TELAAH ISU-ISU
STRATEGIS
2022
Penanggung Jawab
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH., MA
Widhi Novianto, S.Sos., M.Si
Budiarjo, S.Sos., MA
Penulis
Riyadi Sri Purnomo, SE., MA
Dewi Oktaviani, S.IP., MH
Frenky Kristian Saragi, SH., M.Han
Rico Hermawan, S.IP
Redaktur
Evy Trisulo Dianasari, SH., MH
Isni Kartika Larasati, S.Pd., M.Si
Maria Dika Puspita Sari, S.I.A., MA
Rezha Mehdi Bazargan, SAP
Amira Amnihati Rumhana, A.Md, Ak
Narasumber
Dr. Thomas Umbu Pati Tena Bolodadi, M.Si
Ir. Hendarman, M.Sc., Ph.D
Muchamad Yusuf, ST, M.Si
Suryo Hidayat, SH, MM
Harry Ayusman, SE
Sriyanta, S.Pd
Diterbitkan oleh
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Pusat Kajian Kebijakan Administrasi Negara (PK2AN)
Jln. Veteran No. 10, Jakarta Pusat - 10110
Telp. (021) 3868201-05, Fax (021) 3868208
ii
PROLOG
vi
DAFTAR ISI
vii
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
POLICY BRIEF
RINGKASAN EKSEKUTIF
A. PENDAHULUAN
Pengangguran adalah sumber daya manusia dalam sistem
perekonomian suatu negara yang tidak terpakai. Semakin banyak
pengangguran di suatu negara akan merusak sistem ekonomi. Pemborosan
sumber daya tenaga kerja yang disebabkan pengangguran. Jumlah
angkatan kerja Indonesia menunjukkan angka yang terus meningkat dari
tahun ke tahun, sayangnya kecepatan peningkatan jumlah angkatan kerja
tersebut tidak dibarengi dengan besarnya perluasan lapangan kerja atau
kapasitas produksi, akibatnya jumlah pengangguran terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja.
Gambar 1.
Perbandingan Jumlah Angkatan Kerja, Bekerja dan pengangguran di Indonesia
Sumber: BPS, 2021
Gambar 2.
Partisipasi Angkatan Kerja Indonesia 2016-2020
(Sumber:BPS,2021)
Gambar 3.
Target Pemerintah dalam RKP 2022,
Angka Pengangguran terbuka Indonesia 2018 - 2021
(Sumber: Bappenas, 2022, BPS, 2021)
B. DESKRIPSI MASALAH
Dalam mengatasi pengangguran akibat pandemi, Pemerintah
melalui Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan beberapa kebijakan
yang diharapkan mampu mengatasi peningkatan pengangguran di
Indonesia. Pada masa Pandemi Covid-19, pemerintah berupaya menahan
dampak negatif akibat pandemi melalui apa yang di kenal dengan program
pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang telah dilakukan sejak tahun 2020
sampai sekarang. Anggaran PEN tahun 2020 sebesar Rp 607,65 T untuk
beberapa kegiatan yaitu Kesehatan, Perlindungan Sosial, Dukungan UMKM,
Pembiayaan Korporasi, Insentif Usaha, serta Dukungan Sektoral
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Tahun 2021 pemerintah
menganggarkan program PEN sebesar Rp 699,43 T, sedangkan tahun 2022
anggaran PEN sebesar Rp 321,2 T untuk beberapa program yaitu dukungan
UMKM Rp27,48 T, Bidang kesehatan Rp 77,05 T, Perlindungan masayarakat
126,54 T, Program prioritas Rp 90,04 T.
Beberapa langkah kebijakan terkait permasalahan kesempatan
kerja dan pengangguran yang terdapat dalam program pemulihan ekonomi
nasional, yaitu :
1. Paket stimulus ekonomi untuk dunia usaha agar tidak melakukan PHK,
2. Insentif pajak penghasilan bagi para pekerja,
3. Jaring pengaman sosial melalui program bantuan sosial bagi pekerja
formal dan informal,
4. Pemberian prioritas kartu prakerja bagi para pekerja yang menjadi
korban PHK,
5. Perluasan program padat karya tunai,
6. Perlindungan bagi para pekerja migran Indonesia (PMI) baik di negara
penempatan maupun setelah kembali ke tanah air.
