Objek ilmu hadist dirayah adalah sanad dan matan, sehubungan dengan kesahihan,
hasan dan dhaifnya.
Buah atau faedah ilmu hadist dirayah adalah dapat mengetahui hadist yang shahih.
Penyusun pertama ilmu hadist dirayah ialah AL Qadhi Abu Muhammad Al Hasan
bin Abdurrahman Ar Ramahurmuz. Beliau memberi judul karya tulisnya itu
dengan Al Muhaddits Al Fashil.
Nama disiplin ilmu pengetahuan ini adalah ilmu Hadist Dirayah, disebut juga
dengan Ilmu Mustholah Hadist.
Pengambilan Ilmu hadist dirayah adalah hasil penelitian terhadap perilaku dan
keadaan para perawi hadist.
Hukum mempelajari ilmu hadist dirayah adalah fardhu ‘ain bagi orang yang
sendirian dalam mempelajari fardhu kifayah, apabila jumlah orang yang
mempelajarinya banyak.
Perbandingan ilmu hadist dirayah jelas. Ia merupakan ilmu pengetahuan yang
paling mulia. Sebab, dengan ilmu pengetahuan ini, hadist yang harus diterima dan
yang harus ditolak dapat diketahui.
Persoalan ilmu hadist dirayah adalah persoalan yang berkaitan dengan ucapan.
Setiap hadist yang shahih itu dapat digunakan sebagai bukti atau dalil.
Objek ilmu hadist riwayah adalah pribadi Nabi Muhammad saw., yakni sesuatu
yang khusus berkaitan dengan beliau.
Buah atau faedah ilmu hadist riwayah adalah untuk menghindari kesalahan
mengutip terhadap hal-hal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.
Perintis pertama ilmu hadist riwayah adalah Imam Muhammad bin Syihab Az
Zuhri, pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, atas intruksi beliau sesudah
Nabi Muhammad saw, wafat.
Nama ilmu tersebut adalah Ilmu Hadist Riwayah.
Pengambilan ilmu hadist riwayah adalah dari perkataan, perbuatan, dan ikrar atau
pengakuan-pengakuan Nabi Muhammad saw.
Hukum mempelajari ilmu hadist riwayah adalah fardhu ‘ain jika tidak ada orang
lain yang mempelajarinya dan fardhu kifayah jika jumlah orang yang
mempelajarinya banyak.
Kedudukan ilmu hadist riwayah termasuk ilmu pengetahuan yang paling mulia.
Sebab, dengan ilmu pengetahuan ini dapat diketahui cara-cara megikuti dan
mematuhi Nabi Muhammad saw.
Persoalan ilmu hadist riwayah itu bersifat juz-iyyah (partial), seperti ucapanmu.
Nabi Muhammad saw, bersabda :
“ Orang islam (muslim) itu adalah orang yang dapat membuat orang-orang lain
merasa tidak pernah terganggu atau disakiti oleh ucapan atau perbuatan.”
Sesungguhnya sebagian sabda Nabi saw. tersebut, yang kamu ucapkan itu menjadi
inti kekuatan perkataanmu. Sebagian sabda Nabi saw. adalah : “Orang islam adalah
orang yang bisa menjaga….”