Nurfaizah - 2008109010007 - K3 - Gel Mata
Nurfaizah - 2008109010007 - K3 - Gel Mata
JURNAL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI STERIL
(MFI 310)
KELOMPOK : 3 SHIFT : A
1. Aliya Hafiya Halym (2008109010006)
2. Nurfaizah (2008109010007)
3. Jihan Faradhila (2008109010015)
4. Elvira (2008109010016)
Kelarutan Mudah larut dalam methanol, larut dalam etanol, agak sukar larut
dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam eter
Stabilitas
• Panas Na diklofenak harus disimpan pada suhu 25 dan terlindung dari
panas
• Hidrolisis/oksidasi Na diklofenak bersifat higroskopis mudah terhidrolisis sehingga
mudah untuk terdegradasi
• Cahaya Diklofenak harus disimpan pada suhu dibawah 30 dan tidak tembus
cahaya.
Kesimpulan :
Gel mata Na Diklofenak menggunakan serbuk Na diklofenak sebanyak 0.1 % yang telah
steril.
Kemasan :
Dalam tube yang dapat dilipat, pada suhu ruang terkendali.
a. Dapar
Jenis dapar/kombinasi
MFI 310 – Teknologi Sediaan Farmasi Steril (Sem 6) 1/7
Jurusan Farmasi – Universitas Syiah Kuala
Target pH
Kapasitas dapar
Perhitungan :
b. Tonisitas
Metode:
Perhitungan:
Kesimpulan :
Sediaan bersifat hipo-iso-hipertonis :
Perhatian yang harus dicantumkan dalam informasi obat :
• Harus dengan resep dokter
• Simpan di tempat sejuk (15-25 dan kering
• Baca petunjuk sebelum digunakan
2. Nipagin HOPE:422
Pemerian Metilparaben berbentuk kristal tidak berwarna atau kristal putih
bubuk. Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki sedikit
rasa terbakar.
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Stabilitas Larutan metilparaben cair pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 1208C selama 20 menit, tanpa penguraian.
Larutan cair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%) hingga sekitar 4
tahun pada suhu kamar, sementara larutan encer pada pH 8 atau
lebih tinggi dapat mengalami hidrolisis yang cepat
Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium
trisilikat, bedak, tragakan, natrium alginat, minyak esensial,
sorbitol, dan atropin, telah dilaporkan. Ia juga bereaksi dengan
berbagai gula dan alkohol gula lain
Kegunaan Preservative
3. Gliserin HOPE:283
Pemerian Gliserin adalah cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
kental, dan higroskopis, memiliki rasa manis, kira-kira 0,6 kali lebih
manis dari sukrosa.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak mudah
teroksidasi oleh lingkungan dalam kondisi penyimpanan biasa,
tetapi terurai pada pemanasan
Inkompatibilitas Gliserin dapat pecah jika dicampur dengan zat pengoksidasi kuat
seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium permanganat.
Kegunaan Cosolvent
V. Persiapan Alat/Wadah/Bahan
a. Alat
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
Sterilisasi panas kering dengan oven pada
1 Kaca arloji 4 buah suhu 170ºC selama 2 jam
b. Wadah
Cara sterilisasi (lengkap
No Nama alat Jumlah
1 Tube gel 1 Sterilisasi dengan Autoklaf dengan suhu
121 ºC, tekanan 1 atm, selama 15 menit.
2 Tutup tube gel 1 Sterilisasi dengan direndam dengan alcohol
70% selama 24 jam
RUANG PROSEDUR
Grade A, B, C, D Dilakukan Sterilisasi ruangan pada masing-masing area dengan
menggunakan alkohol 70%
Sterilisasi panas untuk gelas non presisi dengan oven pada suhu
170 selama 120 menit
Kesimpulan :
Sediaan memenuhi syarat / tidak memenuhi syarat
Pembahasan
Sediaan obat mata biasanya dipakai untuk menghasilkan efek setempat pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Bentuk sediaan obat mata selain larutan
dapat berupa suspensi atau salep. Namun dari beberapa penelitian terbaru telah banyak
dikembangkan sediaan gel mata, yaitu sediaan gel mata yang banyak memberikan berbagai
keuntungan dibandingkan sediaan salep mata diantaranya dapat meningkatkan permeabilitas
kornea dan dapat memperpanjang waktu kontak dengan mata, konsentrasi obat yang optimal di
reseptor sehingga bisa didapatkan bioavailabilitas yang baik. Karena sediaan mata
konvensional biasanya memiliki bioavailabilitas yang rendah. Sediaan gel untuk pengobatan
mata harus bebas dari mikroba, dan harus dibuat steril. Dalam pembuatan sediaan steril perlu
juga diperhatikan beberapa hal seperti persiapan bahan aktif utama, tambahan, air yang
digunakan, proses pengepakan, lingkungan kerja dan peralatan, serta personel yang terlibat
(Abdassah et al., 2015)
Gel adalah sediaan yang transparan karena mengandung banyak air serta mempunyai
penghantaran obat yang lebih baik dibandingkan dengan salep. Karena sediaan optalmik
konvensional memilik banyak kekurangan maka In situ gel optalmik merupakan perkembangan
dari sediaan gel yang dibuat dengan tujuan agar efektifitas obat meningkat, mengurangi
eliminasi obat yang cepat, meningkatkan bioavailabilitas dan mengurangi iritasi pada mata.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk sediaan in situ gel adalah sebagai berikut ; Gelasi (Sol-
Gel fase transisi), pH optimal, steril, stabil, jernih, pelepasan obat diperpanjang, sifat viskositas,
permeabilitas terhadap kornea mata, kandungan obat, isotonisitas, reprodusibilitas dan
kelengketan. (Yusuf and Sopyan, 2019).
In situ gel dapat dikatakan sebagai obat tetes mata dan mengalami gelasi langsung
saat bersentuhan dengan mata. In situ-forming hydrogels dari bentuk cair kemudian perlahan-
lahan mengalami perubahan fase saat di dalam kantung mata untuk membentuk gel viskoelastik
dan hal ini memberikan respons terhadap perubahan lingkungan. Sistem penghantaran obat In
situ-forming hydrogels yang dibuat dari polimer menunjukkan transisi fase reversibel dan
perilaku pseudoplastik untuk meminimalkan gangguan dengan berkedip. Sistem seperti itu
dapat diformulasikan sebagai bentuk sediaan cair yang sesuai diberikan dengan pengaplikasian
ke dalam mata yang, setelah terpapar kondisi fisiologis, perubahan fase gel, sehingga
meningkatkan waktu tinggal pra-kornea dari sistem penghantaran dan meningkatkan
ketersediaan hayati okular. Sistem gel lebih baik dipertahankan di mata daripada sistem
konvensional tetes mata konvensional dan lebih dapat ditoleransi oleh pasien daripada salep
(Preetha et al., 2020).
Natrium diklofenak adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid, obat golongan ini
saat ini disetujui oleh FDA untuk penggunaan mata. Obat ini dapat menekan transformasi asam
arakidonat yang dikatalisis oleh enzim siklooksigenase yang menyebabkan penghambatan
sintesis prostaglandin pada mata. Obat ini digunakan secara ekstensif untuk kasus radang mata
dengan penggunaan 3-4 kali (Asasutjarit et al., 2011). NSAID biasanya digunakan dalam
bidang oftalmologi untuk mengontrol rasa sakit yang disebabkan oleh cedera jaringan dan
mengurangi peradangan lokal dan setelah prosedur pembedahan. NSAID topikal seperti
flurbiprofen, diklofenak dan ketorolak trometamin biasanya diresepkan dalam pengobatan
karena ketersediaannya dan biaya yang relatif rendah. Topikal NSAID terutama digunakan
untuk mengatasi peradangan mata kondisi seperti penekanan uveitis yang mungkin terjadi hadir
sebelum dan sesudah operasi intraokular (Cantarella et al., 2017).
