Abstrak. Virus Epstein-Barr (EBV), yang secara laten menginfeksi >90% dari populasi, secara
etiologis berhubungan dengan beberapa keganasan pada epitel manusia seperti limfoma Burkitt,
penyakit Hodgkin, limfoma pasca transplantasi, kanker lambung (gastric cancer / GC) dan KNF.
Sampai saat ini, sebagian besar penelitian telah berfokus pada protein yang dikodekan EBV seperti
antigen nuklir laten EBNA1 dan protein membran laten LMP1, LMP2A dan LMP2B, yang
memiliki kemampuan untuk mengubah sel, mengubah ekspresi gen seluler dan untuk
meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan invasi sel yang ditransformasi. Namun,
tumor terkait EBV biasanya mengekspresikan protein virus yang terbatas, menunjukkan bahwa
patogenesis dan perkembangan tumor ini tidak hanya diatur oleh protein virus tetapi juga oleh
faktor penting lainnya seperti EBV-encoded microRNAs (EBV-miRs). Hasil Review yang
dilakukan memperlihatkan hasil Banyak EBV BART miRNA ditemukan dan diekspresikan dalam
KNF. miRNA yang berkontribusi pada latensi virus dan kelangsungan hidup sel inang. Namun,
fungsinya dalam tumorigenesis dan perkembangan tumor KNF tetap sulit dipahami. Cai et al.
dalam penelitiannya melaporkan bahwa EBV-miR-BART1 sangat diekspresikan dalam KNF dan
terkait erat dengan fitur patoklinis KNF. Perubahan ekspresi EBV-miR-BART1 menunjukkan
bahwa ia dapat menginduksi migrasi dan invasi sel KNF dan metastasis tumor. Mekanisme
molekuler yang mendasari dimana BART1 menyebabkan metastasis tumor secara langsung
menargetkan penekan tumor utama, fosfatase dan homolog tensin (phosphatase and tensin
homologue / PTEN) dan akibatnya untuk mengaktifkan jalur yang bergantung pada PTEN dan
menginduksi transisi epitel-mesenkim (epithelial–mesenchymal transition / EMT).
Abstract. Epstein-Barr Virus (EBV), which latently infects >90% of the population, is
etiologically associated with several malignancies in the human epithelium such as Burkitt's
lymphoma, Hodgkin's disease, post-transplant lymphoma, gastric cancer (GC) and KNF. To
date, most studies have focused on EBV-encoded proteins such as the latent nuclear antigen
EBNA1 and the latent membrane proteins LMP1, LMP2A and LMP2B, which have the ability
to alter cells, alter cellular gene expression and to promote the growth, survival, and invasion
of transformed cells. However, EBV-associated tumors typically Express Limited viral
proteins, suggesting that the pathogenesis and development of these tumors is regulated not
only by viral proteins but also by other important factors such as EBV-encoded microRNAs
(EBV-miRs). The results of the Review showed that many EBV BART miRNAs were found and
expressed in KNF. miRNAs that contribute to viral latency and host cell survival. However, its
function in tumorigenesis and KNF tumor progression remains elusive. Cai et al. in his
research reported that EBV-miR-BART1 is highly expressed in KNF and is closely related to
the pathoclinical features of KNF. Changes in EBV-Mir-BART1 expression suggest that it can
induce KNF cell migration and invasion and tumor metastasis. The underlying molecular
mechanism by which BART1 causes tumor metastasis directly targets the primary tumor
suppressor, phosphatase and tensin homologue (PTEN) and consequently to activate the
PTEN-dependent pathway and induce epithelial–mesenchymal transition (EMT).
T4 Tumor dengan perluasan intr- yang disebut episom. Episom ini dalam
lateral dari otot pterigoid lateral. dan skrining pada populasi yang berisiko.
Jurnal Medika Sehat (JMS) Page 37 of 42
Jurnal Medika Sehat (JMS)
Sekolah TingginKesehatan Sehat Medan (Stikes Sehat) Medan
Tingkat antibodi IgA yang tinggi dengan oral hairy leukoplakia, dan karsinoma
antigen kapsid EBV dan early antigen (EA) lambung undifferentiated). Setidaknya 95%
di daerah dengan insiden nasofaring yang tumor KNF terkait dengan EBV. Selain itu,
10
tinggi merupakan alat skrining yang baik . tingkat keparahan infeksi EBV bervariasi
dengan jenis karsinoma, dimana karsinoma
Pada tahun 1964, EBV diidentifikasi
undifferentiated (WHO-3) memiliki titer
dalam jaringan tumor dari pasien yang
EBV tertinggi 12.
menderita limfoma Burkitt Afrika,
keganasan fatal dari limfosit B. EBV Hubungan antara EBV dan KNF
digambarkan sebagai anggota virus genus berdasarkan penelitian lainnya menunjukkan
Lymphocryptovirus yang terkait erat dengan ekspresi gen laten EBV yaitu Epstein–Barr
anggota keluarga herpesvirus dengan genom virus nuclear antigen (EBNA), protein
EBV melebihi 172 pasang DNA untai ganda membran laten-1 (LMP-1), LMP-2, dan
linier. EBV juga merupakan virus herpes EBV encoded small RNAs (EBER) dalam
pertama yang genomnya sepenuhnya sel KNF mengkonfirmasi infeksi sel tumor
dikloning dan diurutkan. Selama oleh EBV. Penelitian telah menunjukkan
transformasi pertumbuhan, virus tidak bahwa EBV memainkan peran penting
bereplikasi dan menghasilkan virion dalam mengubah sel epitel nasofaring
keturunan, melainkan direplikasi oleh DNA menjadi kanker invasif. Juga ditemukan
polimerase host sebagai episom ekstra bahwa tumor EBV-positif tumbuh lebih
kromosom 11 cepat daripada tumor EBV-negatif 13.
[13]Dai, W. et al. (2016). Genetic and epig- Clinical Practice, pp. 45–64. doi:
ical Oncology, 5(2), pp. 1–13. doi: [18]Zhong, Li., Lv, S.H., Liu, G.Y. Liang
10.21037/-cco.2016.03.06. H., Xia, X.X and Xiang, Q. (2021).
and Cancer, 15(1), pp. 1–9. doi: [19] Zhu, J. Y. et al. (2009) „Identification