Anda di halaman 1dari 70

PENERAPAN MODEL THINK, TALK, WRITE, DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM


PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL SISWA KELAS X SMA
SWASTA ADHYAKSA ENDE

SKRIPSI

Oleh

APOLONIUS SERWIMPAL
2016230709

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS FLORES

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat

bimbingan dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Think, Talk,

Write, dalam Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Sistem Persamaan Linear

Tiga Variabel Siswa Kelas X SMA Swasta Adhyaksa Ende”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan,

arahan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas Flores

2. Dekan dan Para Wakin Dekan FKIP Universitas Flores

3. Ketua dan Sekertaris Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Flores

4. Ibu Dr. Sofia Sa’o, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Hilaria

Melania Mbagho, M.Pd, yang telah mengorbankan waktu dan tenaga untuk

membimbing dan memotivasi penulis hingga rampungnya skripsi ini

5. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika atas kesempatan dan bantuan

yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini

6. Dosen dan staf Administrasi Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Flores

7. Kepala Sekolah, bersama staf, serta siswa kelas X SMA Swasta Adhyaksa

Ende yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian

vii
8. Bapak dan mama serta kakak dan adik yang telah memberikan doa,

dorongan dan semangat selama penyusunan skripsi ini

9. Teman-teman satu bimbingan skripsi yang telah berjuang bersama-sama

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa rampungnya penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari setiap pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan

dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca

dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Ende, Juni 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAKi
ABSTRACT
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIx
DAFTAR TABELxi
DAFTAR GAMBARii
DAFTAR DIAGRAMiii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................5

C. Tujuan Penelitian..............................................................................5

D. Manfaat Penelitian............................................................................6

E. Defenisi Operasional Judul..............................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................9

A. Hasil Belajar.....................................................................................9

B. Teori Belajar...................................................................................13

C. Model pembelajaran kooperatif Think, Thalk, Write (TTW)........13

D. Materi.............................................................................................18

E. Kerangka Berpikir..........................................................................22

F. Hipotesis Tindakan.........................................................................23

ix
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................24

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.....................................................24

B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................25

C. Subyek Penelitian..........................................................................25

D. Prosedur Penelitian.........................................................................25

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................32

F. Teknik Analisis Data......................................................................33

G. Indikator Ketercapaian Penelitian..................................................35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................36

A. Hasil Penelitian Tindakan Kelas....................................................36

B. Pembahasan Hasil Penelitian..........................................................56

BAB V PENUTUP............................................................................................60

A. Kesimpulan.....................................................................................60

B. Saran...............................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kategori Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan Guru Dan Siswa........34

Tabel 3.2 Kriteria Aktivitas Siswa......................................................................35

Tabel 4.1 Jadwal Perencanaan Pelaksanaan Penelitian.....................................36

Tabel 4.2 Hasil Pre Test Kelas X SMA Swasta Adhyaksa Ende.......................37

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Pre Test Siswa.....................................................37

Tabel 4.4 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan.............40

Tabel 4.5 Pembagian Anggota Kelompok Asal.................................................40

Tabel 4.6 Anggota Kelompok Ahli....................................................................41

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus I...............................................................42

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I..........................................42

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I............................................44

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I...........................................45

Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Siklus II.............................................................51

Tabel 4.12 Rekapitulasi Nilai Siklus II................................................................52

Tabel 4.13 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II...........................................53

Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II.........................................54

Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Belajar Siswa.....................................................56

Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II...............................58

Tabel 4.17 Rekapitulasi Aktivitas Guru...............................................................58

Tabel 4.18 Rekapitulasi Aktivitas Siswa.............................................................59

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Gambar 3.1 Alur Siklus PTK Modifikasi dari Wardhani, dkk

xii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hasil Pre Test Siswa.......................................................................38

Diagram 4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus I............................................................43

Diagram 4.3 Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I................................46

Diagram 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus II..........................................................52

Diagram 4.5 Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II...............................55

Diagram 4.6 Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa.................................57

Diagram 4.7 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II....................58

Diagram 4.8 Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II...........59

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bagian dari kurikulum dalam

standar nasional pendidikan. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik

aspek terapannya maupun aspek hasil belajarnya, mempunyai peranan yang

penting dalam upaya penguasaan Ilmu dan Teknologi. Oleh karena itu tidak

berlebihan jika matematika ditempatkan sebagai (Mathematic is King as Weel

as Good Servant). Pada umumnya manusia di seluruh dunia

mengimplementasikan ilmu matematika pada kehidupan kesehariannya di

berbagai bidang. Namun realita yang ada, dalam praktek pembelajaran yang

diimplementasikan oleh guru belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

peserta didik. Karena, peserta didik menganggap bahwa matematika adalah

mata pelajaran yang dianggap sangat abstrak, menakutkan, memusingkan,

menjenuhkan dan tidak menarik peserta didik. Sehingga tidak adanya minat

untuk belajar, bahkan keingintahuannya sangat minim sekali.

Berdasarkan masalah di atas sehingga berdampak pada rendahnya

output peserta didik dalam penguasaan materi matematika. Alasan mendasar

masih rendahnya hasil belajar siswa salah satu diantaranya adalah metode

pembelajaran yang digunakan belum sesuai. Memperhatikan alasan tersebut

maka sebagian peserta didik masih mendapatkan hasil belajar matematika,

belum mencapai harapan atau dengan kata lain nilai siswa belum mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM). Alasan lain yakni sebagian besar siswa

1
2

masih kurang aktif dalam pembelajaran matematika karena suasana

pembelajaran masih didominasi oleh guru.

Menurut Soli Abimanyu dalam Trianto (2011) setidaknya ada tiga

faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,

yakni: (1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan

sendiri, (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat

kepada orang lain dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyapaikan

pendapat dengan teman yang lain. Kesalahan diatas tidak bisa hanya

dibebankan kepada siswa saja, tetapi yang pertama bertanggungjawab

hendaknya guru. Guru kadang-kadang secara sadar atau tidak menerapkan

sifat otoriter, menghindari pertanyaan dari siswa, menyampaikan ilmu

pengetahuan secarah searah, menganggap murid sebagai penerimah, pencatat,

dan pengingat. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang

memadai tentang peserta didik yang menjadi sasaran tugasnya. Pemahaman

ini mencakup kesiapan, kemampuan, ketidak mampuan dan latar belakang

peserta didik yang semua itu akan membantu guru dalam melaksanakan

tugasnaya dengan baik (Wardani dan Suparno (Trianto, 2011).

Di SMA Swasta Adhyaksa Ende guru mengalami masalah dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear tiga

variabel. Masalah ini dikarenakan beberapa siswa tidak mau menanyakan

kesulitan yang dihadapinya, menyebabkan siswa tersebut menjadi kurang

aktif dalam pembelajaran di kelas.


3

Informasi lainnya diperoleh bahwa siswa kelas VIII tidak mampu

menyelesaikan soal yang berkaiatan dengan materi Sistem Persamaan Linear

Tiga Variabel. Siswa mengalami kesulitan untuk memgubah masalah atau

soal cerita kedalam model matematika. Contohnya “Ejen, Ayu, Mimin pergi

ke pasar. Ejen membeli 4 salak, 1 jambu dan 2 kelengkeng dengan harga

Rp54.000, Ayu membeli 1 salak, 2 jambu dan 2 kelengkeng dengan harga

Rp43.000 dan Mimin membeli 3 salak, 1 jambu dan 1 kelengkeng dengan

harga Rp37.750. Berapakah harga 1 satu salak, 1 jambu dan 1 kelengkeng?”.

Akibatnya, siswa akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal

latihan yang diberikan oleh guru dan berdampak pada hasil belajar

siswa.Hasil belajar siswa yang rendah terlihat dari nilai siswa yang masih

dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu Nur

Romdlon Msalahul Adi dan Esti Harini tahun 2007 dengan judul efektivitas

pembelajaran Think, Talk, Write terhadap hasil belajar matematika.

Menyimpulkan bahwa fase pada pembelajaran kooperatif tipe think, talk,

write (TTW) menurut Yamin dan Ansari (2012) telah tercermin dalam nama

pembelajaran itu sendiri, yakni Think, Talk, Write. Aktivitas berpikir (think)

dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika kemudian membuat

catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan siswa

membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan,

kemudian menterjemahkan dengan menggunakan bahasa sendiri. Pada fase

talk yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang


4

saling dipahami. Pada fase terakhir think dan talk adalah write, siswa menulis

hasil diskusi/ dialog pada lembar kerja siswa (LKS) yang disediakan.