Dalam jangka panjang pemerintah telah berupaya pula dengan
melakukan perbaikan pendidikan vokasi melalui penyempurnaam
kurikulum dan strategi pendidikan vokasi melalui link and match antara
Contoh
No Instansi Tujuan Program Target
Program/Kegiatan
3. Kementerian Menciptakan kesempatan Kegiatan sektor 37,08 T
Desa, kerja; pertanian dan
Pembangunan Memupuk rasa perkebunan untuk
Daerah kebersamaan; ketahanan pangan;
Tertinggal dan Meningkatkan Kualitas dan Kegiatan sektor
Transmigrasi kuantitas pemberdayaan restoran dan wisata
masyarakat desa; desa;
Meningkatkan akses Kegiatan sektor
masyarakat miskin pada perdagangan logistic
pelayanan pendidikan dan pangan;
kesehatan; Kegiatan sektor
Menekan jumlah pengangur perikanan;
dan setengah penanggur; Kegiatan sektor
Membangkitkan kegiatan peternakan
sosial ekonomi desa. Kegiatan sektor
industry pengolahan
dan pergudangan.
4. Kementerian Mengurangi jumlah 33,2T
Perhubungan penangguran, setengah
Penganggur, dan masyarakat
miskin;
Mempuk rasa kebersamaan,
gotong royong, dan
partisipasi masyarakat;
Meningkatkan kualitas dan
kuantitas pemberdayaan
masyarakat;
Mewujudkan peningkatan
akses masyarakat miskin,
kepada pelayanan dasar,
Membangkitkan kegiatan
sosial dan ekonomi
masyarakat; dan
Penciptaan lapangan kerja
melalui kegiatan
pembangunan secara
swakelola dan padat karya
tunai.
Contoh
No Instansi Tujuan Program Target
Program/Kegiatan
5. Kementerian Penyerapan tenaga kerja Pembangunan irigasi 405,6
Kelautan dan masyarakat pesisir dan perikanan M
Perikanan pantai, tambak/kolam, minapadi,
Pemberdayaan ekonomi Bantuan KJA budidaya
masyarakat pesisir dan laut, kluster kawasan
pantai tambak udang milenial
(MSF).
Rehabilitasi kawasan
mangrove,
pengembangan usaha
garam rakyat
(Pugar)/irigasi lahan
garam, Pembangunan
sarana dan prasarana
niaga garam rakyat.
6. Kementerian Program Padat Karya Program padat karya 186 M
Pariwisata bertujuan untuk untuk revitalisasi 177
dan Ekonomi menghadirkan solusi atas desa wisata dipulau
Kreatif permasalahan yang dirasakan Dewata. Program padat
masyarakat imbas pandemi karya melalui program
covid-19, Menteri Keuangan, bersih indah sehat aman
Menko Perekonomian, Menko yang disingkat program
Kemaritiman dan Investasi. Bisa. Program ini
diharapkan mampu
mencetak beberapa
lapangan pekerjaan
disejumlah provinsi
terpadat.
Padat karya terumbu
karang atau yang disebut
Indonesia Coral Reef
Garden (ICRG) 2021.
Sumber : Berbagai sumber, diolah 2022.
C. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Berdasarkan deskripsi permasalahan yang sudah diuraikan pada
bagian sebelumnya, maka dalam Policy Brief ini akan disampaikan
No Aktor Peran
4. Kementerian Dalam 1. Memetakan tenaga kerja yang
Negeri membutuhkan program padat karya
2. Bersama pemerintah daerah menetapkan
program kegiatan dan pengembangan
keahlian pekerja yang dapat dilakukan
oleh Daerah
3. Mengidentifikasikan peraturan-peraturan
daerah yang bertentangan dengan
semangat perbaikan dalam perluasan
kesempatan kerja dan pengangguran,
untuk dapat direvisi dan diperbaiki oleh
daerah masing- masing.
5. Kementerian 1. Membuat model pendidikan, pelatihan,
Pendidikan, dan pengembangan kompetensi
Pendidikan, riset masing-masing program
padat karya yang ada dengan
berkoordinasi dengan kementerian teknis
yang membidanginya;
2. Mengkolaborasikan unsur-unsur
akademisi dalam pendampingan tenaga
kerja dalam program padat karya, dengan
menyandingkannya dengan program
merdeka beajar, dan program lainnya
yang sejenis.
6. BSSNI Melakukan sertifikasi keahlian bagi para
pekerja program padat karya, yang telah
menyelesaikan kegiatan padat karya,
menyelesaikan kegiatan pengembangan
kompetensi.
