ZOOPLANKTON
SURAI SINGA (Cyanea capillata)
OLEH
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur panulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah produktivitas perairan “Zooplankton (Surai
Singa)” tepat pada waktunya. Tersusunnya makalah ini bukanlah karena kerja
kerja keras dari penulis sendiri, namun ada beberapa pihak yang ikut
berkontribusi dan membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada banyak
pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Dosen
Pengampu Produktivitas Perairan Ibu Ir. Eawani, M.Si yang telah memberikan
tugas makalah ini dan juga semua pihak yang berperan membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Penulis juga tahu bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis juga berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan
kritikan dan saran yang bersifat membangun sehingga makalah ini kedepannya
dapat menjadi lebih baik.
Kelompok 1
3
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
I.1 Pendahluan............................................................................... 1
I.2 Tujuan dan Manfaat................................................................. 2
II. PEMBAHASAN
2.1 Zooplankton............................................................................. 3
2.2 Ubur-ubur Surai Singa (Cyanea capillata) ............................ 4
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produktivitas suatu perairan sangat ditentukan oleh sifat fisika dan kimia
serta organisme hidup pendukung lainnya. Nilai produktivitas perairan
berbanding lurus dengan banyaknya komposisi bahan organik yang terdapat pada
setiap stasiun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya bahan organik
dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula produktivitas perairannya
(Yuningsih 2014).
Produktivitas perairan merupakan laju penambatan atau penyimpanan energi
(cahaya matahari) oleh komunitas autotrof di dalam sebuah ekosistem perairan.
Produktivitas itu sendiri terdiri dari produktivitas primer (produsen) dan
produktivitas skunder (konsumen: zoo plankton, ikan, benthos, dll) (Asriana &
Yuliana, 2013). Produktivitas perairan adalah jumlah bahan organik yang
dihasilkan oleh organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu merombak
bahan anorganik menjadi bahan organik yang langsung dapat dimanfaatkan oleh
organisme itu sendiri maupun organisme lain dengan bantuan energi matahari
maupun melalui mekanisme kemosintesis (Muhtadi, 2017).
Plankton adalah organisme yang terdiri dari hewan dan tumbuhan yang
mengapung secara pasif di dalam air, atau memiliki kekuatan berenang yang
terbatas sehingga dibawa dari satu tempat ke tempat lain oleh arus. Plankton
terdiri dari dua kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme
non fotosintetik atau zooplankton dan organisme fotosintetik atau fitoplankton.
Ukuran dari organisme plankton pada umumnya relative sangat kecil atau
berukuran mikroskopis. Sepanjang hidupnya terlalu terapung dan daya hidupnya
tergantung
dari pergerakan massa air atau pola arus.
Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi
primer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai
antara produsen primer dengan karnivora besar dankecil dapat mempengaruhi
kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem perairan. Zooplankton merupakan
plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena terbatasnya kemam puan
2
bergerak.
Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum Cnidaria, umumnya mereka berukuran 2 sampai 40 cm,
tapi ubur-ubur yang lebih besar bisa mencapai 1–2 meter. Ubur-ubur tidak punya
otak atau sistem saraf pusat. Akan tetapi mereka punya jaring saraf yang terdiri
dari neuron yang dapat merespon pada berbagai rangsangan. Knidosit-nya
memiliki silia yang dapat mendeteksi kontak fisik dan indra yang dapat
mendeteksi zat kimia seperti bau, kombinasi ini memungkinkan knidosit
menembak sasaran yang tepat.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui secara pasti
tentang zooplankton beserta perannya di perairan, Adapun manfaat dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk melengkapi tugas yang di berikan oleh dosen
dan menambah pengetahuan tentang zooplankton yang terdapat di perairan.
