Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Sumber
Daya Manusia yang diampu oleh Dr. Hj. Linda Setiawati, M.Pd
Disusun Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata
kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dengan judul “Pengintegrasian
Sumber Daya Manusia”
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Dosen Manajemen Sumber Daya Manusia kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Motivasi ini sangat penting, karena suatu hal yang menyebabkan manusia
bergerak untuk mencapai tujuan atau keinginannya. Seiring perkembangan
zaman suatu Perusahaan atau Organisasi tentu membutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas serta dapat mengikuti, bahkan mengejar
perkembangan zaman. Akan tetapi potensi Sumber Daya Manusia itu tidak
akan ada artinya jika ia tidak memiliki motivasi untuk mengerjakan
pekerjaannya sehingga ia tidak mau bekerja.Untuk memotivasi karyawan,
manajer harus mengetahui motif dan motivasi karyawannya.
b. Faktor-faktor motivasi
Faktor yang mempengaruhi motivasi menurut peterson dan plowman adalah
d. Asas Motivasi
Asas motivasi (ekstrinsik) pada pegawai dengan mengacu kepada
pendapat Hasibuan (1996) adalah:
e. Jenis-jenis motivasi
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005) jenis-jenis motivasi dapat
dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
g. Teori Motivasi
Sutrisno, (2009:130) menuliskan teori motivasi dikelompokkan dua,
yaitu teori kepuasan dan teori motivasi proses.
1. Teori Kepuasan
Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan “apa” yang
memuaskan seseorang dan mendorong semangat bekerja seseorang.
Dasar pendekatan pada teori ini adalah faktor-faktor kebutuhan dan
kepuasan manusia yang menjadi penyebab tindakan dan perilaku. Teori
ini menekankan pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan,
mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya.
Pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan
bertindak untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Semakin
tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan, semakin giat
orang itu bekerja. Tinggi atau rendahnya tingkat kebutuhan dan
kepuasan yang ingin dicapai seseorang mencerminkan semangat kerja
orang tersebut.
Penganut-penganut teori kepuasan antara lain :
2. Teori Proses
Teori-teori proses memusatkan perhatiannya pada bagaimana
motivasi terjadi. Pada dasarnya teori ini berusaha menjawab pertanyaan
bagaimana cara menguatkan, mengarahkan, memelihara dan
menghentikan perilaku individu agar setiap individu bekerja giat sesuai
dengan keinginan manajer. Teori ini merupakan proses sebab akibat
bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang telah diperolehnya.
Sehingga, hasil yang dicapai tercermin dalam bagaimana proses
kegiatan yang dilakukan seseorang.
3. Teori Harapan
Teori ini mengungkap bahwa hal yang memotivasi seseorang
bekerja giat dalam pekerjaannya bergantung pada hubungan timbal balik
antara apa yang diinginkan dengan kebutuhan dari hasil pekerjaan itu.
Sebagai contoh seorang karyawan meyakini perusahaan akan memberikan
pemuasan bagi keinginan sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya itu.
Bila keyakinan yang diahrapkan cukup besar untuk memperoleh
kepuasannya, ia akan bekerja keras pula, dan sebaliknya. Teori harapan
didasarkan atas harapan, nilai dan pertautan.
4. Teori Keadilan
Teori ini menekankan bahwa ego manusia selalu menginginkan
keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap
perilaku, keinginan tersebut relatif sama. Cara bagaimana perilaku
bawahan dinilai oleh atasan-Nya akan mempengaruhi semangat kerja
bawahan tersebut. Keadilan merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang. sehingga, atasan harus bertindak
adil terhadap semua bawahannya.
5. Teori Pengukuhan
Teori ini Didasarkan pada hubungan sebab dan akibat perilaku
dengan pemberian kompensasi , contohnya promosi bergantung pada
prestasi yang selalu dapat dipertahankan.
Dari contoh tersebut dapat terlihat bahwa pengukuhan positif
diterapkan secara bersyarat, “prestasi” merupakan syarat dari
pengukuhan positif berupa “promosi”. Dapat dikatakan bahwa sifat
ketergantungan tersebut berkaitan dengan hubungan antar perilaku dan
kejadian yang mengikuti perilaku itu.
2.4 Kepemimpinan
Pemimpin merupakan seseorang yang memiliki wewenang atas
kepemimpinannya yaitu mengarahkan bawahan untuk mengeijakan
sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi dan memberi stimulus
kepada perilaku bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
A. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan terbagi menjadi empat, yaitu.
1. Kepemimpinan Otoriter
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap
anggota anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan
dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaandari pemimpin otoriter hanya
dibatasi oleh undang undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu,
kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak
boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia
kepada pemimpin secara mutlak.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya
dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi,
menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin
memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian,
bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau
leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara
bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya
diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap,
menyerahkan, dan mengatakan kepada bawahan, "Inilah pekerjaan yang
harus Saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah Saudara bagaimana
mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik.”
4. Kepemimpinan Situasional
Fokus pendekatan situasional terhadap kepemimpinan terletak pada
perilaku yang diobservasi atau perilaku nyata yang terlihat, bukan pada
kemampuan atau potensi kepemimpinan yang dibawa sejak lahir.
Penekanan pendekatan situasional adalah pada perilaku pemimpin dan
anggota/pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif. Menurut
kepemimpinan situasional, tidak ada satu pun cara yang terbaik untuk
mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan mana yang harus digunakan
terhadap individu atau kelompok tergantung pada tingkat kesiapan orang
yang akan dipengaruhi.
B. Pentingnya Pengintegrasian dalam Sumber Daya Manusia
Pengintegrasian (integration) merupakan fungsi operasional manajemen
sumber daya manusia yang penting, sulit, dan kompleks untuk
direalisasikan. Hal ini disebabkan karena manusia bersifat dinamis,
mempunyai pikiran, perasaan, harga diri, sifat, serta membawa latar
belakang, perilaku, keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam
organisasi/perusahaan.
SDM hendaknya selalu diikutsertakan dalam setiap kegiatan serta
memberikan peran aktif untuk menggunakan alat-alat yang ada. Karena
tanpa peran aktif SDM, alat-alat canggih yang dimiliki tidak ada artinya
bagi peruashaan untuk mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan hanya dapat
dicapai jika para karyawan bergairah bekerja, mengerahkan kemampuannya
dalam menyelesaikan pekerjaan, serta berkeinginan untuk mencapai prestasi
kerja yang optimal. Jika karyawan kurang berprestasi maka sulit bagi
organisasi perusahaan dapat memperoleh hasil yang baik. Hal ini
mengharuskan pemimpin menggunakan kewenangannya untuk mengubah
sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja giat serta berkeinginan
mencapai hasil yang optimal.
Dengan menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan
perusahaan (pengintegrasian), diharapkan akan tercipta kerja sama yang
memberikan kepuasan, baik bagi karyawan maupun bagi perusahaan. Usaha
untuk pengintegrasian dilakukan melalui hubungan antarmanusia (human
relations), motivasi, kepemimpinan, kesepakatan kerja bersama (KKB), dan
Collective Bargaining. Jadi pengintegrasian adalah hal yang sangat penting
dan merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil yang baik bagi
perusahaan maupun terhadap karyawan sehingga memberikan kepuasan
kepada semua pihak. Karyawan dapat memenuhi kebutuhannya dan
perusahaan mencapai tujuannya.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN