Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

SATE POKEA DAN GOGOS

OLEH:

MUH. AQIL AL FARUQ

KELAS VII-A

SMP NEGERI 23 KENDARI


TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Makanan khas atau makanan tradisional adalah wujud pencapaian


estetika tentang bagaimana bangsa dalam rentang waktu sejarah tertentu
yang terbangun dengan spirit dan cita rasa. Oleh sebab itu terdapat suatu
ungkapan yang mengatakan bahwa sekali-kali jangan pernah mengatakan
telah mengenal sebuah bangsa, jika belum mengenal makanan khas
Negara tersebut. Ungkapan ini berlaku bagi negeri manapun termasuk
indonesia.
Kekayaan Nusantara dalam bentuk makanan khas daerah dapat
juga terlihat dari bisnis oleh-oleh dihampir semua kota-kota di indonesia.
Hal ini terjadi karena indonesia mempunyai budaya yang mendukung
kondisi tersebut. Yakni kebiasaan membawa “buah tangan’’ berupa
makanan apabila berkunjung di suatu tempat. Apabila kita mengunjungi
kota-kota di indonesia, rata-rata mempunyai oleh-oleh yang khas di
daerah itu, sehingga mempunyai potensi bisnis yang sangat besar.
Setiap daerah memiliki beragam potensi yang dapat
dikembangkan. Dari perbedaan kebudayaan hingga makanan khas tiap-
tiap daerah, mampu menciptakan berbagai peluang usaha yang cukup
besar. Makanan khas daerah merupakan salah satu dari nilai budaya yang
mengandung atau menunjukkan ekstensi nilai dari identitas diri suatu
daerah tersebut. Sama halnya dengan makanan khas dari Indonesia, Sate
Pokea dan Gogos dari Sulawesi Tenggara juga memiliki nilai-nilai yang
mengandung kearifan lokal daerah dan mesti dilestarikan sebagai
generasi penerus daerah.
BAB II
PEMBAHASAN

Penduduk Sulawesi Tenggara (Sultra) punya sate versinya sendiri


yakni sate pokea. Pokea merupakan kosakata bahasa Tolaki yang berarti
"kerang." Tapi, kerang yang jadi bahan baku punya nilai khas lantaran
status endemik alias cuma hidup di provinsi tersebut.
Kerang air tawar jenis Batissa violacea var. celebensis, nama ilmiah
pokea, ditemukan oleh ahli zoologi asal Jerman bernama Eduard von
Martens pada tahun 1887. Binatang ini tersebar merata pada seluruh
sungai di Sultra.
1. Ada dua cara mengolah daging kerang pokea menjadi sate yang lezat

Cara pembuatannya pun berbeda dari sate kebanyakan. Pokea,


yang udah dicuci bersih, harus direbus dalam air hingga seluruh
cangkangnya terbuka. Lama proses ini tergantung dari berapa banyak
kerang digunakan.
Setelah proses pertama dilalui, metode pengolahannya terbagi
menjadi dua. Pertama, langsung ditusuk dan disiram bumbu kacang
setelah diangkat dari air rebusan alias tidak dibakar. Kedua, air rebusan
dan daging dicampur bumbu penguat rasa yang sudah dihaluskan.
Umumnya, bumbu yang dipakai pada cara kedua terdiri dari
lengkuas, gula pasir serta garam. Turut pula garam, bawang putih,
ketumbar bubuk ditambah merica bubuk. Ini demi menguatkan rasa
pedas pada daging pokea.
2. Sate pokea yang sudah jadi biasa menjadi lauk untuk nasi hingga
gogos

