-
prinsip yang dapat diterapkan secara lebih luas melalui pengumpulan data dan fakta yang
spesifik. Selain itu, metode induktif juga mendorong keterbukaan kita terhadap pengetahuan
baru serta penemuan-penemuan yang tidak terduga. Tidak adanya premis awal yang ketat
menyebabkan metode ini dapat menjelajahi berbagai konsep dan ide tanpa terikat pada
pandangan yang sudah ada. Inilah yang memicu kreativitas dan inovasi dalam pemikiran
filsafat. Kelebihan lainnya adalah metode ini bisa menghasilkan bukti empiris yang kuat untuk
mendukung argumen atau suatu teori, sehingga membuatnya sangat relevan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan modern.

c. Keterbatasan Pendekatan Deduktif

Keterbatasan penalaran deduktif adalah bahwa penalaran ini hanya dapat membuat
kesimpulan yang dapat diterapkan pada serangkaian situasi yang terbatas. Kesimpulan yang
diperoleh dari premis-premis akan salah jika salah satu atau kedua premisnya salah. Penalaran

11
deduktif memiliki kelemahan lain, yaitu kesimpulan yang ditariknya terbatas pada lingkup
premis-premis awalnya. Ini berarti bahwa jika seseorang hanya mengandalkan penalaran
deduktif, mungkin akan sulit untuk mengembangkan pengetahuan. Selain itu, hanya pola
penalaran dan bukan isi dari premis-premis yang dapat diuji ketika mengevaluasi kesehatan
argumen; akibatnya, keakuratan premis-premis tersebut tidak dapat diverifikasi.

d. Keterbatasan Pendekatan Induktif

Metode induktif dalam filsafat memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan
secara mendalam. Salah satu kekurangan utamanya yakni ‘ketidakpastian’. Metode Induktif
sering kali membuat kesimpulan yang hasilnya belum sepenuhnya bisa digunakan, seperti
ketika kita mengamati suatu hal yang terjadi beberapa kali maka belum tentu hal itu akan terjadi
lagi di masa depan. Induksi sering kali menyamaratakan sesuatu terlalu cepat berdasar pada
data yang terbatas, hal ini menyebabkan hasil kesimpulan yang tidak akurat. Induksi juga
memiliki perbedaan dengan deduksi, karena kesimpulannya mengikuti dengan pasti dari
premis. Namun, dalam induksi meskipun premisnya benar, kesimpulan tidak selalu dijamin
benar. Ini yang membuatnya kurang tahan terhadap kritik dan evaluasi yang ketat. Selanjutnya,
metode induktif sangat tergantung pada data. Jika data yang diamati terbatas, maka
generalisasinya juga akan terbatas.

2.4 Hubungan antara Deduktif dan Induktif

Penalaran deduktif dan induktif keduanya merupakan alat yang berguna untuk berpikir
kritis, namun keduanya memiliki tujuan dan keterbatasan yang berbeda. Penalaran deduktif
dapat membantu menguji konsistensi dan koherensi argumen, serta memeriksa kesalahan atau
kesalahan logika. Penalaran induktif membantu dalam menghasilkan hipotesis dan teori, serta
mendukungnya dengan bukti dan contoh. Akan tetapi harus tetap teliti karena tidak terlepas
dari jebakan kedua jenis penalaran tersebut, seperti premis yang salah, logika yang tidak valid,
generalisasi yang tergesa-gesa, atau bias konfirmasi. Penalaran deduktif dan induktif bukan
tidak dapat terjadi dalam waktu yang sama melainkan saling melengkapi. Kedua jenis
penalaran tersebut dapat digunakan dalam siklus penyelidikan dan penemuan, di mana
berpindah dari observasi ke penjelasan, dan dari penjelasan ke prediksi. Misalnya,
menggunakan penalaran induktif untuk merumuskan hipotesis berdasarkan data, lalu

12
menggunakan penalaran deduktif untuk mendapatkan prediksi berdasarkan hipotesis. Lalu
dapat menguji prediksi dengan lebih banyak data, dan melakukan revisi atas hipotesis.

1. Deduktif: Dalam metode ini menarik kesimpulan lebih spesifik dari permis umum. Teori
ini dimulai dengan asumsi umum dan kemudian mencapai kesimpulan yang lebih khusus.
Deduktif juga digunakan sebagai penguji hipotesis dan mengonfirmasi kebenaran berdasarkan
premis yang ada.