Formulasi gel mata steril Na Diklofenak mengandung konsentrasi zat aktif yaitu Na
Diklofenak sebanyak 0.1 % (Medscape). Eksipien lainnya berupa Carbopol sebagai gelling
agent atau pembentuk gel sebanyak 2 %. Nipagin berfungsi sebagai preservative agent atau
pengawet yang dipakai sebanyak 0.01 %. Gliserin sebagai co-solvent yaitu untuk membantu
melarutkan Na Dikofenak dan Nipagin yang keduanya mudah larut dalam alkohol tetapi tidak
mudah larut dalam pembawa gel yaitu air, oleh karena itu dipakailah Gliserin untuk membantu
kelarutan Na Dikofenak dan Nipagin dalam sediaan dan agar tetap homogen. Konsentrasi
gliserin yang digunakan dalam sediaan gel mata adalah sebanyak 2.5 %. Sediaan gel mata Na
Diklofenak yang dibuat adalah sebanyak 20 gr dan menggunakan kemasan tube alumunium.
Teknik sterilisasi yang dipilih untuk bahan bahan sediaan gel mata adalah teknis aseptis
artinya semua bahan yang digunakan harus diperoleh atau dibeli yang sudah steril. Teknik
sterilisasi sediaan juga menggunakan Teknik aseptis, karena Carbopol sebagai gelling agent
hanya hanya dapat stabil dan dapat dipanaskan pada suhu di bawah 104ºC hingga 2 jam tanpa
mempengaruhi efisiensi kekentalannya. Namun, paparan suhu yang berlebihan dapat
menyebabkan perubahan warna dan mengurangi stabilitas (Rowe, 2009). Sedangkan
pemanasan menggunakan autoklaf menggunakan suhu 121 ºC yang lebih tinggi daripada suhu
batas pemanasan Carbopol. Hal ini ditakutkan dapat menyebabkan gel mata menjadi tidak
stabil dan secara fisika juga berubah dari segi warna gel mata.
Prosedur kerja dari pembuatan sediaan gel mata Na Diklofenak melalui tahapan-tahapan
setiap grade laboratorium steril. Pertama, untuk setiap grade ruangan dilakukan sterilisasi
ruangan pada masing-masing grade ruangan dengan menggunakan alkohol 70% kemudian
dibersihkan lantai mengggunakan disinfektan yang sesuai. Selanjutnya masuk ke grade D,
dilakukan sterilasi alat dan bahan serta persiapan dan penimbangan alat dan bahan. Sterilisasi
panas basah untuk gelas-gelas presisi dengan autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit dengan
tekanan 1 atm. Sedangkan, sterilisasi panas kering untuk gelas non presisi menggunakan oven
pada suhu 170 selama 120 menit. Setelahnya disimpan alat, dan bahan, telah dipersiapkan di
grade C dan ditransfer menuju grade B
Grade B sendiri merupakan latar belakang dari ruangan grade A, yaitu tempat personil
berada, ada di grade B dan LAF sendiri merupakan ruangan grade A. Prosedur pembuatan gel
mata Na Diklofenak yang berada pada grade A adalah pertama, dibuat basis gel dengan cara
dikembangkan Carbopol dengan 20 bagian air. Kemudian ditunggu hingga mengembang dan
setelahnya diaduk ad homogen (campuran 1). Digerus Na diklofenak dan dilarutkan dalam
gliserin (campuran 2). Dilarutkan Nipagin ke dalam gliserin (campuran 3). Selanjutnya
campuran 2 dan 3 dicampurkan ke daalam campuran 1 dan diaduk perlahan hingga homogen.
Ditambahkan sisa air sedikit demi sedikit dan digerus ad homogen. Setelah sediaan jadi,
dimasukkan sediaan gel ke dalam tube (kemasan primer) dan ditutup dengan tutup tube.
Sediaan gel diletakkan di transfer box untuk selanjutnya dibawa ke grade D untuk dilakukan
evaluasi.
Evaluasi sediaan gel mata yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji
daya lekat, uji daya sebar, dan uji pengukuran pH. Pada uji organoleptis dilakukan dengan cara
mengamati menggunakan alat indra yang dilakukan secara kasat mata atau pengamatan secara
langsung untuk mendeskripsikan dan mendapatkan hasil dari yang dimaksudkan untuk melihat
tampilan fisik suatu sediaan yang mana bagian yang diamati meliputi warna, bau dan
konsistensinya (Haque et al., 2022). Berdasarkan hasil percobaan, uji organoleptis gel mata Na
Diklofenak adalah gel memeliki bentuk atau konsistensi semisolid, berwarna putih jernih, dan
tidak berbau. Secara umum, organoleptis dari gel mata Na Diklofenak sudah memenuhi kriteria
organoleptis gel umunya yaitu jernih dan secara visual juga sediaannya dapat diterima
bentuknya.