Aktivitas ini akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga

memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.

Permasalahan-permasalahan tersebut diatas dapat diatasi dengan

menggunakan model, metode atau pendekatan yang sesuai dengan

karakteristik siswa yang akan diteliti. Guru harus mampu memilih strategi

pembelajaran yang yang dapat menunjang perkembangan siswa dalam

pembelajaran matematika serta guru juga harus mampu membuat siswa

mengkontruksi sendiri pemahamannya dan tidak menerimah pengetahuan

sepenuhnya dari guru. Sesuai dengan pendapat Muhammad (2016) bahwa

proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru

kepada siswa, melainkan suatu proses yang dikondisikan atau diupayakan

oleh guru sehingga siswa aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi

atau membangun sendiri pengetahuannya.

Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TTW. Model pembelajaran ini membuat siswa lebih berperan

aktif dan berperan lebih dominan dibanding guru. Tugas guru dalam model

pembelajaran TTW hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam

pembelajaran. Namun, guru sebagai fasilitator harus selalu memantau

perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai tujuan

yang hendak dicapai.


5

Beberapa peneliti seperti Dewayani (2016) menunjukan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW pada materi sistem persamaan linear tiga

variabel dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMA

Swasta Adhyaksa Ende.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan model

pembelajaran tipe Think, Talk, Write (TTW) dalam pembelajaran

Matematika pada materi SPLTV siswa kelas X SMA Swasta Adhyaksa

Ende?

2. Bagaimanakah hasil belajar matematis siswa melalui penerapan model

pembelajaran tipe Think, Talk, Write (TTW) pada materi sistem persamaan

linear tiga variabel pada siswa kelas X SMA Swasta Adhyaksa Ende.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk,

Write (TTW).

2. Untuk mengetahui kemampuan hasil belajar matematis siswa melalui

penerapan model Think, Talk, Write (TTW) pada materi sistem persamaan

linear tiga variabel pada siswa kelas X SMA Swasta Adhyaksa Ende.
6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik

a. Dapat meningkatkan aktifitas dan kreativitas belajar matematika

sehingga dapat menciptakan kebiasaan belajar.

b. Dapat mengetahui cara dan teknik mempelajari ilmu yang akhirnya

dapat menguasai pelajaran matematika.

c. Dapat meningkatkan hasil belajar sehingga akan menghasilkan output

yang baik dalam penguasaan materi matematika.

2. Bagi Guru

a. Dapat memberi wawasan bahwa pembelajaran pada masa sekarang

tidak hanya pembelajaran centre teacher.

b. Adanya inovasi model pembelajaran matematika dari dan oleh guru

yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran TTW.

c. Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih

strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.

d. Penerapan model pembelajaran TTW dapat dikembangkan atau

diterapkan pada peserta didik di kelas lain.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat bagi sekolah sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian

bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.


7

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana

penggunaan model pembelajaran yang baik dan menyenangkan.

E. Defenisi Operasional Judul

1. Pembelajaran kooperatif

Menurut Harmianto dan Tukiran (2011) pembelajaran kooperatif

adalah suatu pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang secara kolaboratif

sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

2. Pembelajaran Think, Talk, Write

Pembelajaran Think, Talk, Write merupakan bagian dari model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW ini

digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih

bahasa sebelum menuliskannya, serta membantu siswa dalam

mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan

terstruktur. Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan

bacaan (menyimak, mengkritisi, dan memberikan solusi), hasil bacaan

dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian buat laporan

hasil presentasi. Sintaksnya adalah informasi, kelompok (membaca-

mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

Solihatin (Mustika Fitri Larasati: 2017)


8

3. Keaktifan siswa

Keaktifan merupakan interaksi yang terjadi antara guru dengan

siswa ataupun siswa dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

suasana kelas menjadi kondusif, dimana masing-masing siswa dapat

melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Siswa dikatakan aktif apabila sering bertanya kepada guru, mampu

menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Aktivitas peserta didik sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Rusmono (2012) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan

prilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Suprijono (2011) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan

yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses

pembelajaran dan dapat diukur melalui pengarahan, pemahaman, aplikasi,

analisis dan sintesis, yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan

setelah menerima pengalaman belajar. Evaluasi dapat memungkinkan kita

untuk:

a. Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka telah

merealisasikan tujuan yang telah ditentukan.

b. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan

c. Memutuskan rangking siswa

d. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi

pembelajaran yang digunakan

e. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran dan

menentukan apakah sumber belajar tambahan diperlukan

9
10

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi

dua macam:

a. Faktor internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum, kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat

jasmani dan sebagainya, semua akan membantu dalam proses dan hasil

belajar.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang berpengaruh pada hasil belajar peserta

didik meliputi: intelegensia, perhatian, minat dan bakat, motif dan

motivasi, kognitif dan daya nalar. Seseorang yang mempunyai

intelegensi tinggi mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil

belajar yang lebih baik. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka

siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik

perhatian siswa.

Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat

dan bakat para siswanya yang kemudian mampu juga untuk menumbuh

kembangkannya. Tugas para gurulah untuk memotivasikan anak

didiknya sehingga ia memiliki daya nalar yang kuat. Sedangkan

motivasi berarti seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan

kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru harus mendorong siswa untuk

terlibat secar aktif dalam pembelajaran. Kognitif dan daya nalar,


11

meliputi persepsi, mengingat dan berpikir. Semakin sering seseorang

melibatkan diri dalam beraktivitas akan semakin kuat daya persepsinya.

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif di mana orang menyadari

bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan

kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau.

Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat

dan bakat para siswanya yang kemudian mampu juga untuk menumbuh

kembangkannya. Tugas para gurulah untuk memotivasikan anak

didiknya sehingga ia memiliki daya nalar yang kuat. Sedangkan

motivasi berarti seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan

kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru harus mendorong siswa untuk

terlibat secar aktif dalam pembelajaran. Kognitif dan daya nalar,

meliputi persepsi, mengingat dan berpikir. Semakin sering seseorang

melibatkan diri dalam beraktivitas akan semakin kuat daya persepsinya.

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif di mana orang menyadari

bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan

kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau.

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar.

Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan juga

lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu,

kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya.


12

Sedangkan lingkungan sosial bisa berwujud manusia maupun

hal-hal lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melihat faktor

yang mempengaruhi hasil belajar dari segi faktor lingkungan. Yaitu

faktor lingkungan sosial.

2) Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.

Faktor instrumentalis dapat berupa kurikulum, saran dan fasilitas dan

guru. Kurikulum berarti mengenai komponen-komponennya, yakni

tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar dan evaluasi.

Faktor tersebut jelas besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar,

misal kita lihat dari sisi tujuan kurikulum, setiap tujuan kurikulum

merupakan pernyataan keinginan tentang hasil pendidikan. Oleh karena

itu, setiap ada perubahan tujuan kurikulum bisa dipastikan ada

perubahan keinginan. Perubahan tujuan itu akan mengubah program

aatu bahan (mata pelajaran) yang diberikan bahkan mungkin aspek lain

termasuk sarana dan fasilitas dan kompetensi guru yang diharapkan.

Guru sebagai tenaga kependidikan, mempunyai peran yaitu

sebagai fasilitator artinya guru harus menyediakan kemudahan-

kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar.


13

B. Teori Belajar

Teori Bruner

Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang

memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi

yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang mempelajari suatu

pengetahuan, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar

pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang

tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang

berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari

itu dipelajari dalam tiga tahap yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap

simbolik.

C. Model pembelajaran kooperatif Think, Thalk, Write (TTW)

Model pembelajaran Think, Talk, Write merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif. Menurut Kusumaningtyas (2014) menyatakan

bahwa “model pembelajaran Think, Talk, Write merupakan salah satu dari

model pembelajaran kooperatif yang membangun secara tepat untuk berpikir

dan refleksikan serta untuk mengkoordinasikan ide-ide serta mengetes ide

tersebut sebelum peserta didik diminta untuk menulis”.

Menurut Suprihatiningrum (2013) menyatakan bahwa Think, Talk,

Write adalah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan

bacaan (menyimak, mengkritisi dan alternatif solusi) dimana hasil belajarnya

dikomunikasikan melalui presentasi, diskusi kemudian dibuat laporan hasil

presentas.
14

Menurut Zulkarnaini (2011) menjelaskan bahwa “pembelajaran Think,

Talk, Write adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut

kepada anggota dalam kelompoknya”.