Untuk cara pengolahan yang kedua, bumbu tambahan dan seluruh


daging pokea diaduk rata hingga matang dan air rebusannya berkurang.
Setelah itu, matikan api. Tapi, air rebusan yang sudah bercampur bumbu
tidak dibuang.
Sisa rebusan bumbu ini dicampur bersama saus kacang yang jadi
pelengkap. Daging pokea kemudian ditusuk dan dibakar di atas bara api.
Saus kemudian dilumurkan pada seluruh tusukan daging. Angkat dan
sajikan setelah dirasa benar-benar matang.
Baik cara pertama atau kedua sama-sama lezat. Sama seperti jenis
lain, sate pokea biasa menjadi lauk untuk nasi dan lontong. Tapi banyak
juga yang menghidangkannya bersama buras atau gogos, dua olahan
beras ketan khas Sulawesi.
3. Di setiap gigitannya terdapat segudang gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh
Di balik tekstur lembut dan empuknya, daging pokea ternyata
menyimpan segudang gizi yang dibutuhkan tubuh. Penelitian yang
dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Sam Ratulangi
(Unsrat) Manado pada 2011 menjabarkannya secara rinci.
Di dalam per satu cangkang terdapat 1.774,96 ppm (parts per
million) kalium. Ini adalah mineral penjaga keseimbangan cairan elektrolit
dan asam basa tubuh. Kemudian kalsium, zat penting untuk
pertumbuhan tulang dan gigi, sebanyak 1.482,46 ppm.
Terdapat pula kandungan fosfor (3.386,42 ppm) si pembantu kerja
ginjal, zink (139,72 ppm) yang mendukung kekebalan tubuh serta zat besi
(4.699,12 ppm) sebagai pencegah anemia sekaligus pembentuk
hemoglobin.
Gogos merupakan lemper bakar khas Sulawesi dan beberapa daerah
sekitar Maluku. Terbuat dari ketan, isinya bisa bermacam-macam namun
lebih khas isian ikan. Ini dia resepnya.
Bahan nasi ketan:
 400 g beras ketan putih
 200 ml santan cair
 1 sdt garam
 daun pisang dan tusuk lidi secukupnya
Bahan isian:
 400 g ekor ikan cakalang/tongkol asap
 1 ikat kemangi
 1 lembar daun salam
 3 lembar daun jeruk
 2 sdm minyak goreng
 air secukupnya
Bumbu halus:
 5 siung bawang merah
 2 siung bawang putih
 3 buah cabai keriting
 3 buah cabe rawit
 3 butir kemiri
 1 sdt ketumbar
 1 sdt gula merah
 1 sdt garam
 1/2 sdt kaldu bubuk
Cara Membuat:
1. Cuci dan rendam beras ketan selama semalam sebelumnya. Cuci
bersih lagi dan tiriskan.
2. Panaskan kukusan, alasi daun pisang, oles minyak lalu tuang beras
ketan di dalamnya. Kukus ketan selama 15 menit atau hingga
setengah matang. Aduk-aduk selagi masih panas agar teksturnya
jadi lebih lembut.
3. Angkat ketan dan pindah ke dalam mangkuk tahan panas. Tuang
santan, aduk rata hingga santan terserap ke dalam ketan. Kukus
kembali selama 30 menit.
4. Sambil menunggu, suwir-suwir ikan cakalang. Petiki daun
kemangi dan iris tipis daun jeruk.
5. Panaskan minyak secukupnya, tumis bumbu halus hingga harum.
Masukkan daun salam dan daun jeruk, tumis hingga harum.
Masukkan cakalang, tuang air secukupnya. Tumis hingga
tercampur dengan bumbu.
6. Masukkan daun kemangi jika bumbu sudah meresap. Tes rasa, jika
sudah pas, angkat.
7. Siapkan pisang yang sudah dilayukan di atas api kompor. Tata
dengan ketan, isi dengan ikan cakalang, gulung hingga tertutup,
semat dengan lidi. Lakukan hingga bahan habis.
8. Bakar selama 5 menit atau hingga daunnya agak gosong. Angkat.
Sajikan gogos kambu atau lemper bakar khas Sulawesi enak untuk
camilan maupun menu makan keluarga.
BAB III
KESIMPULAN

Penduduk Sulawesi Tenggara (Sultra) punya sate versinya sendiri


yakni sate pokea. Pokea merupakan kosakata bahasa Tolaki yang berarti
"kerang." Tapi, kerang yang jadi bahan baku punya nilai khas lantaran
status endemik alias cuma hidup di provinsi tersebut. Kerang air tawar
jenis Batissa violacea var. celebensis, nama ilmiah pokea, ditemukan oleh
ahli zoologi asal Jerman bernama Eduard von Martens pada tahun 1887.
Binatang ini tersebar merata pada seluruh sungai di Sultra.
Gogos adalah makanan yang terbuat dari beras ketan putih atau
hitam yang telah dicampur dengan santan lalu dibungkus daun pisang
dan dibakar. Proses pembuatan Gogos adalah dengan cara merendam
beras ketan terlebih dahulu selama semalam, setelah itu siapkan daun
pisang untuk pembungkus. Setelah direndam, beras dicampur dengan
santan, diberikan isian dan dibungkus dengan daun pisang tadi, lalu
disemat dengan tusuk gigi tadi ujung-ujungnya. Setelah itu dibakar atau
diasap-asapkan, apabila daunnya sudah kelihatan kering dan kehitam-
hitaman maka makanan ini telah matang.
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar dan Hamzah, M. 2007. Konservasi Populasi Pokea (Batissa


violacea celebensis Martens 1897) di Sungai Pohara Sulawesi
Tenggara. DP2M. Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta. 100 hlm.

Bahtiar. 2007. Preferensi Habitat dan Lingkungan Perairan Pokea (Batissa


violacea var. celebensis, von Martens 1897) di Sungai Pohara
Sulawesi Tenggara. Jurnal Aqua Hayati.

Yeni. 2010. Kandungan Mineral, Proksimat Dan Penanganan Kerang


Pokea (Batissa violacea celebensis Marten 1897) Dari Sungai
Pohara Sulawesi Tenggara. Departemen Teknologi Hasil Perairan
FPIK IPB.

Disparsultra, Admin. (2020). Kuliner Sate Pokea. Diakses pada 13 April


2021, dari. https://disparsultra.id/id/satepokea.

Nursamsi. 2015. Kuliner Kaki Lima (Kajian Sosiologi Ekonomi Pedagang


Makanan Tradisional Gogos di Pelabuhan Murhum Bau-Bau.
Jurnal. Universitas Muhammadiyah Buton.

Anda mungkin juga menyukai