Anda di halaman 1dari 8

Pandangan Teologis, Aliran Filsafat Helenisme (Neoplatonisme) Dan Kaitannya

Dengan Budaya Rambu Solo’ Di Toraja

Arni Tanggulungan

Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Prodi Teologi Kristen

Arnitanggulungan@gmail.com

Abstrak

Dalam makalah ini akan membahas mengenai pandangan teologis, aliran filsafat

helenisme (Neoplatonisme) dan kaitannya dengan budaya rambu solo’ yang ada di

Toraja. Adapun tujuan dari makalah ini ialah untuk melihat dan mengetahui

bagaimana pandangan teologis, aliran filsafat helenisme (Neoplatonisme) dan

bagaimana kaitannya dengan budaya rambu solo’ di Toraja. Pendekatan ini

menggunakan metode kualitatif. Dimana dalam makalah ini menjelaskan tentang

pentingnya mengimbangi antara budaya dan kepercayaan dan juga yang disampaikan

oleh Neoplatonisme.

Kata kunci: pandangan teologis, helenisme, neoplatonisme, rambu solo

Abstract

In this paper, we will discuss the theological views, the first philosophical of Hellenism

(neoplatonism) and its relation to the cultural sign of solo’ in Toraja. The purpose of this

paper is to see and find out how the theological views, the philoshopy of Hellenism

(neoplatonism) and how it relates to the culture of the solo sign in Toraja. This approach
uses a qualitative method. Where in this paper explains the importance of balancing

between culture and beliefs and also what is onveyed by neoplatonism.

Keywords : thelogical view, Hellenism, neoplatonism, solo signs

Pendahuluan

Filsafat pada umumnya berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata

“philos”yang berarti cinta atau philia, dan shopos yang artinya kebijaksanaan,

pengetahuan serta keterampilan. dalam bahasa inggris filsafat ialah philosophy yang

berarti ingin mengerti cinta dan kebijaksanaan. Seiring dengan berjalannya waktu

filsafat terus berkembang dan meluas. Adapun aliran filsafat, salah satunya aliran

Helenisme yang berasal dari kata hellas yang artinya Yunani. Istilah ini merujuk

kepada kebudayaan yang didominasi oleh Yunani yang pada saat itu berdiri di tiga

kerajaan yakni Macedonia, Syria, dan Mesir. Adapun helenisme ditandai dengan

adanya sebuah kenyataan tentang Negara dan kebudayaan terhapus. Kemudian

Agama, Filsafat, dan Ilmu Pengetahuan dari berbagai Negara bertemu dan terbagi.

Dalam aliran filsafat helenisme dikenal filsafat Neoplatonisme dimana salah satu tokoh

yang paling berperan didalam filsafat ini ialah Plotinus. Plotinus mempercayai bahwa

dunia ini terentang antara dua kutub, dimana diujung yang satu ada cahaya ilahi

disebut yang Esa atau Tuhan. Ujung yang satunya pun dikenal kegelapan yang benar-

benar mutlak dan tidak menerima cahaya dari yang Tuhan.

Ketika melihat isu-isu budaya yang ada, contohnya rambu solo’ adalah suatu

tradisi atau budaya yang sangat terkenal khususnya di daerah Toraja. Ada anggapan

bahwa tradisi yang dilakukan oleh orang Toraja itu adalah sebuah hal yang merupakan

puncak atau bentuk kasih yang diungkapkan oleh keluarga kepada keluarga yang
meninggal dan juga mereka mempercayai bahwa hal tersebut adalah bekal untuk

mengantarnya ke Puya. disini bisa dilihat bahwa sebuah kepercayaan yang dimiliki

oleh masyarakat tersebut meskipun dalam acara rambu solo’ tersebut dipenuhi dengan

berbagai ritual tetapi ada hal teologis yang bisa kita lihat dimana mereka memiliki

kepercayaan kepada Tuhan, bisa kita lihat didalam upacara rambu solo’ masyarakat

memperioritaskan ibadah sebagai hal yang sangat perlu untuk dilakukan. Dalam

makalah ini penulis ingin melihat kita untuk mengetahui bagaimana pandangan

teologis filsafat helenisme (Neoplatonisme) serta bagaimana kaitannya dengan budaya

yang masih aktual. Adapun metode yang digunakan dalam makalah ini ialah metode

kualitatif.

Tujuan dan Manfaat

Makalah ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui bagaimana pandangan

teologis filsafat helenisme (Neoplatonisme) serta bagaimana kaitannya dengan budaya

rambu solo’ di Toraja.