7. Kementerian Melakukan pelatihan dan pengembangan
Pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis sumber Pariwisata
Ekonomi Kreatif dan daya local di berbagai wilayah di
Indonesia, sebagai upaya ekonomi kreatif
menumbuhkembangkan ekonomi kreatif dan
UMKM bagi pekerja program padat karya yang
tidak terserap pada dunia industri.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 1991. Alternatif
kebijaksanaan pengembangan kelembagaan Badan Perencanaan
Pembangunan Kawasan.
Yusuf, Muhammad. 2022. Bahan Paparan FGD Kemnaker dan LAN. Jakarta.
POLICY BRIEF
Oleh :
Dewi Oktaviani
Analis Kebijakan Ahli Muda
Pusat Kajian Kebijakan Administrasi Negara
RINGKASAN EKSEKUTIF
A. PENDAHULUAN
Istilah yang selalu disampaikan oleh masyarakat pada saat adanya
pergantian pimpinan “Ganti Presiden, Ganti Menteri, Ganti Kebijakan” selalu
mengemuka. Belum berjalannya secara maksimal akan kebijakan
pendidikan yang harus dilaksanakan, hanya karena adanya pergantian
pimpinan, maka kebijakan pendidikan yang ada harus pula mengalami
perubahan, terutama terhadap sistem dan kurikulum yang ada. Seperti
perihal hadirnya kebijakan Merdeka Belajar ini, yang diluncurkan oleh
Menteri Dikbudristek (Nadiem Makarim) yang bertujuan untuk
Gambar 1.
Skor Kemampuan Siswa di Beberapa
Negara ASEAN pada PISA 2018
Gambar 2.
Merdeka Belajar
B. DESKRIPSI MASALAH
Lahirnya kebijakan Merdeka Belajar, dan keputusan untuk mengusung
empat agenda prioritas yang diangkat dalam bidang Pendidikan pada
Presidensi G20, jelas merupakan bukan keputusan yang mudah untuk
diterapkan. Hal ini dikarenakan kebijakan Merdeka Belajar (hingga saat ini)
dapat dikatakan sebagai “branding” pendidikan Indonesia yang mencoba
1
Tidak hanya itu, hal ini untuk memperkuat yang tidak hanya sebagai kekayaan intelkutual yang
dimiliki Indonesia (khususnya Kemendikbudristek), juga untuk memberikan kemudahan bagi negara
lain yang ingin mengadopsi dan mereplikasikannya.
2
Secara geografis Sekolah SMPN 3 Cepogo (Boyolali) ini berada di lereng Gunung Merbabu, sehingga
sampai saat ini masih terkendala jaringan atau sinyal internet yang belum terjangkau. Siswa
sementara masih mengambil tugas secara berkala ke sekolah, untuk dikerjakan di rumah dan
diserahkan dikemudian hari ke sekolah sehingga guru pun harus ada yang berjaga (piket) di sekolah.
Gambar 3.
Pembagian Fungsi Anggaran Pendidikan Tahun 2022 Dari APBN
Sumber: Bahan Narasumber FGD, 2022
C. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka Policy Brief ini mencoba
untuk memberikan alternatif rekomendasi berupa strategi untuk penguatan
kebijakan Merdeka Belajar, yaitu :
1. Perlunya definisi baku dan landasan hukum yang kuat untuk
kebijakan Merdeka Belajar
Kebijakan Merdeka Belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan
ini, diharapkan dapat menjadi solusi atas berbagai masalah yang terjadi
dalam dunia pendidikan Indonesia, terutama dimasa pandemi Covid-19
ini. Namun demikian, untuk memperkuat kebijakan Merdeka Belajar
jelas diperlukan sebuah definisi baku dan landasan hukum yang kuat
(Peraturan Presiden), sehingga tidak hanya menjadi sebuah “branding”
tetapi juga dapat sebagai solusi bagi masa dunia depan pendidikan
Indonesia. Hal ini juga untuk memberikan kemudahan bagi sekolah
dalam mengoperasionalisasinya, serta untuk melahirkan peraturan
turunan dibawahnya, seperti petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
petunjuk teknis (juknis) untuk setiap jenjang pendidikan dan setiap
episode Merdeka Belajar.
