Disusun Oleh:
(Kelompok 1) - 3D
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Illahi Yang Maha Esa yang sudah menyampaikan rahmat
serta karunia-Nya pada penyelesaian makalah berjudul "Sejarah Singkat Psikologi Kepribadian"
Penyusunan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah
Psikologi Kepribadian.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesaikannya makalah ini. Demikian banyak pihak yang turut dan membantu sehingga tidak
dapat kami sebutkan satu-persatu. Mudah-mudahan, seluruh bantuan dan amal baiknya mendapat
imbalan yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Kami percaya tidak ada
yang akan terjadi karya manusia yang sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membantu demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini menjadi makalah yang bisa memberikan sumbangan atau kajian yg
bermanfaat bagi pendidikan pada sekolah serta masyarakat.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah psikologi kepribadian melibatkan perkembangan pemikiran dan penelitian
tentang cara individu berperilaku, berpikir, dan merasa. Ini adalah cabang penting dari
psikologi yang telah berkembang selama berabad-abad. Sejumlah ilmuwan dan filosofis
yang muncul pada awal abad ke-20 memungkinkan lahirnya psikologi kepribadian.
Sigmund Freud, sangat yakin dengan buku utamanya ‘The Interpretation of Dreams’, pada
tahun 1900. Pada tahun 1930-an, teori kepribadian modern mulai terbentuk. Psikologi
kepribadian baru berusia sekitar satu abad, namun akarnya sudah ada sejak sejarah
manusia. Perkembangan psikologi kepribadian dapat dilihat dalam hubungan historis satu
sama lain dalam kaitannya dengan konteks sosial dan budaya yang lebih luas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat psikologi kepribadian?
2. Apa saja masalah mendasar terkait kepribadian?
3. Apa maksud dari kepribadian dalam konteks psikologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan sejarah singkat psikologi kepribadian.
2. Menjelaskan apa saja masalah mendasar terkait kepribadian.
3. Menjelaskan tentang kepribadian dalam konteks psikologi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Secara historis, perang saudara ini menentukan hidup dan matinya Amerika
Serikat sebagai suatu negara dan bangsa. Karena merupakan penghapusan
perdagangan budak di negara bagian selatan. Perang saudara di Amerika serikat
tahun 1861 - 1865 dilatarbelakangi keinginan wilayah Amerika Serikat bagian utara
menghapuskan perbudakan, 11 negara bagian di wilayah Amerika Serikat bagian
selatan segera memisahkan diri, sebagai penolakan atas dihapuskannya sistem
perbudakan. Penyerangan benteng Fort Sumter pada 12 April 1861 oleh pihak
Konfederasi membuat perang digencarkan oleh pihak Union pada tanggal 21 Juli
1861 di daerah Virginia bertujuan untuk menghancurkan 3 benteng pertahanan
yang kuat wilayah Amerika Serikat bagian selatan yang berada di Virginia dan dua
lainnya adalah Vicksburg dan Chattanooga. Pada juli 1863 pihak Union berhasil
menduduki Vicksburg dalam pengepungan selama enam minggu. Pertemuan
Jenderal Lee dan Grant pada 9 April 1865 di gedung pengadilan Appomattox,
5
Virginia, membuat Lee menyerah pada pasukan Grant di pengadilan Appomattox,
dan berakhirlah perang saudara antara pihak federasi dan konfederasi.
6
Penelitian tentang mimpi menjadi alasan Freud untuk mengarahkan
perhatiannya kepada fenomena-fenomena psikis seperti lelucon, perbuatan keliru,
lupa, dan sebagainya yang merupakan fenomena dari kehidupan sehari-hari. Dalam
analisisnya, Freud menyatakan bahwa mimpi seseorang dikaitkan dengan
keinginan-keinginan yang terpendam, yang selalu digambarkan dalam bentuk ilusi
dan simbol-simbol. Freud menarik kesimpulan bahwa teori dan peranan mimpi
adalah bahwa mimpi merupakan hasil patologis yang merupakan penjelmaan dari
angan-angan atau keinginan yang tidak dapat direalisasikan. (Nafi’a, 2023).