Manfaat dari makalah ini ialah Dalam makalah ini diharapkan bisa memberikan

suatu kontribusi terhadap mahasiswa khususnya di IAKN TORAJA untuk mengetahui

bagaimana pandangan teologis filsafat helenisme (Neoplatonisme) serta bagaimana

kaitannya dengan budaya rambu solo’ di Toraja. Dan juga dalam makalah ini

diharapkan bisa memberikan penjelasan mengenai budaya rambu solo’ di Toraja dan

pandangan teologisnya dalam filsafat Neoplatonisme.

Pembahasan

Aliran Filsafat Helenisme (Neoplatonisme)

Ketika kita melihat Helenisme dalam aspek mitologi ternyata pengaruhnya

cukup besar terhadap pemikiran teologi Kristen. Aspek filsafat ternyata memiliki
pengaruh dalam bentuk bukan dalam isi filsafatnya dalam dunia pemahaman agama

Kristen. Adapun Helenisme ada oleh karena Aleksander yang pada saat itu melakukan

perluasan daerah ke dunia Timur dan menyatukan kebudayaan menjadi satu. Dalam

suatu kebudayaan helenisme, ada beberapa hal yang menjadi masalah diantaranya :

Tuhan, Agama, Filsafat, Etika, Ilmu Pengetahuan, dan bahasa. Dalam kebudayaan

Hellenisme memiliki pengaruh yang cukup besar dan berjalan cukup lama “In modern

times Hellenism refers generally to Greek culture and ideals”. 1 Kata helenisme ada

hubungannya dengan mitologi Yunani Kuno.2 Helen ialah putera dewa Pyrrha dan

Deucalion, yang dianggap sebagai leluhur atau nenek moyang bangsa hellen atau

yunani dan sejarah bangsa Yunani dimulai kurang lebih 3500 tahun sebelum masehi. 3

Neoplatonisme ialah gabungan dari kata Neo, Plato, dan Isme. Neo yang berarti

baru, plato ialah salah satu tokoh filsuf Yunani, dan Isme adalah paham atau aliran. 4

Neoplatonisme adalah aliran atau paham plato yang baru. Dalam aliran neoplatonisme

ada tiga fase yang dimiliki yakni fase aliran Plotinus dan muridnya, Parphyry, Fase

Siria, Lamblichus, dan Fase Aliran Athena, Proclus. 5 Masa akhir kuno, Neoplatonisme

merupakan aliran intelektual yang dominan di hampir seluruh wilayah Hellenistik,

sehingga seakan-akan Neoplatonisme dikatakan bersaing dengan pandangan dunia

yang berdasarkan agama Kristen. Tokoh yang paling berperan dalam Neoplatonisme

ialah Plotinus. Plotinus lahir pada tahun 205 SM di Mesir yakni di Lycopolis. Tahun 232

SM ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada seorang guru yang bernama

Animonius Sacca selama 11 tahun. 6 Plotinus mempercayai bahwa dunia ini terentang

antara dua kutub, dimana diujung yang satu ada cahaya ilahi disebut yang Esa atau
1
william A. Mcdonald, “Hellenism Dalam Edwar Humphrey Encyclopedia International” VII (1997): 385.
2
Edith Hamilton, Mythology, Twentieth Printing (New York: A mentor Book, the new american library, 1963), 328.
3
william A. Mcdonald, “Greece Dalam Edward Ilumphrey” VIII (n.d.).
4
Junov, “Neoplatonisme” (2018): 114.
5
Arang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Sabani, Filsus Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi (Bandung: Pustaka
Setia, 2016), 134.
6
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),
67.
Tuhan. Ujung yang satunya pun dikenal kegelapan yang benar-benar mutlak dan tidak

menerima cahaya dari yang Tuhan. Menurutnya kegelapan itu sebenarnya tidak ada,

yang ada hanya Tuhan Yang Maha Esa. 7 Plotinus juga mengatakan bahwa ia

mengalami penyatuan jiwanya dengan Tuhan yang biasa disebut dengan pengalaman

mistik yang artinya pengalaman menyatu dengan Tuhan. 8

Budaya Rambu Solo’ di Toraja

Setiap daerah tentu memiliki ciri khasnya masing-masing baik itu dari segi

budaya, suku, ras, bahasa dan sebagainya. Salah satu daerah yang sangat terkenal

dengan budayanya ialah Toraja, dimana Toraja terkenal dengan budaya yang disebut

dengan Rambu Solo. Rambu solo adalah salah satu ritual atau upacara yang memakan

cukup besar biaya bahkan sampai triliun. Adapun pandangan masyarakat secara

umum tentang rambu solo ialah suatu budaya yang bisa dikatakan menurunkan

keadaan ekonomi. Maksudnya ialah dalam waktu yang singkat orang-orang bisa

menghabiskan banyak uang untuk membeli segala keperluan dalam upacara rambu

solo. Seperti kerbau, babi dan kebutuhan lainnya. Terlebih khusus bagi para perantau