Hal ini pun menjadi urgent dimana kebijakan Merdeka Belajar yang
diusung dalam Presidensi G20 sebagai salah satu best practice
(stakeholder)
Perlindungan
Infrastruktur
Pembanguna
n Sarpras &
Pendidikan
Kesehatan
Anggaran
Jaringan/
Platform
Mutu
No
1. Kementerian √ √ √ √
Dikbudristek
2. Kementerian √ √ √ √
Agama
3. Kementerian √ √
Keuangan
4. Kementerian √
Pertanian
5. Kementerian √
Perindustrian
6. Kementerian √
ESDM
7. Kementerian √ √
Perhubungan
8. Kementerian √ √
Kesehatan
9. Kementerian √
Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan
10. Kementerian √
Kelautan dan
Perikanan
11. Kementerian √
Pariwisata
Peranan
(stakeholder)
Perlindungan
Infrastruktur
Pembanguna
n Sarpras &
Pendidikan
Kesehatan
Anggaran
Jaringan/
Platform
Mutu
No
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/05/091452071/transformasi
-pendidikan-mulai-menggeliat-tapi-belum-optimal?page=all
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/02/budaya-untuk-hidup-
berkelanjutan-jadi-prioritas-kemendikbudristek-pada-helat-g20
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/02/teknologi-dan-kualitas-
pendidikan-untuk-semua-jadi-prioritas-pada-g20
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/02/g20-kemendikbudristek-
perjuangkan-empat-agenda-prioritas-pendidikan
https://radarsemarang.jawapos.com/artikel/untukmu-
guruku/2021/11/18/learning-loss-apa-mengapa-dan-bagaimana-
mengatasinya/
https://www.youtube.com/watch?v=T2-s6yY9yoI
POLICY BRIEF
RINGKASAN EKSEKUTIF
Menteri PAN dan RB mengeluarkan Surat Edaran nomor
B/185/M.SM.02.03/2022 perihal Status Kepegawaian di Lingkungan Instansi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang mewajibkan status
kepegawaian di instansi pemerintah terdiri dari 2 (dua) jenis kepegawaian,
yaitu PNS dan PPPK dan pemberlakukan tersebut dimulai tanggal 28 November
2023 (5 tahun setelah diundangkannya PP No. 49 Tahun 2018 tentang
Manajemen PPPK). Kondisi di lapangan menunjukkan sangat banyak
nomenklatur jenis pegawai di instansi pemerintah selain PNS dan PPPK. Jangka
waktu yang sangat singkat untuk menyelesaikan status pegawai di luar PNS dan
PPPK di lingkungan instansi pemerintah, yaitu sebelum tanggal 28 November
2023 menjadi polemik di berbagai daerah. Rekrutmen tenaga honorer yang
terus dilakukan setelah keluarnya PP Manajemen PPPK mengacaukan hitungan
kebutuhan formasi ASN di instansi pemerintah, yang membuat permasalahan
tenaga honorer tidak berkesudahan hingga saat ini. Masalah yang kemudian
muncul adalah kekuatan anggaran masing-masing instansi pemerintah untuk
membiayai PPPK dan tenaga alih daya (outsourcing) setelah tidak
menggunakan pegawai non-ASN/ tenaga honorer, juga terkait
keberlangsungan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi, terutama pelayanan
publik oleh instansi pemerintah yang akan terkendala pasca penerapan
Peraturan Pemerintah No. 49/2018 tentang Manajemen PPPK. Rekomendasi
kebijakan untuk Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah adalah: 1)
Melakukan pemetaan kebutuhan SDM organisasi sesuai analisis jabatan dan
analisis beban kerja organisasi; 2) Melakukan pendataan dan pemetaan
pegawai non-ASN/ tenaga honorer di masing-masing instansi pemerintah
berdasarkan Pendidikan dan Keahlian; 3) Pelaksanaan seleksi CPNS dan CPPPK
terhadap Pegawai Non ASN/ Tenaga Honorer agar disesuaikan dengan
substansi tugas dan pekerjaan yang diemban selama ini; 4) Melakukan
kerjasama/ kemitraan dengan Swasta yang bergerak di bidang penyaluran
tenaga alih daya (outsourcing); 5) Melakukan kerjasama/ kemitraan dengan
kementerian ketenagakerjaan maupun dinas ketenagakerjaan di daerah untuk
memberikan pelatihan-pelatihan kepada pegawai non-ASN/ tenaga honorer.
Kata Kunci: Pegawai Non ASN/ Tenaga Honorer, PNS, PPPK, Outsourcing
A. PENDAHULUAN
Pada tanggal 31 Mei 2022, Menteri PAN dan RB mengeluarkan Surat
Edaran nomor B/185/M.SM.02.03/2022 perihal Status Kepegawaian di
Lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam
Surat Edaran tersebut, ditekankan 2 hal sebagai berikut:
1. Mewajibkan Status Kepegawaian di Instansi Pemerintah terdiri dari 2
(dua) jenis kepegawaian, yaitu: PNS dan PPPK.