Berdasarkan pengertian model pembelajaran Think, Talk, Write

menurut beberapa ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model

pembelajaran Think, Talk, Write merupakan model pembelajaran kooperatif

yang mengajak peserta didik untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menulis

kemudian membahas dan mendiskusikan dalam kelompok tentang soal atau

masalah yang diberikan guru. Kemudian hasil diskusi tersebut dituangkan

kedalam bentuk tulisan dan di presentasikan oleh salah satu perwakilan

kelompok kepada kelompok lain.

Tahap-tahap model pembelajaran Think, Talk, Write adalah sebagai

berikut:

Tahap 1; Think

Siswa membaca teks berupa soal (kalau kemungkinan dimulai dengan

soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau konstektual).

Pada tahap ini siswa secara individu memungkinkan kemungkinan jawaban

(strategi penyelesaian). Membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat

pada bacaan dan hal-hal yang dipahami dengan menggunakan bahasa sendiri.
15

Tahap 2; Talk

Siswa diberikan kesempatan untuk membicarakan hasil

penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan,

menyusun, serta menguji (negoisasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi

kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialog padanya

dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi

mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain.

Tahap 3; Write

Pada tahap ini,siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari

kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep

yang digunakan keterkaitan dengan materi sebelumnya . cara penyelesaian

dan solusi yang diperoleh.

1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Think, Talk, Write

(TTW)

Untuk mewujutkan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan

pembelajaran sebaiknya dirancang sesuai dengan langkah-langkah berikut

ini:

1) Siswa membaca soal dan membuat catatan dari hasil bacaan secara

individu (Think) untuk dibawa ke forum diskusi.

2) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk

membahas isi catatan (Talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan

bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide

matematika dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi


16

dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi

atas soal yang diberikan.

3) Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman

dan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan (Write)

4) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan

atas materi yang dipelajari. Sebelum itu, dipilih satu atau beberapa

orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan

jawaban,sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

2. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Think,

Talk, Write

Menurut Istarani dan Muhammad Ridwa pembelajaran tipe Think,

Talk, Write ini memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu :

a. Kelebihan

1) Tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan

informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.

2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

3) Dapat membantu anak untuk respek pasa orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasannya serta menerimah segala perbedaan.

4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggungjawab dalam belajar.


17

5) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

6) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan

motifasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna

untuk proses pendidikan jangkah panjang.

b. Kelemahan

1) Penilaian yang diberikan berdasarkan kepada hasil kerja kelompok.

Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya,bahwa

sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap

individu siswa.

2) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode

waktu yang cukup panjang.

3) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang

sangat penting untuk siswa, akan tetapi aktivitas dalam kehidupan

yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu. Oleh

karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa

belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana

membangun kepercayaan diri.

Dari kriteria diatas, pastilah semua kegiatan pembelajaran mempunyai

kelebihan dan kelemahan namun seorang guru harus bisa meminimalkan

kelemahan dan dapat menganalisis kemampuan dan kebutuhan yang cocok

untuk diterapkan kepada siswanya sehingga dalam pencapaian hasil belajar


18

siswa akan mengarah pada tingkat keberhasilan dalam menuntaskan kegiatan

belajar.

D. Materi

Pengertian sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV). Sistem

persamaan linear tiga variabel (SPLTV) yaitu suatu persamaan matematika

yang terdiri atas 3 persamaan linear yang juga masing-masing persamaan

bervariabel tiga (misal x, y dan z).

Sistem Persamaan linear tiga variabel (SPLTV) juga dapat diartikan

sebagai sebuah konsep dalam ilmu matematika yang digunakan untuk

menyelesaikan kasus yang tidak dapat diselesaikan menggunakan persamaan

linear satu variabel dan persamaan linear dua variabel.

a. Definisi Dan Bentuk Umum

Sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV) yaitu juga

merupakan bentuk perluasan dari sistem persamaan linear dua variabel

(SPLDV)

Bentuk umum dari Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

(SPLTV) dalam x, y, dan z dapat dituliskan berikut ini :

ax + by + cz = d a1x + b1y + c1z = d1

ex + fy + gz = h atau a2x + b2y + c2z = d2

ix + jy + kz = l a3x + b3y + c3z = d3

Dengan ⇒ a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, dan l atau a 1, b1, c1, d1, a2, b2, c2, d2, a3,

b3, c3, dan d3 = adalah bilangan-bilangan real.


19

Keterangan :

 a, e, I, a1, a2, a3 = adalah koefisien dari x.

 b, f, j, b1, b2, b3 = adalah koefisien dari y.

 c, g, k, c1, c2, c3 = adalah koefisien dari z.

 d, h, i, d1, d2, d3 = adalah konstanta.

 x, y, z = adalah variabel atau peubah

b. Ciri – Ciri

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) juga memiliki

beberapa ciri-ciri tersendiri, yaitu sebagai berikut :

 SPLTV, Menggunakan relasi tanda sama dengan (=)

 SPLTV, Memiliki tiga variabel

 SPLTV, Ketiga variabel tersebut memiliki derajat satu (berpangkat

satu)

c. Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan SPLTV

Terdapat empat komponen dan unsur yang selalu berkaitan dengan

sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV), yaitu: suku, variabel,

koefisien dan konstanta.

1. Suku :

Suku merupakan bagian dari suatu bentuk aljabar yang terdiri

dari variabel, koefisien dan konstanta. Setiap suku akan dipisahkan

dengan tanda baca penjumlahannya ataupun pengurangannya.


20

Contoh :

 6x – y + 4z + 7 = 0, maka suku – suku dari persamaan tersebut yaitu

= 6x , -y, 4z dan 7.

2. Variabel :

Variabel merupakan peubah atau pengganti suatu bilangan yang

biasanya dapat dilambangkan dengan huruf seperti x, y dan z.

Contoh :

Doni memiliki 2 buah apel, 5 buah mangga dan 6 buah jeruk. Jika

dituliskan dalam bentuk persamaan maka hasilnya adalah :

 Misal : apel = x , mangga = y dan jeruk = z, sehingga persamannya

yaitu = 2x + 5y + 6z.

3. Koefisien :

Koefisien merupakan suatu bilangan yang bisa menyatakan

banyaknya suatu jumlah variabel yang sejenis. Koefisien dapat juga

disebut dengan bilangan yang ada di depan variabel, karena penulisan

sebuah persamaan koefisien berada di depan variabel.

Contoh :

Risti memiliki 2 buah apel, 5 buah mangga dan 6 buah jeruk. Jika

ditulis dalam bentuk persamaan maka hasilnya adalah :

 Misal : apel = x , mangga = y dan jeruk = z, sehingga persamannya

yaitu = 2x + 5y + 6z. Dari persamaan tersebut, kita ketahui bahwa 2,

5 dan 6 merupakan koefisien di mana 2 adalah koefisien x , 5 adalah

koefisien y dan 6 adalah koefisien z.


21

4. Konstanta:

Konstanta merupakan suatu bilangan yang tidak diikuti dengan

variabel, sehingga nilainya tetap atau konstan untuk berapapun nilai

variabel dan peubahnya.

Contoh:

2x + 5y + 6z + 7 = 0, dari persamaan tersebut konstanta yaitu = 7,

karena 7 nilainya adalah tetap dan tidak terpengaruh dengan berapapun

variabelnya.

Contoh Soal 1:

Rara memiliki 4 buah apel, 8 buah mangga dan 12 buah jeruk. Jika

dituliskan dalam bentuk persamaan maka hasilnya adalah :

Penyelesaian :

Apel = x , mangga = y dan jeruk = z, sehingga persamannya yaitu = 4x

+ 8y + 12z.

Jadi, bentuk persamaan nya adalah = 4x + 8y + 12z.

Contoh Soal 2:

Pandu memiliki 5 buah mangga, 16 buah salak dan 20 buah lemon. Jika

dituliskan dalam bentuk persamaan maka hasilnya adalah :

Penyelesaian:

Apel = x , mangga = y dan jeruk = z, sehingga persamannya yaitu = 5x

+ 16y + 20z.

Jadi, bentuk persamaan nya adalah = 5x + 16y + 20z.


22

E. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Rendahnya hasil belajar siswa

1. Pemilihan model pembelajaran dan kurangnya peran siswa dalam


mengikuti pembelajaran
2. Kurangnya kompetitif siswa dalam menjawab pertanyaa-
pertanyaan dari guru
3. Metode mengajar guru masih konvensional

Model pembelajaran kooperatif tipe Think,Talk,Write

Perangkat pembelajaran:
SPLTV
1. RPP
2. LKS
3. THB

Meningkatkan hasil belajar siswa


melalui: PTK

1. Observasi
2. Tes

Intensitas ceramah dan latihan soal yang terlalu sering menyebabkan

kegiatan belajar siswa rendah karena siswa berada pada kondisi yang pasif.