3
II PEMBAHASAN
2.1 Zooplankton
Zooplankton, bagian dari komunitas planktonik yang lebih luas, adalah
organisme heterotrofik yang menghuni lingkungan air tawar dan laut. Istilah
“plankton” mencakup beragam organisme yang mengapung atau melayang di
alam perairan. Di antara organisme-organisme ini, zooplankton dibedakan
berdasarkan sifat heterotrofiknya, yang menandakan ketergantungan mereka pada
bahan organik eksternal untuk mendapatkan makanan, dibandingkan dengan
organisme autotrofik yang dapat mensintesis makanannya sendiri. Secara khusus,
zooplankton sebagian besar memakan fitoplankton, komponen autotrofik dari
komunitas planktonik (Efendi, 2016).
Zooplankton, organisme heterotrofik yang ditemukan di lingkungan
perairan, menunjukkan beragam spesies, masing-masing memiliki karakteristik
unik dan signifikansi ekologis. Berdasarkan sifat struktural dan fungsionalnya,
zooplankton dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
1. Radiolaria : protozoa yang termasuk dalam kelas Radiozoa. Dicirikan oleh
kerangka mineral rumit yang terbuat dari silika, radiolaria biasanya berukuran
kecil, berdiameter antara 0.1-0.2 mm. Ditemukan secara global di semua lautan,
sisa-sisa kerangka organisme ini sering terakumulasi di dasar laut, sehingga
berkontribusi terhadap sedimen laut.
2. Dinoflagellata: Mewakili sebagian besar eukariota laut, dinoflagellata memiliki
keunikan dalam sifat mixotrofiknya. Artinya mereka dapat memanfaatkan energi
melalui fotosintesis dan juga menelan organisme lain. Kehadiran mereka sangat
penting bagi kesehatan terumbu karang dan memainkan peran penting dalam
jaring makanan di laut.
3. Foraminifera: Protista amoeboid ini dibedakan berdasarkan cangkang luar dan
ektoplasmanya, yang mereka gunakan untuk mencari makan. Cangkangnya, yang
sebagian besar terbuat dari kalsium karbonat, terkadang mengandung mineral lain.
4
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi
primer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai
antara produsen primer dengan karnivora besar dankecil dapat mempengaruhi
kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem perairan. Zooplankton merupakan
plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena terbatasnya kemam puan
bergerak.
Ubur-ubur Surai Singa (Cyanea capillata) adalah sejenis ubur-ubur dari
familia vaneidae, juga dikenal sebagai rambut jeli. Beberapa ciri umum ubur surai
singa dikenali dengan "surai" panjang yang menjuntai di belakangnya. Surai ini
biasanya terdiri dari tentakel-tipis yang bisa mencapai beberapa meter panjang.
Tubuh ubur surai singa biasanya transparan atau bening, tetapi mereka dapat
memiliki warna-warna seperti biru, ungu, merah muda, atau kuning pada beberapa
bagian tubuhnya.
Ubur-ubur ini merupakan salah satu organisme terbesar di dunia dan ubur-
ubur beracun dengan ukuran besar. Racun ubur-ubur surai singa tidak mewakili
bahaya mematikan bagi manusia, namun berbahaya dan menyakitkan, karena bisa
bertahan dalam sengatan untuk waktu yang lama dan lebih lama jika tidak segera
diobati. Racunnya langsung masuk ke sistem jantung manusia dan jika dia punya
penyakit jantung, sengatan ubur-ubur ini bisa berakibat fatal, meski racunnya
tidak sebanding dengan racun ubur-ubur pembunuh. Sensasi yang ditinggalkan
ubur-ubur ini setelah disengat adalah perih, gatal-gatal, ruam.
7
DAFTAR PUSTAKA
Yuningsih, HD, Anggoro, S., & Soedarsono, P. (2014). Hubungan bahan organik
dengan produktivitas perairan pada kawasan tutupan eceng gondok,
perairan terbuka dan keramba jaring apung di Rawa Pening Kabupaten
Semarang Jawa Tengah. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan
(Maquares) , 3 (1), 37-43.
Muhtadi, A. 2017. Produktivitas Primer Perairan. Researchgate. Net, 14(1): 1-19.