Tentang
Disusun Oleh:
Arifal Dzunuren
NIM. 2220080018
Dosen Pembimbing:
Dr. Zaim Rais, M.A.
A. Pendahuluan
3
Badarussyamsi, “Islam Di Mata Orientalisme Klasik Dan Orientalisme Kontemporer,”
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin 15, No. 1 (Juni 6, 2016), h. 21.
4
“John L. Esposito - ACMCU,” accessed September 16, 2023,
https://acmcu.georgetown.edu/profile/john-esposito/.
4
Esposito tidak kehilangan kritisme terhadap Islam dan muslim, baik dalam
konteks negara muslim tertentu maupun dalam hubungan antara dunia Muslim
dan Barat.5
5
Asep Saefullah, “Membangun Peradaban Dunia Yang Damai: Pentingnya Pembaharuan
Islam Dan ‘Kearifan’ Barat (Tinjauan Buku ‘Masa Depan Islam’ Karya John L. Esposito),”
Harmoni 11, No. 1 (March 31, 2012), h. 149-150.
6
“Esposito, John L(Ouis) 1940- | Encyclopedia.Com,” accessed September 16, 2023,
https://www.encyclopedia.com/arts/educational-magazines/esposito-john-louis-1940.
7
“John Esposito | Georgetown University - Academia.Edu,” accessed September 16,
2023, https://georgetown.academia.edu/JohnEsposito/CurriculumVitae, h. 1-2.
5
Memiliki rekam jejak yang baik sebagai akademisi di College of the Holy
Cross. Pada tahun 1993 Esposito bergabung dengan Georgetown University dan
menjabat sebagai guru besar pada bidang Agama, Hubungan Internasional, dan
Kajian Keislaman, sekaligus menjabat sebagai Dewan Pendiri (Founding
Director) pada 1993-2004, dan Direktur Prince Alwaleed bin Talal Center For
Muslim-Christian Understanding di Walsh School of Foreign Service (2006-
sekarang). Selain jabatan Guru Besar tetap di Holy Cross dan Georgetown
University, Esposito juga cukup aktif mengajar di Institusi lain, diantaranya
sebagai Visiting Professor of Asian Studies (Dosen tamu bidang Studi Asia) di
Oberlin College, Ohio, dan Adjunct Professor of Diplomacy (Dosen pembantu
bidang Diplomasi) di Tufts University, Massachusetts.8
8
“John Esposito | Georgetown University - Academia.Edu.”, h. 1.
9
“John L. Esposito - ACMCU.”
6
Karya yang ditulis oleh Esposito, baik buku maupun artikel telah
diterjemahkan ke lebih dari 45 bahasa di dunia. Selain itu beliau juga merupakan
Editor in Chief (Pemimpin Redaksi)10 dari Oxford Islamic Studies Online dan
Editor Seri dari The Oxford Library of Islamic Studies. Sebagai pemimpin redaksi
Esposito mengepalai proyek karya The Oxford Encyclopedia of the Islamic World
(6 jilid), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World (4 jilid), The
10
John L Esposito, “Muslim-Christian Relations in a Multi-Faith World,” n.d, h. 9-10.
7
Oxford History of Islam, The Oxford Dictionary of Islam, dan The Islamic World:
Past and Present (3 jilid).11 Melihat kiprah Esposito di bidang karya tulis ilmiah,
hal ini menjadi poin penting yang mengungkap urgensi dan posisi penelitian
Esposito sebagai referensi penting bagi para peneliti lainnya, baik dari kalangan
sarjana muslim ataupun peneliti Barat pada umumnya.
Relasi antara Islam dan Barat dalam banyak studi digambarkan sebagai
hubungan yang rumit nan sulit, Edward Said menyatakan bahwa Islam dan Barat
hakikatnya menderita problem persepsi dalam hubungan saling memusuhi yang
berakar dalam sejarah. Persepsi Barat atas Islam, bahkan seperti juga persepsi
Islam atas Barat, terdistorsi prasangka dan stigma yang negatif.12 Dalam
pandangan lain, distorsi ini bermula dari respon Barat terhadap Islam
mendominasi peradaban dunia di abad pertengahan pada masa kejayaannya,
William Montgomery Watt menyatakan bahwa pembentukan gambaran buruk
mengenai Islam sebagian besar merupakan reaksi umat Kristen (Barat) yang
melihat peradaban umat Islam di Andalusia (Umayyah) sangat tinggi melampaui
capaian Barat pada saat itu.13
Islam telah menjadi suatu trauma bagi Eropa. Bagi kaum Kristen abad
pertengahan, Islam itu problematis, yang tidak saja menimbulkan problem
keagamaan, namun juga secara politis, kekuatan imperium Islam merupakan
tantangan serius bagi kaum Kristen. Hingga abad ke-XVII, kekhalifahan
Utsmaniyah dipandang oleh orang-orang Eropa senantiasa membahayakan
peradaban Kristen. Selain itu, dominasi ilmu dan pengetahuan selama delapan
abad jelas menunjukkan bahwa Islam juga menimbulkan problem intelektual.