2. Pemberlakukan tersebut dimulai tanggal 28 November 2023 (5 tahun
setelah diundangkannya PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK).
Dalam Surat Edaran tersebut, Pejabat Pembina Kepegawaian
diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan pemetaan pegawai Non ASN di lingkungan instansi masing-
masing dan bagi yang memenuhi syarat dapat diikutsertakan/
diberikan kesempatan mengikuti seleksi Calon PNS maupun PPPK.
2. Menghapuskan jenis kepegawaian selain PNS dan PPPK di lingkungan
instansi masing-masing dan tidak melakukan perekrutan pegawai non-
ASN.
3. Dalam hal Instansi Pemerintah membutuhkan tenaga lain seperti
Pengemudi, Tenaga Kebersihan dan Satuan Pengamanan dapat
dilakukan melalui Tenaga Alih Daya (Outsourcing) oleh pihak ketiga dan
status Tenaga Alih Daya (Outsourcing) tersebut bukan merupakan
Tenaga Honorer pada instansi yang bersangkutan.
4. Menyusun Langkah strategis penyelesaian pegawai non-ASN yang tidak
memenuhi syarat dan tidak lulus seleksi Calon PNS maupun Calon PPPK
sesuai ketentuan perundang-undangan sebelum batas waktu tanggal 28
Nopember 2023.
3https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/instansi-pemerintah-diharapkan-selesaikan-penanganan-
pegawai-non-asn-di-tahun-2023-sesuai-karakteristik-masing-masing-k-l-d-tenaga-honorer-tetap-bisa-diatur-
dengan-pola-outsourcing di akses 21 Juni 2022
Gambar 1
Statistik THK-II Tahun 2012-2021
B. DESKRIPSI MASALAH
Berdasarkan UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU
ASN), pada Pasal 6 disebutkan jenis pegawai di instansi Pemerintah terdiri
dari PNS dan PPPK. Kondisi di lapangan menunjukkan, ternyata sangat
banyak nomenklatur jenis pegawai di instansi pemerintah selain PNS dan
PPPK. Sebutan untuk jenis pegawai selain PNS dan PPPK antara lain:
Tenaga Honorer, Tenaga Ahli, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
(PPNPN), Pegawai Kontrak, Pegawai Tidak Tetap (PTT), Tenaga
Pendamping, Sukarelawan, Pegawai Outsourcing dan lain sebagainya,
4https://money.kompas.com/read/2022/06/14/141453926/pemerintah-akui-punya-pr-atasi-persoalan-
tenaga-honorer-sejak-2005 di akses 21 Juni 2022
PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2022 35
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
dengan tingkat pendidikan, keahlian dan standar gaji yang juga berbeda-
beda. Dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis pegawai tersebut dapat
dikategorikan sebagai jenis pegawai yang dimaksud dalam UU ASN
tersebut yang harus diselesaikan sampai batas waktu 28 November 2023.
Jangka waktu yang sangat singkat untuk menyelesaikan status
pegawai di luar PNS dan PPPK di lingkungan instansi pemerintah, yaitu
sebelum tanggal 28 November 2023 menjadi polemik di berbagai daerah.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, dalam rangka penataan ASN sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, PPK diminta untuk melakukan
pemetaan pegawai non-ASN di lingkungan instansi masing-masing. Dan
bagi yang memenuhi syarat dapat diikutsertakan atau diberikan
kesempatan mengikuti seleksi calon PNS maupun PPPK. PP Manajemen
PPPK mengamanatkan, PPK dan pejabat lain di instansi pemerintah
dilarang mengangkat pegawai non-ASN untuk mengisi jabatan ASN.
Dengan demikian, PPK diamanatkan menghapuskan jenis kepegawaian
selain PNS dan PPPK dan tidak melakukan perekrutan pegawai non-ASN.
Adanya rekrutmen tenaga honorer yang terus dilakukan
mengacaukan hitungan kebutuhan formasi ASN di instansi pemerintah. Hal
ini juga membuat permasalahan tenaga honorer menjadi tidak
berkesudahan hingga saat ini.5 Alasan perekrutan tenaga honorer antara
lain karena kebijakan moratorium CPNS yang menyebabkan beban kerja
yang tinggi, dimana pada saat pelaksanaan moratorium tersebut, banyak
juga peagwai yang pensiun, meninggal dunia, sehingga jumlah pegawai
kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemerintah telah
melaksanakan beberapa kali kebijakan moratorium CPNS. Pada tahun
2011-2012, pemerintahan mengambil kebijkan moratorium CPNS yang
tujuannya adalah untuk melakukan penataan birokrasi melalui
pendistribusian pegawai secara proposional di semua lembaga. Pada tahun
2015-2019 pemerintah juga melakukan kebijakan moratorium yang
tujuannya adalah untuk evaluasi pemerintah atas kinerja PNS dan
efektivitas jumlah PNS terutama dibandingkan dengan penduduk
Indonesia. Dari total jumlah PNS Indonesia, 62% PNS memiliki kemampuan
administratif namun tidak diimbangi dengan keterampilan khusus. Namun
5https://www.cnbcindonesia.com/news/20220124075212-4-309762/kronologi-honorer-disetop-dan-
fungsional-pns-moratorium di akses 27 Juni 2022
36 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2022
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
Gambar 2.
