Dikutip dari buku Mutiara Iman Edisi 1 karangan Tim Mutiara Media, Al Quran
menyebutkan bahwa orang yang dapat merenungkan, memahami, dan mengerti ayat
kauniyah adalah orang yang berakal. Itu karena orang yang beriman adalah orang yang
berakal dan menyadari bahwa seluruh alam semesta tidak diciptakan dengan sia-sia. Ayat
kauniyah menunjukkan kekuasaan dan kesempurnaan Allah SWT pada alam semesta.
Berikut contoh ayat kauniyah yang memperkuat keimanan seseorang :
1) Surat Yunus ayat 5-6
ُهَو اَّلِذ ۡى َجَعَل الَّش ۡم َس ِض َيٓاًء َّو اۡل َقَم َر ُنۡو ًرا َّو َقَّد َرٗه َم َناِز َل ِلَتۡع َلُم ۡو ا َعَدَد الِّس ِنۡي َن َو اۡل ِحَس اَب ؕ َم ا
( ِاَّن ِفى اۡخ ِتاَل ِف اَّلۡي ِل َو الَّنَهاِر َو َم ا٥ ) َخ َلَق ُهّٰللا ٰذ ِلَك ِااَّل ِباۡل َح ـِّق ۚ ُيَفِّص ُل اٰاۡل ٰي ِت ِلَقۡو ٍم َّيۡع َلُم ۡو َن
( ٦ ) َخ َلَق ُهّٰللا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو اَاۡلۡر ِض ٰاَل ٰي ٍت ِّلـَقۡو ٍم َّيَّتُقۡو َن
Artinya: Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah
yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan
tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu
melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui (5) Sesungguhnya pada pergantian
malam dan siang, dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi,
pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang
bertakwa. (6)
ِاَّن ِفۡى َخ ۡل ِق الَّسٰم ٰو ِت١٨٩ َو ِهّٰلِل ُم ۡل ُك الَّسٰم ٰو ِت َو اَاۡلۡر ِضؕ َو ُهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ۡى ٍء َقِد ۡي ٌر
اَّلِذ ۡي َن َيۡذ ُك ُر ۡو َن َهّٰللا ِقَياًم ا١٩٠ َۚۖو اَاۡلۡر ِض َو اۡخ ِتاَل ِف اَّلۡي ِل َو الَّنَهاِر ٰاَل ٰي ٍت ُاِّلوِلى اَاۡلۡل َباِب
ۚ َّو ُقُع ۡو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنۡو ِبِهۡم َو َيَتَفَّك ُر ۡو َن ِفۡى َخ ۡل ِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاۡلۡر ِضۚ َر َّبَنا َم ا َخ َلۡق َت ٰه َذ ا َباِط اًل
١٩١ ُس ۡب ٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّناِر
Artinya: Dan milik Allahlah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu (189). Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal (190). (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambal berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka (191).
3) Allah SWT selalu memperlihatkan ciptaan-Nya dengan tahap-tahapan (penciptaan
manusia)
Surat Ali Imran ayat 59 :
٥٩ ِاَّن َم َثَل ِع ۡي ٰس ى ِع ۡن َد ِهّٰللا َك َم َثِل ٰا َد َم ؕ َخ َلَقٗه ِم ۡن ُتَر اٍب ُثَّم َقاَل َلٗه ُكۡن َفَيُك ۡو ُن
٧ َّيۡخ ُرُج ِم ۢۡن َبۡي ِن الُّص ۡل ِب َو الَّتَر ٓإِٮِؕب٦ ُخ ِلَق ِم ۡن َّم ٓاٍء َداِفٍۙق٥ َفۡل َيۡن ُظِر اِاۡل ۡن َس اُن ِمَّم ُخ ِلَؕق
Artinya: Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan (5).
Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (6). Yang keluar dari
antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada (7).
١٣ ُثَّم َجَع ۡل ٰن ُه ُنۡط َفًة ِفۡى َقَر اٍر َّم ِكۡي ٍن١٢ َو َلَقۡد َخ َلۡق َنا اِاۡل ۡن َس اَن ِم ۡن ُس ٰل َلٍة ِّم ۡن ِط ۡي ٍن
ُثَّم َخ َلۡق َنا الُّنۡط َفَة َع َلَقًة َفَخ َلۡق َنا اۡل َع َلَقَة ُم ۡض َغ ًة َفَخ َلۡق َنا اۡل ُم ۡض َغ َة ِع ٰظ ًم ا َفَك َس ۡو َنا اۡل ِع ٰظ َم َلۡح ًم ا ُثَّم
١٤ ؕ َاۡن َش ۡا ٰن ُه َخ ۡل ًقا ٰا َخ َر ؕ َفَتٰب ـَر َك ُهّٰللا َاۡح َس ُن اۡل ٰخ ِلِقۡي َن
Artinya: Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah (12). Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13). Kemudian, air mani
itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu lalu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk)
lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik (14).