Kondisi ini mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi menurun.

Melalui model pembelajaran koopertaif Think, Talk, Write diharapkan

peserta didik akan lebih termotivasi, giat belajar dan tidak beranggapan
23

bahwa soal-soal pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel

sulit, dan juga komunikasi antar peserta didik yang diperoleh dari kerja

kelompok dapat menghapus perbedaan antara peserta didik yang pandai

dengan peserta didik yang kurang pandai sehingga keengganan untuk saling

bertanya dapat berkurang yang pada akhirnya peserta didik akan selalu ingat

mengenai apa yang telah dipelajari selama proses pembelajaran berlangsung,

sehingga peserta didik dapat mengerjakan soal sistem persamaan linear tiga

variabel dengan baik, dan pada akhirnya hasil belajar peserta didik akan

meningkat.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara secara sistematis sehingga

untuk membuktikan benar tidaknya dugaan tersebut perlu diuji terlebih

dahulu (Anggoro, 2008). Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW) dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam materi Sistem Persamaan Linear Tiga

Variabel untuk siswa kelas X SMA Swasta Adhyaksa Ende tahun

pelajaran 2021/2022.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Sistem Persamaan Linear

Tiga Variabel untuk siswa kelas X SMA Swata Adhyaksa Ende tahun

pelajaran 2021/2022.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang bertujuan

mengembangkan penelitian baru untuk mengatasi kebutuhan dalam dunia

kerja atau kebutuhan praktis manusia lainnya. Penelitian tindakan adalah

suatu penelitian yang dikembangkan secara bersama-sama oleh peneliti dan

decision maker tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan dan

dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan. Moh. Nazir

(Darmawan, 2013:39)

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian

tindakan kelas (PTK) “CAR-Classroom Action Research”, yaitu suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan,

memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran dilakukan serta

dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian tindakan kelas ini dapat

diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas

melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata

serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

24
25

Sebagai contoh dalam proses siklus atau di dalamnya ada sejumlah

tindakan yang diberikan oleh para peneliti diharapkan mampu mengubah

kondisi menjadi lebih baik dan terpantau. Adapun revisi-revisi atas tindakan

yang diberikan dan target capaian yang diharapkan tercapai oleh obyek yang

diteliti akan terukur. Dinn, Wahyudin (Darmawan, 2013:71).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Adhyaksa Ende, yang

terletak dikabupaten Ende. Alasan peneliti melakukan penelitian disini karena

responden mudah dipahami dan lokasi mudah dijangkau.

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Swasta Adhyaksa

tahun pelajaran 2021/2022 dengan materi sistem persamaan linear tiga

variabel dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think,Talk,Write

(TTW). Objek penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap

proses pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran kooperatif

tipe Think, Talk, Write (TTW).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk siklus. Siklus

ini tidak hanya berlangsung satu siklus tetapi beberapa kali hingga mencapai

tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika di kelas dapat

tercapai.
26

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup 4 langkah yaitu:

perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan

refleksi (reflection).

PERENCANAA I

REFLEKSI I SIKLUS I PELAKSANAAN I

OBSERVASI I

PERENCANAAN II

REFLEKSI II SIKLUS II PERENCANAA II

OBSERVASI II

Gambar 3.1
Alur Siklus PTK Modifikasi dari Wardhani, dkk.

Dalam hal ini peneliti membagi menjadi dua siklus karena apabila

dalam pelaksanaan siklus I hasil belajar siswa dalam mempelajari matematika

tidak dapat meningkat, maka dapat dilakukan perbaikan-perbaikan pada tahap

siklus II. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup 4 langkah yaitu:

perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan

refleksi (reflection).

Siklus 1

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap

kemampuan komunikasi peserta didik. Mempersiapkan materi dan

instrumen yang dibutuhkan yaitu membuat Rencana Pelaksanaan


27

Pembelajaran (RPP), membuat soal-soal tes untuk siklus I, membuat kunci

jawaban, membuat kelompok peserta didik secara heterogen.

2. Tindakan (Action)

Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran dengan TTW

sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan RPP yang diperlukan.

b. Guru mengecek kehadiran siswa.

c. Dengan metode ceramah dan tanya jawab guru menjelaskan materi

yang akan dipelajari.

d. Guru membagikan Lembar Kerja untuk dikerjakan secara berkelompok,

sebelumnya kelompok telah dibentuk secara heterogen. Kelompok ini

disebut kelompok asal.

e. Ketua kelompok dari tiap-tiap kelompok asal membagi lembar kerja

untuk dikerjakan oleh masingmasing anggota kelompoknya (setiap

peserta didik dalam satu kelompok mendapat satu lembar kerja yang

berbeda).

f. Anggota kelompok yang mendapatkan lembar kerja yang sama bertemu

untuk mendiskusikan soal tersebut sampai mengerti benar isi dari

lembar kerja dan cara menyelesaikan soal pada lembar kerja tersebut.

(disini terbentuk sebuah kelompok lagi yang disebut sebagai kelompok

ahli)

g. Peserta didik dari kelompok ahli kembali ke masing-masing kelompok

asalnya dan bergantian mengajar teman dalam satu kelompoknya


28

h. Bersama dengan peserta didik, guru membahas soalsoal yang sudah

dikerjakan.

i. Bersama dengan peserta didik, guru mengoreksi jawaban dari masing-

masing kelompok.

j. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai

skor nilai paling tinggi.

k. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individu.

l. Guru memberikan tes di akhir siklus yang pertama.

3. Pengamatan (observation)

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap tingkat aktivitas

peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran di kelas secara

individu maupun kelompok.

Pengamatan yang dilakukan adalah:

a. Kehadiran peserta didik.

b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan materi.

c. Banyaknya peserta didik yang bertanya.

d. Kerjasama dan komunikasi peserta didik dalam tim atau kelompok.

e. Keaktifan peserta didik dalam mengemukakan ide, pendapat, dan

tanggapan, menjawab pertanyaan, mengambil bagian dalam diskusi

kelompok.

f. Mengumpulkan data kemampuan peserta didik berdasarkan hasil

evaluasi di akhir siklus pertama dan pelaksanaaan tugas yang diberikan

guru.
29

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan analisis hasil observasi dan hasil tes pada

siklus I. Refleksi pada siklus I dilaksanakan segera setelah tahap

implementasi dan observasi selesai dilaksanakan. Hasil refleksi siklus I ini

akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan pelaksanaan siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan (planning)

Setelah merefleksikan dari hasil siklus I didapatkan kekurangan,

untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I maka ditindak

lanjuti perencanaan siklus II.

Kegiatan dalam tahap perencanaan pada siklus II ini meliputi hal-

hal sebagai berikut:

b. Identifikasi masalah dan evaluasi masalah berdasarkan refleksi siklus I.

c. Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar

yang terdiri dari 5 sampai 6 siswa secara heterogen.

d. Guru menyiapkan kembali instrumen yang diperlukan.

e. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat

soal-soal tes untuk siklus II, membuat kunci jawaban, membentuk

kelompok peserta didik secara heterogen.

2. Tindakan (acting)

Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran dengan jigsaw

sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan RPP yang diperlukan.


30

b. Guru mengecek kehadiran siswa.

c. Dengan metode ceramah dan tanya jawab guru menjelaskan materi

yang akan dipelajari.

d. Guru membagikan Lembar Kerja untuk dikerjakan secara berkelompok,

sebelumnya kelompok telah dibentuk secara heterogen. Kelompok ini

disebut kelompok asal.

e. Ketua kelompok dari tiap-tiap kelompok asal membagi lembar kerja

untuk dikerjakan oleh masingmasing anggota kelompoknya (setiap

peserta didik dalam satu kelompok mendapat satu lembar kerja yang

berbeda).

f. Anggota kelompok yang mendapatkan lembar kerja yang sama bertemu

untuk mendiskusikan soal tersebut sampai mengerti benar isi dari

lembar kerja dan cara menyelesaikan soal pada lembar kerja tersebut.

