Anda di halaman 1dari 5

“Ribuan orang mampu hidup tanpa cinta, namun tak satupun hidup tanpa air”

kutipan yang diambil dari penyair W.H.Aunden itu merupakan opening yang sangat
bagus untuk menarik minat penonton yang kemudian dilanjut dengan pembahasan
mengenai lautan di bumi. Film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan
Sumba membahas tentang lautan, saat mendengar kata lautan hal yang ada dipikiran
saya yaitu hamparan air yang sangat luas dan biru yang merupakan air asin. Namun,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), laut merupakan sekumpulan air asin
(dalam jumlah yang banyak dan luas) yang mengenangi dan membagi daratan atas
benua atau pulau.
Dalam film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba juga
menjelaskan bahwa permukaan bumi sendiri di selimuti 70% lautan yang menjadi
penunjang kehidupan makhluk hidup. Kutipan dalam film “Bisakah kita membayangkan
bagaimana bumi tanpa lautan? Seperti apa kehidupan akan berlangsung?” membuat
saya benar-benar mengerti pentingnya lautan dalam kehidupan. Laut memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan, mulai dari oksigen yang kita hirup, air yang kita
minum, menjadi rumah bagi makhluk air, sumber kehidupan bagi tanaman yang didapat
dari hujan yang berasal dari air lautan, menentukan iklim cuaca, menstabilkan suhu dan
udara, dan membentuk proses kimia bumi. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya laut
bagi kehidupan. Namun, kenyataannya 50 tahun terakhir, akibat emisi karbondioksida
yang berlebihan memicu pemanasan global dan pengasaman air laut. Jutaan ton plastic,
ketidaktahuan, serta ketidakpedulian manusia memperparah keadaan, mengancam
kondisi lautan, dan membuat bumi sekarat. Hal itu betul adanya, tidak sedikit
masyarakat yang memiliki prinsip “ bodo amat ’’ terhadap nasib lautan. Selain sikap
tidak peduli, sikap merusak pun turut diterapkan seperti menangkap ikan dengan bom,
membuang sampah di laut, dan masih banyak lagi hal yang memberi dampak negative
pada lautan. Hal itu diakibatkan kurangnya pemahaman tentang laut.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia atau Nusantara yang dikenal sebagai bangsa
maritime merupakan negara kepulauan terbesar dunia yang memiliki luas lautan 2/3 dari
total luas wilayahnya. Namun, apakah kita sebagai bangsa matitim benar-benar
memahami konsep dari lautan itu sendiri? Pemahaman kita terkhusus diri saya sendiri
tentang lautan mungkin masih berkisar seputar cerita di atas permukaan, hanya tempat
mencari nafkah, mencari makanan, sebagai jalur transportasi, jalur perdagangan
internasional, tempat yang dikenal dengan cerita heroic maupun mistis, serta semboyan
jati diri “ nenek moyangku seorang pelaut”. Namun ternyata laut memiliki arti lebih
dari itu. Dari lautan, kita dapat melihat masa lalu bahkan meperkirakan masa depan.
Dalam film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba
dijelaskan bahwa pada tahun 2016, Kapal Riset Baruna Jaya Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia kembali melakukan penelitian terkait pentingnya informasi
ilmiah tentang lautan nusantara. Kegiatan riset yang bersifat eksploratif ini dikenal
sebagai Ekspedisi Widya Nusantara atau biasa disingkat e-WIN. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap tahun semenjak tahun 2007. Ekspedisi Widya Nusantara di
persiapkan untuk riset, pengumpulan data, informasi dan pengetahuan mengenai sumber
daya alam hayati dan non hayati.
Dalam film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba juga
dijelaskan bahwa ekspedisi e-WIN kali ini dilakukan di Perairan Sumba sebagai fokus
riset perairan di pulau terdepan Indonesia. Pertimbangan yang bersifat ilmiah terkait
memilih perairan sumba sebagai fokus riset yaitu karena data potensi hayati dan
nonhayati kelautan di kawasan perairan sumba ini masih minim. Pertimbangan kedua
yaitu kawasan sumba merupakan kawasan transisi antara zona biografi indomelayu dan
austronesia sehingga diharapkan dapat menemukan biota-biota yang unik. Pertimbangan
lainnya yaitu karena kawasan sumba berbatasan langsung dengan kawasan internasional
dan Australia.
Adapun focus penelitian yang dijelaskan dalam film documenter ini yaitu antara
lain bidang geologi, oseonografi fisika, biogeokimia, pencemaran laut, serta
keanekaragaman hayati. Tentu saja menurut saya, ekspedisi yang dilakukan Baruna Jaya
sangat sulit dan juga berbahaya, mereka harus mengutamakan keselamatan mereka.