2. Orang berilmu diberikan kemuliaan dunia hingga akhirat oleh Allah SWT.
Ilmu pengetahuan adalah suatu perintah (amar) sehingga dapat dikatakan suatu
kewajiban. Akan tetapi harus di sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi
kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu tersimpul dalam agama tidak semata ilmu yang
menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang mengarah kepada duniawi.
Dengan kata lain Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk menuntut ilmu
pengetahuan tentang urusan keduniaan sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran
agama, yakni kebahagiaan dan kemaslahatan. Pengertian ini di dasarkan atas kenyataan
bahwa dunia merupakan ajang perjuangan hidup dan kehidupan dalam menghadapi
persoalan yang harus dipecahkan dan memerlukan kontribusi ilmu pengetahuan. Orang
yang memiliki ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan iman diberikan derajat atau
status. Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Mujaadilah ayat 11 :
ٰا ٰٓي
َاُّيَها اَّلِذ ْيَن َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلُك ْم َتَفَّس ُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َو ِاَذ ا ِقْيَل اْنُشُز ْو ا َفاْنُشُز ْو ا َيْر َفِع
ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر
Orang yang beriman harus didasarkan pada pengetahuan (al-ilm) dan di realisasikan
dalam karya nyata yang bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal
yang dibenarkan oleh ajaran agama (amal saleh). Seseorang yang mampu menggunakan
akalnya dengan baik dalam mencari ilmu dengan tidak mengurangi keimanannya kepada
Allah SWT dan diwujudkan dengan amal saleh adalah merupakan manifestasi dari
makhluk yang terbaik.
Maka dari itu orang yang berilmu memiliki kemuliaan karena mampu memanfaatkan
kemampuan yang diberikan oleh Allah SWT dengan baik untuk perbuatan yang baik
sehingga dapat selalu meningkatkan ibadah dan keimanannya dengan dukungan dari ilmu
yang telah dimilikinya dengan nilai tambahannya yaitu dapat merealisasikan ilmu dengan
perbuatan amal saleh. Kemuliaan tersebut tidak hanya mereka dapatkan ketika di dunia
tatapi juga di akhirat, tetapi dengan catatan mereka mengaplikasikan ilmunya. Jadi yang
diangkat derajatnya itu adalah orang berilmu yang telah beriman dan melakukan
perbuatan amal saleh. Diangkat derajatnya karena keimanan, kemudian derajat kerena
ilmu yang mereka miliki. Mereka ini akan mendapat kemuliaan di dunia dan balasan
pahala di akhirat.
3. Beragama tidak boleh meniru tanpa dasar terhadap perkataan orang lain tanpa dasar dari
Al-Qur’an maupun as-sunnah. Karena, mengikut tanpa alasan atau meniru dan menurut
tanpa dalil mungkin akan menuju kesesatan. Syariat Islam yang telah diturunkan Allah
SWT melalui nabinya sudah sempurna seutuhnya. Umat Islam hanya diperbolehkan
mengikut aturan-aturan syariat yang telah ada. Jika hanya bermodal meniru perkataan
orang lain tanpa mengetahui yang sebenarnya segala perbuatan orang tersebut akan sia-
sia bahkan mungkin akan terjerumus kedalam hal-hal yang dilakukannya itu adalah
sesuatu yang salah atau dilarang dalam Agama. Maka dari itu penting untuk memahami
bahwa sebagai seorang muslim kita juga harus dapat memastikan bahwa apa yang
dikatakan seseorang yang kita ikuti, semuanya bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Sebab, semata-mata mengikuti apa yang dikatakan seseorang tanpa memahami dalil dan
sumber hukumnya, akan mendorong kita pada taqlid buta, yang mana itu dianggap
sebagai tidak terpuji. Taklid buta diharamkan dalam syariat, yaitu memahami suatu hal
dengan cara mutlak dan membabi buta tanpa memperhatikan ajaran Al-Qur’an dan hadis.
Terkadang, orang taklid buta tidak memperhatikan lagi apa yang diikutinya walau sudah
bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis.