Porsi Belanja Pegawai Tahun 2017
10https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/03/193000265/penjelasan-terbaru-menpan-rb-soal-nasib-
tenaga-honorer-jika-tidak-lulus-tes?page=all di akses 8 Juni 2022
38 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2022
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
C. REKOMENDASI KEBIJAKAN
1. Untuk Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah
Langkah Strategis yang dilakukan oleh Kementerian/ Lembaga/
Pemerintah Daerah untuk menindaklanjuti penerapan Peraturan
Pemerintah No. 49/2018 tentang Manajemen PPPK yang ditekankan
melalui Surat Edaran nomor B/165/M.SM.02.03/2022 perihal Status
Kepegawaian di Lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan pemetaan kebutuhan SDM organisasi sesuai analisis
jabatan dan analisis beban kerja organisasi. Kebutuhan SDM
organisasi tersebut direkomendasikan untuk diisi oleh pegawai
non-ASN/ tenaga honorer melalui jalur Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) maupun Calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(CPPPK). Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah mendorong
pegawai non-ASN/ tenaga honorer untuk dapat melamar menjadi
CPNS dan CPPPK di tempat mereka selama ini mengabdi sesuai
kebutuhan instansi pemerintah. Amanat PP Manajemen PPPK akan
memberikan kepastian status kepada pegawai non-ASN untuk
menjadi ASN karena ASN sudah memiliki standar
penghasilan/kompensasi.
b. Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah melakukan pendataan
dan pemetaan pegawai non-ASN/ tenaga honorer di masing-masing
instansi pemerintah berdasarkan Pendidikan dan Keahlian. Hasil
pemetaan kebutuhan SDM organisasi pada rekomendasi pertama di
atas, khususnya terkait kebutuhan SDM di instansi pemerintah,
diprioritaskan dari pegawai non-ASN/ tenaga honorer hasil
pendataan dan pemetaan sesuai pendidikan dan keahlian.
Dalam Perpres No. 38 tahun 2020 tentang Jenis Jabatan Yang Dapat
diisi oleh PPPK disebutkan bahwa jabatan yang dapat diisi oleh
PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2022 39
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
yang tidak terserap melalui jalur CPNS dan CPPPK agar dapat
direkrut dan disalurkan oleh pihak swasta yang menyalurkan
tenaga alih daya (outsourcing) tersebut, sehingga dapat
dipekerjakan kembali di instansi pemerintah sesuai kebutuhan
dengan mekanisme outsourcing. Dengan menjadi tenaga alih daya
(outsourcing) di perusahaan, sistem pengupahan tunduk kepada UU
Ketenagakerjaan, dimana ada upah minimum regional/upah
minimum provinsi (UMR/UMP).
Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah juga dapat melakukan
kerjasama/ kemitraan dengan kementerian ketenagakerjaan
maupun dinas ketenagakerjaan yang ada di daerah untuk dapat
memberikan pelatihan-pelatihan kepada pegawai non-ASN/ tenaga
honorer yang selama ini sudah mengabdi di instansi pemerintah,
untuk dapat disalurkan ke BUMN/ BUMD maupun perusahaan
swasta yang membutuhkan. Dengan demikian, akan memberikan
kesempatan kepada pegawai non-ASN/ tenaga honorer untuk dapat
bekerja di BUMN/ BUMD maupun perusahaan swasta yang
membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah
PP No. 48 Tahun 2005 yang telah diubah dengan PP No. 43 Tahun 2007 dan
terakhir diubah dengan PP No. 56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
Atas PP No. 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer
Menjadi PNS.
