Anda di halaman 1dari 4

BERAKHIR

KARYA: IVONE

Hai namaku ivon, disini aku ingin menceritakan sedikit kisah cintaku dengan dia sejak SMP hingga kami SMA tapi
tidak berakhir bahagia. Yah aku bersekolah waktu SMP di SMPN 1 LAMASI dimana awal kami berjumpa, dia
bernama kristian atau sering di panggil tian, dia adalah kakak kelas ku waktu SMP hingga SMA, dia orangnya sangat
positif thinking dan sangat pemalu. Awal kami berjumpa karena tidak kesengajaan dan hanya dijodoh-jodohkan
oleh teman kami yang bernama iin, dimana iin adalah teman dekatnya tian.

‘’ivon…’’ panggil iin kepadaku

‘’iya kenapa’’ jawabku

‘’ayok kita pergi kekantin membeli’’ kata iin

‘’hmm.. ayok, saya juga mau membeli di kantin’’ kataku

Saat itu pergilah kami kekantin dan disitulah aku bertemu dengan tian yang dimana aku masih belum
mengenalnya.

‘’eh.. iin apa mu ambil disini’’ kata tian kepada iin

‘’membelilah’’ jawab iin

‘’oo, ngomong-ngomong siapa namanya temanmu’’ kata tian kepada iin sambil melihatku

‘’oh yang ini, ini namanya ivon, emangnya kenapa ?’’ kata iin

‘’endk, cuman bertanya karna sering ku lihat kalian sama-sama terus’’ jawab tian

‘’ouh.. endk naksir ji ko kah sama ivon haha’’ kata iin sambil ketawa

‘’eh.. iin endk boleh begitu’’ jawabku kepada iin

‘’eh.. endk saya cuman bertanya iin’’ kata tian sambil malu-malu

disitu aku hanya tertawa dan saling curi-curi pandangan, saat itulah dimana awal kami mulai kenalan, bisa dibilang
kami cinta pandang pertama saat itu.

Karena tian adalah teman dekatnya iin jadi kami sering kumpul bersama sama dan juga dengan teman-teman tian,
tanpa kami sadari ternyata kami menyimpan rasa satu sama lain. Dan disitu aku hanya cuek kepadanya karena
takut berharap atau tidak sesuai ekspetasi, bias di bilang dialah crushku saat itu.

Saat kami kumpul bareng lagi di suatu tempat yang masih area sekolah sambil mengobrol-obrol, dan disitu bel pun
berbunyi, kami pun ingin kembali ke kelas tapi tian menahanku pulang saat itu dan dia ingin jujur tentang
perasaannya kepadaku

‘’eh bel sudah bunyi, kembali miki’’ kata teman-teman

‘’ayok mi kembali kekelas nanti lambat ki masuk’’ kataku


‘’ayok mi’’ kata iin

‘’eh.. ivon nanti saja kau ke kelas, soalnya ada moka bicarakan sama kau’’ kata tian sambil menahanku

‘’bertanya tentang apa tuh?’’ jawabku

‘’huu.. apa yang kamu mau bilang tian, curiga kah ini haha’’ kata teman-teman sambil menyoraki dan tertawa

‘’kepo, kembali mi kalian kekelas ivon yang saya suruh disini’’ kata tian sambil mengusir temannya

‘’oiya pale, hati-hati ko na ivon haha’’ kata teman-teman sambil ketawa dan bergegas untuk kembali na
meninggalkan kami di ruangan tersebut.

‘’eh.. apa yang kau mau bilang tadi tian’’ kataku

‘’sebenarnya moka jujur jujur sama kau tentang perasaanku, hmm.. ku suka ko sebenarnya, dan moko jadi pacarku,
sebenarnya lama saya penda mini tapi malu kah bilangi kamu’’ kata tian sambil tersenyum

‘’haha..serius, sebenarnya sama ji perasaanku’’ kataku sambil tertawa

‘’jadi kamu terima kah atau tidak ini’’ jawab tian

‘’haha menurutmu’’ kataku

‘’menurutku mu terima kah’’ kata tian

‘’haha iya tian’’ jawabku

Dan disitulah awal kami mulai pacaran, hingga kami sampai SMA, awalnya kami tidak mengira hubungan ini sampai
SMA. Yah kami satu SMA lagi dimana SMA itu adalah SMAN 11 LUWU di situ kami tetap bersama, tapi pada saat
dia kelas 12 hubungan kami mulai renggang bukan karena adanya orang ketika melainkan karna sikapnya yang
selalu mementingkan teman-temannya di banding diriku dan aku merasa saat itu bukan aku perioritasnya
melainkan temannya, ditambah lagi dia mulai merokok dan hal itu membuatku tidak nyaman. Aku berusaha
menasehatinya pada saat itu agar dia berhenti merokok karna itu bias berdampak tidak baik bagi kesehatannya,
tapi dia malah mengabaikanku, dan membuatku tidak nyaman sehingga aku bertanya kepadanya.

‘’tian, kenapa ko berubah baru merokok ko lagi’’ kataku

‘’maaf ivon tapi sangat susah untuk menghindari hal ini’’ kata tian

‘’kenapa semuanya bisa ji di hindari memang tidak langsung tapi perlahan-lahan tian’’ jawabku kepada tian

‘’hmm.. akan berusahakan ivon kalo bisa’’kata tian

Di situ aku hanya terdiam melihatnya saat kami berbincang di kelas, dan di situ dia langsung pergi karena
temannya memanggilnya. Dan dimana dia lebih memilih temannya dibanding aku, di situ aku merasa bahwa aku
tidak di perioritaskan dan itu membuatku tidak nyaman, tapi aku mencoba untuk berpikir positif dan berusaha
memakhluminya.