Uji Kejernihan adalah salah satu fitur karakteristik yang paling penting dari sediaan
oftalmik. Formulasi diperiksa untuk penampilan visual dan kejernihan dengan pengamatan
visual terhadap latar belakang putih dan hitam untuk memeriksa keberadaan materi partikulat
(Dol et al., 2014). Pengujian homogenitas adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
dapat mengetahui bagaimana kualitas dari sediaan tersebut. Tujuan dilakukan pengujian
homogenitas ini adalah untuk mengetahui, apakah komponen sediaan gel tersebut tercampur
dengan baik dan tidak mengandung butiran-butiran atau partikel-partikel kasar yang belum
terlarut pada sediaan tersebut (Haque et al., 2022). Berdasarkan hasil percobaan, uji
homogenitas gel mata Na Diklofenak yaitu gel memiliki sifat homongen yang baik. Hal
tersebut ditandai dengan hasil pengamatan yang dilakukan dengan mendapatkan hasil yang baik
yaitu tidak mengandung atau tidak ada butiran kasar yang mengumpal pada sediaan atau
partikel-partikel yang belum terlarut. Sediaan gel mata terdispersi merata pada objek glass atau
kaca transparan dan tidak ada pengumpalan partikel setelah diamati. Kesimpulannya, gel mata
Na Diklofenak memenuhi persyaratan uji homogenitas.
Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu pelekatan gel mata pada
mata sehingga zat aktif dalam sediaan terabsorbsi. Syarat uji daya lekat untuk sediaan topikal
adalah lebih dari 4 detik. Semakin lama gel melekat maka efek yang ditimbulkan juga semakin
besar. Gel dikatakan baik jika daya lekatnya itu besar pada tempat yang diobati, karena zat aktif
tidak mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan (Haque et al., 2022).
Berdasarkan hasil percobaan, evaluasi uji daya lekat gel mata Na Diklofenak, waktu yang
diperoleh yaitu selama 5 detik. Hasil uji daya lekat ini telah memenuhi persyaratan daya lekat
gel yaitu lebih dari 4 detik. Kesimpulannya, gel mata Na Diklofenak memenuhi persyaratan uji
daya lekat.
Uji daya sebar digunakan untuk dapat mengetahui kekentalan atau kelunakkan sediaan
gel pada saat diaplikasikan ke mata, selain itu bertujuan juga untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan gel untuk dapat menyebar sampai konstan atau tidak mengalami penyebaran lagi
dengan penambahan beban. Perbedaan daya sebar sangat berpengaruh terhadap kecepatan
difusi zat aktif dalam melewati membran. Semakin luas membran tempat sediaan menyebar
maka koefisien difusi makin besar yang mengakibatkan difusi obat pun semakin meningkat,
sehingga semakin besar daya sebar suatu sediaan maka semakin baik. Parameter diameter daya
sebar gel yang baik adalah berkisar 5-7 cm (Haque et al., 2022). Berdasarkan hasil percobaan,
evaluasi uji daya sebar gel mata Na Diklofenak yang tanpa beban sebesar 4.13 cm. Hasil uji
daya sebar dengan beban 50 gr sebesar 5.26 cm. Hasil uji daya sebar dengan beban 100 gr
sebesar 6.13 cm. Hasil uji daya sebar dengan beban 150 gr sebesar 6.67 cm. Rata-rata uji daya
sebar gel mata Na Diklofenak sebesar 5.54 cm, dan hasil ini telah memenuhi persyaratan daya
sebar gel yang baik yaitu berkisar antara 5-7 cm. Kesimpulannya, gel mata Na Diklofenak
mudah untuk diaplikasikan karena memiliki daya sebar yang baik, dan memenuhi daya sebar
gel yang baik.