Pada tahun 1906, Pavlov telah menemukan suatu jenis belajar yang dikenal
sebagai pengkondisian klasik (classical conditioning). Pavlov berhasil
membuktikan bahwa melalui penyajian serentak suatu stimulus tak terkondisi
(daging) dan suatu stimulus terkondisi (bunyi garpu tala), lama kelamaan
membangkitkan respon (keluarnya air liur) yang mula - mula hanya dapat
dibangkitkan oleh stimulus tak terkondisi. Tindakan mengeluarkan air liur terhadap
bunyi garpu tala ini disebut respon terkondisi (Auliya, n.d.).
7
9. Jung, Adler, Horney, dan lainnya menyempurnakan psikoanalisis (1910 -
1930)
Perang dunia 1 menjadi saksi penggunaan tes psikologi dalam skala besar
untuk pertama kalinya dengan tujuan untuk menyaring apa yang disebut hal - hal
yang tidak diinginkan dari peran elit dan menugaskan orang yang dilantik ke unit
yang sesuai dengan profil masing - masing.
Ketika Amerika Serikat memasuki perang dunia 1 pada tahun 1917, dimulai
instruksi tes yang diberikan kepada lebih dari satu juta pemuda Amerika. AS
mengukur manusia seperti halnya mereka mengukur mesin. Pendekatan praktis
psikologi Amerika yang ‘can-do’ membawa perspektif yang berbeda terhadap studi
tentang perbedaan individu.
13. Kurt Lewin mempelajari Psikologi Gestalt di Berlin, melarikan diri dari Nazi
8
ke Amerika Serikat pada tahun 1930 (1920 - 1930)
Psikolog Gestalt menekankan sifat integratif dan aktif dari persepsi dan
pemikiran. Pendekatan Lewin seperti Allport, bersifat dinamis, karena Lewin
mencari sistem yang mendasari perilaku yang dapat diamati. Lewin menekankan
bahwa kekuatan yang memengaruhi seseorang berubah dari waktu ke waktu dari
situasi ke situasi. Teori kepribadian modern mengadopsi penekanan pada
pemahaman keadaan seseorang saat ini dalam situasi tertentu.
The Roaring Twenties atau dekade kemakmuran. Dimana masa ini adalah
setelah perang dunia 1, penanaman modal ke Amerika Serikat terus mengalir.
Kemakmuran ini disertai dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Mereka sering
menghambur - hamburkan uang dengan mengadakan pesta. Roaring Twenties
adalah waktu ketika banyak orang menentang larangan, memanjakan dalam gaya
baru menari dan berpakaian, dan banyak standar moral tradisional yang ditolak
(Fajar, n.d.).
Great Depression di Amerika dimulai awal musim panas tahun 1929 sampai
tahun 1939. Great Depression adalah masa dimana Amerika dan Eropa dilanda
krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini disebabkan oleh jatuhnya bursa saham New
York yang mengakibatakan dampak sistemik bagi pergulatan ekonomi Amerika
(Fajar, n.d.).
9
Pandangan Skinner terhadap pengendalian perilaku berdasarkan pada
prinsip kondisioning operan, yang bertumpu pada asumsi bahwa perubahan
perilaku tercipta kala perilaku itu diikuti oleh semacam konsekuensi yang khusus.
Skinner berpendapat bahwa kegiatan belajar tidak akan ada tanpa suatu penguatan
(reinforcement).
Murray berusaha untuk mengintegrasikan isu - isu klinis dengan teori dan
masalah penilaian. Penting bagi Murray untuk percaya pada orientasi yang
komprehensif, termasuk penelitian yang longitudinal, mempelajari orang yang
sama dari waktu ke waktu. Murray menekankan sifat individu yang terintegrasi dan
dinamis sebagai organisme komplek yang merespons lingkungan tertentu, serta
pentingnya kebutuhan dan motivasi.