Perpres No. 38 tahun 2020 tentang Jenis Jabatan Yang Dapat diisi oleh PPPK
11https://www.cnbcindonesia.com/opini/20220524104139-14-341399/menata-belanja-birokrasi-pada-
pemerintah-daerah di akses 21 Juni 2022
42 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2022
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
Keputusan Menteri PAN dan RB No. 76 Tahun 2022 tentang perubahan atas
KepmenPAN RB No. 1197 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional yang
Dapat Diisi Oleh PPPK
Buku
Kajian Evaluasi Kebijakan Penataan Organisasi Kementerian/ Lembaga,
Lembaga Administrasi Negara, Tahun 2019
Internet
https://www.suara.com/bisnis/2022/06/06/163224/alasan-pemerintah-
hapus-tenaga-honorer-salah-satunya-karena-upah-yang-sangat-rendah
di akses 8 Juni 2022
https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/03/193000265/penjelasan-
terbaru-menpan-rb-soal-nasib-tenaga-honorer-jika-tidak-lulus-
tes?page=all di akses 8 Juni 2022
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/instansi-pemerintah-
diharapkan-selesaikan-penanganan-pegawai-non-asn-di-tahun-2023-
sesuai-karakteristik-masing-masing-k-l-d-tenaga-honorer-tetap-bisa-
diatur-dengan-pola-outsourcing di akses 21 Juni 2022
https://money.kompas.com/read/2022/06/14/141453926/pemerintah-
akui-punya-pr-atasi-persoalan-tenaga-honorer-sejak-2005 di akses 21
Juni 2022
https://www.cnbcindonesia.com/opini/20220524104139-14-
341399/menata-belanja-birokrasi-pada-pemerintah-daerah di akses
21 Juni 2022
POLICY BRIEF
A. PENDAHULUAN
Policy brief ini dimaksudkan untuk memberikan masukan bagi
penyempurnaan penyusunan rancangan kebijakan turunan dari UU tentang
Ibu Kota Negara. Berdasarkan UU No. 3/2022 tentang Ibu Kota Negara
(IKN), pemerintah diwajibkan untuk menerbitkan beberapa peraturan
turunan untuk mengimplemetaasikan UU IKN. Sebagaimana diketahui,
sejak Maret 2022, telah disusun beberapa rancangan regulasi turunan UU
IKN. Terdapat 6 (enam) rancangan peraturan yang terdiri dari 2 (dua)
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan 4 (empat) Rancangan
Peraturan Presiden (Perpres). Keenam rancangan peraturan tersebut
antara lain: (1) RPP terkait Kewenangan Khusus Otorita IKN; (2) Rancangan
Perpres tentang Otorita Ibu Kota Nusantara; (3) RPP tentang Pendanaan
dan Penganggaran Ibu Kota Nusantara; (4) Rancangan Perpres tentang
Rencana Tata Ruang KSN Ibu Kota Nusantara; (5) Rancangan Perpres
tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara; dan (6) Rancangan
Perpres tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan Pertanahan di Ibu Kota
Nusantara.12
Brief ini akan berfokus pada 2 (dua) rancangan regulasi yang disebut
di awal, yaitu RPP tentang Kewenangan Khusus dan Rancangan Perpres
tentang Otorita IKN. Kedua regulasi tersebut nantinya akan menjadi dasar
bagi penataam organisasi/kelembagaan Otorita IKN. Menurut UU IKN,
Otorita IKN menjadi lembaga setingkat Kementerian yang diberikan tugas
untuk melaksanakan kegiatan persiapan, pembangunan, dan pemindahan
IKN, serta menyelenggarakan pemerintahan daerah di IKN.
Berdasarkan tahapannya, tahapan kerja Otorita IKN terbagi menjadi
2 (dua) tahapan, pertama, tahapan persiapan, pembangunan, dan
pemindahan IKN yang pelaksanaannya terbentang sejak Otorita terbentuk
hingga berakhirnya proses pembangunan selesai pada tahun 2045
(www.ikn.go.id/tentang-ikn). Kedua, tahap penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dimulai sejak penetapan pemindahan IKN ke Nusantara
ditetapkan oleh Presiden.
12
Rancangan peraturan turunan tersebut dapat diakses oleh publik melalui kanal resmi Ibu Kota
Negara yaitu https://ikn.go.id/tentang-ikn.
46 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2022
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
Gambar 1.
Tanggung Jawab Otorita IKN berdasarkan UU IKN
Gambar 2.
