Makanan khas atau makanan tradisional adalah wujud pencapaian
estetika tentang bagaimana bangsa dalam rentang waktu sejarah tertentu yang terbangun dengan spirit dan cita rasa. Oleh sebab itu terdapat suatu ungkapan yang mengatakan bahwa sekali-kali jangan pernah mengatakan telah mengenal sebuah bangsa, jika belum mengenal makanan khas Negara tersebut. Ungkapan ini berlaku bagi negeri manapun termasuk indonesia. Kekayaan Nusantara dalam bentuk makanan khas daerah dapat juga terlihat dari bisnis oleh-oleh dihampir semua kota-kota di indonesia. Hal ini terjadi karena indonesia mempunyai budaya yang mendukung kondisi tersebut. Yakni kebiasaan membawa “buah tangan’’ berupa makanan apabila berkunjung di suatu tempat. Apabila kita mengunjungi kota-kota di indonesia, rata-rata mempunyai oleh-oleh yang khas di daerah itu, sehingga mempunyai potensi bisnis yang sangat besar. Setiap daerah memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan. Dari perbedaan kebudayaan hingga makanan khas tiap- tiap daerah, mampu menciptakan berbagai peluang usaha yang cukup besar. Makanan khas daerah merupakan salah satu dari nilai budaya yang mengandung atau menunjukkan ekstensi nilai dari identitas diri suatu daerah tersebut. Sama halnya dengan makanan khas dari Indonesia, Sate Pokea dan Gogos dari Sulawesi Tenggara juga memiliki nilai-nilai yang mengandung kearifan lokal daerah dan mesti dilestarikan sebagai generasi penerus daerah. BAB II PEMBAHASAN
Penduduk Sulawesi Tenggara (Sultra) punya sate versinya sendiri
yakni sate pokea. Pokea merupakan kosakata bahasa Tolaki yang berarti "kerang." Tapi, kerang yang jadi bahan baku punya nilai khas lantaran status endemik alias cuma hidup di provinsi tersebut. Kerang air tawar jenis Batissa violacea var. celebensis, nama ilmiah pokea, ditemukan oleh ahli zoologi asal Jerman bernama Eduard von Martens pada tahun 1887. Binatang ini tersebar merata pada seluruh sungai di Sultra. 1. Ada dua cara mengolah daging kerang pokea menjadi sate yang lezat
Cara pembuatannya pun berbeda dari sate kebanyakan. Pokea,
yang udah dicuci bersih, harus direbus dalam air hingga seluruh cangkangnya terbuka. Lama proses ini tergantung dari berapa banyak kerang digunakan. Setelah proses pertama dilalui, metode pengolahannya terbagi menjadi dua. Pertama, langsung ditusuk dan disiram bumbu kacang setelah diangkat dari air rebusan alias tidak dibakar. Kedua, air rebusan dan daging dicampur bumbu penguat rasa yang sudah dihaluskan. Umumnya, bumbu yang dipakai pada cara kedua terdiri dari lengkuas, gula pasir serta garam. Turut pula garam, bawang putih, ketumbar bubuk ditambah merica bubuk. Ini demi menguatkan rasa pedas pada daging pokea. 2. Sate pokea yang sudah jadi biasa menjadi lauk untuk nasi hingga gogos
Untuk cara pengolahan yang kedua, bumbu tambahan dan seluruh
daging pokea diaduk rata hingga matang dan air rebusannya berkurang. Setelah itu, matikan api. Tapi, air rebusan yang sudah bercampur bumbu tidak dibuang. Sisa rebusan bumbu ini dicampur bersama saus kacang yang jadi pelengkap. Daging pokea kemudian ditusuk dan dibakar di atas bara api. Saus kemudian dilumurkan pada seluruh tusukan daging. Angkat dan sajikan setelah dirasa benar-benar matang. Baik cara pertama atau kedua sama-sama lezat. Sama seperti jenis lain, sate pokea biasa menjadi lauk untuk nasi dan lontong. Tapi banyak juga yang menghidangkannya bersama buras atau gogos, dua olahan beras ketan khas Sulawesi. 