(disini terbentuk sebuah kelompok lagi yang disebut sebagai kelompok

ahli)

g. Peserta didik dari kelompok ahli kembali ke masing-masing kelompok

asalnya dan bergantian mengajar teman dalam satu kelompoknya

h. Bersama dengan peserta didik, guru membahas soalsoal yang sudah

dikerjakan.

i. Bersama dengan peserta didik, guru mengoreksi jawaban dari masing-

masing kelompok.

j. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai

skor nilai paling tinggi.


31

k. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individu.

l. Guru memberikan tes di akhir siklus yang kedua.

3. Pengamatan (observasition)

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap tingkat aktivitas

peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran di kelas secara

individu maupun kelompok. Pengamatan yang dilakukan adalah:

a. Kehadiran peserta didik.

b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan materi.

c. Banyaknya peserta didik yang bertanya.

d. Kerjasama dan komunikasi peserta didik dalam tim atau kelompok.

e. Keaktifan peserta didik dalam mengemukakan ide, pendapat dan

tanggapan, menjawab pertanyaan, mengambil bagian dalam diskusi

kelompok.

f. Mengumpulkan data kemampuan peserta didik berdasarkan hasil

evaluasi di akhir siklus pertama dan pelaksanaaan tugas yang diberikan

guru.

4. Refleksi (Reflection)

Hasil yang diperoleh pada saat pembelajaran dianalisis dan

dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang

berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan sehingga peneliti

mendapat kesimpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II hasil belajar

siswa akan lebih baik daripada sebelumnya atau dengan kata lain hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan.


32

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran

berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan

RPP dan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang terdapat

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disiapkan peneliti

sebelum melakukan penelitian.RPP yang dibuat itu berdasarkan materi,

model, dan media yang ditentukan.Dalam RPP juga dilengkapi dengan

Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan penilaian kognitif siswa. LKK yang

dibuat berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Sedangkan, penilaian kognitif dilakukan dengan menggunakan soal-soal

evaluasi yang disusun berdasarkan pada tujuan pembelajaran.

2. Metode Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui

atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang

sudah ditentukan (Arikunto, 2002:53). Metode ini digunakan untuk

mengambil data tentang hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem

persamaan linear tiga variabel.

3. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data siswa kelas X SMA

Swasts Adhyaksa Ende yang akan diteliti serta data-data lain yang

diperlukan.
33

F. Teknik Analisis Data

Analisa Data Analisa yang didapat menggunakan analisis deskriptif, yang

disertai dengan analisis kualitatif untuk mendukung data di atas. Analisis

ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Untuk menghitung rata-rata nilai menggunakan rumus

∑f
×= (Rachmawati: 2023)
n

Keterangan : 𝑥 = rata-rata nilai

𝑓 = jumlah nilai

𝑛 = jumlah siswa

b. Untuk menghitung kriteria ketuntasan belajar secara klasikal

menggunakan rumus :

S
P= x 100% (Rachmawati: 2023)
N

Keterangan :

P = Persentase ketuntasan belajar

S = Jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar

N = Jumlah total siswa

c. Analisis aktivitas guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar pengamatan yang diisi

oleh pengamat selama pembelajaran berlangsung. Rumus persentase

untuk melihat kecendrungan yang berlangsung selama proses

pembelajaran adalah sebagai berikut :

R
S= x100% (Rachmawati: 2023)
N
34

Keterangan :

S = Nilai persen yang dicari

R = Jumlah skor aktivitas guru

N = Skor maksimum aktivitas guru

Tabel 3.1
Kategori Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan Guru Dan Siswa
No Nilai % Kategori penilaian
1 86 – 100 Sangat baik
2 76 – 85 Baik
3 60 – 75 Cukup
4 55 – 59 Kurang
5 ≤ 54 Kurang sekali
Sumber: (Purwanto: 2010)

d. Analisis aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat selama pembelajaran berlangsung. Rumus

persentasi untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam proses

pembelajaran adalah ;

∑P
AP = x 100%
∑p

Keterangan :

AP = Nilai persen yang dicari

∑P = Banyaknya siswa melakukan aktivitas

∑p = Jumlah seluruh siswa


35

Tabel 3.2
Kriteria Aktivitas Siswa
No Aktivitas (%) Kriteria
1 76 – 100 Sangat baik
2 54 – 75 Baik
3 26 – 50 Cukup baik
4 ≤ 25 Kurang baik
Sumber: Trianto, 2011

e. Ketuntasan belajar individu dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

jumlah skor yang diperoleh


Ketuntasan belajar individu = x 100
skor maksimum

G. Indikator Ketercapaian Penelitian

Indikator ketercapaian penelitian jika nilai rata-rata kelas hasil belajar

matematika pada materi pokok sistem persamaan linear tiga variabel > 70,

dengan ketuntasan belajar klasikal > 75% dari jumlah peserta didik.
36
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilakukan dalam II siklus, setiap siklus terdiri dari satu

(1) kali pertemuan. Pelaksanaannya disesuaikan dengan prosedur penelitian

yang sudah ditentukan sesuai dengan rencana pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW). Aspek yang ingin

ditingkatkan pada penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas siswa kelas

X SMA Swasta Adhyaksa Ende dengan jumlah siswa 17 orang.

Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan

observasi pada tanggal 19 Januari 2023 untuk mengetahui keadaan siswa dan

jam pelajaran Matematika. Setelah melakukan observasi peneliti membuat

jadwal perencanaan pelaksanaan penelitian seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1
Jadwal Perencanaan Pelaksanaan Penelitian
No Hari/ Tanggal Jam pelajaran Kegiatan
1. Selasa, 24 Januari 2023 3-4 (08:30-09:55) Melakukan pre test
2. Kamis, 26 Januari 2023 3-4 (08.30-09.55) Pelaksanaan siklus I
3. Selasa, 31 Januari 2023 3-4 (07.30-09.30) Pelaksanaan siklus II

Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah:

1. Pre Test

Desain penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahap dimana

diawali dengan pre test (test awal) untuk mengetahui kemampuan siswa

sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk,

Write (TTW). Pelaksanaan pre test dilaksanakan pada hari Selasa 24

Januari 2023. Hasil pre test dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

37
38

Tabel 4.2
Hasil Pre Test Kelas X SMA Swasta Adhyaksa Ende
Keterangan
Jenis Hasil
No Nama Siswa KKM Tidak
Kelamin Test Tuntas
Tuntas
1 Adrianto E. Lado L 70 60 Tidak tuntas
2 Andreas Sango L 70 70 Tuntas
3 Anjelina Rae P 70 55 Tidak tuntas
4 Bernadinus V. Kota L 70 45 Tidak tuntas
5 Elisabet Nadia Gemba P 70 70 Tuntas
6 Febrianus Roka L 70 50 Tidak tuntas
7 Ferdinandus Tani Lea L 70 45 Tidak tuntas
8 Hildegardis Toja P 70 60 Tidak tuntas
9 Hironimus Yadi L 70 50 Tidak tuntas
10 Inosentius Syukur L 70 45 Tidak tuntas
11 Kamelia Citra Islami P 70 50 Tidak tuntas
12 Kristina Ghida P 70 70 Tuntas
13 Lorensius Gelit L 70 60 Tidak tuntas
14 Natalis Balo Kapo P 70 60 Tidak tuntas
15 Sisilia Atika P 70 80 Tuntas
16 Susana Jesika Lilo P 70 55 Tidak tuntas
17 Veronika Sue P 70 70 Tuntas
Jumlah 995 5 12
Rata – rata 58,5
Presentasi 29,4 % 70,6 %

Dari data di atas dibuat rekapitulasi nilai pre test sebagai berikut:

Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Pre Test Siswa
No Data Perolehan
1. Nilai maksimal 80
2. Rata-rata nilai 58,5
3. Jumlah siswa yang tuntas 5
4. Jumlah siswa yang tidak tuntas 12
5. Persentase tuntas 29,4 %
6. Persentase tidak tuntas 70,6 %

Dari hasil pre test pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga

Variabel yang diperoleh siswa kelas X di atas dapat disajikan pada

diagram berikut:
39

Diagram 4.1
Hasil Pre Test Siswa
80
70.6 %
70

60

50

40

29.4 %
30

20

10

Tuntas Tidak Tuntas

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa penguasaan konsep

dasar materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel masih rendah karena

dalam proses pembelajaran, guru masih menggunakan metode

konvensional. Melihat pelaksanaan proses pembelajaran pada pre test

belum berjalan sesuai dengan perencanaan maka diperlukan perbaikan

proses pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan pembelajaran

metode kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW).

2. Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I

meliputi empat (4) kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil tes awal siswa diperoleh adanya permasalahan

atau kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel.