Berdakwah selama 23 tahun di Makkah dan Madinah, Nabi shalallahu 'alaihi wasallam
tidak pernah menyampaikan kebenaran dengan menyakiti perasaan orang yang diajaknya.
Tidak ada kata-kata kotor menyertai, tak ada kemarahan yang mengikuti. Bahkan
menyindir orang lain tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tak satupun sahabat
tersakiti dari sosok makhluk yang agung ini. Berikut 5 cara Dakwah Nabi Muhammad
SAW :
1) Tidak Menghina Orang yang Salah.
Dalam Sahih Al-Bukhari dalam Bab Shalat Tahajjud, Nabi pernah memberikan
nasihat kepada para sahabat untuk tidak mengikuti 'Fulan', sebab si "Fulan" malam
hari bangun, tapi tidak sholat. Maksudnya kalau bangun di malam hari, sempatkan
sholat malam. Jangan ikuti perilaku si "Fulan" yang jelas terindikasi buruk oleh Nabi.
"Wahai Abdullah, jangan jadi seperti Fulan: dia itu bangun di malam hari akan tetapi
tidak sholat malam." (HR Al-Bukhari) Hebatnya tak ada nama yang disebut Nabi.
Walaupun beliau tahu siapa yang tidak sholat, beliau tidak menyebut nama orang
tersebut, agar tidak dipandang rendah sahabat lain yang membuat si "Fulan" jadi
malu. Begitulah cara Rasulullah menutupi aib orang lain.
5. Usaha yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam mempersatukan umat Islam.
Dapat dilihat ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah. Nabi Muhammad
Saw tiba di kota Madinah tahun 622 M. Kehadiran Nabi Muhammad dan Umat Islam di
kota Madinah menandai zaman baru bagi per- jalanan dakwah Islam. Umat Islam di kota
Madinah tidak lagi banyak mendapat gangguan dari masyarakat kafir Quraisy, karena
mereka mendapat perlindungan dari penduduk Madinah yang muslim.
Dengan diterimanya Nabi Muhammad dan umat Islam oleh masyarakat Ma- dinah,
maka Nabi Saw. memberikan gelar kepada umat Islam Madinah dengan sebutan Kaum
Anshar, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi penolong, se- mentara umat Islam
yang datang dari Mekkah diberi nama Kaum Muhajirin. Setelah datang ke Madinah, Nabi
Muhammad menentukan prioritas utama dalam rangka membangun masyarakat baru.
Adapun prioritasnya adalah:
1. Membangun Masjid
Proritas pertama yang dilakukan Nabi Muhammad setibanya di Madinah
adalah membangun Masjid. Masjid dibangun di atas tanah milik kedua anak yatim,
yaitu Sahl dan Suhail. Tanah tersebut dibeli oleh Nabi untuk pembangunan masjid dan
untuk tempat tinggal. Masjid sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat. Keberadaan
masjid diharapkan keimanan dan ketaqwaan setiap muslim akan senantiasa terjaga
dan terpelihara. Selain itu fungsi masjid sebagai pusat kegiatan pendidikan dan
pengajaran keagamaan, tempat pengadilan berbagai perkara yang muncul di
masyarakat, musyawarah dan lain sebagainya. Lebih dari itu, bangunan masjid bukan
saja sebagai tonggak berdirinya ma- syarakat Islam, tetapi juga awal pembangunan
kota.
2. Mempersaudarakan kaum muslimin
Mempersaudarakan kaum muslimin yang berasal dari Mekkah (kaum
Muhajirin) dengan kaum muslimin Madinah (kaum Anshar). Dengan persaudaran
tersebut, Nabi Muhammad SAW telah menciptakan suatu persaudaraan baru yaitu
persaudaraan berdasarkan iman atau agama yang menggantikan persaudaraan yang
berdasarkan darah. Nabi Muhammad SAW mengajak kaum muslimin supaya masing-
masing bersaudara atas dasar iman yang merupakan hal yang asasi untuk membentuk
umat yang kuat. Dengan per- saudaraan tersebut, umat akan bersatu dan tidak akan
mudah tercerai-berai.
3. Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah , Bermusyawarah dengan para sahabat
baik muhajirin maupun anshar. Musyawarah itu untuk merumuskan pokok-pokok
pemikiran yang akan dijadikan undang-undang. Rancan- gan ini memuat aturan yang
berkenaan dengan orang-orang Muhajirin, Anshar dan masyarakat Yahudi yang
bersedia hidup berdampingan secara damai dengan umat Islam. Undang-undang
tersebut dikenal dengan Piagam Madinah (Mitsaq Al-Madinah).