3. Di setiap gigitannya terdapat segudang gizi yang dibutuhkan oleh tubuh Di balik tekstur lembut dan empuknya, daging pokea ternyata menyimpan segudang gizi yang dibutuhkan tubuh. Penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado pada 2011 menjabarkannya secara rinci. Di dalam per satu cangkang terdapat 1.774,96 ppm (parts per million) kalium. Ini adalah mineral penjaga keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa tubuh. Kemudian kalsium, zat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi, sebanyak 1.482,46 ppm. Terdapat pula kandungan fosfor (3.386,42 ppm) si pembantu kerja ginjal, zink (139,72 ppm) yang mendukung kekebalan tubuh serta zat besi (4.699,12 ppm) sebagai pencegah anemia sekaligus pembentuk hemoglobin. Gogos merupakan lemper bakar khas Sulawesi dan beberapa daerah sekitar Maluku. Terbuat dari ketan, isinya bisa bermacam-macam namun lebih khas isian ikan. Ini dia resepnya. Bahan nasi ketan: 400 g beras ketan putih 200 ml santan cair 1 sdt garam daun pisang dan tusuk lidi secukupnya Bahan isian: 400 g ekor ikan cakalang/tongkol asap 1 ikat kemangi 1 lembar daun salam 3 lembar daun jeruk 2 sdm minyak goreng air secukupnya Bumbu halus: 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 3 buah cabai keriting 3 buah cabe rawit 3 butir kemiri 1 sdt ketumbar 1 sdt gula merah 1 sdt garam 1/2 sdt kaldu bubuk Cara Membuat: 1. Cuci dan rendam beras ketan selama semalam sebelumnya. Cuci bersih lagi dan tiriskan. 2. Panaskan kukusan, alasi daun pisang, oles minyak lalu tuang beras ketan di dalamnya. Kukus ketan selama 15 menit atau hingga setengah matang. Aduk-aduk selagi masih panas agar teksturnya jadi lebih lembut. 3. Angkat ketan dan pindah ke dalam mangkuk tahan panas. Tuang santan, aduk rata hingga santan terserap ke dalam ketan. Kukus kembali selama 30 menit. 4. Sambil menunggu, suwir-suwir ikan cakalang. Petiki daun kemangi dan iris tipis daun jeruk. 5. Panaskan minyak secukupnya, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan daun salam dan daun jeruk, tumis hingga harum. Masukkan cakalang, tuang air secukupnya. Tumis hingga tercampur dengan bumbu. 6. Masukkan daun kemangi jika bumbu sudah meresap. Tes rasa, jika sudah pas, angkat. 7. Siapkan pisang yang sudah dilayukan di atas api kompor. Tata dengan ketan, isi dengan ikan cakalang, gulung hingga tertutup, semat dengan lidi. Lakukan hingga bahan habis. 8. Bakar selama 5 menit atau hingga daunnya agak gosong. Angkat. Sajikan gogos kambu atau lemper bakar khas Sulawesi enak untuk camilan maupun menu makan keluarga. BAB III KESIMPULAN
Penduduk Sulawesi Tenggara (Sultra) punya sate versinya sendiri
yakni sate pokea. Pokea merupakan kosakata bahasa Tolaki yang berarti "kerang." Tapi, kerang yang jadi bahan baku punya nilai khas lantaran status endemik alias cuma hidup di provinsi tersebut. Kerang air tawar jenis Batissa violacea var. celebensis, nama ilmiah pokea, ditemukan oleh ahli zoologi asal Jerman bernama Eduard von Martens pada tahun 1887. Binatang ini tersebar merata pada seluruh sungai di Sultra. Gogos adalah makanan yang terbuat dari beras ketan putih atau hitam yang telah dicampur dengan santan lalu dibungkus daun pisang dan dibakar. Proses pembuatan Gogos adalah dengan cara merendam beras ketan terlebih dahulu selama semalam, setelah itu siapkan daun pisang untuk pembungkus. Setelah direndam, beras dicampur dengan santan, diberikan isian dan dibungkus dengan daun pisang tadi, lalu disemat dengan tusuk gigi tadi ujung-ujungnya. Setelah itu dibakar atau diasap-asapkan, apabila daunnya sudah kelihatan kering dan kehitam- hitaman maka makanan ini telah matang. DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar dan Hamzah, M. 2007. Konservasi Populasi Pokea (Batissa
violacea celebensis Martens 1897) di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. DP2M. Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta. 100 hlm.
Bahtiar. 2007. Preferensi Habitat dan Lingkungan Perairan Pokea (Batissa
violacea var. celebensis, von Martens 1897) di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. Jurnal Aqua Hayati.
Yeni. 2010. Kandungan Mineral, Proksimat Dan Penanganan Kerang
Pokea (Batissa violacea celebensis Marten 1897) Dari Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. Departemen Teknologi Hasil Perairan FPIK IPB.
Disparsultra, Admin. (2020). Kuliner Sate Pokea. Diakses pada 13 April
2021, dari. https://disparsultra.id/id/satepokea.
Nursamsi. 2015. Kuliner Kaki Lima (Kajian Sosiologi Ekonomi Pedagang
Makanan Tradisional Gogos di Pelabuhan Murhum Bau-Bau. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Buton.