Jujur, saya pribadi merupakan seorang yang takut dengan laut dikarenakan tidak bisa
berenang, sehingga saat melihat ekspedisi mereka yang berbahaya, saya sangat salut dan
bersyukur Indonesia memiliki orang seperti mereka yang pemberani demi kepentingan
laut Indonesia dan melakukan ekspedisi di pulau Sumba
Membahas tentang pulau Sumba, dalam video di jelaskan ada beberapa teori
yang berkembang mengenai daratan sumba dan kondisi geologinya.Teori pertama
mengatakan bahwa daratan sumba dahulunya berada di bawah permukaan laut dan
sempat menjadi bagian dari pulau Sulawesi Barat serta pulau Kalimantan Selatan
sebelum pulau Sumba terpisah dan menjadi daratan sendiri. Teori lainnya menyebutkan
bahwa pulau Sumba merupakan pulau oseanic yang tidak pernah bergabung dengan
pulau lainnya.
Pada awal saya menonton film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya
Perairan Sumba, niat saya hanya untuk melakukan kewajiban sebagai mahasiswi yaitu
mengerjakan tugas. Namun saat video mulai membahas tentang dari laut kita dapat
mengetahui masa lalu dan memperkirakan masa depan, saya mulai tertarik. Awalnya
saya merasa 25 menit ini akan terasa membosankan, tetapi ternyata saya sangat
menikmati film ini dan tidak menyadari bahwa 25 menit telah berlalu. Saya sangat suka
saat melihat video sekilas pembentukan pulau di Indonesia yang membuat saya
berbicara dalam hati “ oh ternyata seperti itu”. Dan kalimat “ oh ternyata seperti itu’’
terus berulang kali saya ucapkan dalam hati selama menonton video ini. Banyak hal
yang membuat saya takjub, mulai dari pemandangan alam di bawah laut yang indah,
hewan-hewan laut yang baru saya lihat, istilah-istilah yang baru saya dengar seperti
phytoplankton, cara mereka menjadikan kedalaman tanah sebagai patokan tahun, cara
mereka mengambil air laut yang berada dikedalaman kemudian meneliti air tersebut,
alat-alat berat yang mereka gunakan, dan juga kebersamaan mereka di kapal. Hal-hal
tersebut membuat saya sangat tertarik dengan laut dan juga membuat saya menyadari
bahwa pengetahuan saya khususnya tentang laut.sangat sedikit.
Pengetahuan saya tentang laut hanya seputar yang berada di buku cetak bahasa
Indonesia saya selama sekolah tentang keberagaman hayati. Akibat minat baca saya
yang rendah jika berhubungan dengan pelajaran, saya pun tidak terlalu focus
membacanya sehingga membuat pengetahuan saya tentang laut sangat minin sekali.
Dengan adanya film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba sangat
membantu orang yang malas membaca seperti saya .
Dalam film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba juga
menjelaskan bagaimana Indonesia menjadi jalur arus air dari Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Animasi yang di perlihatkan dalam film tersebut sangat mudah di
mengerti dan tidak membuat bosan. “Samudra tidak pernah memilah apa yang akan
terbawa oleh arusnya” merupakan kutipan dalam film documenter yang menurut saya
sangat benar adanya. Samudra akan mengalirkan semuanya, termasuk sampah. Adanya
sampah yang terbawa arus merupakan kesalahan manusia sendiri yang melakukan
pencemaran laut dengan membuang sampah ke laut
Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/ atau Perusakan laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi dan/ atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/ atau fungsinya. Saya sangat
yakin bahwa tanpa mengetahui definisi lengkap pencemaran laut pun, kita sudah tau
hal-hal yang tidak baik untuk laut. Namun saya tidak mengerti apa yang mereka
pikirkan saat mencemari laut, bukankah dampak dari pencemaran laut di rasakan oleh
manusia itu sendiri? Jika demikian, untuk apa melakukan hal yang membuat diri kita
rugi?
Seperti yang dibahas di video, permasalahan tentang sampah plastic. Mulai dari
pemakaian benda berbahan plastic, saya sadar bahwa plastic memang dibutuhkan
terlepas dari fakta bahwa plastic sangat susah di uraikan. Namun kita bisa
memiinimalisir penggunaan plastic dan menggunakan bahan yang lebih ramah
lingkungan.Kemudian pindah pada permasalahan membuang sampah di laut. Saya
sangat ingin mengetahui apa yang para pembuang sampah ke laut itu pikirkan. Selain
membuat ekosistem rusak, dari segi keindahan pun sangat tidak sedap di pandang mat
ajika di laut ada sampah? Maka dari itu, apa yang membuat mereka membuang sampah
di laut? untuk sampak organic, sangat bermanfaat apabila sampah organic tersebut di
olah Kembali menjad pupuk kompos, dengan begitu dapat digunakan bagi tanaman
ataupun dijual dan menghasilkan uang. Untuk sampah anorganik, ddapat di olah
menjadi suatu kerajinan tangan yang memiliki fungsi, sehingga setelah kerajinan tangan
tersebut telah jadi dapat kita gunakan secara pribadi ataupun di jual kemudian
menghasilkan uang. Kedua hal yang saya jelaskan di atas hanya contoh kecil dari
mendaur ulang sampah.