40

Adapun kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam

menyelesaikan soal-soal Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel yaitu:

siswa kesulitan dalam membedakan koefisien dan variabel pada

persamaan linear tiga variabel, siswa kesulitan mengubah soal cerita

menjadi model matematika dan siswa kurang aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran karena penggunaan model pembelajaran yang

kurang tepat.

Setelah diperoleh letak kesulitan siswa maka pada tahap ini yang

dilakukan peneliti adalah merencanakan tindakan, yaitu sebagai berikut:

mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

mempersiapkan sarana pembelajaran, membuat lembar observasi,

mempersiapkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

b. Tindakan

Pemberian tindakan dengan melaksanakan pembelajaran

dimana peneliti bertindak sebagai guru di kelas. Pembelajaran yang

dilaksanakan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Think,

Talk, Write (TTW) sebanyak 1 (satu) kali pertemuan dengan alokasi

waktu 2 x 45 menit. Materi yang diajarkan adalah tentang Sistem

Persamaan Linear Tiga Variabel.

Selanjutnya peneliti membagi siswa ke dalam kelompok yaitu

yang pertama ke dalam kelompok asal, lalu siswa yang mendapatkan

nomor urut yang sama membentuk kelompok baru yaitu kelompok ahli.
41

Tabel 4.4
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Kelompok Nama Siswa
Siswa berprestasi tinggi Sisilia Atika
Andreas Sango
Elisabet Nadia Gemba
Kristina Ghida
Veronika Sue
Siswa berprestasi sedang Adrianto E. Lado
Hildegardis Toja
Lorensius Gelit
Natalis Balo Kapo
Anjelina Rae
Susana Jesika Lilo
Febrianus Roka
Hironimus Yadi
Kamelia Citra Islami
Siswa berprestasi rendah Bernadinus V. Kota
Ferdinandus Tani Lea
Inosentius Syukur

Tabel 4.5
Pembagian Anggota Kelompok Asal
No Kelompok Nama Siswa
1 A 1. Sisilia Atika
2. Elisabet Nadia Gemba
3. Hironimus Yadi
4. Lorensius Gelit
2 B 1. Ferdinandus Tani Lea
2. Veronika Sue
3. Febrianus Roka
4. Hildegardis Toja
3 C 1. Bernadinus V. Kota
2. Inosentius Syukur
3. Kristina Ghida
4. Natalis Balo Kapo
4 D 1. Anjelina Rae
2. Adrianto E. Lado
3. Kamelia Citra Islami
4. Andreas Sango
5. Susana Jesika Lilo

Dari kelompok asal di atas maka dibentuk lagi kelompok ahli

sesuai nomor urut yang sama.


42

Tabel 4.6
Anggota Kelompok Ahli
No Kelompok Nama Anggota Kelompok
1 A Sisilia Atika, Ferdinandus Tani Lea, Bernadinus V.
Kota, Anjelina Rae
2 B Elisabet Nadia Gemba, Veronika Sue, Inosentius
Syukur, Adrianto E. Lado
3 C Hironimus Yadi, Febrianus Roka, Kristina Ghida,
Kamelia Citra Islami
4 D Lorensius Gelit, Hildegardis Toja, Natalis Balo Kapo,
Andreas Sango, Susana Jesika Lilo

Setelah membagikan siswa ke dalam kelompok, peneliti

membagikan LKS dalam kelompok masing-masing dan meminta siswa

berdiskusi untuk menemukan inti masalah dalam LKS. Peneliti

mengarahkan semua anggota dalam kelompok harus membaca dan

memahami soal dalam LKS, dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang mendorong siswa untuk memberikan jawaban

sementara dari soal LKS. Semua anggota kelompok harus aktif dan

bekerja sama dan menulis hasil diskusinya masing-masing lalu

mengutus salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan di

depan kelas.

Peneliti memberikan evaluasi untuk mengukur sejauh mana

pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan dalam bentuk

mengerjakan soal-soal THB. Selanjutnya peneliti dan siswa bersama-

sama membuat kesimpulan secara keseluruhan.

Dari kegiatan pelaksanaan, data nilai hasil belajar siswa dapat

dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini:


43

Tabel 4.7
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Keterangan
Jenis Hasil
No Nama Siswa KKM Tidak
Kelamin Test Tuntas
Tuntas
1 Adrianto E. Lado L 70 75 Tuntas
2 Andreas Sango L 70 70 Tuntas
3 Anjelina Rae P 70 70 Tuntas
4 Bernadinus V. Kota L 70 55 Tidak tuntas
5 Elisabet Nadia Gemba P 70 75 Tuntas
6 Febrianus Roka L 70 50 Tidak tuntas
7 Ferdinandus Tani Lea L 70 50 Tidak tuntas
8 Hildegardis Toja P 70 60 Tidak tuntas
9 Hironimus Yadi L 70 70 Tuntas
10 Inosentius Syukur L 70 55 Tidak tuntas
11 Kamelia Citra Islami P 70 65 Tidak tuntas
12 Kristina Ghida P 70 70 Tuntas
13 Lorensius Gelit L 70 55 Tidak tuntas
14 Natalis Balo Kapo P 70 70 Tuntas
15 Sisilia Atika P 70 85 Tuntas
16 Susana Jesika Lilo P 70 65 Tidak tuntas
17 Veronika Sue P 70 70 Tuntas
Jumlah 1110 9 8
Rata – rata 65,3
Presentasi 52,9 % 47,1 %

Dari data di atas dapat dibuat rekapitulasi nilai siklus I sebagai

berikut:

Tabel 4. 8
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Data Perolehan
1. Nilai maksimal 85
2. Rata – rata nilai 65,3
3. Jumlah siswa yang tuntas 9
4. Jumlah siswa yang tidak tuntas 8
5. Persentase tuntas 52,9 %
6. Persentase tidak tuntas 47,1 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 17 siswa yang

tuntas sebanyak 9 siswa dengan persentase 52,9 % dan yang tidak

tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 47,1 %. Jadi hasil belajar


44

pada siklus I mengalami peningkatan dari hasil test awal. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada digram berikut:

Diagram 4.2
Hasil Belajar Siswa Siklus I
60

52.9 %
50 47.1 %

40

30

20

10

Tuntas Tidak Tuntas

c. Observasi

1. Observasi Aktivitas Guru

Pengamatan terhadap keterampilan guru (peneliti) dalam

proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW) selama proses

pembelajaran dilakukan oleh observer (guru mata pelajaran). Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel observasi aktivitas guru berikut:
45

Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Skor
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1. Kegiatan awal
a. Guru menjawab salam dari siswa √
b. Guru mengajak siswa berdoa √
c. Guru mengecek kehadiran √
d. Guru melakukan apersepsi √
e. Guru memberikan motifasi kepada √
siswa
f. Guru menyampaikan indikator dan √
tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru menyampaikan materi kepada √
siswa
b. Guru membagi LKS √
c. Guru merangsang siswa untuk √
menyelesaikan soal dalam LKS
d. Kemampuan dalam mengawasi siswa √
dalam diskusi
e. Kemampuan guru dalam √
membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan
f. Kemampun guru untuk memberi √
penghargaan
3. Kegiatan akhir
a. Guru bersama siswa membuat √
rangkuman
b. Guru melakukan refleksi dengan √
menggali pengalaman siswa selama
mengikuti pembelajaran
Jumlah skor 24 24
Skor maksimal 70
Persentase aktifitas guru 68,57 %
Kriteria penilaian Cukup

2. Observasi Aktivitas Siswa

Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan

observer mengamati seluruh aktivitas siswa selama proses

pembelajaran Think, Talk, Write berlangsung.


46

Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Skor
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1. Kegiatan awal
a. Siswa memberi salam kepada guru √
b. Berdoa bersama √
c. Mengisi daftar hadir √
d. Mendengarkan apersepsi dari guru √
e. Mendengarkan motivasi dari guru √
f. Mencatat indikator dan tujuan √
pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Memperhatikan guru menyampaikan √
materi pembelajaran
b. Mengikuti arahan guru saat √
membagi LKS
c. Bertanggung jawab untuk √
mengerjakan soal LKS dalam
kelompok kerja
d. Keaktifan dalam kerja kelompok √
e. Kerja sama dalam kelompok √
f. Mengerjakan soal sesuai waktu yang √
diberikan
g. Menerima penghargaan dari guru √
3. Kegiatan akhir
a. Bersama guru membuat rangkuman √
b. Menjawab pertanyaan refleksi dari √
guru
Jumlah skor 36 12
Skor maksimal 75
Persentase aktifitas siswa 64 %
Kriteria penilaian Cukup

Hasil observasi pada siklus I memberi gambaran bahwa

tingkat keberhasilan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Think,

Talk, Write (TTW) masuk dalam kategori cukup.