10
21. Perang dunia 2 dan pascaperang (1940)
Pengaruh Perang Dunia II bagi dunia antara lain adalah hancurnya kekuatan
- kekuatan besar dunia di kawasan Eropa Barat, kemerdekaan dari negara-negara
jajahan Eropa khususnya di kawasan Asia dan Afrika, berkembangnya teknologi
secara pesat, lahirnya PBB dan dimulainya era perang dingin.
22. Guilford, Cattell, dan lainnya menyempurnakan pengujian dan analisis faktor
(1940)
Masa setelah perang dunia II, tepatnya sekitar tahun 1950, adalah masa
dimana bidang psikologi mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini
disebabkan salah satunya oleh berkembangnya universitas-universitas dan kaum
kelas menengah yang menempuh pendidikan serta melakukan berbagai riset.
Perubahan tersebut berdampak pada perkembangan psikologi kepribadian
11
(McAdams, 1997).
26. Carl Rogers, Abraham Maslow, dan Gordon Allport mendirikan psikologi
humanisme (1950-an)
13
27. Pendekatan Interaksionisme dimulai secara sederhana (1960-an)
Terdapat perbedaan yang jelas antara fisik pria dan wanita seperti tinggi
badan rata-rata, organ kelamin luar, payudara, rambut wajah, dan pola pertumbuhan
rambut atau kebotakan. Selain itu, ada perbedaan fisiologis yang substansial antara
keduanya, seperti tingkat hormon yang mempengaruhi fitur biologis seperti
kesuburan (Friedman, 2016).
Banyak orang memberi label bahwa wanita adalah sosok yang emosional,
penyayang, tunduk, mudah bergaul, subyektif, pasif dan mudah dipengaruhi
dengan dorongan seks yang rendah. Sedangkan, pria dianggap sebagai rasional,
mandiri, agresif, dominan, objektif, berorientasi pada prestasi, aktif, dan menarik.
Sebuah penelitian dari tahun 1970 menunjukkan bahwa sebagian besar orang setuju
bahwa ada lebih dari 40 karakteristik kepribadian yang membedakan pria dan
wanita (Broverman, Vogel, Broverman, Clarkson, & Rosekrantz, 1972), serta
kebanyakan dari mereka lebih menyukai sifat "maskulin" daripada "feminin".
Persepsi ini memengaruhi sikap dan perilaku terhadap orang lain dan dapat
memengaruhi kepribadian (Friedman, 2016).
15
30. Teori diri majemuk (Multiple selves), pengendalian diri, dan diri sosial
dipelajari; Teori klasik mulai ditinggalkan (1970-an)
Pada tahun ini juga teori klasik mengenai kepribadian (seperti psikoanalisis
dan behaviorisme) mulai ditinggalkan, dan para ahli mulai berpindah haluan untuk
melakukan studi mengenai konsep diri majemuk (multiple selves) (Friedman,
2016). Konsep multiple selves ini salah satunya diperkenalkan oleh Horowitz pada
tahun 1979 menyajikan skema yang secara klinis menggambarkan beberapa diri
atau "keadaan pikiran" (McAdams, 1997).
31. Berkembangnya studi tentang diri dari perspektif sosial kognitif (1980-an)
Pada era ini terdapat peningkatan studi tentang diri (self) dari perspektif
kognitif sosial. Salah satu tokoh yang berpengaruh, yaitu Albert Bandura,
mengembangkan Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory atau SCT)
(Friedman, 2016). Teori ini menekankan peran interaksi sosial dan pembelajaran
observasional dalam membentuk konsep diri individu. Perspektif ini
mengindikasikan bahwa individu aktif berpartisipasi dalam membentuk konsep diri
mereka dengan menyaring dan menginterpretasikan informasi tentang diri mereka
dengan cara yang mencerminkan konteks sosial dan harapan yang ada.