11
“John L. Esposito - ACMCU.”
12
Said, Orientalisme, Terj. Achmad Fawaid, h. 39.
13
William Montgomery Watt, Islam Dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam Atas Eropa
Abad Pertengahan (Bandung: Mizan, 2002), h. 68-69.
8
Beragam literatur yang bernada negatif terhadap Islam juga memiliki kontribusi
besar terhadap rangkaian pembentukan stereotip Barat terhadap Islam.14
Persepsi Islam sebagai problem oleh Barat ini dipandang dan ditanggapi
serius oleh Esposito. Secara garis besar, apabila dilihat dari gagasan-gagasan
utama yang disampaikan oleh John L. Esposito ketika berbicara tentang Islam
melalui beberapa karya tulisnya, poin besar yang dibangun adalah argumentasi
yang tujuannya cenderung menepis sekaligus meluruskan pandangan Barat yang
secara konvensional menganggap Islam sebagai ancaman dan bahaya.
14
Moh. Salman Hamdani, “John Louis Esposito Tentang Dialog Peradaban Islam-Barat,”
Jurnal Komunika 7, No. 1 (June 2013), h. 12-13.
15
John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos Atau Realiti, Terj. Nor Azita Umar (Selangir:
MidModal Industries, 2004), h. 105.
9
materi fundamental di dalam Islam; ‘Muhammad and the Quran: Messenger and
Message’.
In the name of God, the Merciful and Compassionate: praise
belongs to God, the Lord of the Worlds, the Merciful, the Compassionate;
Master of the Day of Judgment, You do we worship and You do we call
on for help; guide us on the Straight Path, the path of those whom You
have blessed, not of those who earn your anger nor those who go astray.
(Quran 1:1-7)16
19
Esposito, h. 10.
11
Ada lima poin argumentasi yang diungkapkan oleh Esposito yang terkesan
mengklarifikasi poligami Nabi Muhammad SAW:
1. Terkait budaya Semit pada umumnya, dan praktik Arab pada khususnya
yang mengizinkan poligami. Beristri lebih dari satu adalah hal yang
lumrah di masyarakat Arab, terutama di kalangan bangsawan dan
pemimpin. Tradisi ini juga terdapat dalam Alkitab dan bahkan pasca-
Alkitab agama Yahudi.
2. Pernikahan Muhammad tidak selalu secara poligami, bahkan di masa
primanya Muhammad hanya beristri satu, Khadijah, dan itu berlangsung
cukup lama.
3. Poligami dilakukan Muhammad hanya setelah kematian Khadijah.
4. Dispensasi khusus dari Tuhan untuk melebihi batas empat istri yang
diberlakukan oleh al-Qur’an, hanya terjadi setelah kematian Khadijah.
5. Poligami yang dilakukan Nabi memiliki tujuan jangka panjang, melalui
hal ini dan pesan al-Quran, para wanita yang dinikahi Nabi yang mayoritas
adalah janda terangkat statusnya, dan berdampak kepada semua
perempuan; istri, anak perempuan, ibu, janda, dan anak yatim piatu.
Selain itu, Esposito mengungkapkan ada motif atau tujuan yang bersifat
urgen dibalik poligami yang dilakukan Muhammad SAW, motif sosial dan politik
adalah dua alasan fundamental yang menjadi alasan utama Nabi menikahi istri-
istrinya.
21
Esposito.
22
Esposito, h. 2-4.
23
John L. Esposito, Islam in Asia, Religion, Politic and Society (New York: Oxford
University Press, 1987), h. ii.
13
Pada wilayah ini, posisi Esposito merupakan juru bicara antar Islam dan
Barat untuk bekerjasama dan tidak tenggelam dalam konflik peradaban seperti
yang diprediksikan Hutington. Poin penting perjumpaan Islam dan Barat harus
dimaknai sebagai membangun dialog peradaban, bukan konfrontasi antar kubu.
Oleh sebab itu muncul kritikan Esposito terhadap Huntington tentang benturan
peradaban dengan perspektif histori sebagai sumber konflik. –Sebagaimana telah
dimunculkan dalam penjelasan sebelumnya- Esposito menilai bahwa penyebab
utama benturan antara Barat dan Islam adalah langgengnya missinternceptions,
budaya stereotipe yang mengakar di masing-masing pihak kepada pihak lain, dan
ketakutan berlebihan Barat terhadap Islam.
24
Hamdani, “John Louis Esposito Tentang Dialog Peradaban Islam-Barat.”, h. 2-3.
14
1. Minimnya kuantitas dan kualitas pakar dalam studi yang terkait dengan
Middle-East (Timur Tengah); secara umum, dan kurangnya pakar di bidang
Islamic Studies (Studi Keislaman); secara khusus.
2. Prasangka akademis sekuler yang masih mengakar di kalangan akademisi dan
pakar dari Barat, serta objek kajiannnya hanya terbatas pada dimensi Islam di
dalam komunitas/masyarakat muslim, konklusi studi yang cenderung bersifat
generalisasi terbuka lebar, sehingga memiliki potensi unbalance dalam kajian
yang dilakukan.
3. Para pakar yang mengkaji Islam cenderung dididik dalam bingkai histori
sejarah masa lalu, sehingga garapan studinya terkurung dalam kajian masa lalu
yang telah lampau, potensi menyentuh permasalahan kontemporer menjadi
minim.
4. Mayoritas para ahli memiliki keterbatasan dalam pendidikan, perhatian, dan
keseriusan terhadap studi yang ditempuh, bahkan kontak penelitian kurang
mengarah langsung kepada objek, serta dalam pengalaman studi sedikit
berinteraksi dengan para aktifis dan gerakan Islam.
Namun demikian, Esposito menganggap bahwa masa depan Islam dan
hubungan Islam-Barat tetap merupakan isu penting dalam politik dan keagamaan
pada abad kedua puluh satu. Pasca tragedi 9/11 sikap saling memahami dan
menghargai keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang menjadi sangat kritis, tidak
hanya dalam hubungan multi-iman, tetapi juga dalam politik internasional dan
world security. Islam dan Kristen adalah agama terbesar dan tercepat
pertumbuhannya di dunia.
25
Esposito, Ancaman Islam: Mitos Atau Realiti, Terj. Nor Azita Umar, h. 238.
15
E. Kesimpulan
Di dalam catatan sejarah, menurut klaim studi banyak peneliti Islam dan
Barat hakikatnya menderita problem persepsi dalam hubungan saling memusuhi
yang berakar dalam perkembangannya. Catatan stereotipe dan stigma negatif
muncul di kedua belah pihak. Persepsi Barat atas Islam, bahkan seperti juga
persepsi Islam atas Barat, terdistorsi prasangka dan stigma yang negatif. Tetapi
dalam skema lain, distorsi ini bermula dari respon Barat terhadap Islam ketika
mendominasi peradaban di abad pertengahan pada masa kejayaannya,
pembentukan gambaran buruk mengenai Islam sebagian besar merupakan reaksi
umat Kristen (Barat) yang melihat peradaban umat Islam di Andalusia (Umayyah)
sangat tinggi melampaui capaian Barat pada saat itu.
John L. Esposito mengutarakan adanya beberapa misperceptions Barat
atas Islam dewasa ini. Kecenderungan Barat dalam memandang Islam sebagai
gerakan fundamentalis-militan serta anti-Barat memunculkan antisipasi-antisipasi
yang dilakukan oleh Barat untuk membendung pergerakan yang berkembang
dalam Islam. Di lain pihak gerakan-gerakan Islam memandang Barat sebagai
kekuasaan yang berlaku konstituen melahirkan perseteruan yang diprediksi tidak
kunjung habis. Dalam pandangan Esposito terdapat beberapa faktor yang
mengakibatkan stigma ini muncul, yaitu 1) Minimnya kuantitas dan kualitas pakar
dalam studi Timur Tengah dan pakar di bidang Islamic Studies, 2) Prasangka
akademis sekuler yang masih mengakar di kalangan akademisi dan pakar dari
Barat, 3) Para pakar terkurung dalam bingkai histori sejarah masa lalu, yang
16
DAFTAR PUSTAKA