2. Induktif: Dalam metode ini melibatkan pengamatan data maupun fakta yang spesifik
sebagai cara untuk mengidentifikasi pola atau hubungan umum. Dimulai dengan data konkret
kemudian mengembangkan konsep yang lebih umum. Biasanya induksi digunakan untuk
menghasilkan hipotesis yang dapat diuji secara deduktif.

Deduktif dan induktif berhubungan dan saling melengkapi karena deduktif membutuhkan
premis yang didasarkan pada informasi yang sudah ada dan induksi dapat membantu dalam
mengambangkan premis tersebut menjadi data dan temuan yang relevan. Induksi dapat
memaparkan ide-ide barunya yang dapat diuji melalui deduktif, yang mana hal ini membantu
dalam mengembangkan pengetahuan teori lebih lanjut. Hubungan lainnya yakni memastikan
bahwa temuannya berdasar pada bukti yang kuat karena deduktif digunakan untuk menguji
hipotesis yang dihasilkan melalui induksi. Jadi deduktif dan induktif saling berkaitan dan
bekerjasama dalam pengembangan pengetahuan ilmiah, induksi sebagai penghasil gagasan
awal dan pemahaman pola sementara deduksi untuk menguji dan memvalidasi gagasan
tersebut.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Setiap metode penalaran, baik deduktif maupun induktif, memiliki kelebihan dan
kekurangan. Keduanya relevan dengan pemikiran ilmiah kontemporer. Akan terjadi
"kegelapan ilmiah" jika penalaran induktif merupakan satu- satunya pendekatan yang
diambil, dan penalaran deduktif dengan sendirinya tidak akan memajukan ilmu
pengetahuan. Alhasil, dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan keduanya,
kemudian bekerja sama, mengubah, dan memperbaiki keduanya, merupakan sebuah
penemuan yang membentuknya menjadi sebuah sistem penalaran ilmiah kontemporer
(metode ilmiah), atau pemikiran reflektif.
2. Dengan menggunakan anggapan dasar atau hipotesis sebagai penghubung, penalaran
ilmiah atau teknik berpikir mengintegrasikan penalaran deduktif dan induktif untuk
membuktikan kebenaran secara terpadu antara kebenaran rasional dan kebenaran faktual.
Perlu diketahui kelebihan dan kekurangan induksi dan deduksi sebagai proses ilmiah
karena bukan berarti tanpa keduanya. Dengan menggabungkan penalaran deduktif dan
induktif serta menggunakan hipotesis sebagai penghubung, tujuannya adalah untuk
mencapai teknik penalaran ilmiah yang mengintegrasikan kebenaran rasional dan
kebenaran faktual. Hal ini dimaksudkan agar dapat menghasilkan pemikiran ilmiah yang
sehat dan tepat.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa tulisan kami masih jauh dari sempurna. oleh karena itu,
kedepannya, kami akan menjelaskan makalah yang disebutkan di atas dengan lebih rinci dan
menggunakan sumber-sumber yang lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan..

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, sanusi (1998), Filsasfat Ilmu, Toeri keilmuan dan Metode Penelitian,
Bandung : Program Pasca Sarjana IKIP Bandung
Noeng, Muhadjir, (1996), Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, Yogyakarta,
Rake Sarasin
Aditya Priyatna Darmawan, Serafica Gischa. Penalaran Deduktif dan Induktif:
Pengertian serta Contohnya (2022). Diakses pada 24 September 2023 dari
https://news.detik.com/berita/d-6500512/3-cara-menulis-daftar-pustaka-dari-internet-beserta-
contohnya
Sudarto (1997) Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : Raja Frafindo Persada.
Tibawi, AL (1972), Islamic Education, LONDON : LUzak & Company Ltd.

Branner, Julia. (2002) Memadu Metode Penelitain Kualitatif dan Kuantitiatif,


Samarinda : pustaka Pelajar

Jitender Girdhar, Phumza Dymani. Bagaimana cara membandingkan penalaran deduktif dan
induktif? (2023). Diakses pada 24 September 2023 dari https://www-linkedin-
com.translate.goog/advice/0/how-can-you-compare-deductive-inductive-
reasoning?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Ranyw. Kelemahan Penalaran Induktif (2018). Diakses pada 24 September 2023 dari
https://id.scribd.com/document/371254328/Kelemahan-penalaran-induktif

Suriasumantri.,J. S. (2013). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Jakarta: Pustaka Harapan.

15

Anda mungkin juga menyukai