Beberapa bulan pun berlalu tian tak kunjung berubah melainkan semakin menjadi-jadi, dimana dia selalu ikut
tawuran, merokok, manjat pagar dan melanggar berbagai peraturan sekolah sehingga dia harus di skorsing untuk
satu bulan akibat perbuatan yang dia lakukan. Dan disitu aku marah kepadanya, dan berusaha menasehatinya agar
dia berubah.

‘’tian kenapa kamu bgini, kenapa bisa banyak sekali masalahmu’’ kataku

‘’tidak ivon ini cuman kesalahan biasa ji, padahal banyak ji juga siswa lain begitu kenapa cuman angkatanku yang di
kasih bgini’’ kata tian yang mencoba menjelaskan kesalahannya

‘’setidaknya jangan ko berbuat begitu, masalahnya parah sekali ini masalahmu.’’ Kataku sambil jengkel kepadanya

Disitu aku langsung meninggalkannya saat kami berbicara di kelas dan selama di skorsing dia selalu mengchat ku di
whatsApp dan berusaha meyakinkanku sehingga aku percaya kepadanya lagi.

Waktu skorsingnya pun habis akhirnya dia masuk sekolah tapi disitu dia tetap saja mengabaikanku dan lebih
memproritaskan teman-temannya dengan alasannya temannya lebih membutuhkannya, sehingga aku jengkel
kepadanya karena tidak perna mengabariku, tiba dimana aku mendatanginya dan berbincang dengannya.

‘’tian, kenapa ko begini sekali kah’’ kataku

‘’kenapakah ivon’’ jawab tian tanpa menyadari kesalahannya

‘’kenapa lebih mu pentingkan temanmu sampai-sampai tidak mu kabari kah’’ kataku

‘’hmm.. saat itu temanku butuhkan ivon, dan mu tau mi bagaimana sifatku na’’ jawab tian

‘’tidak bisa kah murubah tian, capek mika begini karena kurasa bukan kah perioritasmu bisa ko pedulikan teman
mu tapi ingat kah juga’’ kataku

‘’akan ku usahkan ivon, percaya moko sama saya tidak ku ulangi lagi ivon’’ kata tian

Di situ aku langsung meninggalkannya tapi dia terus mengchat ku di whatsapp dan selalu meyakinkanku untuk
tetap bersama walaupun aku sudah muak dengannya, dan dimana aku menunggunya untuk berubah tapi dia tidak
berubah dan itu membuat ku untuk memutuskanya, padahal hubungan kami saat itu hampir tiga tahun tapi aku
mengambil keputusan ini karena aku sudah muak dan tidak ingin membuat pikiranku dan perasaanku terganggu
karena hal ini. Walaupun bisa dibilang ini hanya masalah sepeleh menurut kalian tapi menurutku ini adalah
masalah besar karena aku merasa tidak nyaman.

Dimana aku memanggilnya untuk membicarakan hal ini dan aku mengambil keputusan untuk memutuskannya
walau berat tapi ini adalah cara terbaik untuk merubahnya.

‘’tian ada yang ingin kubicarakan dengan kau’’ kataku

‘’iya apa’’ jawab tian

‘’Mungkin sampai disini hubungan ta naa’’ kataku

‘’kenapa ivon padahal lama miki sama, kenapa seenaknya ambil keputusan’’ kata tian

‘’hmm.. lebih baik putus miki tian’’ kataku

‘’ kenapakah ivon’’ kata tian


‘’hmm.. lebih baik focus miko untuk kedepannya apalagi mau miko lulus, sibukkan dirimu dengan memikirkan dan
mencari pekerjaan atau kuliah, sebenarnya capek dengan sikapmu yang seakan-akan endk mu anggapkah.
Mungkin ini mi jalan satu-satunya agar berubah ko dan belajar ko juga dari kesalahan ini’’ kataku

‘’hmm.. tidak adakah cara lain selain putus ivon’’ kata tian

‘’hmm.. tian sudahmi lebih baik begini, jangan terlalu memaksakan keadaan, saya juga sudah capek dengan
sikapmu’’ kataku

‘’hmm.. ivon memang salahkah, minta maaf kah akan kesalahanku, tapi kalau memang ini maumu endk bisa kah
juga paksako’’ kata tian yang sudah pasrah

‘’hmm.. iya mungkin sampai sini na, senang kah bisa kenalko tian’’ kataku

‘’saya juga ivon’’ kata tian sambil melihatku

‘’jangan ko lupa kah na, haha sebagai teman ki saja sekarang dan kalau ketemu ki baku sapa kina janganko
sombong’’ kataku sambil mencairkan suasana

‘’haha iya ivon’’ kata tian sambil tersenyum

Dan disitulah kisah kami berakhir, aku memberi judul berakhir walaupun endingnya tidak terlalu berlibet-libet,
disini kami juga sudah pasrah , bisa di bilang kisah ini berakhir karena kurangnya saling menghargai tentang
perasaan dan jangan terlalu memprioritas teman dibandingkan pasanganmu karena yang menemani mu sampai
tua bukan teman melainkan pasanganmu jadi mari kita saling menghargai dan tidak mengabaikan pasangan kita
dan selalu memprioritaskannya. Walaupun hubungan kami telah berakhir tapi kami masih sering berkomunikasi
walau berstatus sebagai teman, bahkan kami masih akrab seperti pacaran meskipun kami sering mengalami dejavu
tapi kami berusaha untuk melupakan hal itu, Jadi jangan jadikan mantan musuh yah.

Tamat…

‘’jika dia mencintaimu pasti dia akan menurutimu

Dan menjadikanmu perioritas,

Percuma bertahan jika kamu bukan perioritasnya.’’

Anda mungkin juga menyukai