Daftar Rancangan Peraturan Turunan UU IKN per Maret 2022
(Sumber: www.ikn.go.id/tentang-ikn)
kelembagaan Otorita IKN yang oleh UU ditetapkan sebagai format dari Pemda
Khusus IKN. Rancangan Perpres tentang Otorita IKN adalah peraturan yang
secara khusus mengatur tentang format lembaga dari Otorita IKN sebagai
pelaksana kegiatan persiapan, pembangunan, dan pemindahan IKN serta
penyelenggara pemerintahan daerah. Sementara itu, RPP Kewenangan Khusus
Otorita IKN menjabarkan detil kewenangan khusus yang diberikan kepada
Otorita IKN dalam melaksanakan persiapan, pembangunan, dan pemindahan
serta penyelenggaraan pemerintahan daerah di IKN.
Brief ini dimulai dengan menyajikan temuan-temuan analisis terhadap
kedua rancangan peraturan tersebut. Setelah itu, akan disampaikan beberapa
rekomendasi yang ditujukan untuk memberi masukan dan penyempurnaan
terhadap rancangan peraturan tersebut.
B. DESKRIPSI MASALAH
1. Analisis Dua Rancangan Peraturan
Dari dua rancangan peraturan yang terkait dengan kelembagaan
Otorita IKN dan kewenangan khusus otorita, penulis menghasilkan analisi
persoalan yang perlu untuk di-highlight, diantaranya:
a. Belum Jelasnya Bentuk Perangkat Daerah Pelaksana Urusan
Pemerintahan
Rancangan PP Kewenangan Khusus Otorita IKN secara detil
menyajikan kewenang-kewenangan yang nantinya dimiliki oleh Otorita
IKN dalam melaksanakan kegiatan persiapan, pembangunan, dan
pemindahan IKN serta penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara
umum, RPP ini menyajikan bahwa Otorita IKN memiliki kewenangan yang
bersifat khusus maupun kewenangan yang bersifat non-strategis dan tidak
dapat diserahkan ke Otorita IKN oleh pemerintah pusat. Seluruhnya
dijabarkan dalam lampiran RPP tersebut.
Namun, satu hal yang menimbulkan tanda tanya adalah terkait
bentuk perangkat daerah Otorita IKN yang akan melaksanakan
kewenangan dari urusan pemerintahan yang diberikan. Bentuk perangkat
daerah yang akan melaksanakan urusan pemerintahan tidak secara jelas
dijelaskan dalam Rancangan Perpres tentang Otorita IKN maupun RPP
tentang Kewenangan Khusus ini. Di Rancangan Perpres tentang Otorita
IKN, memang dijelaskan mengenai perangkat otorita, yaitu Sekretariat
Otorita IKN, Satuan Kerja dan Kepatuhan Hukum Otorita, dan Unit Teknis.
48 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2022
TELAAH ISU-ISU STRATEGIS BIDANG
KEBIJAKAN ADMINISTRASI NEGARA
Rancangan PP tentang
Kewenangan Khusus Otorita Analisis
IKN
Pasal 2 Ayat (2)
Rancangan PP tentang
Kewenangan Khusus Otorita Analisis
IKN
arahan, serta pembinaan dan Sebagai orporasi swasta yang berorientasi profit.
pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan Badan
Usaha Milik Otorita
Pasal 4 ayat (3)
C. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Dari beberapa hasil analisis terhadap 2 (dua) rancangan peraturan
turunan dari UU IKN di atas, brief ini menawarkan beberapa rekomendasi
untuk menyempurnakan regulasi terkait penyempurnaan format
kelembagaan dari Otorita IKN. Beberapa rekomendasi tersebut
diantaranya:
1. Memasukan Format Otorita IKN sebagai Penyelenggara Pemerintahan
Daerah ke dalam Rancangan Peraturan Presiden
Brief ini mendorong perlunya untuk menerbitkan terlebih dahulu
Peraturan Pemerintah tentang Kewenangan Khusus Otorita IKN.
Peraturan Pemerintah ini nantinya yang akan menjadi dasar bagi
rancangan kelembagaan dari Otorita IKN yang disusun dalam bentuk
Peraturan Presiden.
DAFTAR PUSTAKA
In-sung, C. (2013). Minister to start Sejong City move (Korea JongAng Daily),
dalam
https://koreajoongangdaily.joins.com/2013/12/11/politics/Ministr
ies-to-start-Sejong-City-move/2981924.html.
Jee-yeon, S. (2013). Prime minister out of sight in Sejong (Korean Herald), dalam
http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20131213000841.
Steger, I., & Sookyoung, L. (2018). A New capita built from scratch is an unlikely
utopia for Korean families (Quartz), dalam
https://qz.com/1275754/a-new-capital-built-from-scratch-is-an-
unlikely-utopia-for-korean-families/.