Anda di halaman 1dari 1

S

uara gemericik air hujan terdengar jatuh dari loteng yang bocor ke ember plastik
yang usang. Sementara, suasana di luar kamar belakang rumah dirundung
gemerlapan malam dengan pencahayaan lampu jalan remang. Lampu kamar kuno
yang berwarna kekuningan berbinar gemilang nampak mencolok dari luar.
Begitulah kira-kira keadaan kamar Marini di rumah bibinya yang berjarak jauh dari
perkotaan. Saat asik menikmati waktu sendirinya dikamar, terdengar suara ketukan pintu
kamarnya “Mar, ayo makan malam dulu, jangan baca buku terus. Nanti matamu rusak lho!”
panggil pamannya. Marini yang sedang duduk di meja belajarnya kemudian menutup buku
bacaannya dan membereskan peralatan alat tulis sehabis ia menggambar.
Sementara di meja makan, satu persatu lauk dihidangkan. Ada sayur bayam, ayam
goreng, dan nasi yang masih beruap menandakan hidangan masih panas. Bibi menggoreng
ikan sembari bersenandung melantunkan lagu lawas populer. Marini, paman dan bibinya,
dan kedua sepupunya bernama Henry dan Ben berkumpul dan duduk di meja makan.
Bibinya Marini yang bernama Sari, mengambil bakul nasi dan membagikan ke setiap piring
anggota keluarga. “Makannya harus yang banyak ya, Nak. Gausah sungkan. Sekarang kan
kamu sudah tinggal dirumah ini. Anggap aja rumah sendiri” kata bibi kepada Marini. “Tolong
ambilkan kuah yang agak banyakan ya, Ma.” pinta Ben dengan menyodorkan piringnya
kepada Bu Sari. hehehehe

Anda mungkin juga menyukai