Penjelasan dalam film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan
Sumba mengenai bagaimana sifat plastic yang berperan sebagai media pencemaran,
bagaimana sampah plastic yang ada di laut dapat dimakan oleh ikan kemudian ikan
tersebut akan kita makan membuat saya sangat sadar betapa bahayanya membuang
plastic ke laut yang menurut Sebagian orang hal itu merupakan masalah yang sangat
sepele. Untuk menyelesaikan masalah ini alangkah baiknya di adakan sosialisasi tentang
bagaimana pentingnya laut, hal apa saja yang dapat menyebabkan pencemaran laut,
serta dampak dari pencemaran laut. Tentu saja dalam sosialisasi ini, kita tidak boleh
terlalu “menggurui” dan juga terlebih dahulu harus memahami budaya masyarakat
setempat agar apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakan
setempat.
Berbicara tentang sosialisasi saya sempat memikirkan tentang membuat film
atau drama tentang laut. Sebagai seseorang yang memiliki hobi menonton drama korea,
saya sempat membayangkan alangkah bagusnya jika ada drama korea yang berlatar
kehidupan di laut dimana mereka menyelipkan bagaimana cara mencegah pencemaran
laut dan dampak pencemaran laut. Menurut saya hal itu merupakan cara mengedukasi
yang tidak terkesan “memaksa” seseorang, tidak membuat rishi, dan nyaman diterima
penonton. Walaupun saya membayangkannya sebagai drama korea, namun saya juga
berharap Indonesia membuat film seperti itu untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat, betapa pentingnya laut bagi kehidupan.
Kutipan dalam film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba
yang berbunyi “Samudra adalah simbol kemurnian, apapun yang terjadi padanya, ia
akan tetap menyediakan kehidupan bagi setiap makhluk”. Menurut saya kalimat itu
sangat menohok karena lihatlah Samudra akan tetap menyediakan kehidupan bagi kita,
namun apa yang kita perbuat? Kita malah mmencemarinya. Hal yang baru saya tahu
setelah menonton video ini yaitu laut penghasil 50% oksigen. Oksigen tersebut berasal
dari phytoplankton. Selama ini pengetahuan saya tentang plankton hanya sebatas salah
satu karakter kartun dalam film anak-anak berjudul spongebob. Plankton ada di dunia
nyata dan berukuran sangat kecil. Tidak pernah sekalipun saya membayangkan bahwa
plankton yang sangat kecil, yang merupakan karakter yang memiiliki sifat buruk dalam
film kartun spongebob ternyata merupakan penghasil oksigen yang sangat di butuhkan
makhluk hidup.
Setelah menonon film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan
Sumba, saya juga menyadari lautan Indonesia yang sangat luar biasa. Seperti dalam film
yang menyebutkan bahwa lautan Indonesia luat biasa, dikenal sebagai hot spot
keanekaragaman hayati dunia, dan Lautan Indonesia menjadi jembatan antara Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik. Hal- hal yang di sebutkan dalam film itu membuat saya
bangga menjadi salah satu warga negara Indonesia. Saya sangat bersyukur lahir di
Indonesia. Sehingga marilah kita menjaga keanekaragaman hayati dunia, dengan cara
menjaga lautan dan tidak melakukan pencemaran laut dengan cara mulai mengurangi
penggunaan plastic, mendaur ulang sampah baik sampah organic maupun sampah
anorganik.
Di akhir film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba di
jelaskan bahwa lautan Indonesia menjadi penentu dalam hal iklim dan keanekaragaman
hayati dan juga menjelaskan bahwa laut merupakan wadah dimana sumber daya hayati
dan nonhayati membentuk ekosistem. Video ini menjelaskan bahwa menjaga ekosistem
sangat penting karena ekosistem inilah nantinya ynag mmapu menceritakan kejadian di
masa lampau dan akan mempengaruhi kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Saya menyadari bahwa film ini mengajak kita untuk lebih menjaga lautan,
memanfaatkan kekayaan kita, dan mengajak kita mensyukuri apa yang kita punya.
Tiga kalimat terakhir dalam film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya
Perairan Sumba sangat bagus menurut saya. Kalimat pertama yang berbunyi “Manusia
telah menginjakkan kakinya di bumi, namun belum sempurna menyentuh dasar lautan
terdalam”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan kita sangat minim
tentang lautan sehingga marilah kita menambah pengetahuan kita khususnya tentang
laut. Kalimat kedua berbunyi “ Sebagai manusia, seharusnya kita peduli, dengan rasa
peduli aka nada harapan”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa betara besar arti dari
kepedulian itu karena dengan adanya rasa peduli walaupun sedikit, itu sudah mennjadi
harapan akan keberlangsungan ekosistem laut. Kalimat ketiga yaitu “ Dan langkah awal
untuk menghadirkan rasa peduli adalah dengan melalui ilmu pengetahuan”. Kalimat
yang sangat tepat untuk mengajak orang- orang agar belajar tentang laut. Secara
keseluruhan film Dokumenter - The Ocean Call- Baruna Jaya Perairan Sumba sangat
perlu untuk di nonton remaja jaman sekarang sebagai generasi penerus bangsa nantinya.

Anda mungkin juga menyukai