tentunya akan lebih banyak berkorban didalam persiapan upacara rambu solo. Bahkan

jika keluarga atau pun kerabat tidak memiliki modal, mereka terpaksa untuk

meminjam ke Bank atau koperasi. Dimana salah satu sawah digadaikan dan tanah

milik tersebut berstatus miliki Tongkonan menurut hukum adat.9 Rambu solo dimaknai

sebagai penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal oleh keluarga atau

kerabat.

7
Jostein Gaarder, “Dunia Shophie:Sebuah Novel Filsafat” (n.d.): 220.
8
Ibid., 222.
9
Rannu Sanderan, Dilemah Kepemilikan Tanah Adat (Tana Toraja: P3M STAKN TORAJA, 2017), 2.
Upacara rambu solo pada dasarnya adalah suatu peralihan ritus-ritus yang

digunakan oleh masyarakat Toraja dalam menghantarkan atau memindahkan

kehidupan seseorang kealam lain (Puya). dalam upacara rambu solo atau ritus-ritus

kematian di butuhkan korban persembahan, biaya dan sebagainya. Orang Toraja

memiliki rasa solidaritas yang tinggi bahkan sampai dunia yang berbeda alam (puya)

ketika sudah membali puang. Solidaritas itupun sampai di puya dan demi

keselamatannya mereka harus bekerja dengan keras sehingga mempunyai bekal sampai

ke puya.

Pandangan Teologis terhadap Rambu Solo di Toraja

Meskipun masyarakat yang ada di Toraja memiliki budaya yang begitu kental

tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa seiring dengan hal itu mereka mampu

mengimbanginya dengan nilai religius yang ada didalamnya. Dimana ketika persiapan

rambu solo tidak terlepas dengan persekutuan dalam hal Ibadah yang dilakukan.

Rambu solo diawali dan diakhiri dengan persekutuan dengan Tuhan (Ibadah). Adapun

penghormatan pada leluhur dengan melaksanakan ritual pada jasad orang yang sudah

meninggal merupakan suatu budaya dan kepercayaan sama halnya yang dikatakan

oleh filsafat Neoplatonisme tentang kebudayaan dan juga ada pada pengalaman mistis

yang menyatu dengan Tuhan. Dikatakan juga bahwa terdapat benang merah sebagai

jembatan menuju keselamatan.10

Kesimpulan

aliran filsafat helenisme dikenal filsafat Neoplatonisme dimana salah satu tokoh

yang paling berperan didalam filsafat ini ialah Plotinus. Plotinus mempercayai bahwa

dunia ini terentang antara dua kutub, dimana diujung yang satu ada cahaya ilahi

disebut yang Esa atau Tuhan. Ujung yang satunya pun dikenal kegelapan yang benar-

10
Mingguan Hidup Yayasan Hidup Katolik, 1997.
benar mutlak dan tidak menerima cahaya dari yang Tuhan. Meskipun masyarakat yang

ada di Toraja memiliki budaya yang begitu kental tetapi tidak dapat dipungkiri juga

bahwa seiring dengan hal itu mereka mampu mengimbanginya dengan nilai religius

yang ada didalamnya.

Bibliografis

Gaarder, Jostein. “Dunia Shophie:Sebuah Novel Filsafat” (n.d.).

Hamilton, Edith. Mythology, Twentieth Printing. New York: A mentor Book, the new

american library, 1963.

Junov. “Neoplatonisme” (2018): 109–117.

Mcdonald, william A. “Greece Dalam Edward Ilumphrey” VIII (n.d.).

———. “Hellenism Dalam Edwar Humphrey Encyclopedia International” VII (1997).

Sabani, Arang Abdul Hakim dan Beni Ahmad. Filsus Umum Dari Metologi Sampai

Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, 2016.

Sanderan, Rannu. Dilemah Kepemilikan Tanah Adat. Tana Toraja: P3M STAKN TORAJA,

2017.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2016.

Mingguan Hidup Yayasan Hidup Katolik, 1997.

Anda mungkin juga menyukai