47

Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada

diagram di bawah ini:

Diagram 4.3
Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I
80

70 68.57 %
64 %

60

50

40

30

20

10

Guru Siswa

d. Refleksi

Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mengkaji kembali proses

pelaksanaan dan pengamatan dalam proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti melibatkan observer (guru mata pelajaran) untuk memberikan

masukan dan usul atau saran tentang kegiatan yang berkaitan dengan

proses pelaksanaan siklus I. Dalam refleksi ini dilakukan juga penilaian

terhadap hasil evaluasi sehingga peneliti dapat menentukan tindakan

selanjutnya. Berikut hasil penilaian pada siklus I:

 Aktivitas Guru.

1) Guru belum melakukan apersepsi yang baik sehingga siswa

kurang memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

2) Guru tidak memberikan rangsangan kepada siswa sehingga siswa

bingung saat mencari materi dibuku sumber.


48

3) Guru belum menjelaskan dengan baik cara mengerjakan soal

sehingga membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk

menyelesaikan soal tersebut.

4) Guru belum optimal membimbing dan mengarahkan siswa untuk

aktif selama melakukan diskusi sehingga masih banyak siswa

yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

5) Guru tidak menjelaskan kembali konsep yang keliru sehingga

siswa tidak mengetahui apakah konsep yang disampaikannya

benar atau tidak.

6) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa agar berani

tampil kedepan sehingga masih banyak siswa malu

mempresentasekan hasil kerja kelompoknya.

7) Guru belum optimal dalam mengkondisikan kelas dan

memberikan motivasi kepada siswa untuk bersikap jujur

mengerjakan soal sehingga masih ditemukan siswa yang kerja

sama.

8) Hasil analisis observasi aktivitas guru siklus I diperoleh nilai

persentase sebesar 68,57 %.

 Aktivitas Belajar Siswa.

1) Siswa belum siap untuk mengikuti pembelajaran, sehingga dalam

prosesnya siswa kurang semangat dalam menerima pelajaran.

2) Siswa belum berani dan malu dalam menjawab pertanyaan,

memberikan pertanyaan, dan mengemukakan pendapatnya.


49

3) Masih ditemukan beberapa siswa yang kerja sama dalam

mengerjakan soal.

4) Hasil analisis data terhadap observasi aktivitas belajar siswa

diperoleh nilai rata-rata sebesar 64 %.

 Hasil Belajar Siswa.

Berdasakan hasil test yang dilakukan pada siklus 1, masih banyak

siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70

dengan persentase ketuntasan klasikal yang dicapai pada siklus I

hanya sebesar 52,9 % dan termasuk dalam kategori kurang baik.

Dari hasil analisis dan data yang telah diperoleh dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus I perlu dilanjutkan ke siklus II

karena masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses

pembelajaran dan secara khusus hasil belajar siswa belum mencapai

indikator ketercapaian penelitian yang telah ditetapkan.

1. Pelaksanaan Siklus II.

a. Tahap Perencanaan Siklus II.

Perencanaan tindakan siklus II hampir sama dengan perencanaan

pelaksanaan pembelajaran siklus I. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran

siklus II dilakukan dengan memperhatikan refleksi pada siklus I. Untuk

menindaklanjuti hasil refleksi pada siklus I, peneliti bersama guru mata

pelajaran melakukan diskusi untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hasil

perencanaan yang dibuat antara lain sebagai berikut:


50

1) Membuat RPP sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran.

2) Menyiapkan LKS, soal dan media roda putar.

3) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan lembar aktivitas

siswa.

4) Guru diharapkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih

aktif dan berani untuk mengemukakan pendapat.

5) Guru diminta untuk lebih optimal dalam mengkondisikan siswa agar

siap menerima pelajaran.

6) Guru diharapkan mengingatkan siswa agar memperhatikan penjelasan

guru.

Jika ada siswa yang berbicara ketika guru sedang menjelaskan

materi, guru diharapkan untuk memberikan peringatan kepada siswa

dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang baru dijelaskan

sehingga perhatian siswa dapat kembali fokus pada penjelasan guru.

pelaksanaan siklus I perlu dilanjutkan ke siklus II karena masih banyak

siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran dan secara khusus

hasil belajar siswa belum mencapai indikator ketercapaian penelitian

yang telah ditetapkan.

3. Pelaksanaan Siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil belajar pada siklus I diperoleh adanya

permasalahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

soal sistem persamaan linear tiga variabel.


51

Adapun kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam

menyelesaikan soal-soal sistem persamaan linear tiga variabel yaitu:

siswa kesulitan dalam membedakan koefisien dan variabel pada

persamaan linear tiga variabel, siswa kesulitan mengubah soal cerita

menjadi model matematika dan siswa kurang aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran karena penggunaan model pembelajaran yang

kurang tepat.

Setelah diperoleh letak kesulitan siswa maka pada tahap ini yang

dilakukan peneliti adalah merencanakan tindakan, yaitu sebagai berikut:

mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

mempersiapkan sarana pembelajaran, membuat lembar observasi,

mempersiapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang telah

ditetapkan sebelumnya.

b. Tindakan

Melaksanakan pembelajaran dimana peneliti bertindak sebagai

guru di kelas. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah dengan

menggunakan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) sebanyak

1 (satu) kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Materi yang

diajarkan adalah tentang Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel.

Peneliti membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan

meminta siswa berdiskusi untuk menemukan inti masalah dalam LKS.

Peneliti mengarahkan semua anggota dalam kelompok harus membaca

dan memahami soal dalam LKS, dengan mengajukan pertanyaan-


52

pertanyaan yang mendorong siswa untuk memberikan jawaban

sementara dari soal LKS. Semua anggota kelompok harus aktif dan

bekerja sama dan menulis hasil diskusinya masing-masing lalu

mengutus salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan di

depan kelas.

Peneliti memberikan evaluasi untuk mengukur sejauh mana

pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan dalam bentuk

mengerjakan soal-soal THB. Selanjutnya peneliti dan siswa bersama-

sama membuat kesimpulan secara keseluruhan.

Dari kegiatan pelaksanaan, data nilai hasil belajar siswa dapat

dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:

Tabel 4.11
Hasil Belajar Siswa Siklus II
Keterangan
Jenis Hasil
No Nama Siswa KKM Tidak
Kelamin Test Tuntas
Tuntas
1 Adrianto E. Lado L 70 80 Tuntas
2 Andreas Sango L 70 80 Tuntas
3 Anjelina Rae P 70 75 Tuntas
4 Bernadinus V. Kota L 70 75 Tuntas
5 Elisabet Nadia Gemba P 70 80 Tuntas
6 Febrianus Roka L 70 75 Tuntas
7 Ferdinandus Tani Lea L 70 65 Tidak tuntas
8 Hildegardis Toja P 70 80 Tuntas
9 Hironimus Yadi L 70 75 Tuntas
10 Inosentius Syukur L 70 65 Tidak tuntas
11 Kamelia Citra Islami P 70 75 Tuntas
12 Kristina Ghida P 70 80 Tuntas
13 Lorensius Gelit L 70 85 Tuntas
14 Natalis Balo Kapo P 70 75 Tuntas
15 Sisilia Atika P 70 85 Tuntas
16 Susana Jesika Lilo P 70 75 Tuntas
17 Veronika Sue P 70 80 Tuntas
Jumlah 1305 15 2
Rata – rata 76,8
Presentasi 88,2 % 11,8 %
53

Dari data di atas dapat dibuat rekapitulasi nilai siklus II sebagai

berikut:

Tabel 4.12
Rekapitulasi Nilai Siklus II
No. Data Perolehan
1. Nilai maksimal 85
2. Rata – rata nilai 76,8
3. Jumlah siswa yang tuntas 15
4. Jumlah siswa yang tidak tuntas 2
5. Persentase tuntas 88,2 %
6. Persentase tidak tuntas 11,8 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 17 siswa yang

tuntas sebanyak 15 siswa dengan persentase 88,2 % dan tidak tuntas

sebanyak 2 siswa dengan persentase 11,8 %. Jadi hasil belajar siswa

pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.4
Hasil Belajar Siswa Siklus II
90 88.2 %