16
Walter Mischel berpendapat bahwa perilaku seseorang tidak bisa diprediksi
hanya berdasarkan sifat-sifat kepribadian mereka. Ia menggunakan koefisien
korelasi r untuk menunjukkan bahwa korelasi antara sifat dan perilaku di berbagai
situasi tidak terlalu kuat. Mischel berpendapat bahwa karena sifat tidak dapat
memprediksi perilaku dengan baik, maka akan lebih masuk akal untuk berfokus
pada situasi dimana perilaku terjadi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa
bahkan situasi pun tidak selalu dapat memprediksi perilaku dengan baik (Friedman,
2016).
Pada tahun 1990-an, gen manusia berhasil dipetakan. Hal ini mengarah pada
munculnya minat baru dalam bidang genetika dan evolusi sifat-sifat kepribadian
(Friedman, 2016). Pemetaan genom manusia memberikan wawasan yang berharga
tentang dasar genetik dari berbagai sifat manusia, termasuk yang terkait dengan
kepribadian. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi gen
tertentu yang terkait dengan ciri-ciri kepribadian dan mengeksplorasi dasar-dasar
genetik dari perbedaan kepribadian individu (Penke, 2007)
17
seleksi mutasi, dan seleksi penyeimbang) yang dapat menjelaskan varians genetik
dalam perbedaan kepribadian. Mekanisme-mekanisme ini membantu menjelaskan
bagaimana dan mengapa sifat-sifat kepribadian tertentu memiliki komponen
genetik (Penke, 2007)
Pada era ini, Model Lima Faktor (Five Factor Model) menjadi topik utama
penelitian, yang menyediakan kerangka pemahaman tentang dimensi dasar dari
kepribadian (Friedman, 2016). Model ini muncul dari analisis faktor yang
mendalam terhadap kata sifat yang digunakan untuk mendeskripsikan kepribadian
dan juga dari analisis faktor yang mendalam terhadap berbagai tes dan skala
kepribadian (Friedman, 2016).
Asal-usulnya dapat ditelusuri kembali ke para ahli teori sifat awal seperti
Raymond Cattell, yang mengusulkan adanya sifat-sifat kepribadian yang mendasar.
Model Big Five modern mulai terbentuk pada tahun ini, dengan karya para peneliti
seperti Lewis Goldberg, Paul Costa, dan Robert McCrae. Cattell kemudian
memberikan pengaruh secara tidak langsung pada McCrae dan Costa. Akan tetapi,
mereka berbagi teknik dan ide, meskipun pendekatan mereka juga memiliki
beberapa perbedaan yang nyata (Feist, 2017). Teori Model Lima Faktor atau Big
Five mengukur kepribadian berdasarkan lima dimensi, yaitu Extroversion,
Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness.
18
emosional cenderung tenang dan bahagia. Dimensi terakhir adalah openness yang
menggambarkan seseorang yang imajinatif, witty, original, dan artistik.
Sebaliknya, seorang yang rendah pada dimensi ini dianggap dangkal dan sederhana.
36. Psikologi kepribadian terintegrasi dengan ilmu saraf, biologi evolusi, dan
psikologi kognitif (2000-an)
19
menyadari sifat masalah perilaku mereka dan dampak negatifnya pada orang lain.
20
dan impulsif. Individu dengan jenis kondisi ini menunjukkan emosi yang
kuat dan tidak stabil serta perilaku yang tiba-tiba. Gangguan kepribadian
kelompok B mencakup:
1) Gangguan kepribadian antisosial (ASPD): Orang dengan ASPD
menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap orang lain dan
tidak mengikuti norma atau aturan sosial yang diterima. Mereka
mungkin melakukan pelanggaran hukum atau menyebabkan
kerugian fisik atau emosional kepada orang lain di sekitar mereka.
Mereka mungkin menolak untuk mengakui tanggung jawab atas
perilaku mereka dan mungkin tidak peduli terhadap akibat negatif
dari tindakan mereka.
2) Gangguan kepribadian ambang (BPD): Kondisi ini ditandai oleh
kesulitan dalam mengendalikan emosi, yang menghasilkan harga
diri rendah, perubahan suasana hati, perilaku impulsif, dan masalah
dalam hubungan interpersonal.
3) Gangguan kepribadian histrionik: Kondisi ini ditandai oleh
emosi yang intens dan tidak stabil serta citra diri yang terdistorsi.
Orang dengan gangguan kepribadian histrionik, harga diri mereka
bergantung pada persetujuan orang lain dan bukan berasal dari
perasaan nilai diri yang sejati. Mereka sangat ingin diperhatikan
oleh orang lain dan mungkin menunjukkan perilaku dramatis atau
tidak pantas untuk mendapatkan perhatian.
4) Gangguan kepribadian narsistik: Kondisi ini melibatkan pola
berpikir superior dan besar hati, kebutuhan berlebihan akan pujian
dan pengaguman, serta kurangnya empati terhadap orang lain. Pola
pikir dan perilaku ini seringkali berasal dari harga diri yang rendah
dan kurangnya rasa percaya diri.
21
1) Gangguan kepribadian menghindar: Orang dengan kondisi ini
merasa kurangnya kemampuan dan sangat sensitif terhadap
penilaian negatif dari orang lain. Meskipun mereka ingin
berinteraksi dengan orang lain, mereka cenderung menghindari
situasi sosial karena takut kuat akan penolakan.
2) Gangguan kepribadian dependen: Kondisi ini ditandai oleh
kebutuhan yang berlebihan dan konstan untuk diurus oleh orang
lain. Ini juga mencakup perilaku tunduk, kebutuhan akan
penegasan yang terus-menerus, dan kesulitan dalam membuat
keputusan. Orang dengan gangguan kepribadian dependen sering
mengembangkan hubungan yang sangat erat dengan orang lain dan
berusaha keras untuk memenuhi keinginan orang tersebut. Mereka
cenderung menunjukkan perilaku pasif dan ketergantungan dan
memiliki ketakutan terhadap perpisahan.
3) Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD): Kondisi ini
ditandai oleh kebutuhan yang konsisten dan ekstrem akan
keteraturan, perfeksionisme, dan kontrol yang sangat ketat, tanpa
memberikan ruang untuk fleksibilitas, yang pada akhirnya dapat
menghambat atau mengganggu penyelesaian tugas. Kondisi ini
juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal.
22
signifikan pada perilaku seseorang. Seseorang yang kurang percaya diri mungkin
cenderung menghindari situasi yang menantang atau menghindari pengambilan
risiko, yang dapat membatasi perkembangan pribadinya. Ini juga dapat
memengaruhi kemampuan individu untuk mengambil keputusan yang sehat dan
produktif dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Dalam konteks pekerjaan atau pencapaian pribadi, rasa percaya diri yang
rendah dapat menghambat kemajuan. Individu yang merasa tidak percaya diri
mungkin enggan mengejar peluang atau meragukan kemampuan mereka, yang
dapat menghambat pencapaian tujuan mereka.
23
Masalah lainnya adalah pengaruh bias budaya dalam penelitian
kepribadian. Sebagian besar penelitian kepribadian telah dilakukan dalam budaya
Barat, khususnya budaya arus utama Amerika, yang mungkin membatasi
kemampuan generalisasi temuan pada konteks budaya lain. Budaya yang berbeda
memiliki perspektif dan nilai yang unik, yang dapat membentuk perilaku individu
dan interpretasi terhadap ciri-ciri kepribadian.
24
kekakuan, orang Jerman menyebutnya stabilitas. Apa yang orang Jerman sebut
sebagai eksentrisitas, orang Amerika sebut sebagai individualitas. Apa yang orang
Jerman sebut sebagai penyimpangan, orang Amerika sebut sebagai kepekaan
estetika. Tanpa diragukan lagi, Nazi adalah pembunuh yang fantastis destruktif
sementara orang Amerika pada masa itu berjuang untuk mempromosikan
kebebasan dan keamanan. Namun, tetap saja, menarik untuk melihat cara-cara di
mana pengamatan tentang kepribadian bisa sangat kuat dipengaruhi oleh konteks
budaya di mana mereka terjadi.
Saat ini, sebagian besar penelitian kepribadian memiliki ciri khas budaya
Barat pada umumnya dan budaya Amerika pada khususnya.Sudut pandang yang
unik dari Asia, Latin, Afrika, dan budaya asli Amerika terlalu sering diabaikan.
Sebagai contoh, dalam masyarakat Amerika Utara, individu yang ingin "melakukan
sesuatu dengan cara mereka sendiri" dan yang menantang ekspektasi konvensional
dari perusahaan atau pemerintah biasanya akan dipandang positif dipandang
sebagai tegas dan mandiri (dan bahkan mungkin heroik). Namun, dalam
masyarakat Jepang, perilaku yang sama akan akan dipandang kasar, tidak
kooperatif, egois, dan antisosial. Dengan kata lain, penjelasan kita tentang perilaku
manusia adalah tergantung pada budaya kita, dan oleh karena itu sejumlah bias
tidak dapat dihindari.
Sering kali teori berfokus pada kehidupan para ahli teori itu sendiri sebagai
ilustrasi, namun perlu untuk memperhatikan konteks budaya dari teori tersebut.
Kritik ide seharusnya tidak menjadi argumen ad hominem, tetapi seharusnya
mengevaluasi kualitas teori dan penelitian berdasarkan istilah-istilahnya sendiri,
bukan dari segi ahli teori yang mengusulkannya. Hanya karena banyak pasien
Sigmund Freud adalah wanita Eropa Yahudi kelas menengah pada pergantian abad
yang lalu, tidak berarti bahwa wawasannya tidak dapat diterapkan pada orang lain.
Namun demikian, penjelasannya akan lebih valid jika mereka memperhitungkan
konteks di mana teori-teori itu muncul.
Misalkan kita memberitahu Anda bahwa orang-orang dengan karakteristik
berikut cenderung mengembangkan masalah kepribadian yang signifikan di
kemudian hari:
25
Orang-orang ini sering merasa kesepian dan terkadang mempertanyakan
harga diri mereka. Mereka berharap mereka lebih populer. Mereka secara teratur
memiliki pikiran seksual dan mimpi seksual tentang orang lain yang spesial.
Mereka berharap bahwa mereka memiliki tubuh yang lebih baik. Mereka terkadang
tidak yakin tentang siapa mereka dan mengapa mereka hidup.
Faktanya, ini adalah informasi palsu. Tetapi deskripsi seperti itu akan
menjadi ciri khas banyak mahasiswa. Artinya, banyak mahasiswa akan merasa
bahwa deskripsi ini berlaku untuk mereka sebagai individu (dan oleh karena itu
mereka rentan terhadap masalah kepribadian) meskipun profilnya sangat umum
sehingga berlaku untuk semua orang, seperti pada contoh dibawah ini.
26
secara ilmiah. Kepribadian adalah bidang yang menarik tetapi merupakan bidang
yang tunduk pada penyalahgunaan dan distorsi jika tidak dilakukan dengan sangat
hati-hati oleh mereka yang mengevaluasi teori-teori.
Di sisi lain, ada nilai sosial dalam upaya memahami keunikan setiap orang.
Blaisen Pascal (1670/1961), filsuf dan matematikawan besar Prancis, menulis
dalam Pensées, "Semakin banyak kecerdasan yang dimiliki seseorang, semakin
banyak orang yang menemukan keasliannya. Orang awam tidak melihat adanya
perbedaan di antara manusia". Psikobiologi modern menegaskan pernyataan
Pascal, dan memang benar adanya nilai yang besar dalam memahami setiap
individu, masing-masing dalam konteksnya sendiri.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akar dari psikologi kepribadian dapat dilihat dari adanya teater. Theoprastus,
seorang murid Aristoteles, adalah salah satu pencipta sketsa karakter yang paling awal.
Orang Yunani kuno dan Romawi kuno mengenakan topeng untuk menekankan bahwa
mereka memerankan karakter yang berbeda dari diri mereka sendiri. Namun pada masa
Shakespeare, sebagian topeng sudah hilang, tetapi ada kesenangan dengan peran yang
dimainkan seseorang. Charles Darwin berpendapat bahwa karakter individu diwariskan
oleh gen kepada keturunannya dari generasi ke generasi. Individu yang tidak beradaptasi
dengan baik tidak akan bertahan.
Setelah masa perang dunia II, tepatnya sekitar tahun 1950, bidang psikologi
mengalami perkembangan yang signifikan yang disebabkan oleh berkembanganya
universitas-universitas dan kaum kelas menengah yang menempuh pendiikan dan
melakukan berbagai riset. Hal tersebut juga memberikan dampak bagi psikologi
kepribadian.
28
kepribadian antisosial (ASPD), gangguan kepribadian ambang (BPD), gangguan
kepribadian histrionic, dan gangguan kepribadian narsistik), gangguan kepribadian type C
(Gangguan kepribadian menghindar, Gangguan kepribadian dependen, dan Gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD)). Semua gangguan kepribadian tersebut memilki
karakteristik dan factor penyebabnya maisng-masing.
Kepribadian bisa sangat kuat dipengaruhi oleh konteks budaya, sehingga perilaku
manusia bergantung pada budaya yang ada di daerah tempat mereka tinggal, oleh karena
itu sejumlah bias tidak dapat dihindari.
B. Saran
Psikologi kepribadian merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang kepribadian manusia melalui tingkah laku dan sikap sehari – hari yang menjadi ciri
khas manusia itu sendiri. Kepribadian merupakan salah satu yang paling penting bagi
kehidupan manusia. Oleh karena itu, psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu
yang harus dipelajari.
Penulis menganggap bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat mendidik dan memotivasi
sangat diharapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Allport, G. W. (1961). Pattern and growth in personality. Holt, Reinhart & Winston.
Darwin, C., & Wallace, A. R. (1958). Evolution by natural selection. Evolution by natural
selection.
Fajar, D. A. (n.d.). Motivasi Mobilitias Sosial Tokoh Jay Gatsby Di Era Jazz Age Dalam
Fariba KA, Gupta V, Kass E. (2022). Personality Disorder. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing.
Feist, J., Dr, G. J. F., & Roberts, T. (2017). Theories of Personality. McGraw-Hill Education.
https://doi.org/10.1037/h0058803
Hall, C. & Lindzey.(1985). Theories of Personality. New York: John Willey & Sons.
Harris, R. (2011). The Confidence Gap: A Guide to Overcoming Fear and Self-Doubt.
Trumpeter.
30
Helmi, H. (2017). Evolusi Antar Species (Leluhur Sama dalam Perspektif Para Penentang).
https://doi.org/10.30599/jti.v9i2.100
Howard S, Freadman & Miriam W. Schustack (2016) Personality Classic Theories & Modern
Miftachul‘Ulum, H., & ST, M. (2016). Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. Edisi Pertama.
Malang.
Mischel, Shoda, and Smith. (2017). Introduction to Personality: Toward an Integration, 8th
ed.
Penke, L., Denissen, J. J., & Miller, G. F. (2007). The evolutionary genetics of personality.
European Journal of Personality: Published for the European Association of Personality
Psychology, 21(5), 549-587.
Shakespeare, W., & Verity, A. W. (1906). As you like it (pp. 1599-1600). University Press.
31
Spain, D. (2011). Women's rights and gendered spaces in 1970s Boston. Frontiers: A journal
of women studies, 32(1), 152-178.
WHITEHEAD. 2(1).
dan Organisasi.
32