Sediaan yang akan diaplikasikan ke dalam mata harus tidak menyebabkan iritasi pada
mata. Untuk memastikan bahwa sediaan memiliki pH yang sama dengan cairan lakrimal, pH
sistem pembentuk gel in-situ yang disiapkan setelah penambahan semua bahan menggunakan
pH meter digital (Dol et al., 2014). Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui keaman salep
mata sehingga tidak mengiritasi mata. Rentang pH sediaan ophthalmic berkisar anatara 6,84 -
6,92 yang menunjukkan bahwa pH tersebut dapat diterima untuk menghindari iritasi pada mata
ketika diaplikasikan (Yusuf & Sopyan, 2019). Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang
ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7.4. akan tetapi, dalam prakteknya, nilai pH tersebut jarang
dicapai, mayoritas bahan aktif dalam ophtalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil
pada pH asam. Berdasarkan hasil percobaan, nilai pH sediaan gel mata Na Diklofenak yang
diukur menggunakan pH meter bernilai adalah sebesar sebesar 6.8. Hasil pengukuran pH yang
diperoleh telah memenuhi rentang nilai pH yang diperbolehkan pada sediaan ophthalmic.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sediaan gel mata Na Diklofenak memenuhi semua persyaratan uji yang dilakukan
2. Hasil evaluasi organoleptis sediaan gel mata Na Diklofenak yaitu berbentuk semi
solid, berwarna putih jernih, dan tidak berbau;
3. Hasil evaluasi homogenitas sediaan gel mata Na Diklofenak yaitu homogen dan
memenuhi persyaratan sediaan yang homogen;
4. Hasil evaluasi daya lekat sediaan gel mata Na Diklofenak yaitu selama 5 detik dan
memenuhi persyaratan daya lekat yang baik;
5. Hasil evaluasi daya sebar sediaan gel mata Na Diklofenak yaitu sebesar 5.54 cm dan
memenuhi persyaratan daya sebar yang baik;
6. Hasil evaluasi uji pH sediaan gel mata Na Diklofenak yaitu bernilai 6.8 dan
memenuhi persyaratan nilai pH sediaan ophthalmic.
Daftar Pustaka
Abdassah, M., Omandra, F. S., & Mita, S. R. (2015). Profil permeasi in vitro gel mata
kloramfenikol pada membran kornea mata kelinci dengan metode sel difusi franz.
Farmaka, 13 (4), 1-9.
Asasutjarit, R., Thanasanchokpibull, S., Fuongfuchat, A., & Veeranondha, S. (2011).
Optimization and evaluation of thermoresponsive diclofenac sodium ophthalmic in situ
gels. International Journal of Pharmaceutics, 411, 128–135.
Cantarella, R. A., Oliveira, J. K., Dorbandt, D. M., & Ferreira, F. M. (2017). Effects of topical
flurbiprofen sodium, diclofenac sodium, ketorolac tromethamine and benzalkonium
chloride on corneal sensitivity in normal dogs. Open Veterinary Journal, 7(3), 254-260.
Dol, H., Gandhi, A., pardhi, D., & Vyawahare, N. (2014). Formulation and evaluation of in situ
ophthalmic gel of moxifloxacin hydrochloride. The Pharma Innovation Journal, 3(5),
60-66.
Haque, A. F., Dewi, B., & Hartati, L. (2022). Formulasi dan evaluasi fisik sediaan gel hand
sanitizer minyak atsiri jeruk kalamansi (Citrus macrocarpa Bunge). LUMBUNG
FARMASI; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,3 (1), 12-16.
Preetha, J. P., Karthika, K., Rekha, N. R., & Elshafie, K. (2010). Formulation and evaluation of
in situ ophthalmic gels of Diclofenac sodium. Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 2(3), 528-535.
Yusuf, L., & Sopyan, I. (2019). Review : in situ gel optalmik. Majalah Farmasetika, 4 (4), 99-
106.
Lampiran
Gambar 5. Evaluasi
Gambar 6. Hasil Evaluasi Daya Gambar 7. Hasil
Homogenitas Gel Mata Na
Lekat Gel Mata Na Diklofenak Pengukuran pH Gel Mata
Diklofenak
Na Diklofenak