80

70

60

50

40

30

20
11.8 %
10

Tuntas Tidak Tuntas

c. Observasi

1. Observasi Aktivitas Guru

Pengamatan terhadap keterampilan guru (peneliti) dalam

proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran


54

kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW) selama proses

pemeblajaran dilakukan oleh observer (guru mata pelajaran). Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel observasi aktivitas guru berikut:

Tabel 4.13
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Skor
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1. Kegiatan awal
a. Guru menjawab salam dari siswa √
b. Guru mengajak siswa berdoa √
c. Guru mengecek kehadiran √
d. Guru melakukan apersepsi √
e. Guru memberikan motifasi kepada √
siswa
f. Guru menyampaikan indikator dan √
tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Guru menyampaikan materi kepada √
siswa
b. Guru membagi LKS √
c. Guru merangsang siswa untuk √
menyelesaikan soal dalam LKS
d. Kemampuan dalam mengawasi √
siswa dalam diskusi
e. Kemampuan guru dalam √
membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan
f. Kemampun guru untuk memberi √
penghargaan
3. Kegiatan akhir
a. Guru bersama siswa membuat √
rangkuman
b. Guru melakukan refleksi dengan √
menggali pengalaman siswa selama
mengikuti pembelajaran
Jumlah skor 6 48
Skor maksimal 70
Persentase keaktifan guru 77,14 %
Kriteria penilaian Baik
55

2. Observasi Aktivitas Siswa

Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan

observer mengamati seluruh aktivitas siswa selama proses

pembelajaran Think, Talk, Write berlangsung.

Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.14
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Skor
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1. Kegiatan awal
a. Siswa memberi salam kepada guru √
b. Berdoa bersama √
c. Mengisi daftar hadir √
d. Mendengarkan apersepsi dari guru √
e. Mendengarkan motivasi dari guru √
f. Mencatat indikator dan tujuan pembelajaran √
2. Kegiatan inti
a. Memperhatikan guru menyampaikan materi √
pembelajaran
b. Mengikuti arahan guru saat membagi LKS √
c. Bertanggung jawab untuk mengerjakan soal √
LKS dalam kelompok kerja
d. Keaktifan dalam kerja kelompok √
e. Kerja sama dalam kelompok √
f. Mengerjakan soal sesuai waktu yang diberikan √
g. Menerima penghargaan dari guru √
3. Kegiatan akhir
a. Bersama guru membuat rangkuman √
b. Menjawab pertanyaan refleksi dari guru √
Jumlah skor 6 44 10
Skor maksimal 75
Persentase keaktifan siswa 80 %
Kriteria penilaian Baik

Hasil observasi pada siklus II memberi gambaran bahwa

tingkat keberhasilan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Think,


56

Talk, Write (TTW) masuk dalam kategori baik. Hasil observasi

aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Diagram 4.5
Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II
90
80 %
80 77.14 %

70
60
50
40
30
20
10
0

Guru Siswa

d. Refleksi

Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mengkaji kembali proses

pelaksanaan dan pengamatan dalam proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti melibatkan observer (guru mata pelajaran) untuk memberikan

masukan dan usul atau saran tentang kegiatan yang berkaitan dengan

proses pelaksanaan siklus II. Dalam refleksi ini dilakukan juga

penilaian terhadap hasil evaluasi.

Berdasarkan analisis dan data yang telah diperoleh dapat

disimpulkan bahwa pada pelaksanaan siklus II sudah banyak siswa

yang aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa telah

mencapai indikator ketercapaian penelitian yang telah ditetapkan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


57

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilihat perbandingan nilai hasil

belajar siswa dari pelaksanaan pre test, siklus I, dan siklus II seperti pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.15
Perbandingan Hasil Belajar Siswa
No. Nama siswa Pre Test Siklus I Siklus II
1. Adrianto E. Lado 60 75 80
2. Andreas Sango 70 70 80
3. Anjelina Rae 55 70 75
4. Bernadinus V. Kota 45 55 75
5. Elisabet Nadia Gemba 70 75 80
6. Febrianus Roka 50 50 75
7. Ferdinandus Tani Lea 45 50 65
8. Hildegardis Toja 60 60 80
9. Hironimus Yadi 50 70 75
10. Inosentius Syukur 45 55 65
11. Kamelia Citra Islami 50 65 75
12. Kristina Ghida 70 70 80
13. Lorensius Gelit 60 55 85
14. Natalis Balo Kapo 60 70 75
15. Sisilia Atika 80 85 85
16. Susana Jesika Lilo 55 65 75
17. Veronika Sue 70 70 80
JUMLAH 995 1110 1305
RATA – RATA 58,5 65,3 76,8
Sumber: data primer yang diolah

Perbandingan nilai hasil belajar seperti disajikan dalam tabel di atas,

disajikan pula dalam diagram berikut:

Diagram 4.6
Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
58

90
80 76.8

70 65.3
58.5
60
50
40
30
20
10
0

Pre Test Siklus I Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh menggambarkan

bahwa pembelajaran matematika materi sistem persamaan linear tiga variabel

memiliki relevansi dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar bila

seorang guru mengajarkan dengan menggunakan model Think, Talk, Write

(TTW)

1. Penerapan Pembelajaran Model Kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW)

Berdasarkan hasil penelitian bahwa model pembelajaran sangat

berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Model pembelajaran yang

tepat dengan tujuan pembelajaran dan salah satunya adalah penggunaan

model kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW) yang memberi nilai positif

terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Peningkatan Hasil Belajar

Berikut ini adalah Rekapitulasi hasil belajar siklus I dan siklus II:

Tabel 4.16
59

Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II


No Uraian Siklus I Siklus II
.
1. Nilai rata – rata 65,3 76,8
2. Jumlah siswa yang tuntas 9 15
3. Persentase ketuntasan belajar 52,9 % 88,2 %
4. Persentase ketidaktuntasan belajar 47,1 % 11,8 %

Rekapitulasi hasil belajar dari siklus I dan siklus II disajikan pula

dalam diagram berikut ini:

Diagram 4.7
Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
100
88.2 %
90
80
70
60 52.9 %
50 47.1 %
40
30
20
11.8 %
10
0
Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

3. Peningkatan Aktivitas Guru dan Siswa

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi aktivitas guru dan siswa siklus

I dan siklus II:

Tabel 4.17
Rekapitulasi Aktivitas Guru
No Uraian Siklus I Siklus II
.
1. Jumlah skor 48 54
2. Skor maksimal 70 70
3. Persentase aktivitas guru 68,57 % 77,14 %
60

Tabel 4.18
Rekapitulasi Aktivitas Siswa
No. Uraian Siklus I Siklus II
1. Jumlah skor 48 60
2. Skor maksimal 75 75
3. Persentase aktivitas siswa 64 % 80 %

Rapitulasi aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II

disajikan pula dalam diagram berikut ini:

Diagram 4.8
Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II
90
80
80 77.14
68.57
70 64
60

50

40

30

20

10

0
Guru Siswa

Siklus I Siklus II
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X SMA Swasta

Adhyaksa Ende ini dilakukan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, Write (TTW) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear tiga variabel dengan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

Think: pada langkah ini siswa membaca teks pada LKS dan membuat catatan

kecil secara individu

Talk: pada langkah ini siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya

membahas isi catatan kecil dan diskusi dapat menghasilkan solusi atas soal

yang diberikan.

Write: pada langkah ini siswa menuliskan hasil diskusi secara individu.

Dari data-data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dipaparkan

sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, Write dapat

meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat diketahui secara jelas dari

hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I mencapai 64% dan siklus II

mencapai 80 %.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, Write dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan

61
62

aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menyebabkan

persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I

ke siklus II sehingga indikator keberhasilan tindakan dapat tercapai.

B. Saran

Melalui penelitian ini,penulis mengajuhkan saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Diharapkan siswa harus selalu aktif pada saat proses pembelajaran, lebih

tanggung jawab terhadap tugasnya, dan pemahaman secara kognitif

psikomotor melalui teman yang mempunyai kemampuan lebih baik akan

menjadi salah satu faktor peningkatan hasil belajar.

2. Bagi Guru

Hendaknya dapat menggunakan model kooperatif tipe Think, Talk, Write

sebagai alternatif dalam proses belajar mengajar, karena model kooperatif

tipe Think, Talk, Write (TTW) berpengaruh positif dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

3. Bagi penelitian Selanjutnya

Hendaknya tulisan ini dapat dijadikan referensi dan mudah-mudahan dapat

menggunakan strategi pembelajaran yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai